BAB IV ANALISIS. IV.1 Pendekatan Perancangan. Behavior Architecture (Arsitektur perilaku) ialah suatu konsep yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1. Dasar Perencanaan dan Perancangan. Kostel. yang ada didalam. Pelaku kegiatan dalam Kostel ini adalah :

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. yang mampu mengakomodasi kebutuhan dari penghuninya secara baik.

BAB V KONSEP. dasar perencanaan Asrama Mahasiswa Binus University ini adalah. mempertahankan identitas Binus University sebagai kampus Teknologi.

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Konsep perancangan makro meliputi perancangan skema organisasi ruang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

HOTEL KAPSUL DENGAN PENDEKATAN PENGARUH PERILAKU ISTIRAHAT PENGHUNI DI TANAH ABANG JAKARTA KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga di Kemanggisan ini bertitik

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan pembeli dapat merasakan kenyamanan dalam berbelanja.

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL TIPE B DI KAWASAN STASIUN DEPOK BARU

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GOR BASKET DI KAMPUS UNDIP TEMBALANG. sirkulasi/flow, sirkulasi dibuat berdasarkan tingkat kenyamanan sbb :

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Nusantara ini dibagi menjadi beberapa bagian kegiatan, yaitu :

Asumsi Pedagang dengan Jumlah Unit. = (90x3) + (230x2) = 730 orang. - 50% asal Jakarta = 50/100 x % asal luar Jakarta = 50/100 x 730

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TEMPAT ISTIRAHAT KM 166 DI JALAN TOL CIKOPO-PALIMANAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KAMPUS II PONDOK PESANTREN MODERN FUTUHIYYAH DI MRANGGEN

BAB III : DATA DAN ANALISA

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RELOKASI PASAR IKAN HIGIENIS REJOMULYO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V PROGRAMMING. Luas (m 2 ) (orang) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) KELOMPOK KEGIATAN MASJID

BAB V KONSEP PERANCANGAN. mencari hiburan diluar apartemen karena semua kebutuhan sudah terpenuhi di dalam

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V. 1. Konsep Dasar. Dalam merancang Gelanggang Olahraga ini berdasarkan dari konsep

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB V KONSEP PERANCANGAN. tema perancangan dan karakteristik tapak, serta tidak lepas dari nilai-nilai

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HOTEL

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Konsep dasar rancangan yang mempunyai beberapa fungsi antara lain: 1.

[STASIUN TELEVISI SWASTA DI JAKARTA]

Bab V Konsep Perancangan

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. kendaraan dan manusia akan direncanakan seperti pada gambar dibawah ini.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PROYEK

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Penentuan konsep perencanaan dan perancangan di dasar kepada:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

BAB 5 PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN ARSITEKTUR

Tabel 6.1. Program Kelompok Ruang ibadah

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANAGAN

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS IV.1 Pendekatan Perancangan Behavior Architecture (Arsitektur perilaku) ialah suatu konsep yang dalam selalu menyertakan pertimbangan-pertimbangan perilaku dalam perancangannya, yakni kaitan perilaku dengan desain arsitektur (sebagai lingkungan fisik). Sejauh mana penerapan Arsitektur perilaku pada bangunan Hotel kapsul dapat dilihat dari penerapan faktor-faktor yang mempengaruhi prinsip-prinsip dalam perilaku Wisatawan menengah kebawah yang menjadi target pasar dalam rancangan Hotel kapsul dimana perilaku pengguna akan mempengaruhi bagaimana desain suatu bangunan Hotel kapsul yang akan dirancang. Untuk mendapatkan rancangan Hotel kapsul yang baik, selain menerapkan pendekatan perancangan arsitektural berdasarkan perilaku transit Wisatawan menengah kebawah tentunya juga perlu memperhatikan beberapa aspek fisik maupun non fisik yang akan memberikan kesesuaian bangunan terhadap tapak dan lingkungan sekitar serta kenyamanan terhadap pengguna. IV.2 Analisa IV.2.1 Analisis Kondisi dan Potensi Lingkungan Tapak terletak di tepi jalan utama, yakni Jalan Fachrudin, Jakarta Pusat dengan lebar jalan 25 m yang berbatasan dengan Bank swasta. 1

Lingkungan sekitar merupakan kawasan peruntukan kantor komersil, perdagangan maupun wisma, ditambah dengan lalu lintas yang cukup ramai. Perilaku transit Wisatawan Menengah kebawah secara garis besar terbagi menjadi wisata belanja maupun perjalanan. Berikut merupakan analisa gambaran kondisi dan potensi lingkungan sekitar tapak: Keterangan: Peta 4.1 Gambaran kondisi arus kedatangan wisatawan belanja maupun perjalanan (Sumber: Survey literature) Tapak Kawasan wisata perjalanan Kawasan wisata belanja 2

Kesimpulan : Lokasi tapak yang ada harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh wisatawan menengah kebawah, sedangkan untuk keberadaan bangunan hotel kapsul diupayakan tidak memberi pengaruh minus pada lingkungan sekitar. Foto 4.1 Kondisi lingkungan sekitar tapak (Sumber: Survey lapangan) Kondisi dan Ketinggian Bangunan Sekitar Bangunan-bangunan yang berada di sekitar tapak antara lain : sebelah Utara tapak merupakan bangunan komersil yakni Bank swasta dengan ketinggian 8 lantai bangunan dengan fungsi perdangangan yakni Pasar Tanah abang bukit 4 lantai di sebelah Selatan tapak sebelah Barat tapak merupakan kawasan kantor komersil dan perdagangan bangunan fasilitas umum, bank swasta 1 lantai berlokasi di seberang jalan sebelah Timur tapak 3

Foto 4.2 Kondisi ketinggian bangunan sekitar tapak (Sumber: Survey Kesimpulan : lapangan) dengan diperolehnya data analisa kondisi dan ketinggian bangunan sekitar, maka diperoleh kesimpulan dimana ketinggian bangunan hotel kapsul yang ideal sesuai dengan peraruran RUTRK ialah maksimal 8 lantai, sedangkan bangunan yang dirancang ialah 5-7 lantai agar tidak terlalu mencolok namun tetap menyatu dengan bangunan sekitar. Bangunan-bangunan disekitar tapak juga akan bisa bermafaat bagi pengguna hotel kapsul yang akan dirancang, seperti; adanya bangunan komersil yakni bank swasta maupun pasar tanah abang bukit sebagai fasilitas wisata belanja. 4

Potensi Lingkungan adanya persamaan aktivitas karena berdekatan/ tidak jauh dengan kawasan hunian (masyarakat menengah ke bawah) radius ±500 meter dengan Stasiun kereta api Tanah Abang, serta dilewati jalur angkutan umum seperti mikrolet, bus, maupun taxi sehingga memudahkan pencapaian dari dan ke bangunan hotel kapsul yang akan dirancang Keberadaan letak tapak mudah terlihat dari stasiun terdapat beberapa fasilitas umum / komersial yang cukup bermanfaat bagi penghuni bangunan hotel kapsul seperti bank, pusat grosir Pasar tanah abang sebagai fasilitas bagi wisatawan belanja dan lainnya. IV.2.1.1 Analisa Pencapaian dan Sirkulasi Tapak Pertimbangan pencapaian dari dan ke tapak yang diperhatikan, antara lain informatif, kemudahan, kenyamanan dan keamanan. Pencapaian tersebut terbagi menjadi dua yaitu kendaraan dan manusia. Akses keduanya perlu diperhatikan agar tercipta sirkulasi yang sesuai seperti berikut: tidak terjadi penyilangan kejelasan alur sirkulasi efisiensi dan efektivitas lahan Beberapa pola sirkulasi dalam tapak, antara lain: 1. Pola jalan masuk tunggal Semua masuk melalui satu jalur 5

Pejalan kaki dan pengguna kendaraan menggunakan jalur yang sama 2. Pola jalan masuk ganda Terdapat dua jalur masuk untuk umum dan yang lebih privat atau antara kedua hal yang berbeda Sirkulasi kendaraan dan pengguna jalan terpisah 3. Pola jalan masuk triple Terdapat tiga jalur masuk, masing-masing untuk penghuni, pengunjung, dan pengelola/ karyawan/ servis Sirkulasi kendaraan dan pengguna jalan terpisah, dapat ditambah jalur sepeda dan pintu servis Kesimpulan : Dari beberapa alternatif di atas, pola sirkulasi yang digunakan dalam rancangan hotel kapsul ialah pola jalan masuk ganda yang mana terdapat dua jalur masuk yaitu Terdapat dua jalur masuk untuk umum dan yang lebih privat atau antara kedua IV.2.1.2Analisa Orientasi Massa Bangunan Orientasi massa bangunan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: 1. Jalan Jalan utama sekitar tapak yaitu Jalan Fachrudin yang mana sebagai sebagai pertimbangan arah orientasi bangunan. Oleh 6

karena itu, timbul beberapa alternatif orientasi bangunan terhadap jalan, antara lain: Tabel 4.1 Tabel perbandingan alternatif orientasi rancangan hotel kapsul berdasarkan faktor jalan Alternatif Kelebihan Kekurangan Orientasi bangunan Sesuai terhadap bentuk tapak View Sesuai dengan arah kedatangan kendaraan dan manusia Kurang informatif bagi wisatawan yang ingin transit dengan kedatangan dari arah Stasiun Tanah abang kurang Alternatif 1 Orientasi bangunan Sesuai terhadap bentuk tapak View Sesuai dengan arah kedatangan sasaran pengunjung Hanya sesuai dengan arah kedatangan yang searah dengan datangnya arus lalu lintas kendaraan Alternatif 2 Orientasi bangunan Sesuai terhadap bentuk tapak Sesuai dengan arah kedatangan kendaraan dan manusia Terlalu banyak cakupan view yang tidak menentu Alternatif 3 Informatif baik untuk wisatawan yang datang dari arah Stasiun Tanah Abang, Pasar tanah abang, maupun Jalan Kebon sirih, Jalan Jati baru serta Jalan (Sumber: Survey lapangan) 7

Dari ketiga perbandingan kelebihan dan kekurangan alternatif orientasi terhadap jalan diatas, dilakukan penilaian berdasarkan aspek yang diamati, sebagai berikut: Tabel 4.2 Tabel penilaian perbandingan alternatif rancangan hotel kapsul berdasarkan faktor jalan Aspek Yang Diamati Alternatif I Alternatif II Alternatif III Informatif Kesesuaian terhadap bentuk tapak View Kesesuaian terhadap arah kedatangan wisatawan menengah kebawah Total Nilai 8 11 10 (Sumber: Survey lapangan) Keterangan: : Kurang : Cukup : Baik Kesimpulan : Dari ketiga alternatif di atas, Orientasi bangunan yang tepat sesuai dengan beberapa aspek yang diamati ialah Alternatif 2 karena memenuhi kriteria sebagai berikut: sesuai terhadap bentuk tapak view yang baik sesuai dengan arah kedatangan kendaraan dan manusia 8

informatif, baik untuk wisatawan yang datang dari arah Stasiun Tanah Abang, Pasar tanah abang, maupun dari Jalan Kebon sirih, Jalan Jati baru serta Jalan Abdul Muis 2. Matahari Unit pada hunian hotel kapsul semaksimal mungkin harus mendapatkan cahaya matahari. Berikut beberapa alternatif yang muncul, antara lain: Tabel 4.3 Tabel analisa matahari terhadap masing- masing alternatif rancangan hotel kapsul Analisa matahari NO 08:00 10:00 14:00 16:00 1 2 3 (Sumber: Survey lapangan) Berikut perbandingan alternatif orientasi bangunan yang timbul berdasarkan analisa matahari, antara lain: 9

Tabel 4.4 Tabel perbandinganalternatif rancangan hotel kapsul berdasarkan faktor matahari Alternatif Kelebihan Kekurangan Pada sisi terpanjang Pada sisi terpanjang 1 bangunan tidak mendapat bangunan tidak cahaya dan panas matahari mendapat cahaya sore secara maksimal matahari pagi secara 2 3 Seluruh sisi bangunan masih mendapat cahaya alami dari segala arah Orientasi bangunan ke arah Utara dan Selatan yang meminimalkan cahaya dan panas matahari sore (Sumber: Survey lapangan) Sisi terpanjang bangunan di bagian depan tapak juga mendapatkan cahaya dan panas matahari sore Bentuk massa kurang memanfaatkan lahan yang ada Bentuk massa tidak mengikuti tapak Pada sisi terpanjang bangunan tidak mendapat cahaya matahari pagi secara maksimal. Berdasarkan perbandingan alternatif orientasi terhadap bentuk tapak diatas, dilakukan penilaian berdasarkan aspek yang diamati, sebagai berikut: Tabel 4.5 Tabel penilaian perbandingan alternatif rancangan hotel Aspek Yang Diamati Presentase bangunan yang banyak mendapat matahari sore kapsul berdasarkan faktor matahari Alternatif I Alternatif II Alternatif III Presentase bukaan yang efektif Suhu bangunan Efektifitas pencahayaan alami Total Nilai 11 6 12 (Sumber: Survey lapangan) 10

Keterangan: : Kurang : Cukup : Baik Kesimpulan: Dari ketiga alternatif di atas, dipilih alternatif 3 karena selain dari hasil analisa orientasi berdasarkan potensi dan lingkungan sekitar sebelumnya juga memenuhi kriteria terkait dalam hal sebagai berikut: Sedikit mendapatkan cahaya dan panas matahari sore Bukaan yang efektif Suhu bangunan Efektifitas pencahayaan alami 3. Angin Pengaruh angin secara menyeluruh tidak menentu karena bangunan di sekitar tapak yang begitu padat, sehingga perlu diperhatikan gerakan angin secara menyeluruh pada sekitar bangunan. Umumnya di wilayah Jakarta angin bergerak dari arah Timur ke Barat begitu juga sebaliknya. penilaian berdasarkan aspek yang diamati, sebagai berikut: 11

Tabel 4.6 Tabel penilaian perbandingan alternatif rancangan hotel kapsul berdasarkan Aspek Yang Diamati faktor angin Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3 Kualitas angin 3 2 4 Efektifitas 3 2 3 pengudaraan alami Suhu bangunan 3 1 3 Total Nilai 9 5 10 Sumber: Survey lapangan) Kesimpulan: Dari ketiga alternatif di atas, dipilih alternatif 3 dari hasil analisa orientasi berdasarkan faktor angin karena angin akan lebih leluasa untuk bergerak. IV.2.1.3Analisa Polusi Udara dan Suara Tingkat kebisingan paling tinggi berasal dari arah Timur yaitu berasal dari Jalan raya Fachrudin. Selain kebisingan, tingkat polusi udara yang terdiri dari asap kendaraan bermotor dan suara yang mengganggu. Berikutperbandingandua alternatif sebagai acuan menentukan yang terbaik sesuai analisa terhadap polusi suara dan udara: 12

Aspek Yang Diamati Tabel 4.7Tabel penilaian perbandingan alternatif rancangan hotel kapsul berdasarkan faktor polusi suara dan udara Alternatif Alternatif I II kebisingan yang terjadi dalam bangunan Tingkat sumber bising yang bisa Total Nilai 4 6 (Sumber: Survey lapangan) Keterangan Sound barrier Polusi udara Polusi suara Kesimpulan : Dari beberapa alternatif di atas, orientasi bangunan terhadap permasalahan polusi udara dan suara terbaik ialah pada alternatif dua, karena selain selain dilakukan penanggulangan polusi suara dan udara dengan adanya vegetasi disisi-sisi yang memiliki tingkat kebisingan tertinggi juga diatasi dengan set back/ pemunduran pada massa bangunan yang bisa meredam kebisingan dengan lebih baik. 13

IV.2.1.4Analisa Tata Ruang Luar Penataan ruang luar pada bangunan dilakukan sebagai kontribusi ruang terbuka hijau diharapkan akan bisa memberi kontribusi ruang bernafas bagi lingkungan. Pemanfaatan ruang luar direncanakan dalam fungsi-fungsi sebagai berikut : Ruang luar aktif meliputi parkir kendaraan, pedestrian, fasilitas penunjang, plaza Ruang luar pasif meliputi taman dan daerah resapan. Sedangkan fungsi ruang luar yang menjadi pertimbangan dalam penataan pada tapak antara lain: Sebagai tempat beraktifitas bagi Wisatawan menengah kebawah seperti berkeliling untuk menghilangkan rasa penat Sebagai lahan parkir Sebagai transisi/ ruang penghubung dari luar bangunan ke dalam bangunan Membantu penataan sirkulasi yang baik bagi pemakai bangunan berkendaraan dan pejalan kaki Sebagai buffer untuk mengurangi bising dan polusi udara Elemen Ruang Luar, terbagi atas: 1. Elemen Lunak, yaitu elemen hidup (vegetasi) yang mengisi lahan pada tapak, dengan kriteria sebagai berikut: 14

a. Unsur pengarah, yaitu tanaman yang berfungsi untuk mengarahkan penghuni/ pengunjung menuju ke arah tertentu/ bangunan/ fasilitas sebagai perjalanan arsitektur. b. Unsur estetis, yaitu tanaman yang berfungsi untuk memberikan nilai tambah secara estetis pada bangunan, seperti pembuatan pola taman c. Unsur peneduh, yaitu tanaman yang berfungsi melindungi pejelan kaki dari panas matahari, dan sebatgai filter dari gangguan bising dan udara kotor d. Unsur buffer, yaitu tanaman yang berfungsi untuk menyerap bising dan mengurangi polusi dari jalan utama 2. Elemen keras, yaitu elemen tidak hidup pada ruang luar seperti jenis pengerasan jalan kendaraan dan jalan manusia yang memungkinkan air hujan untuk meresap ke tanah, juga seperti lampu taman, pagar, tempat duduk, tong sampah dan lainnya. Kesimpulan : 1. Menciptakan ruang terbuka hijau sesuai dengan fungsinya 2. Pengaturan jalur sirkulasi yang baik antar kendaraan dan manusia 15

IV.2.2 Analisa Kegiatan dan Sistem Ruang IV.2.2.1 Analisa Pelaku Kegiatan Kegiatan dan sistem ruang dalam rancangan hotel kapsul berhubungan dengan aspek manusia sebagai pelaku utama kegiatan dalam bangunan hotel kapsul, antara lain: a) Penghuni Merupakan Wisatawan menengah kebawah yang melakukan aktifitas transit dalam bangunan hotel kapsul. b) Pengunjung Pengunjung yang dimaksud ialah tamu pengunjung yang datang hanya untuk menggunakan fasilitas pada hotel kapsul c) Pengelola Yaitu pihak yang mengelola manajemen hotel kapsul terbagi atas bagian administrasi, maintenance, dan petugas kebersihan lingkungan hotel kapsul. d) Pelaku bisnis Merupakan orang yang datang ke hotel kapsul untuk menjalankan usahanya seperti retail, laundry, salon dan fasilitas penunjang hotel kapsul lainnya. 16

IV.2.2.2 Analisa Kegiatan Pelaku Berikut beberapa skema perihal kegiatan pelaku pada bangunan hotel kapsul, skema kegiatan penghuni hotel kapsul, antara lain: a) Skema kegiatan penghuni hotel kapsul Datang Parkir Masuk ke Bangunan Menggunakan Fasilitas penunjang Registrasi Menunggu di Lobby Masuk ke Kamar Pulang melanjutkan kegiatan pariwisata b) Skema kegiatan pengunjung fasilitas hotel kapsul Datang Parkir Masuk ke Bangunan Menggunakan Fasilitas penunjang Resepsionis Menunggu di Lobby Pulang 17

c) Skema kegiatan pengelola hotel kapsul Datang Parkir Masuk ke Bangunan Masuk ke tempat kerja Melakukan aktivitas : - pekerjaan administrasi - pekerjaan pengawasan - pekerjaan perawatan Menerima tamu Pulang Istirahat / makan minum d) Skema kegiatan pelaku bisnis hotel kapsul Datang Parkir Masuk ke Bangunan Masuk ke tempat kerja (mini market, laundry, Travel Agent, Money Changer, salon, dan lainnya) untuk melakukan aktifitas Menerima tamu Pulang Istirahat / makan minum 18

IV.2.2.3 Analisa Kebutuhan Ruang Kebutuhan ruang ditinjau dari aspek pelaku beserta jenis kegiatannya: Tabel 4.8 Tabel analisa kebutuhan ruang PELAKU JENIS KEGIATAN KEBUTUHAN RUANG Pengguna unit kapsul Pelaku bisnis Umum Pengelola - Tidur/ Istirahat -Mck -Makan - Menyimpan barang - Rekreasional - Beribadah - Relaksasi - Berjualan barang kebutuhan/ Merchandise - Mencuci -Jasa travel -Relaksasi -Mck - Sirkulasi - Bersosialisasi - Mck - Mengelola Hotel kapsul Unit kapsul Toilet Café/ Restaurant/ Kantin Loker Ruang bersosialisasi Retail Tempat Ibadah Ruang refleksi Retail Merchandise/ Perniagaan Laundry Travel Agent Refleksi Toilet Lobby Ruang bercengkrama/ bersosialisasi Toilet Ruang pengelola Hotel kapsul SIFAT RUANG Private Service Semi private Public Public Semi private Public Service Service Public Service Public Public Service Private Service - Pendataan penghuni baru - Membantu pengelolaan Hotel kapsul -Mck - Mengontrol M&E - Mengontrol genset - Mengatur listrik - Penampungan sampah - Penyediaan air - Penerimaan dan - penyimpangan barang -Kebersihan Ruang Administrasi Ruang Staff pengelola Toilet Ruang M&E Ruang genset Ruang panel Bak sampah Reservoir, pompa Loading Gudang Janitor Ruang dock, Public Semi private Service Service Service Service Service Service Service Service Service (Sumber: Survey lapangan) 19

IV2.2.4 Analisa Persyaratan dan Dimensi Ruang Kebutuhan ruang dan luasannya dianalisa berdasarkan kegiatan pelakunya. Hal-hal yang menjadi pertimbangan utama dalam menentukan kebutuhan luas ruang suatu Hotel kapsul, antara lain: Kapasitas dan fasilitas Merupakan daya tampung terhadap calon penghuni dan alat kegiatan yang meliputi : 1. Jumlah ukuran persyaratan, melalui proporsi atas peraturan bangunan, standar luasan. 2. Anggapan yang menimbulkan asumsi didasarkan pada studi banding, survey, dan pertimbangan bentuk penggunaan. Aktivitas dalam ruang. Berdasarkan alat dan dimensi alat yang digunakan. Dimensi dasar yang dipakai adalah atas dasar ruang gerak kegiatan. Flow gerak Keleluasaan gerak penghuni atas dasar dari tuntutan dan karakter kebutuhan untuk kelancaran kegiatan (efisiensi dan efektifitas). Berikut analisa kebutuhan ruang dan luasannya dianalisa berdasarkan kegiatan pelakunya: 20

A. Kantor Pengelola Tabel 4.9 Tabel analisa besaran ruang kantor pengelola Kebutuhan Ruang Kapasitas Standar Sumber Luas R.Tunggu 3 orang 2-3 m²/org DA 9 m² Ruang Pimpinan 1 orang 6-8 m²/org DA 6 m² Ruang staf& 4 orang 6-9 m²/org DA 24 m² Administrasi Toilet 2,5 m²/org DA 2,5 m² Sirkulasi 20 % 10,9 m² Total 65,4 m² B. Unit hunian hotel kapsul Dalam rancangan hotel kapsul diamati beberapa faktor yang mempengaruhi rancangan unit hotel kapsul, baik dari type unit maupun jumlah tamu yang menginap, data yang diperoleh berdasarkan hasil survey maupun studi banding. Berikut hasil survey dari beberapa responden terkait wisatawan menengah kebawah di kawasan Tanah abang: 1. Type unit Hotel kapsul Terkait perilaku wisatawan menengah kebawah, berikut hasil survey dari responden yang ada terkait type unit kapsul, antara lain: 21

Gambar 4.1 Grafik peminatan jenis unit kapsul (Sumber: responden di kawasan stasiun tanah abang) Hasil survey menyatakan: Peminat type kapsul sebanyak 11 responden dari 30 responden (35%) Peminattype mikro sebanyak 19 responden dari 30 responden (65%) 2. Type unit berdasarkan letak kamar mandi Gambar 4.2 Grafik peminatan jenis unit kapsul berdasarkan peletakan kamar mandi (Sumber: responden di kawasan stasiun tanah abang) Hasil survey menyatakan: Peminat type kapsul dengan kamar mandi dalam sebanyak 8 dari 30 responden (25%) Peminattype mikrokamar mandi luar sebanyak 22 dari 30 responden (75%) 22

3. Type unit berdasarkan teman perjalanan Gambar 4.3 Grafik peminatan jenis unit kapsul berdasarkan teman perjalanan (Sumber: responden di kawasan stasiun tanah abang) Hasil survey menyatakan: Berwisata sendiri sebanyak 4 dari 30 responden (10%) Berwisatadengan teman sebanyak 9 dari 30 responden (30%) Berwisata dengan keluarga sebanyak 17 dari 30 responden (60%) 4. Dimensi unit Hotel kapsul Dalam rancangan Hotel kapsul ini ada yang memiliki prinsip desain kapsul pada umunya, namun ada juga yang memiliki skala yang manusiawi sesuai dengan standar manusia, hal tersebut didapat dari data hasil studi banding dan literatur serta peminatan responden. Berikut data yang diperoleh, antara lain: 23

Jenis type Type kapsul Type mikro Tabel 4.10 Tabel analisa besaran unit kapsul Sumber Luas SB Shinjuku green plaza = 2x 1x 1,25 Nakagin = 2,3x 3,8x 2,1 m² SB 1 st kabin hotel Osaka = 2,5m 2 dan 4,2m 2 (2,25x2) Sleepbox Moscow 2,6x 1,6x 2,5-3 Sleepbox Dubai 2x 1,4x 2,30 Sumber: survey literature Untuk memenuhi standar ruang manusia perlu dianalisa bagaimana ruang gerak manusia tersebut. Berikut data yang diperoleh berdasarakan studi literature (Data Arsitek, Ernest Neufert ), antara lain: 1. Ukuran tubuh Gambar 4.4 Standar ukuran tubuh manusia (Sumber: Data arsitek) 24

Gambar 4.5 Standar ukuran kebutuhan posisi tubuh manusia (Sumber: Data arsitek) 2. Kebutuhan tempat dengan tas Gambar 4.6 Standar ukuran kebutuhan tempat dengan tas (Sumber: Data arsitek) 3. Kebutuhan ruang tidur Gambar 4.7 Standar ukuran kebutuhan tidur (Sumber: Data arsitek) 4. Kamar mandi Gambar 4.8 Standar ukuran toilet (Sumber: Data arsitek) 25

IV.2.2.5 Analisa Skema Hubungan Ruang Kesimpulan: Berdasarkan data-data yang diperoleh diatas serta kesesuaian terhadap perilaku transit wisatawan menengah kebawah maka dapat disimpulkan besaran unit kapsul antara lain: Tabel 4.11 Tabel analisa besaran per-unit kapsulkamar mandi luar Jenis type Sumber Luas Type single A (2x 3x 2,7)x 70 Sirkulasi 226,8 m 2 Total 1360,8 m 2 Sumber: study literature dan study banding Tabel 4.12 Tabel analisa besaran type mikro kamar mandi dalam Jenis type Sumber Luas Type mikro standar A (3,5x3,25)x 42 Type twin mikro A (3x6)x 70 Sirkulasi 20% 343m 2 Total 2058 m 2 Sumber: study literature dan study banding Unit hunian Hotel kapsul: 1. Type single kapsul = 46% dari total penghuni (1orang per unitkapsul) 2. Type twin mikro = 26% dari total penghuni (2orang per unit kapsul) 3. Type standar mikro = 28% dari total penghuni (2orang per unit kapsul) 26

C. Dimensi fasilitas penunjang Dalam rancangan hotel kapsul perlu diamati beberapa faktor Tabel 4.13 Tabel dimensi ruang fasilitas Restaurant Kebutuhan Kapasitas Standar Sumber Luas Ruang Kasir 6-8 orang 2,5 m²/org TSS 15 m² Dapur 20 m² DA 20 m² Ruang 20 orang 1,5 m² DA 30 m² pelayanan Ruang duduk 60 orang 2 m² / org DA 120 m² Ruang 4 orang 6-8 m² / org TSS 24 m² pengelola Gudang Peyimpanan 20 m²/ org DA 20 m² Toilet 4 unit 1 orang 2,5 m 2 / org DA 10 m² Wastafel 2 2 orang 0,5 m 2 / org DA 1 m² unit Sirkulasi 20% 48 m² Total 288 m² Sumber: study literature Tabel 4.14 Tabel dimensi ruang penunjang lainnya Kebutuhan Ruang Kapasitas Standar Sumber Luas Loker 100 loker 1,2 x 6 m² DA 720 m² Loker tamu 150 loker 1,2 x 6 m 2 DA 1080m 2 Toilet 56 unit 56 x 2,5 m 2 / org DA 140 m 2 Wastafel 28 unit 28 x 0,5 m 2 / org DA 14 m 2 Mushola 20 orang 20 x 2,5 m 2 / org DA 50 m 2 Laundry 6-8 orang 43,2 m 2 Refleksi 20 orang 43,2 m 2 ATM 2 orang 2 x 2,5 m 2 / org 5 m 2 Jasa travel 4-6 orang 6 x 2,5 m 2 / org 15 m 2 Area sosialisasi 4-8 orang A 608 m 2 Lift DA 60 m 2 Tangga DA 598,5m 2 Sirkulasi 20% 675,38m² Total 4052,3 m² Sumber: study literature 27

Tabel 4.15 Tabel dimensi ruang kebutuhan service Kebutuhan Ruang Kapasitas Standar Sumber Luas Ruang Generator 1 unit 35 m²/ unit A 35 m² Ruang Panel 1 unit 9 m²/ unit A 9 m² Gudang peralatan 1 unit 35 m²/ unit A 35 m² Ruang M&E 1 unit 35 m²/ unit A 35 m² Ruang Keamanan 2 orang 2,5 m² / org A 5 m² Ruang Pompa 2 unit 30 m²/ unit A 60 m² Reservoir Bawah 1 unit 50 m²/ unit SB 50 m² STP 1 unit 50 m²/ unit A 50 m² TPS 12 m² 12 m² Sirkulasi 20% 58,2 m² Total 349,2 m² Keterangan Sumber: Sumber: study literature DA: Data Arsitek TSS: Time Saver Standar A: Asumsi / Studi Banding IV.2.2.6 Analisa Terhadap Topik Tema Unit kapsul didesain sedemikian rupa sesuai dengan perilaku transit wisatawan menengah kebawah, dengan mendesain unit kapsul yang fleksibel bagi para wisatawan menengah kebawah/ Backpacker. 28

Gambar 4.9 Murphy bed (Sumber: Studi literatur) Berinteraksi social merupakan bagian dari perilaku dari wisatawan menengah kebawah/ backpacker yang saling berbagi cerita pengalaman, sehingga dibuat ruang-ruang terbuka dimana pengunjung dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan pengunjung lainnya. Gambar 4.10 Taman (Sumber: Studi literatur) Mencari petualangan, keaslian dan pengalaman juga merupakan bagian dari perilaku transit wisatawan menengah kebawah/ Backpacker sehingga dalam bangunan akan menyediakan retail yang akan menjual barang-barang yang memiliki ciri khas daerah terkait. Serta bangunan didesain sedemikian rupa sehingga menjadi suatu pengalaman menarik 29

bagi para wisatawan menengah kebawah. Gambar 4.11 Retail (Sumber: Studi literatur) IV.3 ASPEK BANGUNAN IV.3.1 Bentuk Dasar Bangunan Dalam pemilihan terhadap bentuk massa bangunan Hotel kapsul menggunakan bentuk dasar persegi agar mudah dalam pengaturan ruangan per modul nya. Bentuk dapat ditinjau dan dipertimbangkan dari: Penyesuaian terhadap bentuk tapak dan lingkungan sekitar. Efisiensi, fleksibilitas dan kesan ruang yang tinggi. Karakter bangunan yang mencerminkan sifat kegiatan bangunan. Dominasi bentuk di lingkungan sekitar. Kegiatan utama di dalam bangunan Pola Massa Tunggal Massa hanya terdiri dari satu gubahan massa yang menampung seluruh program ruang di atas tapak Pertimbangan: - Sifat bangunan terpusat - Sirkulasi pencapaian yang cepat dan relatif lebih pendek 30

- Efisiensi penyediaan fasilitas dan maintenance - Efisiensi penggunaan lahan yang terbatas Pola Massa Majemuk Massa yang terdiri dari beberapa gubahan massa yang masing-masing menampung program ruang yang terpisah di atas tapak Pertimbangan: - Sifat bangunan yang menyebar dan memusat pada satu massa utama - Adanya pemisahan kelompok aktivitas manusia - Adanya rongga sirkulasi antar massa - Pola perletakan massa yang lebih dinamis Kesimpulan: Berdasarkan pertimbangan Pola Massa bangunan yang dipilih ialah pola massa majemuk karena sebagai kesuaian terhadap fungsi, penzoningan, dan kesesuaian terhadap perilaku transit wisatawan menengah kebawah. IV.3.2 Sirkulasi dalam Bangunan Analisa Sirkulasi Vertikal Sirkulasi horizontal dapat dibedakan mejadi 2 tipe yaitu sirkulasi linier dan sikulasi radial. Masing-masing jenis sirkulasi memiliki kelebihan dan kekurangan, yaitu: 31

Tabel 4.16 Jenis Sirkulasi Horizontal No Jenis Sirkulasi Keterangan 1 Linier Linier Menerus Linier Bertekuk Linier Berpotongan - Jelas dan terarah. - Mudah dalam pencapaian ke bangunan. - Mudah dalam pengklasifikasian fungsi di dalam bangunan. Linier Bercabang Linier Berbelok 2 Radial - Memusatkan kegiatan / orientasi - Efisiensi tinggi - Mudah untuk mencapai ke titik tertentu. - Penyesuaian terhadap kontur cukup baik. Sumber : Ching, F. Architecture Form, Space and Order Kesimpulan: Kedua sirkulasi baik sirkulasi linier dan radial akan diaplikasikan pada bangunan. Sirkulasi linier yang akan digunakan yaitu sirkulasi linier bercabang yakni pada daerah dalam bangunan (dari satu ruang ke ruang 32

lainnya). Sedangkan, sirkulasi radial digunakan untuk sirkulasi di luar bangunan (dari satu massa ke massa bangunan lainnya). Analisa Sirkulasi Vertikal Tabel 4.17 Sirkulasi vertikal bangunan Keuntungan Tangga Tidak menggunakan listrik, fleksibel, murah, dapat dipakai setiap saat, berguna saat kebakaran Ramp Bernilai estetika, dapat diakses oleh disable, efisien bagi trolley. Lift Memudahkan pengguna, efisiensi waktu Kerugian Disabled dengan tangga khusus Butuh space besar. Menggunakan listrik Sumber : Ching, F. Architecture Form, Space and Order IV. 3. 3 Analisa Struktur Bangunan Struktur Bawah (Sub-Structure) Sub-structure berperan sebagai pemikul keseluruhan beban bangunan yaitu pondasi. Maka dalam menentukan jenis pondasi yang digunakan, hal-hal yang dipertimbangkan adalah: Daya dukung tanah Beban bangunan Pertimbangan nilai ekonomi (bahan, waktu, dan tenaga kerja). 33

Tabel 4.18 Keuntungan dan Kerugian Jenis Pondasi JENIS PONDASI KEUNTUNGAN KERUGIAN Pondasi Tiang Pancang Pondasi Bored Pile relatif cepat Kualitas lebih terjamin. Persediaan cukup banyak, kecuali dalam ukuran-ukuran khusus. Dapat digunakan sebagai pondasi air. Pelaksanaan mudah Getaran yang ditimbulkan pada saat pelaksanaan cukup kecil, cocok digunakan pada daerah yang padat, sehingga tidak menganggu lingkungan sekitar Tidak berisik Tiang cukup panjang, tidak memerlukan sambungan Ukuran diameter biasanya lebih besar dari ukuran pracetak, sehingga daya dukung tiap tiang lebih besar. Sumber : Ching, F. Architecture Form, Space and Order menimbulkan getaran, sehingga menganggu lingkungan sekitar. Untuk tiang yang tidak cukup panjang perlu peyambungan, dan hasilnya kurang baik. Memerlukan tempat penampungan di lokasi. Untuk tiang berdiameter besar, perlu alat pemancang yang besar. memerlukan biaya besar. relatif lama. Kesimpulan: Dari beberapa pertimbangan di atas, maka diputuskan untuk memilih penggunaan bored pile sebagai pondasi utama. Karena mampu menahan gaya vertikal. Struktur Atas (Upper-Structure) Struktur utama pada bangunan Hotel kapsul menggunakan sistem struktur rangka beton bertulang dengan unit kapsul yang menggunakan rangka baja, berdasarkan pertimbangan: 34

a. Cukup fleksibel dalam pembagian ruang karena dinding-dindingnya merupakan elemen non-struktural. b. Memungkinkan untuk membuat bukaan sebanyak mungkin, sehingga memudahkan pencahayaan dan penghawaan alami. c. Menggunakan rangka baja pada unit kapsul karena lebih ringan dengan finishing material FRP dan Alucobond Konstruksi prefabrikasi merupakan proses pembangunan di mana elemen atau modul struktur yang prefabrikasi di pabrik, kemudian diangkut ke lokasi pembangunan untuk instalasi. Menggunakan metode ini dapat mengurangi waktu juga menghemat biaya konstruksi. IV. 3. 4 Analisa Utilitas Bangunan Utilitas bangunan merupakan salah satu faktor keamanan dan kenyamanan dalam kelangsungan kegiatan di dalam bangunan sesuai dengan beberapa pertimbangan seperti; adanya kenyamanan pada pengguna atas temperatur suhu, cahaya, kebisingan, dan keamanan akan bahaya kebakaran serta kriminalitas serta kemudahan pemasangan dan pemeliharaan utilitas tersebut. Berikut ini adalah alternatif jalur sirkulasi utilitas bangunan: Sistem Plumbing Sistem Air Bersih, digunakan untuk : 35

Digunakan untuk tempat wudhu, kamar mandi, toilet, pantry, menyiram tanaman dan antisipasi kebakaran. Adapun sistem pendistribusian air bersih adalah seperti gambar berikut. Gambar 4.12 Pendistribusian air bersih (Sumber: Juwana, J.S,Struktur bangunan tinggi) Sistem Air Kotor, terdiri atas : - Air Kotor Padat Kotoran padat dari kloset dibuang melalui saluran air kotor dan kemudian disalurkan ke STP. Kotoran dari pemipaan Tangki aerasi Tangki pengendapan Tangki klorinasi Septic Tank Gambar 4.13 Sistem air kotor (Sumber: Juwana, J.S, Struktur bangunan tinggi) 36

- Air Kotor Cair Air kotor yang berasal dari limbah kamar mandi atau limbah dapur, cucian, dan air hujan. Gambar 4.14 Pendistribusian air kotor (Sumber: Juwana, J.S Struktur bangunan tinggi) Sistem Air Hujan Air hujan Penampungan Filter Reservoir Atas wastafel Gambar 4.15 Pendistribusian air hujan (Sumber: Juwana, J.S Struktur bangunan tinggi) Kesimpulan : Ada 4 buah sistem pendistribusian air yaitu air bersih, air kotor padat, air kotor cair, dan air hujan. Adapun sistem air kotor padat tidak digunakan kembali, sedangkan sistem air kotor cair dan air hujan masih dapat digunakan kembali untuk keperluan bangunan. 37

Sistem Jaringan Listrik Distribusi Listrik - PLN Merupakan sumber listrik utama dari pemakaian listrik sehari-hari. - Genset Sebagai sumber listrik cadangan sewaktu sumber aliran listrik dari PLN terputus. Sumber daya ini melayani hampir seluruh keperluan bangunan. PLN Gardu Panel Unit Automatic switch Unit Genset Panel Unit Gambar 4.16 Sistem jaringan listrik (Sumber: Juwana, J.S, Struktur bangunan tinggi) Proteksi kebakaran Fire hydrant Penempatan pada koridor atau tempat yang mudah dicapai, dengan jarak maksimum 30 m. Sprinkler Penanggulangan kebakaran tingkat awal yang bekerja secara otomatis. Detector 38

Detektor, untuk mendeteksi bila ada asap maupun suhu yang terlalu tinggi di dalam ruangan. Tangga darurat Pada setiap bangunan wajib memiliki tangga darurat minimal duah buah pada ujung-ujung bangunan dan berjarak ± 30 m. Lebar tangga darurat ± 1,2 m, dengan pintu ± 90cm, dan tahan api selam ± 2 jam serta dilengkapi dengan shaf. Tangga darurat, jarak maksimal yang harus bisa dicapai oleh pengguna bangunan adalah 30 m dari semua sisi. Standard lebar tangga minimum untuk tangga kebakaran adalah 1.20 m. Untuk bangunan dengan ketinggian kurang dari 8 lantai ( < 25 m ), tangga sirkulasi dapat digunakan sebagai tangga kebakaran sedangkan untuk bangunan dengan ketinggian lebih dari 8 lantai ( > 25 m ), harus dilengkapi dengan tangga kebakaran dan persyaratan evakuasi darurat lainnya. Petunjuk arah keluar Dipasang di sepanjang jalur sirkulasi, koridor pintu darurat, dan pintu keluar. Pengamanan terhadap bahaya petir. Sistem penangkal petir : a. Sistem Faraday Sistem tiang penangkap petir (lighting rods) yang menggunakan sistem kurungan Faraday, yaitu tiang 39

berada di daerah bangunan yang paling tinggi, dan dihubungkan dengan kabel yang melewati sisi gedung yang kemudian berakhir ke dalam tanah. b. Sistem Franklin Batang yang runcing dari bahan copper spit di pasang paling atas dan di hubungkan dengan batang tembaga menuju elektroda tang di tanahkan. Batang elektroda tersebut di buat bak kontrol untuk memudahkan pemeriksaan dan pengetesan. Kesimpulan: Sistem penangkal petir yang akan diterapkan pada bangunan Hotel kapsul adalah sistem tiang penangkap petir (lighting rods) yang menggunakan sistem kurungan Faraday, yaitu tiang berada di daerah bangunan yang paling tinggi, dan dihubungkan dengan kabel yang melewati sisi gedung yang kemudian berakhir ke dalam tanah. 40