Regita Gebrila Rondonuwu Sefti Rompas Yolanda Bataha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Keluarga Menderita Diabetes, Aktifitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

Olahraga dengan Kadar Gula Darah

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

Nunung Sri Mulyani Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

ejournal Keperawatan ( e-kp) Volume 1. Nomor. 1 Agustus 2013

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM


HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

Kedokteran Universitas Lampung

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dunia. Menurut Golostein (2008), bahwa 5% dari populasi penduduk

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,


BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN DM TIPE II DI RSU PANCARAN KASIH Junita C. Timisela*, Budi T. Ratag*, Angela F.C.

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

I. PENDAHULUAN. cukup tinggi di dunia. World Health Organization (WHO) tahun 2003

HUBUNGAN KOPING KELUARGA DENGAN TINGKAT KETAATAN DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS I DENPASAR BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten


GAMBARAN PENGETAHUAN TENAGA KESEHATAN TENTANG DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS KOTA MANADO

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

PENGARUH SENAM KAKI DIABETES TERHADAP PERUBAHAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ENEMAWIRA

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

PENGARUH SENAM DIABETES MELITUS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI SANGGAR SENAM PERSADIA KABUPATEN GORONTALO

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBEDAAN NORMALITAS TEKANAN DARAH PADA WANITA MIDDLE AGE YANG MENGIKUTI SENAM DAN TIDAK SENAM DI KELURAHAN BANDUNGREJOSARI MALANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus timbul akibat perubahan gaya hidup sedenter yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU OLAHRAGA DENGAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WOLAANG KECAMATAN LANGOWAN TIMUR Regita Gebrila Rondonuwu Sefti Rompas Yolanda Bataha Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Email: regita.rondonuwu@gmail.com Abstract : Diabetes mellitus is a group of symptoms that arise in a person caused by the presence of elevated blood glucose levels due to insulin deficiency that both absolute and relative terms. Exercise or physical activity is useful as controlling blood glucose levels and weight loss in patients with diabetes mellitus. Purpose of this study to analyze the relationship between exercise behavior with blood glucose levels in people of diabetes mellitus in community of Wolaang health center. Research method using cross sectional design. The sampling technique in this research is purposive sampling with 32 samples. Data is collected using questionnaires and observation sheets blood glucose levels. Results based on respondents with sporting activities at most in the medium category and blood glucose levels at most in the normal category. Test results based on Spearman Rho obtained values P= 0.001 with significance level (alpha) used is 0,01, so 0,01 α 0.001. Conclusion there is a relationship between exercise behavior with blood glucose levels of Diabetics Mellitus with closeness value or correlation coefficient of 0,547 and the level of relationship with the closeness of the medium category. Suggestion is expected to be a reference base to conduct further research into the control of diabetes mellitus and the relationship can be a comparison study if you want to do research on other factors in the control of diabetes mellitus. Keywords : Exercise Behavior, Blood Glucose Levels, Diabetes Mellitus Abstrak : Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin yang baik absolut maupun relatif. Olahraga atau aktivitas fisik berguna sebagai pengendali kadar gula darah dan penurunan berat badan pada penderita diabetes mellitus. Tujuan penelitian ini untuk menganalisa hubungan antara perilaku olahraga dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus diwilayah kerja Puskesmas Wolaang. Metode penelitian menggunakan desain penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu purposive sampling dengan jumlah 32 sampel. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner dan lembar observasi kadar glukosa darah. Hasil penelitian berdasarkan uji statistik responden dengan aktivitas olahraga paling banyak dalam kategori sedang dan kadar gula darah paling banyak dalam kategori normal. Hasil uji Spearman Rho diperoleh nilai P = 0,001 dengan tingkat kemaknaan (alfa) yang digunakan yaitu 0,01, jadi α = 0,01 > 0,001. Kesimpulan terdapat hubungan antara perilaku olahraga dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus dengan nilai keeratan atau koefisien korelasi dan tingkat hubungan sebesar 0,547 dengan kategori keeratan sedang. Saran diharapkan menjadi acuan dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan pengendalian diabetes mellitus dan dapat menjadi penelitian pembanding apabila ingin melakukan penelitian tentang faktor-faktor lain dalam pengendalian diabetes. Kata Kunci : Perilaku Olahraga, Kadar Gula Darah, Diabetes Mellitus 1

PENDAHULUAN Penyakit Diabetes Mellitus (DM) merupakan ancaman serius bagi pembangunan kesehatan dan pertumbuhan ekonomi nasional, karena itu pengendaliannya perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh, secara komprehensif dan terintegrasi dengan memberikan perhatian melalui pengendalian penyakit tidak menular yaitu no tobacco, healthy diet and healthy activity yang dimulai sejak janin sampai dewasa tua (Aditama, 2012). Data World Health Organization (WHO), saat ini terdapat 366 juta jiwa dengan DM di dunia, di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak 8,4 juta jiwa dan akan meningkat menjadi 21,8 juta pada tahun 2030, sehingga Indonesia menduduki rangking keempat setelah Amerika Serikat, China dan India diantara negara-negara yang memiliki penyandang diabetes terbanyak, dengan popilasi penduduk terbesar di dunia (Aditama, 2011). Menurut Riskesdas tahun 2013 prevalensi DM di Indonesia berdasarkan jawaban pernah didiagnosis dokter sebesar 1,5%. DM berdasarkan diagnosis dengan gejala sebesar 2,1%. Prevalensi DM pada perempuan cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki. Sulawesi Utara memiliki prevalensi DM yang terdiagnosa oleh petugas kesehatan sebesar 2,4% dan yang terdiagnosa dengan gejala sebesar 3,6 %, sejalan dengan itu data dari Dinas Kesehatan Sulawesi Utara tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi diabetes, baik berdasarkan diagnosis maupun diagnosis dan gejala, secara merata di tingkat Provinsi Sulawesi Utara didapatkan angka lebih tinggi dari pada angka nasional. Penyakit ini tersebar di seluruh Kabupaten dan Kota di Sulawesi Utara. Olahraga atau aktivitas fisik berguna sebagai pengendali kadar gula darah dan penurunan berat badan pada penderita diabetes mellitus. Manfaat besar dari berolahraga pada diabetes mellitus antara lain menurunkan kadar glukosa darah, mencegah kegemukan, ikut berperan dalam mengatasi terjadinya komplikasi, gangguan lipid darah dan peningkatan tekanan darah (Ilyas, 2011). Pengaruh olahraga atau aktivitas fisik secara langsung berhubungan dengan peningkatan kecepatan pemulihan glukosa otot (seberapa banyak otot mengambil glukosa dari aliran darah). Saat berolahraga, otot menggunakan glukosa yang tersimpan dalam otot jika glukosa berkurang, otot mengisi kekosongan dengan mengambil glukosa dari darah. Ini akan mengakibatkan menurunnya glukosa darah sehingga memperbesar pengendalian glukosa darah (Aditama, 2011). Menurut data dari Puskesmas Wolaang, penderita DM di 8 desa di kecamatan Langowan Timur dari bulan Agustus- Oktober 2015 ada 160 penderita, di dominasi oleh wanita usia di atas 55 tahun. Hasil survey awal pada penderita DM di wilayah kerja Puskesmas Wolaang pada 8 penderita DM yang telah diwawancarai, 6 diantaranya mengalami perubahan kadar gula darah yang menjadi stabil ketika melakukan olahraga yang disarankan petugas kesehatan seperti senam dan jogging. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian telah dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur. pada tanggal 7-29 Maret 2016. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes mellitus di wilayah kerja puskesmas Wolaang kecamatan Langowan Timur yaitu 160 penderita. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan metode penentuan sampel secara umum, yaitu jika besar populasi. 2

Jumlah sampel pada penelitian ini diambil dari 20% dari 160 = 32 orang dengan teknik proportional random sampling. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin n % Laki-laki 14 43,7 Perempuan 18 56,3 Tabel diatas menunjukan distribusi responden menurut jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan dengan 18 responden (56,3%). Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Umur Umur n % 40 49 7 21,9 50 59 15 46,9 60 69 10 31,2 Tabel diatas menunjukan bahwa paling banyak responden memiliki rentang umur 50-59 tahun yaitu sebanyak 15 responden (46,9%) dan paling sedikit responden dengan rentang umur 40-49 tahun yaitu 7 responden (21,9%). Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Pekerjaan n % PNS 5 15,6 Swasta 3 9,4 Wiraswasta 9 28,1 Pensiunan 2 6,3 IRT 13 40,6 Tabel diatas menunjukan bahwa tingkat pekerjaan responden yang paling banyak 3 terdapat pada jenis pekerjaan IRT yaitu sebanyak 13 responden (40,6%) dan paling sedikit yaitu jenis pekerjaan Pensiunan sebanyak 2 responden (6,3%). Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Pendidikan Pekerjaan n % SD 4 12,5 SLTP 7 21,9 SLTA 13 40,6 Perguruan Tinggi 8 25,0 Tabel diatas menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden lebih banyak terdapat pada tingkat SLTA sebanyak 13 responden (40,6%) dan yang paling sedikit pada tingkat SD yaitu 4 responden (12,5%). Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Perilaku Olahraga Perilaku Olahraga n % Ringan 9 28,1 Sedang 13 40,6 Berat 10 31,3 Sumber: Data Primer (diolah Tahun 2016) Distribusi perilaku olahraga pada tabel diatas menunjukan bahwa responden dengan perilaku olahraga yang paling banyak yaitu aktivitas sedang dengan 13 responden (40,6%) dan paling sedikit yaitu aktivitas ringan sebanyak 9 responden (28,1%). Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Kadar Glukosa Darah Sewaktu Kadar Glukosa Darah n % Tinggi 10 31,2 Normal 14 43,8 Rendah 8 25,0 Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2016)

Distribusi reponden menurut kadar glukosa darah didapati hasil paling banyak responden memiliki kadar glukosa darah 90 199 Mg/dL sebanyak 14 responden (43,8%) dan paling sedikit responden memiliki kadar gula darah 90 sebanyak 8 responden (25,0%). ANALISA UNIVARIAT Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 32 responden di wilayah kerja Puskesmas Wolaang berdasarkan responden menurut jenis kelamin menunjukan bahwa lebih besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 18 responden (56,3%) dibandingkan laki-laki sebanyak 14 responden (43,8%). Kejadian diabetes mellitus lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria teutama pada DM tipe 2. Hal ini disebabkan oleh penurunan hormone estrogen akibat menopause. Estrogen pada dasarnya berfungsi untuk menjaga keseimbangan kadar gula darah dan meningkatkan penyimpanan lemak, serta progesterone yang berfungsi untuk menormalkan kadar gula darah dan membantu menggunakan lemak sebagai energi (Taylor, 2008 dalam Saliadeho, 2016). Karakteristik menurut umur paling banyak responden memiliki rentang usia 50-59 tahun sebanyak 15 responden (46,9%). Hal ini dibuktikan dengan teori yang mengatakan bahwa semakin bertambahnya umur, kemampuan jaringan mengambil glukosa darah semakin menurun. Diabetes mellitus lebih banyak terdapat pada orang berumur di atas 40 tahun daripada orang yang lebih muda (Suiraoka,2012). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Saliadeho (2016), karakteristik responden diabetes mellitus berdasarkan umur lebih banyak berada pada rentang 52-70 tahun. Distribusi responden menurut pendidikan sebanyak 13 responden (40,6%) berpendidikan terakhir SMA. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kemampuan dan pengetahuan seseorang dalam menerapkan perilaku hidup sehat, terutama dalam pengendalian diabetes mellitus. Penelitian yang dilakukan oleh Wuwungan (2014) juga menunjukan hasil yang sama yaitu presentase tingkat pendidikan terakhir responden yang paling besar adalah lulusan SMA/sederajat. Berdasarkan distribusi responden menurut pekerjaan menunjukan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian ini memiliki pekerjaan sebagai IRT yaitu sebanyak 13 responden (40,6%). Ketika seseorang dalam pekerjaannya kurang latihan fisik menyebabkan jumlah timbunan lemak dalm tubuh tidak akan berkurang dan menyebabkan berat badan lebih dan menyebabkan DM tipe-2 (Soewondo, 2006). ANALISA BIVARIAT Tabel 7. Distribusi Hubungan Perilaku Olahraga Dengan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Penderita Diabetes Mellitus Correlations Spear man s rho Perilaku Olahrag a Kadar Gula Darah Correlation Coefficient Perilaku Olahraga KGD 1.000 -.547 ** Sig. (2-..001 tailed) N 32 32 Correlation -.547 ** 1.000 Coefficient Sig. (2-.001. tailed) N 32 32 Sumber : Data Primer (diolah Tahun 2016) Berdasarkan uji statistik yang dilakukan pada 32 responden menunjukan bahwa hubungan antara perilaku olahraga dengan kadar gula darah diperoleh nilai P=0,001 dengan tingkat kemaknaan (alfa) yang digunakan yaitu 0,01 jadi α = 0,01 > 0,001 yang berarti terdapat hubungan antara perilaku olahraga dengan kadar gula darah. Nilai keeratan atau koefisien korelasi dan 4

tingkat hubungan sebesar -0,547 dengan kategori keeratan sedang. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku olahraga terhadap pengendalian kadar gula darah secara statistik, dimana aktivitas sedang yang teratur dapat menormalkan kadar gula darah. Begitupula dengan aktivitas ringan dapat menyebabkan kadar gula darah diatas normal dan begitupun sebaliknya dengan tingkat keereatan hubungan dalam kategori sedang. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha meminimalisir faktor-faktor yang menjadi pemicu dalam penelitian ini dengan cara menghomogenkan terapi farmakologis serta diet seluruh penderita diabetes mellitus, sehingga hanya aktivitas fisik/olahraga yang menjadi variabel bebasnya. Hasil ini sesuai dengan dasar teori yang menyatakan bahwa selama aktivitas fisik/olahraga, terjadi peningkatan masukan glukosa ke otot dikarenakan adanya insulin independent yang mempengaruhi terjadinya peningkatan jumlah transporter GLUT-4 pada membrane sel dan terjadi selama beberapa jam setelah aktivitas atau lebih panjang lagi disertai peningkatan sensitivitas insulin dengan aktivitas yang tetap.penelitian ini menggambarkan pernyataan Konsesensus (2011) yang menjadikan aktivitas fisik terutama kegiatan jasmani sehari-hari atau olahraga secara teratur sebagai salah satu pilar penatalaksanaan diabetes mellitus. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Gumilang Paramitha (2013) dalam penelitian yang berjudul hubungan aktivitas fisik dengan kadar gula darah pasien diabetes mellitus tipe 2 di RS Karanganyar dimana aktivitas fisik yang sedang dan teratur dapat mengontrol kadar gula darah mendekati batas normal. Penelitian yang lain juga dilakukan Vienna Worang (2013) dalam penelitiannya yang berjudul hubungan pengendalian diabetes mellitus dengan kadar gula darah pasien diabetes mellitus di RSU Manembo Nembo Bitung dimana pengendalian diabetes mellitus yang baik dapat mengontrol kadar gula darah dalam batas normal. Aktivitas olahraga sangat berpengaruh terhadap pengendalian kadar gula darah. Melakukan olahraga yang baik dan teratur membuat peningkatan aliran ke otot dengan cara pembukaan kapiler (pembuluh darah kecil diotot) dan hal ini akan menurunka tekanan pada otot yang pada gilirannya akan meningkatkan penyediaan dalam jaringan otot itu sendiri. Dengan demikian akan mengurangi gangguan metabolisme karbohidrat pada penderita diabetes mellitus sehingga menurunkan kadar glukosanya (Wirato, 2013 dalam Saliadeho, 2016). Berdasarkan teori dari Wirato (2013) bahwa melakukan olahraga yang baik dan teratur dapat menurunkan kadar gulanya, begitupun sebaliknya perilaku olahraga yang buruk dan tidak teratur menyebabkan kadar gula darah tidak terkontrol. Upaya penanganan pada penderita diabetes mellitus sekaligus pencegahan terjadinya komplikasi adalah melakukan upaya pengendalian DM yang salah satunya yaitu melakukan aktivitas olahraga yang teratur bagi penderita DM. dengan berolahraga diharapkan memperbaiki kadar gula dalam darah. Aktivitas fisik yang juga sering dianjurkan adalah senam diabetes. Menurut Plotnikoff (2006) dalam Canadian Journal of Diabetes, aktivitas fisik/olahraga merupakan kunci dalam pengelolaan diabetes mellitus terutama sebagai pengontrol gula darah dan memperbaiki faktor resiko kardiovaskuler seperti menurunkan hiperinsulinemia, meningkatkan sensitifitas insulin, menurunkan lemak tubuh, serta menurunkan tekanan darah. Aktivitas fisik/olahraga sedang yang teratur berhubungan dengan penurunan angka mortalitas sekitar 45-70% pada popilasi diabetes mellitus tipe 2 serta menurunkan kadar HbA1c ke level yang 5

bisa mencegah terjadinya komplikasi. Aktivitas fisik/olahraga minimal 150 menit setiap minggu yang terdiri dari latihan aerobik, latihan ketahanan maupun kombinasi keduanya berkaitan dengan penurunan kadar HbA1c pada penderita diabetes mellitus tipe 2 (Umpierre et al, 2011 dalam Paramitha 2013). Dari hasil penelitian ini, peneliti berpendapat bahwa perilaku olahraga penderita diabetes mellitus berpengaruh terhadap kadar gula darah. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji statistik dimana terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku olahraga dan kadar gula darah. Dalam penelitian ini didapatkan paling banyak penderita beraktivitas dengan kategori sedang dikarenakan paling banyak responden berjenis kelamin perempuan dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Sehingga kadar gula darah sebagian besar terkontrol oleh karena aktivitas yang dalam kategori sedang. SIMPULAN 1. Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti didapati perilaku olahraga paling banyak yaitu pada kategori sedang. 2. Dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti didapati kadar glukosa darah sewaktu paling banyak pada kategori normal. 3. Ada hubungan antara perilaku olahraga dengan kadar gula darah penderita diabetes mellitus diwilayah kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur. Dari hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur, dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Penderita Dari hasil penelitian ini, peneliti mengharapkan dapat dijadikan masukan dan saran bagi penderita diabetes mellitus atau masyarakat yang datang berobat di Puskesmas Wolaang Kecamatan Langowan Timur agar dapat memperhatikan aktifitas fisik/olahraga untuk dapat melakukan aktivitas olahraga 3-4 kali per minggu dengan durasi 30 menit agar dapat mengendalikan kadar gula darah bagi penderita diabetes mellitus. 2. Bagi Puskesmas Wolaang Peneliti menyarankan kepada pihak puskesmas agar menjadi referensi dalam bidang Ilmu Keperawatan sehingga sebagai tenaga kesehatan dapat berperan dalam memberikan penyuluhan kesehatan tentang perilaku olahraga dalam mengendalikan kadar gula darah bagi penderita diabetes mellitus. 3. Bagi intitusi pendidikan Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan pengendalian diabetes mellitus dan dapat menjadi penelitian pembanding apabila ingin mengembangkan penelitian tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi pengendalian kadar gula darah penderita diabetes mellitus. DAFTAR PUSTAKA Aditama, T. Y. (2012). Kemitraan Pemerintah dan Swasta dalam Pengendalian Diabetes Mellitus di Indonesia. Pusat Komunikasi Publik Sekjen Kemenkes RI. http://www.depkes.go.id/index.php/inde x.php?vw=unitlayananterpadu (Diaskes pada : 15 November 2015) Aditama, T. Y. (2011). RI Rangking Keempat Jumlah Penderita Diabetes Terbanyak di Dunia. PDPERSI. Jakarta. http://www.pdpersi.co.id (Diaskes pada: 15 November 2015) 6

Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 8. Jakarta: Buku Kedokteran ECG Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : ECG Dinas Kesehatan Sulawesi Utara. (2013). Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara 2013. Manado: http://www.depkes.go.id/downloads/pro fil/prov_sulut_2008.pdf (Diakses pada : 18 November 2015) Ilyas, E. I. (2011). Olahraga bagi Diabetesi. Jakarta: FK UI Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika Paramita, G. M. (2014). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Price & Wilson. (2006). Patofisiologi Clinical Concepts Of Desiase Proccess Edisi 6. Vol. 2. Ahli Bahasa Brahm U. Jakarta: Buku Kedokteran ECG. RISKESDAS. (2013). Laporan Nasional Riskesda 2013. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Saliadeho, A. (2016). Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Tipe 2 Di Sanggar Senam Persadia Kabupaten Gorontalo. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UNSRAT Smeltzer, S. C. (2011). Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Ed. 12. Jakarta: Buku Kedokteran ECG Soegondo, S. (2009). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: FKUI Worang, V. (2013). Hubungan Pengendalian Diabetes Mellitus Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di RSUD Manembo Nembo Bitung. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UNSRAT 7