BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENATAAN KEBERADAAN PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI

DAFTAR PUSTAKA. Agustino, Leo Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 17-A TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis ritel modern di Indonesia saat ini berkembang semakin pesat seiring

BAB I PENDAHULUAN. pasar tradisional menjadi salah satu wadah atau sarana untuk mencapai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. dan Perdagangan Nomor 23/MPP/KEP/1/1998 tentang Lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Kabupaten Sleman. Pertumbuhan bisnis ini dapat mewujudkan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola

Salinan NO : 4/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang memecahkan persoalan-persoalan masyarakat, antara lain ilmu

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

Peraturan...

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI NUNUKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2016

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG. baik minimarket, supermarket, departmen store, hypermarket, dan mall. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan saat ini nyaris tidak dapat dilepaskan dari pasar.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 10 Tahun 2017 Seri E Nomor 6 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Pemberdayaan Pasar Tradisional Bantul Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. kecil, serta melalui sistem penjualan grosir maupun retail merupakan perwujudan

Revitalisasi Pasar Tradisional, Jumlah Kunjungan, Pendapatan Pedagang, dan Pendapatan Pasar

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III METODE PENELITIAN. dapat membantu memudahkan peneliti dalam menjalankan proses penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Pada era 1970 s/d 1980-an, format bisnis ini terus berkembang.

Judul : Analisis Pendapatan Usaha Warung Tradisional Dengan Munculnya Minimarket Di Kota Denpasar Nama : Ida Ayu Sima Ratika Dewi NIM :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari jenjang pendidikan terdiri atas Diploma-1, Diploma-2, Diploma-3,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

LAMPIRAN. (Contoh Surat Peringatan yang diberikan oleh Pemda Sleman Kepada Toko. Modern yang Melakukan Pelanggaran)

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

SUKSES BISNIS RITEL MODERN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan dan perkembangan perekonomian pada umumnya dan

IDENTIFIKASI SEBARAN MINIMARKET DI KELURAHAN TIGARAKSA KECAMATAN TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG ABSTRAK

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB 2 KONDISI INDUSTRI PERPASARAN DAN PERSAINGAN DI DALAMNYA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya

BAB I PENDAHULUAN. pembeli, antara dunia usaha dan masyarakat. Pasar memainkan peranan yang amat

BAB I PENDAHULUAN. dengan tumbuh dan berkembangnya perusahan perusahan di Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. dari lembaga yang bersangkutan yaitu Sekolah Tinggi Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. minimarket Indomaret, Alfamart, dan toko-toko tidak berjejaring lainnya.

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terjadi. Pada umumnya, semua pasar tradisional yang ada di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia diwajibkan untuk saling membantu satu sama lain,

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini dimulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanyaera globalisasi yang semakin pesat dan perkembangan gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. (Tjokroaminoto dan Mustopadidjaya, 1986:1). Pembangunan ekonomi dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, dan golongan tertentu saja. Yaitu kepentingan politik kekuasaan, bukan kepada publik.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEGALITAS TOKO MODERN DAN MINUMAN BERALKOHOL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah yuridis empiris. Yuridis empiris merupakan cara penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pasar tradisional di Kota Yogyakarta telah hadir sejak Zaman

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB III METODE PENELITIAN. yang berasal dari Bahasa Inggris : method, bahasa latin : methodus, Yunani :

WALIKOTA PANGKALPINANG

TENTANG TATA CARA PENERBITAN IZIN USAHA TOKO SWALAYAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan ketertiban dalam hidup bermasyarakat. Untuk. kepentingan-kepentingan yang ada di dalam masyarakat.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BELITUNG TIMUR,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan. Industri ritel dibagi menjadi 2 yaitu ritel tradisional dan ritel

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan eksistensi pasar tradisional di Indonesia. Dalam pasar

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Arti Judul

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, memberikan definisi pasar tradisional dan

BAB I PENDAHULUAN. pasar-pasar modern yang berkembang pesat di tiap-tiap kota. Pada prinsipnya, kegiatan operasi perusahaan, yang terdiri atas laba.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan era globalisasi yang semakin pesat, maka pertumbuhan ekonomi juga semakin meningkat. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya usaha baru yang tumbuh di tengah masyarakat. Toko modern asing telah berdiri Indonesia, bukan saja di pusat perkotaan, tetapi juga di pedesaan sehingga mematikan pedagang kecil dan pasar tradisional. Toko Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan. 1 Sementara itu yang dimaksud dengan Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar. 2 1 Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. 2 Pasal 1 angka 2 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. 1

Peluang pemain asing ini semakin terbuka lebar dengan dikeluarkannya UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang memberikan perlakuan sama terhadap investor lokal dan investor asing. Sebaliknya, sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa wajah pasar tradisional yang selama ini dikenal kumuh, becek, dan bau merupakan fakta pasar tradisional yang selama ini dikenal masyarakat. Sampah yang berserakan sudah menjadi pemandangan sehari-hari di pasar tradisional. Harus diakui pengelolaan pasar tradisional sangat memprihatinkan, minim renovasi serta fasilitas umum dan sosial yang kurang layak semakin menguatkan predikat pasar tradisional diatas sebagai tempat belanja. Oleh karena itu, sebagian besar pembeli enggan berkunjung ke pasar tradisional karena dianggap bukan hanya tidak nyaman, melainkan juga kurang aman. 3 Persaingan pasar tradisional dan toko tradisional atau yang dikenal dengan toko kelontong dengan pasar modern asing atau toko modern seperti mempertarungkan sesuatu yang tidak seimbang. Pada satu sisi masyarakat memerlukan kehidupan ekonomi yang lebih modern, dalam hal ini pasar dan toko yang modern, tetapi di sisi yang lain toko tradisional perlu dipertahankan supaya pendapatan dan lapangan kerja bagi mereka tetap berlangsung. Sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M- DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, 3 Jabal Tarik Ibrahim, Konsep Penataan Kawasan Usaha Ritel di Tengah Pemukiman Masyarakat Pedesaan (Studi Sosiologis di Wilayah Kabupaten Malang), Jurnal Humanity Volume 7 Nomor 1 September 2011: 15-22. 2

Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dapat diketahui bahwa pendirian minimarket harus mempertimbangkan kepadatan penduduk, perkembangan pemukiman baru, arus lalu lintas, ketersediaan infrastruktur, keberadaan pasar tradisional, dan warung/ toko di wilayah sekitar. Pendirian minimarket juga harus mempertimbangkan areal parkir yang cukup, kemitraan dengan UMKM, luas lantai penjualan kurang dari 400 meter persegi, dan harus memiliki izin usaha toko modern. Akan tetapi pada fakta yang terjadi di lapangan berdasarkan hasil pengamatan penulis adalah pada saat ini banyak berkembang toko modern seperti Indomaret, Alfamart yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam peraturan tersebut. Toko modern tersebut lokasinya berada tidak jauh dari pasar tradional, dan toko modern satu dengan yang lainnya jaraknya berdekatan. Toko modern tersebut bahkan pada saat ini buka 24 jam, sehingga tidak membatasi waktu bagi konsumen yang akan berbelanja. Selain itu tampilan dari toko modern yang bagus, barang ditata rapi, pegawai yang menyapa pada saat konsumen datang, walaupun harga barang yang ditawarkan lebih mahal masyarakat cenderung akan memilih untuk berbelanja di toko modern tersebut. Di wilayah Kabupaten Klaten terdapat beberapa pasar tradional yang tersebar di masing-masing kecamatan. Keberadaan pasar tradisional di wilayah Kabupaten Klaten pada saat ini juga sudah mulai tergerus oleh berdirinya toko modern yang pertumbuhannya semakin meningkat. Berdasarkan data yang penulis dapatkan dapat diketahui bahwa pada tahun 2007, ada 7 ijin toko yang diberikan. 3

Kemudian secara berturut-turut 2008 terdapat 2 minimarket, 2009 ada 8 minimarket, tahun 2010 ada 5 minimarket. Tahun 2011 tidak ada izin usaha minimarket diberikan dan tahun 2012 mencapai 12 buah yang tersebar di 14 kecamatan di Kabupaten Klaten. Minimarket tersebut memang sebenarnya waralaba yang didirikan oleh usahawan-usahawan lokal. Akan tetapi keberadaannya mengancam tidak hanya pasar tradisional melainkan juga toko kelontong. Pada tahun 2011 Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten telah mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 12 Tahun 2011 tentang Penataan Pengelolaan Pasar Tradisional dan Pasar Modern. Peraturan Daerah tersebut dibuat sebagai wujud pelaksanaan dari otonomi daerah, dimana setiap daerah diberikan kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Dalam Peraturan Daerah tersebut diatur jam operasional bagi Minimarket. Bila hari Senin - Jum'at diijinkan buka mulai pukul 08.00 hingga pukul 22.00 sedangkan hari Sabtu - Minggu sampai pukul 24.00. Pada hari besar keagamaan dan libur nasional dapat beroperasi hingga pukul 02.00. Akan tetapi faktanya ada juga yang membuka toko hingga 24 jam. Berdasar data dari Solo Pos edisi 19 Maret 2013 tercatat jumlah pengajuan ijin minimarket waralaba terus meningkat. 4 Hal tersebut tentu saja menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan dalam 4 Melindungi Pasar Tradisional di Klaten, diakses melalui http://ninohistiraludin.blogspot.com/2013/03/melindungi-pasar-tradisional-di-klaten.html, tanggal 31 Maret 2014. pada 4

Peraturan Daerah tersebut. Apabila terus dibiarkan maka keberadaannya akan merugikan pasar tradional yang ada. Pasar tradisional akan sepi pembeli, sementara peran dari pemerintah daerah untuk meningkatkan sarana dan prasarana di pasar tradisional kurang maksimal. Di Klaten jumlah pasar tradisional saat ini mencapai 3-4 di setiap Kecamatan dengan jumlah pedagang di dalamnya sekitar 150an kios pedagang. Kehadiran pasar modern mempengaruhi pertumbuhan pasar tradisional secara negatif mencapai 8 persen. Penurunan pertumbuhan pasar tradisional terutama pada omzet penjualan, bahkan ada pedagang yang omzet penjualannya menurun hingga 60 persen. Sedangkan pasar modern mengalami peningkatan pertumbuhan secara positif sekitar 31,4 persen. Bahkan dalam satu tahun terakhir sedikitnya puluhan kios/pedagang di pasar tradisional tutup akibat dari kian pesatnya pertumbuhan pasar modern. 5 Keberadaan dari Peraturan Daerah tersebut menjadi tonggak cukup penting bagi perlindungan pasar tradisional di Kabupaten Klaten. Berdasarkan data yang penulis peroleh dari Dinas Perizinan Kabupaten Klaten, minimarket yang ijin berlakunya habis pada tahun 2014 tidak akan diperpanjang terutama bila letaknya berdekatan dengan pasar tradisional. Upaya tersebut dilakukan sebagai bentuk kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten untuk meningkatkan fungsi dari pasar tradisional yang ada di Kabupaten Klaten. Dalam konteks persaingan global maka tugas sektor publik adalah membangun 5 Solopos, 23 Februari 2012. 5

lingkungan yang memungkinkan setiap aktor baik bisnis maupun nirlaba, untuk mampu mengembangkan diri menjadi pelaku-pelaku yang kompetitif. Lingkungan ini hanya dapat diciptakan secara efektif oleh kebijakan publik. 6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dikemukakan tersebut di atas, maka penulis dapat merumuskan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam penataan keberadaan pasar tradisional di Kabupaten Klaten? 2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam mempertahankan penataan pasar tradisional? 3. Bagaimana model penataan pasar tradisional di Kabupaten Klaten untuk kedepannya? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten dalam mempertahankan penataan pasar tradisional 2. Untuk menganalisis faktor pendukung dan penghambat dalam mempertahankan penataan pasar tradisional 6 Riant Nugroho. 2003. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, hlm. 50. 6

3. Untuk menganalisis model penataan pasar tradisional di Kabupaten Klaten untuk kedepannya. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis Manfaat akademis dalam penelitian ini adalah untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang Hukum Adminstrasi Negara tentang kebijakan hukum dari pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat. 2. Manfaat Praktis Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah Kabupaten Klaten untuk meningkatkan perannya dalam memberikan perlindungan bagi pedagang tradisional. D. Orisinalitas Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran penulis terdapat penelitian yang hampir serupa dengan penelitian yang penulis lakukan diantaranya: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Anggoro Ari Wibowo pada tahun 2011 dengan judul Studi Kebijakan Pemerintah Kota Semarang dalam Pengelolaan Pasar Tradisional (Penerapan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Retribusi Pasar di Pasar Peterongan Semarang). 7 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan Pemerintah Kota Semarang 7 Anggoro Ari Wibowo. 2011. Studi Kebijakan Pemerintah Kota Semarang dalam Pengelolaan Pasar Tradisional (Penerapan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Retribusi Pasar di Pasar Peterongan Semarang). Tesis Tidak Dipublikasikan. Semarang: Unnes. 7

terhadap pedagang pasar sudah sesuai berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 4 tahun 2004 tentang Retribusi Pasar, namun masih terdapat kendala yaitu mengenai kurangnya fasilitas yang menunjang Kantor Dinas Pasar Peterongan yang berakibat kurang maksimalnya pelayanan terhadap pedagang pasar. 2. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Eis Al Masitoh pada tahun 2013 dengan judul Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional: Studi Revitalisasi Pasar Piyungan Bantul. 8 Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Bantul telah membuktikan dukungannya kepada pasar tradisional melalui kebijakan revitalisasi pasar tradisional. Revitalisasi yang dilakukan tidak hanya pada fisik bangunan, tetapi juga pengelolaan pasar tradisional dengan cara yang lebih modern. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Tatik Setyorini dengan judul Kebijakan Pemkab Bantul dalam Menangani Menjamurnya Toko Modern. 9 Hasil penelitian menunjukkan bahwa munculnya banyak toko modern memberikan manfaat bagi penambahan retribusi daerah dan kemudahan bertransaksi masyarakat, namun di sisi lain pertumbuhan toko modern yang semakin sporadis hingga pelosok desa menjadi momok bagi sebagian pihak dimana akan timbulnya persaingan yang tidak seimbang. Oleh karena itu Pemkab 8 Eis Al Masitoh. Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional: Studi Revitalisasi Pasar Piyungan Bantul. Jurnal PMI Vol. X.Nomor. 2, Maret 2013, hlm. 1. 9 Tatik Setyorini. Kebijakan Pemkab Bantul dalam Menangani Menjamurnya Toko Modern. Jurnal PMI Vol. X. No. 2, Maret 2013, hlm. 1. 8

Bantuk membuat suatu kebijakan dalam mengatur toko modern sehingga kemunculan toko modern tidak menjadi momok yang mengerikan bagi perekonomian rakyat kecil. Persamaan penelitian penulis dengan penelitian yang pernah dilakukan adalah dengan sama-sama menganalisis mengenai kebijakan pemerintah daerah terhadap keberadaan pasar tradisional. Perbedaan penelitian penulis dengan yang pernah dilakukan sebelumnya terletak pada fokus penelitian dimana penulis melakukan analisis mengenai kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Klaten dalam mempertahankan penataan pasar tradisional, faktor pendukung dan penghambat dalam mempertahankan penataan pasar tradisional dan model penataan pasar tradisional di Kabupaten Klaten untuk kedepannya. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis yaitu kajian terhadap penelitian dilakukan menggunakan peraturan perundangan, asas-asas hukum, teoriteori hukum. 10 Penelitian yuridis disebut juga dengan penelitian normatif. Penelitian hukum normatif adalah jenis penelitian yang lazim dilakukan dalam kegiatan pengembanan Ilmu Hukum yang di Barat biasa juga disebut 10 Bahder Johan Nasution. 2008. Metode Penelitian Hukum. Bandung: Mandar Maju, hlm. 26. 9

dengan Dogmatika Hukum. Dogmatika Hukum adalah ilmu yang kegiatan ilmiahnya mencakup kegiatan menginventarisasi, memaparkan, mengintrepetasikan dan mensistematisasi dan juga mengevaluasi keseluruhan hukum positif. 11 Untuk mendukung penelitian yuridis, dalam penelitian ini penulis melakukan penelitian untuk mendapatkan data empiris melalui wawancara dengan narasumber yang terkait dengan penelitian. 2. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder dan data primer. Data sekunder didapat melalui penelitian kepustakaan dan data primer didapat melalui penelitian di lapangan. a. Penelitian Kepustakaan Penelitian kepustakaan dilakukan dengan studi dokumen. Studi dokumen dilaksanakan dengan mengumpulkan, mempelajari dan menganalisis bahan kepustakaan yang terkait dengan obyek penelitian. 1) Bahan Hukum Bahan-bahan hukum yang menunjang dalam penelitian ini terdiri atas: a) Bahan hukum primer merupakan bahan-bahan hukum yang mengikat. Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan 11 Sulistyowati Irianto dan Shidarta. 2011. Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan Refleksi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor, hlm. 142. 10

dan putusan hakim. 12 Bahan hukum primer dalam penelitian ini diantaranya adalah: (1) UUD 1945 ; (2) UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal; (3) UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; (4) UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; (5) Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M- DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern; (6) Peraturan Daerah Klaten No 12 Tahun 2011 tentang Penataan Pengelolaan Pasar Tradisional dan Pasar Modern. b) Bahan hukum sekunder merupakan bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder berupa publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumendokumen resmi. 13 c) meliputi: (1) Buku-buku yang berhubungan dengan tema penelitian; 12 Peter Mahmud Marzuki. 2006. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, hlm. 141. 13 Ibid., hlm. 141. 11

(2) Artikel, jurnal, majalah dan makalah yang membahas tentang kebijakan terhadap pasar tradisional. d) Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun sekunder yang meliputi : (1) Kamus Hukum; (2) Kamus Besar Bahasa Indonesia; dan (3) Kamus Bahasa Inggris. b. Penelitian Lapangan 1) Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di wilayah Kabupaten Klaten 2) Narasumber Penelitian dan Responden Penelitian Narasumber penelitian ini adalah Kepala Dinas Pasar Kabupaten. Untuk responden penelitian ini adalah pedagang pasar yang ada di Pasar Juwiring, Pasar Klepu Ceper dan Pasar Kedungan Pedan Klaten dan masyarakat. 3) Teknik Pengambilan Sampel Pemilihan narasumber dan responden dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah 12

tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. 14 Pemilihan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan non random sampling, jadi hanya yang memenuhi kriteria yang telah penulis tetapkan yang dapat menjadi responden dalam penelitian ini. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut: a) Mengetahui tentang kebijakan Peraturan Daerah Kabupaten Klaten tentang Penataan Pengelolaan Pasar Tradisional dan Pasar Modern b) Para pedagang yang berjualan di pasar tradisional di Kabupaten Klaten 3. Teknik Pengumpulan Data Cara pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan wawancara. Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan yang diwawancarai (interviewee). 15 Pelaksanaan wawancara kepada narasumber dan responden menggunakan alat pengumpul data berupa pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya. 14 Suharsimi Arikunto. 2006. Metode Penelitian: Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, hlm. 139. 15 Bungin Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm.108. 13

4. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, artinya dalam penulisan hanya berisi uraian-uraian dan tidak menggunakan data statistik. 16 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan metode yang ada. 17 Dalam penelitian kualitatif, secara sengaja menggunakan istilah memahami (bukan menjelaskan) karena yang hendak dicari bukanlan faktor penyebab atau kualitas dari sesuatu fenomena melainkan alasan-alasan maknawi dari para pelaku sesuatu tindakan atau praktik sosial itu sendiri. 18 Informasi dari narasumber yang berhubungan dengan pokok permasalahan dipilih yang berkualitas, yang kemudian disajikan secara deskriptif, artinya memberikan gambaran secara rinci, sistematis dan menyeluruh mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 16 Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, hlm. 32. 17 Lexy. J. Moleong. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm. 5. 18 Burhan Bungin.2003. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 64-65. 14