BAB 5 PERUMUSAN KONSEP

dokumen-dokumen yang mirip
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. merupakan salah satu pendekatan dalam perancangan arsitektur yang

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

Konsep dasar perancangan pada Sekolah Pembelajaran Terpadu ini terbentuk. dari sebuah pendekatan dari arsitektur prilaku yaitu dengan cara menganalisa

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep perancangan yang digunakan adalah sustainable architecture


BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB V I KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dari permasalahan Keberadaan buaya di Indonesia semakin hari semakin

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. rancangan terdapat penambahan terkait dengan penerapan tema Arsitektur

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Perancangan Fasilitas Pendukung Kawasan Kampung Inggris Pare

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Bab V Konsep Perancangan

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB V KONSEP. Gambar 5.1 gambar konsep bentuk bangunan (Sumber : analisis 2013)

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Adapun pengelompokkan jenis kegiatan berdasarkan sifat, yang ada di dalam asrama

SMK PERTANIAN DI TAWANGMANGU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

ASRAMA PELAJAR DAN MAHASISWA

BAB IV KONSEP. Gambar 4.2 Pemintakatan berdasarkan fungsi hunian dan publik yaitu fungsi hunian berada di lantai atas dan umum di lantai dasar

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Tabel 5.1. Kapasitas Kelompok Kegiatan Utama. Standar Sumber Luas Total Perpustakaan m 2 /org, DA dan AS 50 m 2

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Batu adala Trade Eco Tourism (TET). Trade Eco Tourism (TET) market merupakan

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

Gambar 5.1. Zoning Ruang (sumber:konsep perancangan.2012)

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. menghasilkan keuntungan bagi pemiliknya. aktivitas sehari-hari. mengurangi kerusakan lingkungan.

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

Asrama Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP. Konsep edukasi pada redisain galeri Saptohoedojo ini ditekankan pada

BAB V KONSEP. marmer adalah Prinsip Sustainable Architecture menurut SABD yang terangkum

BAB V KONSEP DASAR DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. disesuaikan dengan tema bangunan yaitu sebuah fasilitas hunian yang

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan

5.1 Konsep Perencanaan Konsep Lokasi dan Tapak Memuat persyaratan-persyaratan atau batasan dan paparan kondisi tapak serta luasan tapak.

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB VI KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR. Aktivitas Utama Ruang Jumlah Kapasitas Luas (m 2 ) Entrance hall dan ruang tiket

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan sesama mahasiswa. tinggal sementara yang aman dan nyaman. keberlanjutan sumber daya alam.

BAB VI HASIL RANCANGAN. ini merupakan hasil pengambilan keputusan dari hasil analisa dan konsep pada bab

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Fire Extinguisher. Samisse Hydrant Hydrant

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PENYUSUNAN KONSEP

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Makro Gambar 5.1 : Sumber :

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

PENGEMBANGAN KAWASAN BUMI PERKEMAHAN KEPURUN KLATEN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

Transkripsi:

BAB 5 PERUMUSAN KONSEP 5.1 Konsep Ruang (Mikro) 5.1.1 Kampung Vertikal Konsep dasar perencanaan dan perancangan Kampung Vertikal ini menitikberatkan pada perancangan pemukiman penduduk secara vertikal, dengan tetap mempertahankan suasana kampung sebelumnya. Untuk memelihara interaksi dan kekhasan kehidupan sosial kampung, maka dalam perancangan ini setiap lantai bangunan memiliki sistem yang sama layaknya kampung horizontal. Adanya jalan setapak yang terbuka, taman-taman hijau untuk bermain anak, serta fasilitas umum lainnya yang ada setiap lantai. Penataan unit rumah juga dilakukan secara tidak kaku seperti rusun pada umumnya (akan dibahas pada sub bab konsep tata massa bangunan), sehingga masing-masing rumah tetap memiliki keunikan masing-masing. Dengan penerapan konsep ini, diharapkan akan tercipta dehumanisasi hunian dan normalisasi bantaran sungai sehingga baik alam maupun manusia mampu memenuhi kebutuhannya masing-masing dengan harmoni. Gambar 58. Tipologi modular bangunan Sumber: Analisa Pribadi 101

5.1.2 Integrasi dengan Lingkungan (Sungai) Dari hasil analisa pada bab 4, diketahui bahwa sungai melakukan proses evaporasi yang menghasilkan partikel-partikel air yang dapat terbawa angin sehingga dapat menyejukan bangunan. Udara sejuk tersebut diadopsi ke dalam bangunan dengan mengaplikasikan pelubangan-pelubangan pada fasad yang menghadap sungai. Namun, karena fasad tersebut juga menghadap arah barat, maka digunakan pula vegetasi peneduh untuk menangkal panas matahari. Gambar 59. Preseden penanaman pada fasad berlubang; adopsi udara sejuk sungai Sumber: BIG Architect, 2011 Gambar 60. Preseden koridor (jalan setapak) dengan layout terbuka di dalam bangunan Sumber: BIG Architect, 2011 Hal yang diadaptasi bangunan ialah kemungkinan banjir yang dapat melanda lokasi perancangan. Untuk itu, masa bangunan didesain dengan struktur panggung atau dengan void-void dibagian bawah. Dari segi fungsi, massa bagian bawah juga mewadahi aktivitas publik yang temporer. 102

Gambar 61. Adaptasi site apabila banjir dengan menggunakan konstruksi panggung Sumber: analisa pribadi Akomodasi sungai dilakukan dengan cara mengembalikan fungsi sungai seperti sediakala. Yakni dengan mengaplikasikan vegetasi riparian dan mengembalikan fungsi bantaran sebagai area tangkapan air. Selain itu, ada pula pengolahan sampah dan limbah mandiri sehingga sungai tidak lagi tercemari. Pada bagian selatan site juga dilakukan pelebaran sungai sebagai fasilitas wisata air. Bangunan juga menerapkan 6 prinsip bangunan ramah lingkungan sehingga dampak negatif bagi lingkungan dapat diminimalisasi. Gambar 62. Penerapan 6 prinsip bangunan hijau pada bangunan Sumber: analisa pribadi 5.1.3 Konsep Arsitektur Organik Sebagai sarana hunian yang layak bagi masyarakat, dan bersimbiosis dengan sistem urban farming. Sebagai sarana rekreasi socio-eco-culture bagi publik, dimana pengunjung dapat mengalami suasana kampung sekaligus melihat kerajinan dan pertunjukan 103

budaya oleh warga lokal. Selain wisata budaya, pengunjung juga dapat menikmati wisata agro yang meliputi wisata panen, wisata tanam, dan tour. Sebagai sarana kegiatan komersial yang terpadu dengan ruang terbuka (kebun kota) dan hunian warga. Sebagai sarana konservasi lingkungan dan budaya. Antara lain mencakup area riverbank promenade yang berfungsi mengkonservasi dan memulihkan ekosistem sungai dan bantarannya, serta galeri dan workshop kerajinan. 5.1.4 Desain Mix Use Sebagai Upaya Pengembangan Sektor Ekonomi Berkelanjutan Kampung Vertikal merupakan kawasan hunian yang sebagian areanya dikomersilkan. Hal ini bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat, sekaligus meningkatkan daya tarik wisata pada site. Sebagian besar kegiatan yang diwadahi adalah untuk kegiatan publik dan semi publik. Sehingga penentuan zoning terbagi menjadi tiga bagian sebagai berikut: a. Zona Publik, merupakan area dapat diakses dengan leluasa dari ruang luar dan mewadahi semua kegiatan user publik b. Zona Semi Publik, merupakan area pelayanan kepada user publik c. Zona Privat,merupakan zona kerja khusus pengelola dan user publik tidak diperkenankan untuk memasukinya kecuali memiliki kepentingan khusus Gambar 63. Pembagian zonasi vertikal pada rancangan Sumber: analisa pribadi 104

Lokasi eksisting tapak adalah sebuah kampung kumuh yang berada dekat area bibir sungai. Oleh karena itu proses perancangannya pun juga perlu memperhatikan beberapa aspek untuk memenuhi kriteria suasana yang diinginkan. Dalam hal ini suasana aman, nyaman dan khas untuk menarik wisatawan coba di hadirkan melalui beberapa faktor yaitu: Pemandangan (view) baik kedalam maupun keluar Pengudaraan, penghawaan dan pencahayaan yang nyaman Suasana yang tenang namun akrab ramah kekeluargaan Sistem kebun produktif sebagai taman/kebun kota 5.2 Konsep Simbiosis dalam Rancangan Penghuni o Memiliki ruang tinggal yang lebih baik terutama bagi warga kampung yang tidak memiliki sertifikat tanah o Memperoleh lapangan kerja yang lebih kreatif dan mandiri sepeti bercocok tanam dengan metode vertikultur yang kemudian hasil tanam tersebut diolah dan dikomersilkan melalui warung-warung organik o Memperbaiki kualitas hubungan antara manusia dengan ekosistem melalui budaya bercocok tanam oleh warga yang nantinya akan membuka lebih luas ruang terbuka hijau o Memperbaiki status social dan kualitas hidup bagi warga dengan hunian baru yang sehat dan pekerjaan yang lebih baik o Warga (penghuni) diberikan peranan sebagai duta budaya oleh pemerintah, menghidupkan kembali semangat Penduduk dan nilai-nilai budaya yang mulai terkikis oleh zaman namun dalam konteks yang modern. Pemerintah o Membantu upaya mempromosikan budaya komunitas lokal dan kemudahan reservasi bagi para wisatawan baik domestik maupun mancanegara o Membantu menata pemukiman kumuh dan mengubahnya menjadi kampung di era modern yang potensial bagi tujuan wisata o Membantu revitalisasi bantaran sungai dengan "constructed wetland" sitem pengolah limbah yang berkelanjutan oleh tanaman akar wangi 105

o Membantu meningkatkan kesejahteraan produsen lokal o Membantu pemerintah dalam pelayanan hunian dan ruang publik sebagai wadah bagi warga untuk bersosialisai dan berkreasi o Membantu mengurangi kesenjangan sosial dengan memberikan tempat tinggal yang layak dan lapangan kerja yang mandiri bagi warga o Membantu pemerintah dalam menambah ruang terbuka hijau dengan dibuatnya kebun kota (green roof) pada hunian serta vertikultur tanaman yang dijalankan oleh warga lokal. Investor o Mendapatkan kesempatan mengembangkan usaha tanpa harus mengeluarkan biaya membeli hak milik tanah o Dapat menggaji lebih murah karyawan yang dipekerjakan pada homestay o Tidak mengeluarkan biaya maintenace gedung karena maintenance gedung sudah tersistem oleh adanya pemberdayaan penghuni o Mendapatkan lahan strategis secara ditengah kota yang disediakan oleh pemerintah o Wisatawan mendapatkan atmosfir suasana budaya lokal yang ditransfomasikan secara modern o Pengalaman workshop seni dan budaya secara langsung oleh warga o Desain yang baik, wisatawan diarahkan langsung pada kehidupan (sosial) warga lokal sehingga tertarik untuk mengenal dan mempelajarinya o Ikut serta dalam budidaya kebun kota bersama warga dalam rangka melestarikan ruang terbuka hijau Lingkungan o Memperbaiki infrastruktur o Memperbaiki bibir sungai sungai Code sebagai promenade yang merupakan area rekreasi dan sosialisasi bagi warga o Menyediakan sarana kebun kota, taman kota, dan ruang terbuka hijau yang diharapkan dapat memperbaiki kualitas udara perkotaan 106

o Membantu memperbaiki ekosistem dengan mendorong waga penduduk untuk lebih peka terhadap lingkungan sperti penghijauan lahan dan pengolahan limbah o Membantu memulihkan kualitas air sungai yang sudah cukup tercemar dengan khasiat tanaman akar wangi o Membantu menciptakan udara yang sehat sebagai paru-paru kota Gambar 64. Simbiosis (hubungan timbal balik positif) antara 4 elemen Sumber: analisa pribadi 5.3 Konsep Tapak : Integrasi dengan Kawasan Sekitar Kawasan perdagangan Wilayah Tegal Panggung merupakan kawasan yang potensial sebagai kawasan penyangga Malioboro, Jalan Mas Suharto yang merupakan kawasan dekat Malioboro dan batas selatan ledok Tukangan. Adalah kawasan yang strategis untuk memperkenalkan hasil produksi warga setempat yang berupa kerajinan tangan. Kawasan Industri Kawasan Ledok Tukangan sangat banyak home industri yang berupa kerajinan tangan yang saat ini banyak dijajakan pada kawasan Malioboro. Disamping itu industri kuliner & katering banya terdapat di wilayah Ledok Tukangan pada khususnya dan Tegal Panggung pada umunya. 107

Fasilitas umum Meliputi sarana kesehatan, sarana olah raga, balai pertemuan dan sarana pendidikan Kawasan hijau. Kawasan yang ada saat ini sangat minim akibat perkembangan penduduk yang cukup tinggi, sehingga kawasan gersang, tempat bermain anak-anak berkurang. 5.4 Konsep Tata Massa Bangunan Alih-alih menggunakan penataan masa seperti city block yang kaku, perancangan ini memilih untuk menciptakan landsape baru yang selaras dengan alur dan lekuk sungai. Namun secara struktur massa tetap modular sehingga tetap stabil. Penataan yang organik ini menciptakan landmark tersendiri bagi kawasan sekitar. Penduduk sekitar dapat menikmati fasilitas-fasilitas dengan pengalaman baru. Penataan model ini juga meninggalkan kesan rumah susun vertikal yang kumuh dan membosankan (boring box). Untuk mewujudkan rancangan ini, pemerintah dapat berbagi modal dengan investor atau swasta dalam hal pembangunan fasilitas komersialnya. Berikut adalah inspirasi penataan kawasan pinggir sungai yang digunakan sebagai konsep perancangan ini: Gambar 65. Preseden konsep penataan massa bangunan Sumber: BIG Architect, 2011 108

5.5 Pemilihan Struktur dan Konstruksi Bangunan 5.5.1 Struktur Pondasi (Sub Structure) Jenis pondasi yang di gunakan pada bangunan Kampung Vertikaladalah sebagai berikut; Pondasi Tiang Pancang (Pile Structure) Digunakan pada bangunan-bangunan 5 lantai pada kolom utama pada bangunan ini, bentuk dan dimensinya sebagai berikut; Gambar 66. Detail pondasi tiang pancang Sumber: Google Image Pondasi Foot Plat Digunakan pada struktur pondasi ramp lantai yang ada di area lantai 1 pada setiap untuk bangunan-bangunan 1 sampai 2 lantai pada blok bangunan ini. Bentuk dan dimensinya adalah sebagai berikut: Gambar 67. Detail pondasi foot plat Sumber: Google Image 109

Pondasi Batu Belah Digunakan untuk bangunan-bangunan satu lantai. Bentuk dan dimensinya adalah sebagai berikut: Gambar 68. Detail pondasi batu belah Sumber: Google Image 5.5.2 Struktur Rangka Bangunan (Upper Structure) Konstruksi dinding yang dipakai adalah konstruksi rangka dengan ketentuan sebagai berikut: Bangunan satu sampai dua lantai: menggunakan kolom beton dengan dimensi Material dinding adalah pasangan bata merah ½ bata dengan finishing plester halus dan sebagian lagi dengan finishing unfinished material. Bangunan lima lantai: menggunakan kolom beton berpenampang. Dimensi balok bervariasi berdasarkan besarnya bentang balok. Lantai dua menggunakan material pelat beton. Material dinding berupa pasangan bata merah ½ bata dengan finishing plester halus dan sebagian lagi dengan finishing unfinished material. 5.5.3 Struktur Atap (Roof Structure) Sebagian besar bangunan menggunakan struktur rangka atap dak beton dengan penutup lapisan green roof, guna lahan kebun kota. 5.6 Konsep Bahan dan Finishing Bangunan Material yang dipilih dalam desain bangunan merupakan material yang dapat menimbulkan kesan alami dengan warna-warna alam yang tidak terlalu mencolok. Dominasi material pada bagian fasad yang menghadap sungai adalah beton polos yang ditujukan untuk mereflesikan bayangan air pada fasad. 110

Tabel 30. Material No Material Warna Keterangan gambar 1 Batu candi Hitam keabuabuan 2 Batu bata Merah bata 3 Batu kali Abu-abu 4 Kayu Coklat 5 Grass blok Hijau 6 Finishing acian semen Abu-abu 7 Bekisting tanpa finishing Abu-abu terang 111

8 Beton Precast Abu-abu 9 Finishing acian semen dicampur dengan remukan genting dan bata merah Kremcoklat terang Sumber : analisis pribadi 5.7 Pendekatan Utilitas Bangunan 5.7.1 Sistem Jaringan Listrik Skema jaringan listrik : Skema 7. Jaringan listrik Sumber : analisis pribadi 5.7.2 Sistem Jaringan Komunikasi Unit bangunan yang memerlukan jarinagn komunikasi antara lain: Bangunan penerima Bangunan penunjang Bangunan pengelola 112

Bentuk alat komunikasi: Telepon Sebagai alat komunikasi keluar dari jaringan pt. Telkom dengan sistem sentral / stlo (sentral telephon langganan otomat). Skema 8. Alur jaringan telepon Sumber : analisis pribadi Intercom Sebagai alat untuk komunikasi antar ruang (intern) ditempat-tempat yang memerlukan. Telepon umum, berupa wartel, telepon koin, telepon kartu, dan telepon chip. Penyediaan alat komunikasi ini untuk tujuan wisata, ditempatkan pada area-area wisata yang memiliki kemudahan akses, terjangkau dan terlihat. 5.7.3 Sistem Jaringan Air Bersih Sistem jaringan : Air dari sumber baik dari PAM maupun sumur artesis ditampung pada bak tampungan (reservoir) yang kemudian dipompakan ke tower yang terus disalurkan ke bagian bagian melalui pipa distributor. Untuk beberapa bangunan dengan jumlah kebutuhan air tinggi, dilengkapi dengan tangki air yang diletakkan di atas (upper tank). 113

Skema 9. Jalur distribusi air bersih Sumber : analisis pribadi 5.7.4 Sistem Jaringan Air Kotor Air Hujan Skema 10. Jaringan pembuangan air hujan Sumber : analisis pribadi 114

Limbah dari Tiap Bangunan Skema 11. Jaringan pembuangan air kotor dapur Sumber : analisis pribadi Tinja dari KM/ WC air kotor dari beberapa toliet dari bangunan yang berdekatan letaknya dialirkan menuju satu sumur peresapan. Skema 12. Jaringan pembuangan air kotor padat (tinja) Sumber : analisis pribadi Sistem daur ulang grey water dan sisa air hujan Grey water dan sisa air hujan tidak secara langsung dibuang ke riol kota, resapan ataupun sungai namun digunakan kembali untuk aktivitas flushing toilet dan menyiram tanaman lewat proses air referesher humidifier dan penyaringan tanaman akar wangi. Air refresher humidifier merupakan tahap pelepasan gas-gas sisa grey water lewat sistem penyemprotan. Setelah proses ini, dilanjutkan dengan tahap penyaringan zat-zat beracun dari grey water dan air hujan lewat kolam penyaringan. Kolam penyaringan ditanami tanaman akar wangi sebagai penyerap zat racun. 115

Skema 13. Daur ulang grey water dan air hujan Sumber : analisis pribadi 5.7.5 Sistem Jaringan Pemadam Kebakaran Hydrant sistem Air dari reservoir disalurkan ke hydrant yang berada diluar bangunan, dengan diberi tekanan yang kuat melalui bantuan pompa yang bekerja secara otomatis. Hydrant luar dipasang pada jarak tertentu dengan dilengkapi stop kran dan selang kanvas. Pada bangunan juga dilengkapi dengan hydrant yang berasal dari tower, tekanan air sesuai grafitasi. Foratble extinguisher system Berupa tabung kebakaran yang berisi gas karbondioxyde. Digunakan pada ruang ruang untuk mengatasi gejala kebakaran secara dini yang terjadi dalam ruangan. 5.7.6 Sistem Penangkal Petir Sistem yang digunakan dalam rancangan : Pelindung alami yang baik terhadap petir adalah dengan menanam pohon yang tinggi, namun tidak terlalu dekat dengan bangunan. Hal ini dimaksudkan agar bangunan tidak ikut terbakar jika ada petir membakar pohon. Sistem faraday, berupa tiang setinggi 30 cm yang dipasang di puncak atap bangunan, kemudian dihubungkan dengan kawat yang berjarak masingmasing 35 cm, kemudian kawat ditanam ke tanah sedalam 2-6 m. 116