BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Peningkatan pelayanan di sektor kesehatan akan menyebabkan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian nomor 2 di dunia. pada populasi dewasa dan penyebab utama kecacatan (Ikram

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas yang tinggi pada penderitanya. Selain sebagai penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dari sistem saraf pusat (SSP) oleh penyebab vaskular, termasuk infark

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. 5% meninggal (Lamsudin, 1998) dan penyebab kematian yang ketiga setelah

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Tiga puluh empat penderita stroke iskemik dengan komplikasi pneumonia

MEDIA MEDIKA MUDA Volume 4, Nomor 4, Oktober 2015 Online : Yoshua Kevin Poonatajaya, Dwi Pudjonarko

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia. 1 Di Amerika Serikat stroke

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan (RisKesDas, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. detik seseorang akan terkena stroke. 6 Sementara di Inggris lebih dari. pasien stroke sekitar milyar dolar US per tahun.

BAB I adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler (WHO, 1988). bergantung sepenuhnya kepada orang lain (WHO, 2002).

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berlangsung lebih dari 24 jam (kecuali ada intervensi bedah atau membawa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global. yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi penyebab paling umum dari kecacatan fisik maupun mental pada usia

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

BAB I PENDAHULUAN. terbesar menimbulkan kecacatan dalam kehidupan manusia (Misbach, 2011).

HUBUNGAN JUMLAH LEUKOSIT SAAT MASUK DENGAN KELUARAN PASIEN STROKE NON HEMORAGIK LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyebab kematian terbesar kedua. setelah penyakit jantung, menyumbang 11,13% dari total

I. PENDAHULUAN. selain kelainan vaskular ( Junaidi, 2011). Terdapat dua macam stroke,

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama kematian di dunia. Menurut organisasi kesehatan dunia

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. fisik, mental, sosial dan ekonomi bagi penderitanya (Satyanegara et al, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Stroke didefinisikan sebagai defisit neurologis yang terjadi tiba-tiba

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke telah menjadi penyebab utama kedua terhadap kejadian disabilitas

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu masalah kesehatan utama, yang menduduki

BAB I dekade berada pada peringkat ke-3 (Minino et al., 2011). Menurut American

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit jantung dan kanker (Ginsberg, 2008). Lebih dari orang meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Prevalensi stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan penyakit yang menduduki peringkat pertama penyebab

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2004).Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lozano et al dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke

Hubungan Leukositosis terhadap Luaran Klinis pada Pasien Stroke Iskemik di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tidak menular puskesmas menunjukkan angka yang selalu meningkat ditiap tahun

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, satu diantaranya akibat stroke. 2 Selain menjadi penyebab

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Stroke adalah sindroma yang ditandai oleh onset. akut defisit neurologis/ gangguan fungsi otak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang timbul secara cepat, karena

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Indonesia saat ini juga

BAB I PENDAHULUAN. juga dihadapi oleh berbagai negara berkembang di dunia. Stroke adalah penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

BAB I PENDAHULUAN. Stroke adalah sindroma neurologis yang terjadi. tiba-tiba karena cerebrovascular disease (CVD).

BAB 5 PEMBAHASAN. dan genotip APOE yang merupakan variabel utama penelitian.

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB I PENDAHULUAN kematian akibat stroke. Pada keadaan tidak adanya pertambahan

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum stroke merupakan penyebab kematian yang ketiga

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengakibatkan hampir mortalitas (Goldszmidt et al, 2013). Stroke juga

BAB I PENDAHULUAN. suram, pesimistis, ragu-ragu, gangguan memori, dan konsentrasi buruk. 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB I PENDAHULUAN. mementingkan defisit neurologis yang terjadi sehingga batasan stroke adalah. untuk pasien dan keluarganya (Adibhatla et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah ketidaknormalan fungsi sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, keluarga, maupun tenaga kesehatan yang merawat, karena tidak menonjol

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi).

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB 1 PENDAHULUAN. usia masa puncak produktif dan menempati urutan kedua penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya IMANEST dapat disebabkan oleh rupturnya plak. (Liwang dan Wijaya, 2014; PERKI, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap tahunnya dan orang membutuhkan rawat inap untuk

BAB I PENDAHULUAN. Stroke masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang utama. dan merupakan penyebab kematian yang ketiga terbanyak di negaranegara

Blood Pressure in Acute Stroke Patient of Rumah Sakit Umum Haji Medan, 2015

BAB I PENDAHULUAN. denyut/menit; 3. Respirasi >20/menit atau pa CO 2 <32 mmhg; 4. Hitung leukosit

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stroke masih menjadi perhatian dunia karena angka kematiannya yang tinggi dan kecacatan fisik yang ditimbulkannya. Berdasarkan data WHO, Stroke menjadi pembunuh nomor 2 pada tahun 2011. 1 Di Indonesia, data terakhir dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menyatakan bahwa stroke menjadi pembunuh nomor 1 di Indonesia (15,4%). 2 Sementara itu, pada pasien yang berhasil bertahan hidup, mengalami hambatan dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Seiring dengan semakin berkembangnya penelitian mengenai stroke dan pengenalan akan obat untuk penatalaksanaannya, angka mortalitas menurun, sehingga pada akhirnya penelitian akan ditujukan pada peningkatan kualitas keluaran pasien stroke, yaitu untuk mengurangi defisit neurologis yang ditimbulkan sehingga mengurangi hambatan yang dialami pasien dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Sebelumnya telah diketahui bahwa kasus stroke dengan prevalensi terbanyak adalah stroke non hemoragik. Berdasarkan penelitian pada lima rumah sakit di Yogyakarta persentase stroke non hemoragik sebesar 74% dari seluruh kasus stroke (Lamsudin, 1998). 3 Sedangkan pada tahun 2009 persentasenya sedikit menurun menjadi 70%. 4 Angka ini tidak jauh berbeda dengan penelitian multisentral yang dilakukan pada tahun 1996-1997 pada 15 rumah sakit di Jakarta dan 13 Rumah Sakit di luar Jakarta, yaitu stroke non hemoragik sebesar 69%. 5 Besarnya angka persentase pada stroke non hemoragik menjadikannya kasus stroke yang paling banyak diteliti. Adapun usaha yang telah dilakukan untuk memperbaiki keluaran stroke telah ditetapkan oleh PERDOSSI pada tahun 2007. Usaha tersebut di antaranya adalah pemberian trombolitik dalam periode golden hour serangan stroke, yaitu pada 3 jam pertama setelah onset. Trombolitik diakui sangat bermanfaat dalam memperbaiki keluaran stroke. Namun demikian, trombolitik yang digunakan 1

2 setelah lewat periode golden hour akan menurunkan rasio kemanfaatannya dibandingkan dengan resiko perdarahan intraserebral. 6 Penanganan pasien stroke non hemoragik di Indonesia masih sulit untuk dilakukan pada masa golden hour untuk saat ini. Hasil penelitian multisentral tahun 1997 mendapatkan bahwa keterlambatan perumahsakitan pasien sebagian besar adalah karena ketidaktahuan bahwa itu stroke (56,3%), masalah transportasi (21,5%), mencoba dahulu pengobatan tradisional (11,8%), mencoba dahulu ke pengobat tradisional (4,2%), dan sisanya tidak diketahui (6,2%). Hal-hal tersebut menyebabkan rerata pasien dibawa ke rumah sakit 48,5 jam setelah onset. 5 Keterlambatan ini sebenarnya sudah lebih baik seiring berkembangnya pengetahuan masyarakat. Menurut penelitian yang dilakukan di RS dr. Sardjito Yogyakarta pada rentang tahun 2011-2013, rerata waktu pemasukan pasien ke rumah sakit pada 2011 adalah 23,93 jam setelah onset, pada tahun 2012 adalah 23,07 jam setelah onset, dan pada tahun 2013 adalah 25,79 jam setelah onset. 7 Namun sayangnya angka ini belum cukup untuk mencapai golden hour sebagai syarat pemberian trombolitik. Untuk itu, peningkatan keluaran stroke diarahkan pada perawatan pasien setelah terlewatnya golden hour. Sudah diketahui pula kejadian inflamasi terjadi setelah infark. Sel-sel pada otak dan pembuluh darah yang mengalami iskemik akan mengeluarkan sitokin untuk merekrut sel-sel inflamasi. Pada tahap ini inflamasi terjadi dan dapat berujung pada peningkatan radikal bebas, edema, apoptosis, dan kecurigaan adanya autoimun, yang pada akhirnya memperluas kerusakan jaringan sehingga memperburuk keluaran pasien. Pada kejadian-kejadian lanjutan inilah penelitian perlu diarahkan serta intervensi perlu dilakukan guna meningkatkan keluaran pasien stroke non hemoragik. yang mengkaji hubungan jumlah leukosit saat masuk terhadap keluaran stroke masih sering dilakukan. ini akan ikut mengkaji bagaimana hubungan antara jumlah leukosit saat masuk dengan keluaran pasien stroke non hemoragik yang dievaluasi pada saat pasien dipulangkan. ini diharapkan dapat ikut menambah wawasan mengenai topik ini.

3 1.2 Permasalahan penelitian Apakah ada hubungan antara jumlah leukosit saat masuk dengan keluaran pasien stroke non hemoragik? 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui hubungan jumlah leukosit saat masuk dengan keluaran pasien stroke non hemoragik. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mendeskripsikan jumlah leukosit saat masuk pada pasien stroke non hemoragik di RSUP dr. Kariadi Semarang 2. Mendeskripsikan skor NIHSS pasien stroke non hemoragik di RSUP dr. Kariadi Semarang 3. Menganalisis hubungan antara jumlah leukosit saat masuk dengan keluaran pasien stroke non hemoragik 4. Menganalisis hubungan antara profil lipid (HDL, LDL, Kolesterol, dan Trigliserid) saat masuk dengan keluaran pasien stroke non hemoragik 5. Menganalisis hubungan antara kadar glukosa darah sewaktu saat masuk dengan keluaran pasien stroke non hemoragik 1.4 Manfaat penelitian Dengan diketahuinya hubungan antara jumlah leukosit saat masuk dengan keluaran pasien stroke non hemoragik, maka akan diperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini diharapkan menyumbang pengetahuan mengenai faktor yang mempengaruhi kualitas keluaran pasien stroke non hemoragik. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam penatalaksanaan pasien stroke non hemoragik.

4 1.5 Keaslian penelitian Peneliti telah melakukan upaya penelusuran pustaka dan tidak menjumpai adanya penelitian yang membahas hubungan jumlah leukosit saat masuk dengan keluaran pasien stroke non hemoragik. Adapun penelitian yang mirip dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 1. Keaslian No Identitas Metode Hasil 1 Muhibbi, S. Jumlah Leukosit sebagai Indikator Keluaran Stroke Iskemik [Master Thesis]. Semarang (Indonesia): Universitas Diponegoro; 2004. 8 kohort. Data primer berupa jumlah leukosit dan nilai NIHSS diambil pada onset 12-72 jam dan pada hari ke-10 perawatan. Lalu dilakukan uji beda jumlah leukosit pertama dan hari ke- 10 serta menganlisis hubungan jumlah leukosit awal terhadap nilai NIHSS. Terdapat perubahan jumlah leukosit pada pasien stroke iskemik akut, serta pada jumlah leukosit lebih dari 8.650/mm 3 pada pasien stroke iskemik akut terjadi perburukan nilai NIHSS.

5 2 Dongoran, RA. Jumlah Neutrofil Absolut sebagai Indikator Keluaran Stroke Iskemik [Master Thesis]. Semarang (Indonesia): Universitas Diponegoro; 2007. 9 3 Elkind, Mitchell S.V. et al. Leukocyte count predicts outcome after ischemic stroke: The Northern Manhattan Stroke Study. Journal of Stroke and Cerebrovascular Diseases; 2004. 13(5):220-227. 10 kohort. Data primer berupa jumlah neutrofil absolut dan nilai NIHSS diambil pada onset 12-72 jam dan pada hari ke-7 perawatan. Lalu dilakukan uji beda jumlah neutrofil absolut pertama dan hari ke-7 serta menganlisis hubungan jumlah neutrofil absolut awal terhadap nilai NIHSS. kohort. Pasien diukur jumlah leukositnya pada serangan stroke yang pertama lalu diikuti selama 5 tahun untuk dilihat apakah akan terjadi rekurensi, infark miokard, ataupun kematian. Terdapat perubahan jumlah neutrofil absolut pada pasien stroke iskemik akut, serta pada jumlah neutrofil lebih dari 4.850/mm 3 pada pasien stroke iskemik akut terjadi perburukan nilai NIHSS. Jumlah leukosit dapat menjadi prediktor rekurensi, infark miokard, ataupun kematian.

6 4 Nardi K, et al. Admission Leukocytosis in Acute Cerebral Ischemia: Influence on Early Outcome. Journal of Stroke and Cerebrovascular Diseases. 2011;21(8):819-24. 11 kohort. Pasien diukur jumlah leukosit dan nilai NIHSS pada 12 jam setelah serangan, dan nilai NIHSS pada 72 jam setelah serangan. ini menganalisis hubungan jumlah leukosit terhadap penurunan nilai NIHSS dalam jangka pendek. Jumlah leukosit yang lebih tinggi dapat menjadi prediksi penurunan nilai NIHSS yang lebih buruk.

7 5 Nomura E, et al. Leukocytes May Have 2 Opposing Effects in Intravenous rtpa Treatment for Ischemic Stroke. Clinical and Applied Thrombosis/Hemostasis. 2012:1076029612452115. 12 kohort. Seluruh sampel mendapatkan terapi trombolitik. Sampel dibagi dalam 2 kelompok, kelompok dengan jumlah leukosit tinggi dan rendah. NIHSS diambil pada saat awal sebagai baseline dan diambil lagi dalam 24 jam setelahnya. ini mengalisis Significant Improvement (SI; perbaikan nilai NIHSS sebesar 50% dari baseline) dan Deterioration Following Improvement (DFI; perburukan nilai NIHSS setelah 24 jam dijumpai SI) pada kedua kelompok sampel. Kelompok dengan jumlah leukosit lebih tinggi dijumpai adanya SI yang lebih tinggi pula, namun DFI lebih buruk. Dari hal ini, ditarik kesimpulan bahwa jumlah leukosit tidak hanya memiliki dampak yang buruk namun juga menguntungkan pada pasien yang mendapat terapi trombolitik.

8 6 Tiainen M, et al. Body temperature, blood infection parameters, and outcome of thrombolysis-treated ischemic stroke patients. International Journal of Stroke. 2013;8(8):632-8. 13 7 Furlan JC, et al. White blood cell count is an independent predictor of outcomes after acute ischaemic stroke. European Journal of Neurology. 2014;21(2):215-22. 14 kohort. Pasien mendapatkan terapi trombolitik lalu diukur suhu tubuh, jumlah leukosit dan C-reactive protein pada saat kedatangan di rumah sakit. Pasien diambil nilai NIHSS dan skala Rankin setelah 3 bulan. desain kohort. Jumlah lekosit dilihat dari rekam medis, lalu dibagi dalam 3 kelompok (low <4000; normal 4100-10.000; high 10.100-40.000). Pengukuran hasil keluaran menggunakan Canadian Neurological Scale, modified Rankin score, dan 30-day mortality. Jumlah leukosit dan C-reactive protein yang tinggi berhubungan dengan hasil keluaran yang lebih buruk pada 3 bulan. Peningkatan jumlah leukosit pada masa awal juga berhubungan dengan peningkatan resiko pendarahan intraserebral pada pasien yang mendapatkan terapi trombolitik. Setiap 1000 peningkatan jumlah lekosit akan memperburuk outcome dan meningkatkan kematian penderita stroke iskemik akut.

9 8 Heikinheimo T, et al. Leucocyte count in young adults with first-ever ischaemic stroke: associated factors and association on prognosis. International Journal of Stroke. 2015;10(2):245-50. 15 kohort. Usia sampel ditentukan rentang 15-49 saja. Jumlah lekosit dihitung dalam 2 hari setelah onset. Hasil keluaran akan dilihat jangka pendek dan jangka panjang. Pada usia muda, jumlah lekosit yang tinggi adalah wajar. Jumlah lekosit yang tinggi memperburuk hasil keluaran jangka pendek, namun tidak didapatkan pengaruh yang signifikan pada hasil keluaran jangka panjang. Pada penelitian yang dilakukan oleh Muhibbi (1) dan juga penelitian yang dilakukan oleh Nardi et al (4), analisis dilakukan terhadap penurunan skor NIHSS berdasarkan dari jumlah leukosit awal. Demikian juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Dongoran (2) variabel terikatnya menggunakan selisih skor NIHSS awal dan akhir, serta variabel bebasnya menggunakan jumlah neutrofil absolut. yang dilakukan oleh Elkind et al (3) tidak mengukur hasil keluaran stroke menggunakan skor NIHSS namun berpatokan pada kejadian rekurensi, infark miokard, dan kematian. yang dilakukan oleh Nomura et al (5) dan Tiainen et al (6) mengambil sampel pasien yang mendapat terapi trombolitik. Pada penelitian yang dilakukan oleh Furlan et al (7) sampel dibagi menjadi 3 kelompok yang berarti variabel bebas penelitian tersebut berjenis ordinal. yang dilakukan oleh Heikinheimo et al (8) mengambil sampel pada rentang usia muda. Sedangkan penelitian ini menggunakan variabel bebas jumlah leukosit saat masuk. Sedangkan variabel terikatnya ialah skor NIHSS saat pasien dipulangkan, bukan penurunan skor NIHSS pasien ataupun berpatokan pada rekurensi, infark miokard, dan kematian pasien. Subyek yang akan diikutkan ialah pasien stroke non hemoragik dengan rentang usia 40-70 tahun dan tidak mendapat terapi trombolitik.