SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 577/KM.6/2017 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 227/KM.6/2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150/PMK.06/2014 TENTANG PERENCANAAN KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150/PMK.06/2014 TENTANG PERENCANAAN KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 174/KM.6/2016 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.06/2011 TENTANG PERENCANAAN KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamba

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b di atas, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaa

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA

PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 546 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENJUALAN KENDARAAN PERORANGAN DINAS DAN KENDARAAN DINAS OPERASIONAL

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 403/KMK.06/2013

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MATERI PERENCANAAN KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 442/KMK.011/2011 TENTANG PEMBENTUKAN KOMITE VERIFIKASI PEMBERIAN PEMBEBASAN ATAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Tahun 2013 Nomor 1617) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peratu

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2014 TENTANG PENJUALAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH BERUPA KENDARAAN PERORANGAN DINAS

Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533); 3. Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2014 TENTANG PENJUALAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH BERUPA KENDARAAN PERORANGAN DINAS

1 of 5 21/12/ :57

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2014 TENTANG PENJUALAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH BERUPA KENDARAAN PERORANGAN DINAS

2017, No kementerian negara/lembaga dan pengesahan daftar isian pelaksanaan anggaran; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

PEDOMAN PENELITIAN RKA-K/L

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1306 / MENKES/SK/VI/2011 T E N T A N G

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG

2016, No b. bahwa dalam rangka pemantapan penerapan kerangka pengeluaran jangka menengah, penganggaran terpadu,penganggaran berbasis kinerja,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Ind

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 / HUK / 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT PENGENDALIAN PEMERINTAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. No.1842, 2016 KEMENRISTEK-DIKTI. Pengelolaan BMN. Wewenang dan Tanggung Jawab. Pelimpahan.

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESlA SALIN AN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2016, No Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 20

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENJUALAN KENDARAAN PERORANGAN DINAS TANPA MELALUI LELANG. sinarmedia-news.com

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 37/M-DAG/PER/9/

KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA,

2016, No Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.2/MENHUT-II/2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.460, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Penghapusan. Barang Milik Negara. Provinsi Sumatera Barat. Provinsi Jambi.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 2 Tahun 2018 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136/PMK.02/2014 TENTANG

Kebijakan Pengelolaan BMN. Direktorat Barang Milik Negara Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Desember 2013

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG TIM PENERTIBAN BARANG MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. DASAR HUKUM II. RINGKASAN LAPORAN BARANG

2015, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 Tentang Meteorologi, Klimatologi Dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 No

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 247/PMK.06/2016 TENT ANG PENGASURANSIAN BARANG MILIK NEGARA

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 137 / HUK / 2011 TENTANG

2017, No Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2720); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lemb

2017, No Dilimpahkan kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara kepada Pejabat di Lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara untuk dan atas n

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2- Tahun 2009 Nomor 148, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5067); 4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka (Lemba

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2. Undang Undang Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pem

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

2016, No ); 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 Tahun 2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara; 5. Peraturan Menteri

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR USULAN REVISI ANGGARAN Nomor: SOP /KU 00/REN

WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 10 TAHUN 2006 T E N T A N G JABATAN FUNGSIONAL PENGUJI KENDARAAN BERMOTOR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 577/KM.6/2017 TENTANG MODUL PERENCANAAN KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA UNTUK PENYUSUNAN RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ALAT ANGKUTAN DARAT BERMOTOR DINAS OPERASIONAL JABATAN DI DALAM NEGERI MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 24 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.06/2014 tentang Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara, telah ditetapkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 311/KM.6/2015 tentang Modul Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri; b. bahwa untuk menyikapi perkembangan penyajian dan penghitungan Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara oleh Pengguna Barang, perlu dilakukan penyempurnaan terhadap ketentuan yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 311/KM.6/2015; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Menteri Keuangan tentang Modul Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri; Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533); 2. Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015 tentang Kementerian Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 51); 3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.06/2014 tentang Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara; 4. Peraturan...

- 2-4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.06/2015 tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri; 5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 71/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pengelolaan Barang Milik Negara Yang Tidak Digunakan Untuk Menyelenggarakan Tugas Dan Fungsi Kementerian/Lembaga; 6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 450/KM.6/2014 tentang Modul Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 174/KM.6/2016; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG MODUL PERENCANAAN KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA UNTUK PENYUSUNAN RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ALAT ANGKUTAN DARAT BERMOTOR DINAS OPERASIONAL JABATAN DI DALAM NEGERI. PERTAMA KEDUA : Modul Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri merupakan pedoman bagi Pengguna Barang dalam rangka penyajian dan penghitungan Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara. : Modul Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri meliputi: a. pendahuluan; b. sistem dan prosedur Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara untuk Pengadaan; dan c. ilustrasi penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara untuk Pengadaan Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri. KETIGA...

- 3 - KETIGA KEEMPAT KELIMA KEENAM : Modul Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri ini merupakan bagian dari proses penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara sebagaimana telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 450/KM.6/2014 tentang Modul Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 174/KM.6/2016. : Modul Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri ditetapkan dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. : Penerapan Modul Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri digunakan untuk penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (RKBMN) dan Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN Kementerian/Lembaga yang dilaksanakan secara bertahap mulai Tahun Anggaran 2017. : Pada saat Keputusan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 311/KM.6/2015 tentang Modul Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara Untuk Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. KETUJUH : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Salinan Keputusan Menteri ini disampaikan kepada: 1. Presiden Republik Indonesia; 2. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; 3. Para Menteri/Pimpinan Lembaga; 4. Wakil Menteri Keuangan; 5. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, para Direktur Jenderal, dan para Ketua/Kepala Badan di lingkungan Kementerian Keuangan; 6. Direktur...

- 4-6. Direktur Barang Milik Negara, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Kementerian Keuangan; 7. Kepala Biro Hukum, Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Juni 2017 a.n. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARA, ttd. SONNY LOHO Salinan sesuai dengan aslinya Sekretaris Direktorat Jenderal Kekayaan Negara u.b. Kepala Bagian Umum Wahyu Setiadi NIP 19700415 199603 1 002

LAMPIRAN AN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN NOMOR MENTERI 577/KM.6/2017 KEUANGAN TENTANG REPUBLIK MODUL INDONESIA PERENCANAAN KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA UNTUK PENYUSUNAN RENCANA NOMOR KEBUTUHAN /KM.6/2014 BARANG MILIK NEGARA BERUPA ALAT ANGKUTAN DARAT BERMOTOR DINAS OPERASIONAL JABATAN DI DALAM NEGERI TENNG MODUL PERENCANAAN KEBUTUHAN NG MILIKN MODUL PERENCANAAN KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA UNTUK PENYUSUNAN RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA ALAT ANGKUTAN DARAT BERMOTOR DINAS OPERASIONAL JABATAN DI DALAM NEGERI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 76/PMK.06/2015 tentang Standar Barang dan Standar Kebutuhan Barang Milik Negara (BMN) Berupa Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri ( SBSK AADB ), dalam rangka penyajian dan penghitungan Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara oleh Pengguna Barang dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24 PMK Nomor 150/PMK.06/2014 tentang Perencanaan Kebutuhan Barang Milik Negara, perlu disusun Modul Perencanaan Kebutuhan BMN Untuk Penyusunan Rencana Kebutuhan BMN (RKBMN) Berupa AADB. B. Maksud dan Tujuan Secara umum konsep penyusunan RKBMN Untuk Pengadaan dan Pemeliharaan BMN tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 450/KM.6/2014 tentang Modul Perencanaan Kebutuhan BMN Untuk Penyusunan RKBMN sebagaimana telah diubah dengan KMK Nomor 174/KM.6/2016. Adapun Modul ini disusun sebagai penjabaran penerapan SBSK AADB yang dapat diusulkan pengadaannya sebagaimana diamanatkan dalam PMK Nomor 76/PMK.06/2015 ( PMK SBSK AADB ). Dengan adanya modul ini, diharapkan Perencanaan Kebutuhan BMN dapat dipahami secara lengkap, menyeluruh, dan mendalam terutama dalam proses penyusunan RKBMN Untuk Pengadaan AADB. C. Ruang Lingkup Untuk memudahkan pemahaman atas modul ini, Kementerian/Lembaga agar memahami konsep menyeluruh Perencanaan Kebutuhan BMN sebagaimana diatur dalam PMK Nomor 150/PMK.06/2014 tentang Perencanaan Kebutuhan BMN dan ketentuan KMK Nomor 450/KM.6/2014 tentang Modul Perencanaan Kebutuhan BMN Untuk Penyusunan RKBMN sebagaimana telah diubah dengan KMK Nomor 174/KM.6/2016.

- 2 - Selanjutnya, ruang lingkup Modul ini dibatasi pada Penyusunan RKBMN untuk Pengadaan BMN berupa AADB. Dalam BAB II disajikan sistem dan prosedur Perencanaan Kebutuhan BMN untuk pengadaan BMN berupa AADB. BAB III merupakan ilustrasi penyajian RKBMN sebagaimana Form IA dan Form IB yang merupakan lampiran PMK Perencanaan Kebutuhan BMN sebagai berikut: 1. RKBMN Kuasa Pengguna Barang Untuk Pengadaan; dan 2. RKBMN Pengguna Barang Untuk Pengadaan.

AN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KM.6/2014 TENNG MODUL PERENCANAAN KEBUTUHAN NG MILIKN BAB II SISTEM DAN PROSEDUR PERENCANAAN KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA UNTUK PENGADAAN Sebagaimana diuraikan dalam BAB I modul ini, Perencanaan Kebutuhan BMN dimaksudkan sebagai proses evaluasi hubungan antara kebutuhan BMN sesuai program dan kegiatan Kementerian/Lembaga dengan ketersediaan BMN yang berpedoman pada Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-K/L) dan Standar Barang dan Standar Kebutuhan. RKBMN untuk pengadaan BMN memuat informasi berupa unit BMN yang direncanakan untuk dilakukan pengadaan. Tata cara penyusunan RKBMN bersifat bottom-up. Perencanaan kebutuhan BMN disusun pada tingkat satuan kerja dan disampaikan secara berjenjang kepada Pengguna Barang. A. Penyusunan RKBMN Kuasa Pengguna Barang 1. Usulan RKBMN Dalam menyusun RKBMN, Kuasa Pengguna Barang (KPB) berpedoman pada Renstra-K/L yang menjadi kewenangan dan tanggung jawabnya dan Standar Barang dan Standar Kebutuhan (SBSK) sebagaimana diatur dalam PMK SBSK AADB. a. Renstra-K/L Penggunaan BMN dilaksanakan untuk memastikan kesinambungan pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga. Untuk itu, diperlukan adanya relevansi atau keterkaitan pengadaan BMN dengan program dan kegiatan Kementerian/Lembaga yang konsisten dengan sasaran strategis Kementerian/Lembaga. b. Standar Barang dan Standar Kebutuhan (SBSK) Sesuai Lampiran I dan Lampiran II PMK SBSK AADB, SBSK untuk AADB adalah sebagaimana Tabel II.A.1.

- 4 - Tabel II.A.1. SBSK Alat Angkutan Darat Bermotor Dinas Operasional Jabatan Di Dalam Negeri Kualifikasi Tingkatan Jabatan Standar Kebutuhan (Jumlah Maksimum) Standar Barang (Jenis/Kapasitas Mesin/Jumlah Silinder) A1 Menteri dan yang setingkat 2 Sedan/3.500 cc/6 silinder dan/atau SUV/3.500 cc/6 silinder A2 Wakil Menteri dan yang setingkat 1 Sedan/3.500 cc/6 silinder atau SUV/3.500 cc/6 silinder B Eselon Ia dan yang setingkat 1 Sedan/2.500 cc/4 silinder atau SUV/3.000 cc/6 silinder C Eselon Ib dan yang setingkat 1 Sedan/2.000 cc/4 silinder D Eselon IIa dan yang setingkat 1 SUV/2.500 cc/4 silinder E Eselon IIb dan yang setingkat 1 SUV/2.000 cc/4 silinder F G1 G2 Eselon III dan yang setingkat yang berkedudukan sebagai Kepala Kantor Eselon IV dan yang setingkat yang berkedudukan sebagai Kepala Kantor dengan wilayah kerja minimal 1 (satu) kabupaten/kota Eselon IV dan yang setingkat yang berkedudukan sebagai Kepala Kantor dengan wilayah kerja kurang dari 1 (satu) kabupaten/kota 1 MPV/2.000 cc bensin/4 silinder atau MPV/2.500 cc diesel/4 silinder 1 MPV/1.500 cc/4 silinder 1 Sepeda Motor/225 cc/1 silinder Perlu dicermati bahwa SBSK sebagaimana diatur dalam PMK SBSK AADB secara umum merupakan batas tertinggi standar BMN yang dapat diusulkan pengadaannya. Dalam hal KPB memiliki pertimbangan sehingga pengadaan BMN dapat diupayakan di bawah standar maksimum, maka KPB dapat mengusulkan BMN di bawah standar maksimum tersebut pada kolom (4) Form IA Lampiran I PMK Perencanaan Kebutuhan BMN dengan tetap melakukan input SBSK pada kolom (5) Form IA Lampiran I PMK Perencanaan Kebutuhan BMN.

- 5-2. Optimalisasi Existing BMN Dalam rangka optimalisasi existing BMN, penetapan kebutuhan pengadaan BMN akan mempertimbangkan existing BMN berupa AADB sesuai usulan rencana pengadaannya. Hal ini sebagaimana definisi Perencanaan Kebutuhan BMN dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah: Perencanaan Kebutuhan adalah kegiatan merumuskan rincian kebutuhan BMN/D untuk menghubungkan pengadaan barang yang telah lalu dengan keadaan yang sedang berjalan sebagai dasar dalam melakukan tindakan yang akan datang. a. Data Existing BMN Data existing BMN yang dipertimbangkan dalam penyusunan RKBMN untuk pengadaan AADB adalah data sub kelompok kendaraan bermotor sebagai berikut: 1) Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan (a) Sedan (3020101001) (b) Jeep (3020101002) (c) Station Wagon (3020101003) (d) Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan Lainnya (3020101999) 2) Kendaraan Bermotor Penumpang (a) Mini Bus (3020102003) (b) Kendaraan Bermotor Penumpang Lainnya (3020102999) 3) Kendaraan Bermotor Roda Dua (a) Sepeda Motor (3020104001) (b) Scooter (3020104002) (c) Kendaraan Bermotor Beroda Dua Lainnya (3020104999) b. Penyesuaian existing BMN dengan SBSK AADB 1) Rencana Penggunaan Rencana penggunaan terhadap existing BMN berupa AADB merupakan alokasi terhadap AADB yang telah ada dengan memperhatikan rencana penggunaan antara lain: (a) Status Tetap Status tetap terhadap existing BMN adalah apabila terhadap AADB existing tersebut tetap digunakan untuk menunjang kegiatan dinas operasional pejabat sebagaimana selama ini. AADB tersebut dipertimbangkan sebagai AADB yang dapat dioptimalkan untuk pemenuhan kebutuhan pejabat yang bersangkutan sebagaimana kolom (6) Lampiran I Form IA PMK Perencanaan Kebutuhan BMN. (b) Dialihkan ke pejabat lain Rencana penggunaan existing AADB berupa pengalihan sebagai AADB pejabat lainnya harus tetap memperhatikan SBSK AADB untuk pejabat yang akan menerima alokasi tersebut serta tetap mempertimbangkan Renstra-K/L yang bersangkutan.

- 6 - (c) Digunakan sebagai kendaraan operasional Alih fungsi kendaraan dinas jabatan menjadi kendaraan operasional agar dilaksanakan dengan pertimbanganpertimbangan sebagai berikut: 1. Renstra-K/L Alih fungsi dilaksanakan untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi K/L. Dalam hal ini, tugas dan fungsi selama ini berjalan kurang optimal akibat performa existing kendaraan dinas operasional yang kurang baik atau terdapat penambahan tugas dan fungsi; dan 2. Kewajaran a. Jumlah kendaraan dinas operasional setelah alih fungsi (1) Alih fungsi dapat dilaksanakan sepanjang jumlah kendaraan operasional kantor setelah alih fungsi tidak melebihi standar jumlah maksimal kendaraan dinas operasional yang berlaku pada masing-masing K/L (jika ada); atau (2) Jumlah kendaraan operasional dengan adanya alih fungsi tidak mengalami perubahan. Dalam hal ini, alih fungsi direncanakan berkenaan dengan rencana pemindahtanganan/penghapusan existing kendaraan operasional kantor yang didukung dengan dokumen memadai dengan mempertimbangkan ketentuan pengelolaan BMN mengenai pemindahtanganan/penghapusan BMN; b. Umur kendaraan AADB yang direncanakan untuk dialihkan menjadi kendaraan operasional sekurang-kurangnya telah berumur 5 (lima) tahun pada tahun yang direncanakan: (1) Terhitung mulai tanggal, bulan, dan tahun perolehannya sesuai dokumen kepemilikan, untuk perolehan dalam kondisi baru; atau (2) Terhitung mulai tanggal, bulan, dan tahun pembuatannya sesuai dokumen kepemilikan, untuk perolehan tidak dalam kondisi baru; dan c. Jenis dan Spesifikasi Jenis kendaraan disesuaikan dengan kondisi geografis wilayah kerja dengan kapasitas mesin tidak melebihi 2.500cc. Secara umum, rencana alih fungsi agar mengedepankan prinsip value for money (efisiensi, efektifitas, ethic, dan ekonomis).

- 7 - (d) Diproses untuk alih status penggunaan Pengalihan status penggunaan existing AADB dapat dilakukan sepanjang terdapat Pengguna Barang lainnya yang mengajukan permohonan alih status penggunaan tersebut kepada Pengguna Barang yang menguasai existing AADB tersebut maupun kepada Pengelola Barang dalam hal AADB yang berada dalam penguasaan Pengelola Barang. 2) Rencana Penghapusan AADB Terhadap existing AADB dimaksud apabila setelah dilakukan verifikasi fisik dan administratif terhadap AADB tersebut memenuhi syarat-syarat penghapusan maka dapat dilakukan rencana penghapusan dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan di bidang Penghapusan Barang Milik Negara. Dalam hal AADB memenuhi syarat untuk dialihkan ke pejabat lain/digunakan sebagai kendaraan operasional/dialih status penggunaannya/dihapuskan, maka existing AADB tidak dipertimbangkan untuk dioptimalisasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan AADB yang diusulkan pengadaannya. Dalam hal ini, existing AADB telah sesuai dengan SBSK. 3. Kebutuhan Riil BMN Kebutuhan riil BMN merupakan kebutuhan BMN yang diperoleh berdasarkan perhitungan SBSK (sebagaimana uraian pada angka 1 huruf b) setelah dikurangi dengan optimalisasi existing BMN (sebagaimana uraian pada angka 2). 4. Keterangan Lainnya KPB agar memberikan informasi mengenai berbagai alternatif skema pemenuhan kebutuhan BMN yang dimungkinkan antara lain pembelian/ sewa/sewa beli/penggunaan sementara/alih status dan rekomendasi alternatif terbaik diantaranya. B. Penggabungan RKBMN Kuasa Pengguna Barang Ketentuan mengenai penggabungan RKBMN Kuasa Pengguna Barang untuk Pengadaan sebagaimana diatur dalam KMK Nomor 450/KM.6/2014 tentang Modul Perencanaan Kebutuhan BMN Untuk Penyusunan RKBMN sebagaimana telah diubah dengan KMK Nomor 174/KM.6/2016 berlaku mutatis mutandis untuk penggabungan RKBMN Kuasa Pengguna Barang untuk Pengadaan BMN berupa AADB. C. Penyusunan RKBMN Pengguna Barang Ketentuan mengenai penggabungan RKBMN Pengguna Barang untuk Pengadaan sebagaimana diatur dalam KMK Nomor 450/KM.6/2014 tentang Modul Perencanaan Kebutuhan BMN Untuk Penyusunan RKBMN sebagaimana telah diubah dengan KMK Nomor 174/KM.6/2016 berlaku

- 8 - mutatis mutandis untuk penggabungan RKBMN Pengguna Barang untuk Pengadaan BMN berupa AADB. D. Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN Ketentuan mengenai mekanisme Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN untuk pengadaan BMN berupa AADB sebagaimana diatur dalam KMK Nomor 450/KM.6/2014 tentang Modul Perencanaan Kebutuhan BMN Untuk Penyusunan RKBMN sebagaimana telah diubah dengan KMK Nomor 174/KM.6/2016 berlaku mutatis mutandis untuk mekanisme Usulan Perubahan Hasil Penelaahan RKBMN untuk Pengadaan BMN berupa AADB.

BAB III ILUSTRASI PENYUSUNAN RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA UNTUK PENGADAAN ALAT ANGKUTAN DARAT BERMOTOR DINAS OPERASIONAL JABATAN DI DALAM NEGERI Ilustrasi kasus menggunakan beberapa terminologi yang digunakan dalam PMK Perencanaan Kebutuhan BMN dan PMK SBSK AADB. Di samping itu, diperlukan pemahaman atas penggunaan beberapa jenis data dalam setiap ilustrasi. Berikut adalah definisi dan penjabaran penggunaan data dalam perhitungan SBSK yang digunakan secara berulang: a) Tingkatan jabatan menentukan jumlah maksimum kendaraan, pilihan jenis, dan kualifikasi kelas maksimum. b) Optimalisasi existing BMN dipertimbangkan sebagai pemenuhan sebagian/seluruh kebutuhan AADB yang diusulkan pengadaannya. A. Pengadaan AADB pada satuan kerja dimana terdapat existing AADB yang direncanakan tetap digunakan sesuai peruntukannya 1. Contoh Kasus KPB merencanakan pengadaan AADB sebanyak 7 (tujuh) unit masingmasing untuk pejabat setingkat Menteri dan Pejabat Eselon Ia, serta 5 (lima) orang Pejabat Eselon IIa. 2. Asumsi-asumsi: a. Terdapat 1 (satu) unit existing BMN yang digunakan oleh Menteri dan direncanakan tetap akan digunakan oleh Menteri tersebut. b. Pejabat Eselon Ia dan IIa belum memiliki AADB. c. Kondisi existing BMN adalah Baik (B). 3. Penjelasan RKBMN Kuasa Pengguna Barang untuk Pengadaan: a. Usulan BMN Usulan BMN merupakan besaran jumlah unit AADB yang direncanakan akan diadakan. b. SBSK SBSK AADB yang direncanakan berdasarkan tingkat jabatan adalah sebagaimana Tabel III.A.1.

- 10 - Tabel III.A.1 SBSK AADB Yang Direncanakan Pengadaannya No Tingkatan Jabatan Kualifikasi Jenis/Kapasitas Mesin/Jumlah Silinder Jumlah Maks. 1 Menteri dan yang setingkat 2 Eselon Ia dan yang setingkat 3 Eselon IIa dan yang setingkat A1 Sedan dan/atau SUV/3.500 cc/6 2 B Sedan/2.500 cc/4 atau 1 SUV/3.000 cc/6 D SUV/2.500 cc/4 1 c. Optimalisasi Existing BMN 1 (satu) unit AADB yang direncanakan masih akan digunakan oleh Menteri merupakan AADB yang akan dioptimalkan sebagai pemenuhan kebutuhan sesuai standar. d. Kebutuhan Riil BMN Mempertimbangkan optimalisasi existing BMN berupa 1 (satu) unit AADB, kebutuhan riil untuk Pejabat setingkat Menteri adalah 1 (satu) unit AADB jenis Sedan atau SUV/3.500 cc/6 (enam) silinder. Adapun, kebutuhan riil untuk tingkatan jabatan Eselon Ia dan Eselon IIa adalah sama dengan perhitungan SBSK yaitu 1 (satu) unit AADB jenis Sedan/2.500 cc/4 (empat) silinder atau SUV/3.000 cc/6 (enam) silinder untuk Eselon Ia dan SUV/2.500 cc/4 (empat) silinder untuk Eselon IIa. RKBMN KPB Pengadaan untuk kasus di atas disajikan pada Tabel III.A.2. B. Pengadaan AADB dibawah kualifikasi standar pada satuan kerja dimana tidak terdapat existing AADB 1. Contoh Kasus KPB merencanakan untuk mengadakan AADB sebanyak 12 (dua belas) unit sebagaimana Tabel III.B.1. Tabel III.B.1 Usulan Pengadaan AADB Berdasarkan Tingkatan Jabatan No Tingkatan Jabatan Spesifikasi AADB yang diusulkan (Jenis/Kapasitas Mesin/Jumlah Silinder) Jumlah AADB yang diusulkan 1 Eselon Ia Sedan/2.500 cc/4 1 2 Eselon IIa 3 Eselon IIb SUV/2.000 cc/4 11 Jumlah Usulan AADB 12

- 11-2. Asumsi-asumsi a. KPB belum mempunyai AADB. b. KPB mengusulkan pengadaan 8 (delapan) unit AADB untuk Pejabat Eselon IIa dibawah kualifikasi standar. 3. Penjelasan RKBMN KPB Untuk Pengadaan a. Usulan BMN Usulan BMN merupakan besaran jumlah unit AADB yang direncanakan akan diadakan sesuai tabel III.B.1. b. SBSK SBSK AADB yang direncanakan berdasarkan tingkat jabatan adalah sebagaimana Tabel III.B.2. Tabel III.B.2 SBSK AADB Yang Direncanakan Pengadaannya Tingkatan No Jabatan 1 Eselon Ia dan yang setingkat 2 Eselon IIa dan yang setingkat 3 Eselon IIb dan yang setingkat Kualifikasi B Jenis/Kapasitas Mesin/Jumlah Silinder Sedan/2.500 cc/4 atau SUV/3.000 cc/6 Jumlah Maks. 1 D SUV/2.500 cc/4 1 E SUV/2.000 cc/4 1 c. Optimalisasi Existing BMN KPB belum memiliki AADB, maka tidak terdapat optimalisasi existing BMN atau nilai optimalisasi existing BMN adalah nul (0). d. Kebutuhan Riil BMN Kebutuhan riil adalah sama dengan perhitungan SBSK yaitu: 1) 1 (satu) unit AADB Operasional Jabatan jenis Sedan/2.500 cc/ 4 (empat) silinder atau SUV/3.000 cc/6 (enam) silinder. 2) 11 (sebelas) unit AADB jenis SUV/2.000 cc/4 (empat) silinder dengan rincian sebagai berikut: (a) 8 (delapan) unit AADB untuk Pejabat Eselon IIa yang diusulkan dibawah kualifikasi standar. (b) 3 (tiga) unit AADB untuk Pejabat Eselon IIb sesuai dengan klasifikasi yang bersangkutan. RKBMN KPB Pengadaan untuk kasus di atas disajikan pada Tabel III.B.3. C. Pengadaan AADB pada satuan kerja dimana existing BMN direncanakan untuk dialihkan ke pejabat lain 1. Contoh Kasus KPB yang merupakan satuan kerja pusat Eselon I merencanakan pengadaan AADB sebanyak 1 (satu) unit dengan jenis Sedan kapasitas mesin 2.500cc bensin dengan 4 (empat) silinder untuk Pejabat Eselon Ia.

- 12-2. Asumsi-asumsi a. KPB mempunyai 1 (satu) unit AADB berupa SUV/3.000 cc solar/ 6 (enam) silinder. b. Existing AADB dimaksud pada huruf a direncanakan akan dialihkan ke Pejabat Eselon IIa. c. Kondisi existing BMN adalah Baik (B). 3. Penjelasan RKBMN KPB Untuk Pengadaan a. Usulan BMN Usulan BMN merupakan besaran jumlah unit AADB yang direncanakan akan diadakan yaitu Sedan/2.500 cc/4 silinder. b. SBSK Sesuai SBSK AADB, Pejabat Eselon Ia dapat dipertimbangkan untuk memiliki AADB dengan jumlah maksimum 1 (satu) unit dengan jenis Sedan/2.500 cc/4 silinder atau SUV/3.000 cc/6 silinder. c. Optimalisasi Existing BMN Perencanaan penggunaan atas existing AADB untuk dialihkan ke Pejabat Eselon IIa tidak dapat dipertimbangkan dengan memperhatikan SBSK AADB Pejabat Eselon IIa adalah maksimum 1 (satu) unit dengan jenis SUV/2.500 cc/4 silinder. Untuk itu existing AADB tetap dipertimbangkan untuk digunakan oleh Pejabat Eselon Ia satker yang bersangkutan. d. Kebutuhan Riil BMN Untuk kasus ini satker Eselon I yang bersangkutan belum memiliki kebutuhan riil akan BMN berupa AADB. RKBMN KPB Pengadaan untuk kasus di atas disajikan pada Tabel III.C.1.

- 13 - Tabel III.A.2. RKBMN Pengadaan Alat Angkutan Darat Bermotor Operasional Jabatan RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA (PENGADAAN) KUASA PENGGUNA BARANG TAHUN 20XX KEMENTERIAN/LEMBAGA : 888 Kementerian Contoh UNIT ESELON I : 01 Sekretariat Jenderal UNIT WILAYAH : 0199 Instansi Pusat UNIT SATUAN KERJA : 537000 Satker Kantor Pusat AAAAAA PROGRAM : 8880110 Program Contoh KEGIATAN : 1715 Kegiatan Contoh OUTPUT : 995 Kendaraan Bermotor JENIS BELANJA : 532111 Belanja Modal Peralatan dan Mesin No PERKIRAAN NERACA/SUB-SUB KELOMPOK BARANG Uraian Kode Barang USULAN BMN SBSK OPTIMALI SASI EXISTING BMN KEBUTUHAN RIIL BMN Maks. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) A. 132111 Peralatan dan Mesin 1. 3020101001 Sedan 1 2 1 1 Kualifikasi A1 KET 2. 3020101001 Sedan 1 1 0 1 Kualifikasi B 3. 3020101002 Jeep*) 5 5 0 5 Kualifikasi D JUMLAH USULAN AADB 7 8 1 7 *) Tercantum dalam SBSK AADB adalah SUV dan disesuaikan dengan kodefikasi BMN menjadi Jeep. <<kota>>,<<tanggal>> Penanggung Jawab UAKPB Kepala Satker AAAAAA Nama Kepala Satker NIP 196211152004121001

- 14 - Tabel III.B.3. RKBMN Pengadaan Alat Angkutan Darat Bermotor Operasional Jabatan RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA (PENGADAAN) KUASA PENGGUNA BARANG TAHUN 20XX KEMENTERIAN/LEMBAGA : 888 Kementerian Contoh UNIT ESELON I : 09 Direktorat Jenderal AAA UNIT WILAYAH : 0199 Instansi Pusat UNIT SATUAN KERJA : 537999 Satker Ditjen AAA PROGRAM : 8880910 Program Contoh KEGIATAN : 1715 Kegiatan Contoh OUTPUT : 995 Kendaraan Bermotor JENIS BELANJA : 532111 Belanja Modal Peralatan dan Mesin No PERKIRAAN NERACA/SUB-SUB KELOMPOK BARANG Uraian Kode Barang USULAN BMN SBSK OPTIMALI SASI EXISTING BMN KEBUTUHAN RIIL BMN Maks. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) A. 132111 Peralatan dan Mesin 1. 3020101001 Sedan 1 1 0 1 Kualifikasi B KET 2. 3020101002 Jeep*) 11 11 0 11 Kualifikasi E JUMLAH USULAN AADB 12 12 0 12 *) Tercantum dalam SBSK AADB adalah SUV dan disesuaikan dengan kodefikasi BMN menjadi Jeep. <<kota>>,<<tanggal>> Penanggung Jawab UAKPB Kepala Satker Ditjen AAA Nama Kepala Satker NIP 196211152004121001

- 15 - Tabel III.C.1. RKBMN Pengadaan Alat Angkutan Darat Bermotor Operasional Jabatan RENCANA KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA (PENGADAAN) KUASA PENGGUNA BARANG TAHUN 20XX KEMENTERIAN/LEMBAGA : 888 Kementerian Contoh UNIT ESELON I : 10 Direktorat Jenderal BBB UNIT WILAYAH : 0199 Instansi Pusat UNIT SATUAN KERJA : 587654 Satker Ditjen BBB PROGRAM : 8881010 Program Contoh KEGIATAN : 1715 Kegiatan Contoh OUTPUT : 995 Kendaraan Bermotor JENIS BELANJA : 532111 Belanja Modal Peralatan dan Mesin No PERKIRAAN NERACA/SUB-SUB KELOMPOK BARANG Uraian Kode Barang USULAN BMN SBSK OPTIMALI SASI EXISTING BMN KEBUTUHAN RIIL BMN Maks. (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) A. 132111 Peralatan dan Mesin 1. 3020101001 Sedan 1 1 1 0 Kualifikasi B KET JUMLAH USULAN AADB 1 1 1 0 <<kota>>,<<tanggal>> Penanggung Jawab UAKPB Kepala Satker Ditjen BBB Salinan sesuai dengan aslinya Sekretaris Direktorat Jenderal Kekayaan Negara u.b. Kepala Bagian Umum Nama Kepala Satker NIP 196211152004121001 a.n. MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN NEGARA, ttd. SONNY LOHO Wahyu Setiadi NIP 19700415 199603 1 002