PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SDN JEJANGKIT MUARA 2

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: WAHYUNINGSIH A

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS III SMA SRIJAYA NEGARA PALEMBANG MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENTS

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Wenni Hastuti Universitas PGRI Yogyakarta

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV MENGGUNAKAN MODEL STAD DAN NHT

Charlina Ribut Dwi Anggraini

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT PADA SISWA KELAS V SDN 07 SUMBERPUCUNG MALANG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam

Rahidatul Laila Agustina. STKIP-PGRI Banjarmasin Abstrak

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

SKRIPSI OLEH NURUL FITRI A1D PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2014

*Keperluan korespondensi, tel/fax : ,

BAB III METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS. menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan

IMPROVING THE COGNITIVE LEARNING ACHIEVEMENT OF CIVIC EDUCATION THOURGH TGT OF THE COOPERATIVE LEARNING MODEL

ARTIKEL. untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. oleh : Nur Aeni Ratna Dewi

Pamujo, Risma Dwi Rapprilia 2 PGSD FKIP Universitas Muhammdiyah Purwokerto

* Keperluan korespondensi:

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Dengan Menggunakan Model Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran PKn Di SDK Lengaruh

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Ramadhani

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research) (Wardani, dkk. 2007: 1.3). Setiap siklus terdiri

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

Wendri, Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament Berbantu

BAB II KAJIAN TEORI. didik, sehingga terjadi proses belajar. 1 Sedangkan Belajar adalah: suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

Penerapan Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament untuk Meningkatkan Respon dan Hasil Belajar PKn Siswa

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

Antonius Girsang Guru SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 1 KOKOP

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PERKEMBANGAN NEGARA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MATERI PERISTIWA ALAM MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

BAB I PENDAHULUAN. dalam bahasa Inggris yaitu natural science, artinya Ilmu Pengetahuan

Shinta Arwidya Pendidikan Sosiologi Antropologi,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI TEAMS GAMES TOURNAMENTS SISWA KELAS VIID SMP NEGERI 2 DUKUN, MAGELANG

UPAYA PENINGKATAN MINAT BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN (PKn) STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

Kata kunci: Aktivitas, Hasil belajar Matematika, dan Kooperatif Tipe Team Game Tournament (TGT) PENDAHULUAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. 1 Proses pembelajaran yang

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

Suherman Guru Fisika SMA Negeri 1 Stabat dan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Pascasarjana Unimed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

*Keperluan korespondensi, telp: ,

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

UJI COBA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BROKEN SQUARE

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan. tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Melalui pendidikan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar SITI ROSIDAH NIM. A.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahkluk belajar (learning human). Sejak lahir manusia. mengenal lingkungannya, memahami dirinya sendiri, dan

PENERAPAN MODEL TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SDN TAMAN 3 MADIUN

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

MENINGKATKAN HASIL DAN PROSES BELAJAR SISWA KELAS XI IPA SMA PGRI 6 BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

PENERAPAN METODE STAD PADA MATERI AJAR PENGGUNAAN ATURAN SINUS, COSINUS, DAN RUMUS LUAS SEGITIGA. Tino Santigiarti

PUBLIKASI ILMIAH DYAH LUSIANA A54F ABSTRAK

PENERAPAN TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh MEYLISA EFRILIYANTI SARENGAT SITI RACHMAH SOFIANI

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB II. 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif. menurut Majid (2013: 174) mengemukakan bahwa Pembelajaran

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tipe Team Games Tournament (TGT). Pada siswa kelas VIII SMP Islam

Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGRAAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT

Penggunaan Model Pembelajaran Kooeperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Skinner dalam Dimyati dan Mujiono (2002:9) belajar adalah suatu. dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

Transkripsi:

18 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SDN JEJANGKIT MUARA 2 Rahidatul Laila Agustina Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan E-mail: lailaagustina@stkipbjm.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn khususnya materi organisasi dengan menggunakan model pembelajaran teams games tournament (TGT). Penelitian ini dilaksanakan di SDN Jejangkit Muara 2 pada tahun ajaran 2016/2017. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 10 orang. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), bersifat kolaborasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan tes. Berdasarkan hasil analisis data belajar siswa, peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada nilai awal sebelum diberi tindakan sebesar 61,5, siklus I 70,9, dan pada siklus II naik menjadi 81,6. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 74) pada nilai awal sebelum diberi tindakan 40%, tes siklus I 60% setelah dilakukan refleksi terdapat 6 siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 7 4), namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa, dan pada tes siklus II menjadi 90%, ini menandakan sudah tercapai kriteria ketuntasan klasikal minimal yaitu sekurang-kurangnya 80 % siswa mendapat nilai 74.Dari hasil temuan dalam penelitian ini diharapkan agar guru di sekolah dasar dapat menggunakan model teams games tournament (TGT) dalam pembelajaran PKn di sekolah dasar sebagai upaya dalam menciptakan peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Kata kunci: Teams Games Tournament, Hasil Belajar PKn PENDAHULUAN Pendidikan kewarganegaraan dapat dimaknai sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam konteks Indonesia pendidikan kewarganegaraan itu

19 berisi antara lain mengenai pluralisme yakni sikap menghargai keragaman, pembelajaran kolaboratif dan kreatifitas (Darmadi, 2013:1-3). Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya adalah menjadikan warga negara yang cerdas dan baik serta mampu mendukung keberlangsungan bangsa dan negara. Upaya mewarganegarakan individu atau orang-orang yang hidup dalam suatu negara merupakan tugas pokok negara. Konsep warga negara yang cerdas dan baik (smart and good citizenship) tentunya amat tergantung dari pandangan hidup dan sistem politik negara yang bersangkutan (Tim ICCE, 2011:3). Studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan di kelas V SDN Jejangkit Muara 2 berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan dengan siswa di kelas yang bersangkutan, diketahui bahwa selama ini pembelajaran PKn cenderung membosankan, siswa kurang termotivasi untuk belajar. Hal ini dikarenakan pembelajaran hanya terfokus pada teacher centered, siswa hanya mencatat materi pelajaran atau bisa juga dengan dikte oleh guru, serta belajar berkelompok untuk menjawab LKS, terkadang juga pernah dilakukan pembelajaran dengan membawa siswa keluar kelas, namun dirasakan masih belum maksimal. Perolehan hasil belajar siswa kelas V SDN Jejangkit Muara 2 dalam mata pelajaran PKn ternyata masih berada di bawah standar dan perlu ditingkatkan. Hal ini terlihat dari hasil ulangan harian atau hasil belajar siswa tahun ajaran 2016/2017 pada mata pelajaran PKn, rata-rata nilai siswa kelas V SDN Jejangkit Muara 2 masih di bawah skor KKM (74 ), yakni nilai rata-ratanya 62,5. Dari hasil tes awal pada kemampuan siswa juga terlihat bahwa hasil belajar siswa masih di bawah KKM dengan rata-rata hasil belajar siswa adalah 61,6. Melihat permasalahan di atas yaitu karena di kelas pembelajaran PKn cenderung membosankan, siswa kurang termotivasi untuk belajar. Hal ini dikarenakan pembelajaran hanya terfokus pada teacher centered, siswa hanya mencatat materi pelajaran atau bisa juga dengan dikte oleh guru, terkadang pernah dilakukan pembelajaran dengan membawa siswa keluar kelas, namun dirasakan masih belum maksimal, maka diperlukan suatu pembaruan terhadap proses pembelajaran agar kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan,

20 salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT). Pembelajaran kooperatif ( cooperative Learning) merupakan suatu model pengajaran yang dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman dan pengembangan keterampilan sosial. Strategi pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri dari 4-5 orang siswa secara heterogen, baik prestasi, akademik, jenis kelamin, ras ataupun etnis. Teams Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David De Vries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari John Hopkins. Metode ini menggunakan pelajaran yang sama yang disampaikan guru dan tim kerja yang sama seperti dalam STAD, tetapi menggantikan kuis dengan turnamen mingguan, di mana siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbang poin bagi skor tim nya (Slavin, 2005:13). Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) mengorganisasi kelas menjadi empat atau lima kelompok, masing-masing kelompok memiliki anggota dari semua tingkat prestasi. Nilai dari hasil belajar pre-test digunakan untuk membentuk tim yang memiliki kemampuan sebanding. Tim duduk bersama dan setiap anggota tim membantu anggota tim lainnya untuk persiapan turnamen TGT yang dilakukan pada akhir pembelajaran. Mereka fokus pada tujuan yang diajarkan pada saat itu. Selama permainan siswa menyelesaikan secara individu sebagai wakil tim mereka melawan dua atau tiga siswa lain dari kemampuan yang sebanding. Di setiap meja permainan, para siswa peserta menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk menunjukkan penguasaan terhadap konsep yang telah mereka dapatkan. Poin diberikan pada tim yang mampu mencetak skor terbanyak dan mendapat predikat sebagai tim berprestasi De Vries (1980:xi). Dalam Teams Games Tournament (TGT) digunakan turnamen akademik dimana siswa berkompetisi sebagai wakil dari timnya melawan anggota tim yang lain untuk mencapai hasil atau prestasi belajar yang maksimal. Menurut Slavin (2005:166-167) model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terdiri dari 5

21 komponen, yaitu: 1) Presentasi kelas, 2) Tim, 3) Game, 4) Turnamen dan 5) rekognisi tim. Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan. Tidak pernah pula sepi dari berbagai aktivitas. Tidak pernah terlihat orang yang belajar tanpa melibatkan aktivitas raganya. Apalagi bila aktivitas belajar itu berhubungan dengan masalah belajar menulis, mencatat, memandang, membaca, mengingat, berpikir, latihan atau praktik dan sebagainya (Djamarah, 2008:38). Sardiman (2011: 95-97) menyatakan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar. subjek didik/siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian, di sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktkivitas. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2011: 101) menggolongkan kegiatan siswa sebagai berikut: 1) Visual activities, 2) Oral Activities, 3) Listening activities, 4) Writing activities, 5) Drawing activities, 6) Motor activities, 7) Mental activities, dan 8) Emotional activities,. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya (Sudjana, 2013: 45).Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (Suprjono, 2009:7). Menurut Purwant o (2013:46), hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan perilaku akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Bloom (1956) dalam (Poerwanti, Widodo,

22 Masduki, Pantiwati, Rofieq, dkk. 2009:1-23-1-30) mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga ranah yaitu: ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. METODE Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, sedangkan menurut jenisnya penelitian ini tergolong penelitian tindakan (action research) berupa Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan kelas (PTK) merupakan model penelitian yang dikembangkan di kelas. Penelitian tindakan kelas adalah pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan tejadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2010:3).Penelitian ini dilaksanakan di SDN Jejangkit Muara 2 yang terletak di Desa Jejangkit Muara RT. 02 Kecamatan Jejangkit Muara Kabupaten Barito Kuala pada tahun ajaran 2016/2017. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 10 orang yang terdiri dari 4 orang siswa laki-laki dan 6 orang siswa perempuan. Prosedur penelitian berbentuk siklus dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Arikunto (2010). Setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan tes. Tes digunakan untuk mengukur keberhasilan hasil belajar siswa dan observasi dilakukan untuk mengukur aktivitas siswa dalam pembelajaran. Teknik analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan reduksi data, paparan data dan menarik kesimpulan. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat dinyatakan berhasil apabila hasil tes akhir dari masing-masing siswa telah mencapai nilai minimal 73 sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Disamping itu secara klasikal diperoleh sekurang-kurangnya 80 % dari seluruh siswa mendapat nilai 74. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah penerapan model pembelajaran kooperatif teams games tournament (TGT) dilaksanakan, pada setiap akhir siklus diadakan uji kompetensi guna mengukur rata-rata hasil belajar siswa. Uji kompetensi yang dilakukan terhadap proses pembelajaran bertujuan untuk mengetahui: (1) tercapai tidaknya tujuan

23 pembelajaran; dan (2) efektivitas proses pembelajaran yang telah dilakukan guru. Uji kompetensi dilakukan untuk mengkaji ketercapaian kompetensi dasar dan indikator hasil belajar yang terdapat pada mata pelajaran PKn.Berikut ini merupakan hasil belajar siswa selama mengikuti pembelajaran pada siklus I dan II dimana terjadi peningkatan hasil belajar siswa baik dilihat dari jumlah siswa yang mencapai ketuntasan maupun berdasarkan nilai rata-rata. Tabel 1 Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus I dan II Pertemuan ketuntasan ketuntasan individu klasikal rata-rata Nilai sebelum diberi tindakan 4 orang 40% 61,5 Evaluasi Siklus I 6 orang 60% 70,9 Evaluasi SIklus II 9 orang 90% 81,6 Hasil belajar Pkn siswa kelas V SDN Jejangkit Muara 2 pada materi organisasi meningkat dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif TGT berorientasi pada PAKEM baik dilihat dari aspek aktivitas siswa maupun hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas terjadi peningkatan yaitu pada nilai awal sebelum diberi tindakan sebesar 61,5, siklus I 70,9, dan pada siklus II naik menjadi 81,6. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 74) pada nilai awal sebelum diberi tindakan 40%, tes siklus I 60% setelah dilakukan refleksi terdapat 6 siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 74), namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa, dan pada tes siklus II menjadi 90%, ini menandakan sudah tercapai kriteria ketuntasan klasikal minimal yaitu sekurang-kurangnya 80 % siswa mendapat nilai 74. Sesuai dengan teori Slavin (2005:166-167) penerapan model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournament terdiri dari 5 komponen, yaitu presentasi kelas, tim, game, turnamen dan rekognisi tim. Hal ini sesuai dengan pembelajaran yang dilaksanakan yaitu guru menyampaikan cakupan materi yang akan dibahas, kemudian siswa dibagi menjadi 3 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen. Guru lalu memberikan tugas yang terdapat pada lembar kerja siswa (LKS). Siswa diberi kesempatan untuk berpikir bersama kelompok memecahkan

24 permasalahan. Setelah itu, siswa bersama guru membahas soal pada LKS tersebut. Siswa kemudian mengikuti game atau permainan yang diberikan guru. Setelah itu, siswa dibagi kelompok menjadi 4 kelompok setiap kelompok terdiri dari 2-4 anak dengan kemampuan yang sama untuk melakukan turnamen, dalam meja turnamen, siswa dikelompokkan sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing (pandai dilawankan pandai; kurang pandai dilawankan kurang pandai). Setelah turnamen selesai, guru melakukan penskoran dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang memenangkan turnamen atau mendapat nilai tertinggi. Hal ini sesuai dengan teori dari DeVries (1980:7) menyatakan bahwa teams games tournament (TGT) mengubah cara siswa bekerja pada tugas-tugas akademik. Siswa belajar untuk bekerjasama dan menunjukkan pengetahuan mereka di depan umum. Teams games tournament (TGT) juga meningkatkan pemahaman siswa. Mereka mendapatkan pengakuan individual dan dukungan untuk menjadi anggota tim. Anak-anak belajar bagaimana bekerja sama dalam dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Di teams games tournament (TGT), siswa hanya bersaing sederajat. Setiap siswa dapat berhasil jika ia menguasai materi pelajaran yang terkandung dalam permainan. Hal ini berbeda dengan pengaturan ruang kelas biasa, dalam pembelajaran ini siswa dihargai untuk melakukan lebih baik daripada orang lain baik yang memiliki kemampuan sama atau tidak. TGT bekerja karena memotivasi anak untuk belajar. Berdasarkan penelitian Tindakan Kelas Siklus I dan Siklus II dapat diketahui bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan teori Sudjana (2013:45) mengemukakan bahwa setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (Suprjono, 2009:7). Menurut Purwanto (2013:46) Hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan perilaku akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.

25 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus dengan menggunakan model pembelajaran teams games tournament (TGT) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SDN Jejangkit Muara 2 tahun ajaran 2016-2017. Pada akhir siklus I dan siklus II dilakukan tes akhir siklus untuk menilai sejauh mana peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran teams games tournament (TGT).Penerapan model pembelajaran teams games tournament (TGT)dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn dilaksanakan melalui kegiatan tanya jawab, ceramah bervariasi, diskusi, pemberian tugas masing-masing kelompok dan turnamen antar kelompok. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa baik secara individual maupun klasikal yang semakin meningkat dari siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas yangmengalami peningkatan, pada nilai awal sebelum diberi tindakan sebesar 61,5, siklus I 70,9, dan pada siklus II naik menjadi 81,6. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 74) pada nilai awal sebelum diberi tindakan 40%, tes siklus I 60% setelah dilakukan refleksi terdapat 6 siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 7 4), namun secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan siswa, dan pada tes siklus II menjadi 90%, ini menandakan sudah tercapai kriteria ketuntasan klasikal minimal yaitu sekurang-kurangnya 80 % siswa mendapat nilai 74. Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas maka saran-saran yang diberikan yaitu sebagai berikut. Model pembelajaran teams games turnament (TGT) dapat dijadikan alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan guru. Pembelajaran yang dilakukan diharapkan dapat memberikan motivasi belajar yang lebih bervariasi agar siswa tidak mengalami kebosanan pada waktu kegiatan belajar mengajar. Selain itu diharapkan siswa lebih giat dan aktif selama pembelajaran di kelas, apabila ada

26 pelajaran yang kurang difahami agar dapat bertanya kepada guru yang bersangkutan atau mendiskusikannya dengan teman yang sudah memahaminya. Untuk itu sangat diperlukan sekali interaksi dan kerjasama antar siswa agar pembelajaran menjadi sebuah proses yang menyenangkan.pemberian penghargaan kelompok ( team rewards) bisa dibuat secara bervariasi bukan hanya berupa hadiah (barang), tetapi bisa juga berupa sertifikat yang berguna bagi siswa, sehingga siswa lebih termotivasi untuk menjadi kelompok terbaik.diperlukan persiapan yang cukup matang untuk melaksanakan pembelajaran teams games turnament (TGT), sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pembelajaran kooperatif teams games turnament (TGT) dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rineka Cipta. Darmadi, H. 2013. Urgensi Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Bandung: Alfabeta. DeVries, D.L. 1980. The Instructional Design Library. Educational Technology Publications,. Inc., Englewood Cliffs, New Jersey 07632. Djamarah, S.B. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sardiman. A.M. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press. Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media. Sudjana. 2013. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Poerwanti, Endang, Widodo, Masduki, Pantiwati, Rofiek, Utumo. 2009. Assesmen Pembelajaran di SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan Nasional. Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers. Sudjana, N. 2013. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Surabaya: Pustaka Pelajar. Tim ICCE. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Edisi Ketiga: Demokrasi Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta: kencanaprenada Media Grup.