BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan dibidang akademik. Dalam dunia mahasiswa mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Perguruan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

SEMNAS_PENGARUH SRL_AIMA, IFA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa adalah pemuda yang mempunyai peran besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dengan tugas yang dihadapi pada setiap masa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keahlian dalam kerja akademis yang dinilai oleh para pengajar melalui tes, ujian,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Efektivitas Konseling Rasional Emotif Behavioral Dalam Meningkatkan Self-Regulated Learning Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu terlahir dengan memiliki kemampuan untuk belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA SMA NEGERI 2 WONOGIRI. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menimbulkan banyak masalah bila manusia tidak mampu mengambil

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY PESERTA D IDIK D ALAM MENGHAFAL AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. banyak perusahaan yang menuntut pegawainya berpendidikan minimal sarjana,

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tabel 1.2 Rata-Rata Hasil Ujian Nasional SMP Negeri Se-Kabupaten Klaten

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu Negara tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebabkan karena masa remaja dikenal sebagai masa untuk mencari identitas dan

DAFTAR PUSTAKA. Azwar, S. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Chaplin, J.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi: Rajawali Pers.

I. PENDAHULUAN. mengatur dan menyelesaikan tugas-tugas yang mempengaruhi kehidupannya

I. PENDAHULUAN. dan dapat menyesuaikan secara aktif dalam kehidupannya. melalui pendidikan yang baik akan dihasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan

I. PENDAHULUAN. kepada siswa sejak tingkat dasar secara umum dalam mata pelajaran ilmu

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK DITINJAU DARI BELAJAR BERDASAR REGULASI DIRI (SELF REGULATED LEARNING) BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

SELF REGULATED LEARNING SISWA DILIHAT DARI HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan yang terus mengalami perubahan, dan bagaimana mengambil inisiatif

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, perubahan sikap, perilaku dan nilai-nilai pada individu,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika bertujuan untuk membekali siswa agar memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

EKSPERIMENTASI STRATEGI MAKE A MATCH DAN TAKE AND GIVE TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 ADIMULYO

BAB I PENDAHULUAN. kejadian menghasilkan ke kejadian yang lain (Kuhn, 1991 dalam; John W

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). SBMPTN 2013 merupakan satu-satunya pola seleksi nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal tersebut dapat terlihat dari Undang-Undang Sistem Pendidikan

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI AKADEMIK DENGAN PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA RANTAU DARI INDONESIA BAGIAN TIMUR DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1) Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2) Mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai ilmiah.

BAB I PENDAHULUAN. matematika mempunyai peranan yang sangat esensial untuk ilmu lain, utamanya sains

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bawah kemampuannya. Belum ada definisi yang dapat diterima secara universal

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa beserta unsur-unsur yang ada didalamnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju,

BAB I PENDAHULUAN. oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). NCTM (2000)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin pesat. daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi setiap permasalahan jaman, baik

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Adanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk menghadapi perkembangan zaman. Melalui pendidikan

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII A SMP PGRI BAGELEN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTORIAL RIDDLE

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu negara sangatlah ditentukan oleh kualitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Oleh : SUBIARTI A

BAB I PENDAHULUAN. kualitas seseorang. Semakin baik hasil belajar matematika yang dimiliki

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana

BAB II LANDASAN TEORI. self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai tenaga kerja merupakan salah satu aset yang menentukan

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan kiranya perlu diperhatikan masalah pencapaian prestasi siswa, karena dalam lembaga pendidikan prestasi belajar merupakan indikator yang penting untuk mengukur keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar ini dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Hasil belajar tersebut merupakan prestasi belajar peserta didik yang dapat diukur dari nilai siswa setelah mengerjakan soal yang diberikan oleh guru pada saat dilaksanakanevaluasi. Dalam suatu proses belajar mengajar, ada beberapa komponen penting yang harus diperhatikan yaitu diantaranya pendidik, peserta didik, sarana dan pra-sarana, lingkungan pendidikan, dan kurikulum sebagai materi ajar untuk peserta didik. Komponen ini memegang peranan yang sangat penting dalam suatu proses pendidikan sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang berguna bagi bangsa dan negara (Adicondro, 2011). Namun tidak bisa dipungkiri bahwa tinggi rendahnya prestasi siswa juga dipengaruhi oleh faktor internal lain di samping proses pengajaran itu sendiri seperti minat, bakat, intellegensi dan lain-lain. Faktor yang mempengaruhi proses belajar tersebut dapat memberikan dukungan yang positif dalam belajar, namun dapat juga menghambat proses

2 belajar. Hambatan yang terjadi berakibat pada hasil belajar individu yang tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Keadaan tersebut berdampak pada timbulnya masalah dalam proses belajar selanjutnya. Dalam hal ini peneliti memberikan batasan untuk prestasi belajar yang akan diteliti hanya pada bidang studi matematika karena bidang studi tersebut ada pada tingkat pendidikan dasar, menengah sampai tingkat perguruan tinggi, bahkan sejak di Taman Kanak-kanak (TK) su dah mulai diperkenalkan hal yang berhubungan dengan matematika. Menurut Warsito (2009) matematika bukanlah hanya sekedar kumpulan rumus-rumus dan perhitungan yang sangat rumit, tetapi dapat diterapkan dalam kehidupan baik itu dalam kehidupan akademis maupun sehari-hari untuk memecahkan berbagai masalah dan memenuhi kebutuhan praktis. Adapun alasan perlunya siswa belajar matematika, diantaranyaadalah karena matematika merupakan sarana berpikir yang logis, sarana mengembangkan kreativitas, sarana mengenal pola-pola hubungan, dan generalisasi pengalaman, serta sarana memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.salah satu karakteristik matematika adalah memiliki objek kajian yang bersifat abstrak (Sumardyono, 2004). Selain itu, matematika juga salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi yang berkualitas, karena matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis dan sistematis. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan mutu pendidikan matematika melalui peningkatan prestasi belajar matematika

3 siswa di sekolah. Namun dalam pembelajaran di sekolah, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit untuk dipahami oleh siswa. Kenyataan yang terjadi adalah penguasaan siswa terhadap materi matematika masih belum maksimal jika dibanding dengan mata pelajaran lain(warsito, 2009). Adapun prestasi belajar menurut Djamarah (1994) adalah penilaian pendidikan tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang diperoleh di sekolah yang menyangkut pengetahuan atau kecakapan yang dinyatakan sesudah hasil penilaian. Penilaian prestasi atau hasil belajar yang dicapai siswa dapat dilihat dari nilai ujian matematika yang telah didokumentasi dalam bentuk nilai rapor. Penilaian prestasi belajar siswa yang diberikan oleh guru didasari oleh kriteria penilaian yang ditetapkan dari sekolah yaitu berdasarkan KKM (KKM = 6,5 & 70) yang telah ditentukan. Kriteria penilaian tersebut adalah nilai yang berada pada < 60 tergolong kategori rendah, nilai yang berkisar antara 60 79 tergolong sedang, dan nilai yang berada pada > 80 tergolong kategori tinggi. Berdasarkan data dokumentasi nilai matematika siswa di SMP X tahun pelajaran 2012/2013 dari kelas VIII. 3 dan IX.1 dengan KKM = 65, siswa yang memperoleh nilai > 80 pada semester 1 berjumlah 9 orang dan pada semester 2 berjumlah 13 orang. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 60 79 pada semester 1 berjumlah 57 orang dan pada semester 2 berjumlah 52 orang. Dan tidak ada siswa yang memperoleh nilai < 60 baik pada semester 1 maupun semester 2. Pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014 dengan KKM = 70, nilai matematika berasal dari kelas VII.1, VIII,1 dan IX.1, dapat dilihat bahwa

siswa yang memperoleh nilai > 80 pada berjumlah 21 orang, sedangkan siswa yang mendapat nilai 60 79 berjumlah 92 orang. Dan juga tidak ada siswa yang memperoleh nilai < 60 pada semester 1 tersebut. Dengan demikian diperoleh bahwa pada tahun pelajaran 2012-2013, ada sebanyak 13,6% siswa pada semester 1 dan 20,0% siswa pada semeter 2 yang berada pada kategori prestasi belajar tinggi, dan ada 86,4% siswa pada semester 1 dan 80,0% siswa pada semeter 2 yang berada pada kategori prestasi belajar sedang. Sedangkan pada tahun pelajaran 2013 2014 semester 1 diperoleh 18,6% siswa berada pada kategori prestasi belajar tinggi dan 81,4% siswa pada kategori prestasi belajar sedang. Tabel 1.1. Presentase Prestasi Belajar Siswa SMP Tahun Pelajaran KKM Kategori Semester Jumlah Siswa Presentasi 1 9 orang 13,6 % Tinggi 2 13 orang 20,0% 1 57 orang 86,4 % 2012-2013 65 Sedang 2 52 orang 80,0% 1 --- Rendah 2 --- Tinggi 1 21 18,6% 2013-2014 70 Sedang 1 92 81,4 % Rendah 1 ---- Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa berdasarkan KKM sekolah, prestasi belajar matematika siswa meningkat, hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai KKM atau stándar ketuntasan siswa yaitu dari 65 menjadi 70. Sedangkan dilihat dari nilai yang diperoleh siswa, pada umumnya prestasi belajar matematika siswa pada kategori sedang di peroleh persentase berkisar 80% - 87% lebih besar dari persentase siswa dengan kategori prestasi belajar tinggi dengan presentase berkisar antara 13% - 20%. 4

5 Berdasarkan hasil wawancara tanggal 25 April 2014, pada saat diadakan ujian semua soal yang dibuat tidak keluar dari materi pelajaran yang disampaikan oleh para guru pada saat proses belajar mengajar berlangsung, tetapi masih saja siswa tidak bisa mengerjakan dan memberi jawaban benar atas pertanyaan yang disajikan sesuai dengan harapan guru.selain itu pada saat proses belajar mengajar, masih ada siswa yang tidak serius memperhatikan sehingga mereka sering terlambat mengumpulkan tugas dan mengerjakannya hanya asal siap, saat mengerjakan soal mereka akan memilih soal-soal yang mudah untuk dikerjakan dan bila mendapat soal yang susah atau sulit mereka mudah mengeluh dan menyerah. Oleh karena itu, dalam hal ini dibutuhkan upaya siswa untuk mempelajari dan memahami pelajaran matematika secara intensif sehingga pencapaian prestasi matematika siswa bisa lebih optimal lagi. Upaya yang dibutuhkan oleh siswa dalam mempelajari dan memahami matematika sehingga memperoleh prestasi belajar yang memuaskan adalahdengan belajar berdasarkan self efficacy danselfregulated learningyang dimiliki setiap siswa.self efficacy merupakan keyakinan seseorang bahwa ia bisa menguasai situasi dan mendapatkan hasil yang positif. Menurut Bandura (1997), self efficacy adalah keyakinan terhadap kemampuan dalam mengorganisasikan dan menampilkan tindakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan kecakapan tertentu serta dapat menyelesaikan suatu tugas yang diperlukan untuk mencapai hasil tertentu (Adicondro, 2011).Bandura ( dalam Santrock, 2007) mengatakan bahwa, efikasi diri berpengaruh besar terhadap

6 perilaku. Misalnya, jika seseorang tidak yakin dapat memproduksi hasil yang mereka inginkan, mereka akan memiliki sedikit motivasi untuk bertindak. Jika seorang siswa memiliki kemauan untuk memenuhi tuntutan akademik atau pendidikannya, tentunya harus selalu berusaha seoptimal mungkin serta harusmemiliki keyakinan akan kemampuannya guna mencapai tujuannya hingga berhasil, karena siswa yang memiliki self efficacy yang tinggi akan termotivasi dan percaya bahwa mereka mampu melakukan sesuatu untuk mengubah kejadian disekitarnya dan berusaha keras untuk mengatasi tantangan yang ada, sedangkan seseorang dengan efikasi diri yang rendah menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu mengerjakan segala sesuatu yang ada disekitarnya dan cenderung akan mudah menyerah. Dengan demikian, apabila para siswa yakin akan kemampuan mereka dan mau berusaha untuk mencapai prestasi belajar yang tinggi, mereka akan berusaha mencari cara-cara yang efektif dan efisien agar dapat memenuhi apa yang mereka inginkan termasuk prestasi belajar yang memuaskan. Karena orang yang memiliki efikasi diri akan mempertanggungjawabkan kemampuannya di hadapan orang lain sesuai dengan bakat atau kemampuannya. Hal ini senada dengan pendapat Schunk (dalam Warsito, 2009), jika peserta didik (mahasiswa) merasa yakin bahwa mereka mampu melaksanakan sesuatu lebih baik dengan berusaha lebih keras atau menggunakan strategi yang lebih efektif. Sedangkan self regulated learning menurut Winne (dalam Santrock, 2007 ; 2010), adalah kemampuan untuk memunculkan dan memonitor sendiri pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan ini bisa jadi berupa

7 tujuan akademik (meningkatkan pemahaman dalam membaca, menjadi penulis yang baik, belajar perkalian, mengajukan pertanyaan yang relevan), atau tujuan sosio-emosional (mengontrol kemarahan, bela jar akrab dengan teman sebaya). Gagne (1985) mengatakan bahwa unsur unsur yang mempengaruhi proses pembelajaran agar menjadi efektif adalah strategi dalam menentukan tujuan belajar, mengetahui kapan strategi yang digunakan dan memonitor keefektifan strategi belajar tersebut (Latipah,2010). Woolfolk, (2008) manyatakan bahwa d alam proses pembelajaran baik di tingkat dasar maupun lanjutan, regulasi diri dalam belajar ( self regulated learning) merupakan sebuah pendekatan yang penting. Strategi regulasi diri dalam belajar cocok untuk semua jenjang pendidikan, kecuali untuk kelas tiga SD ke bawah, ada yang menyarankan bahwa strategi belajar dengan regulasi diri kurang cocok (Latipah,2010). Pelajar dengan regulasi diri memiliki karakteristik bertujuan memperluas pengetahuan dan menjaga motivasi, menyadari keadaan emosi mereka dan punya strategi untuk mengelola emosinya, secara periodik memonitor kemajuan ke arah tujuannya, menyesuaikan atau memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan yang mereka buat, dan mengevaluasi halangan yang mungkin muncul dan melakukan adaptasi yang diperlukan. Siswa yang mempunyai self regulated learning tinggi adalah siswa yang secara metakognitif, motivasional, dan behavioral merupakan peserta yang aktif dalam proses belajar. Siswa diharapkan memiliki self regulated learning yang tinggi. Apabila para siswa memiliki self regulated learning yang rendah akan mengakibatkan kesulitan dalam menerima materi pelajaran sehingga hasil

8 belajar mereka menjadi tidak optimal. Dengan demikian dapat dikatakan semakin baik selfregulated learningyang dimiliki, maka akan semakin baik pula prestasi yang dapat dicapai. Sebaliknya, semakinrendah selfregulated learning yang siswa memiliki, maka kurang dapat melakukan perencanaan, pemantauan, evaluasi pembelajaran dengan baik, kurang mampu melakukan pengelolaan potensi dan sumber daya yang baik dan sebagainya, sehingga hasil dari belajarnya tidak optimal. Berdasarkan penjelasan di atas secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa self efficacy dan self regulated learning berhubungan dengan pencapaian prestasi belajar baik langsung secara bersama-sama ataupun secara sendirisendiri. Artinya siswa yang memiliki self efficacydan self regulated learning yang tinggi, mendorong siswa berusaha keras dan optimis akan memperoleh hasil yang maksimal. Sertamereka akan menyusun dan merencanakan secara sistematis proses belajar yang akan mereka laksanakan. Kesusksesan dan keberhasilan siswa akan terlihat dari hasil ujian siswa dalam bentuk nilai rapor. Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti HubunganSelf EfficacydanSelfRegulated Learningterhadap PrestasiBelajarMatematika Siswa SMP. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara self

9 efficacydanselfregulated learning dengan prestasi belajar matematika pada siswa SMP?. C. Tujuan Penelitian Setelah permasalah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : hubungan self efficacydanselfregulated learningdengan prestasi belajar matematika siswa SMP. D. Keaslian Penelitian Penelitian yang akan dilakukan ini berbeda dengan penelitian sebelumnya baik berdasarkan variabel, subjek serta tempat dan waktu dilaksanakannya penelitian tersebut. Misalnya penelitian yang dilakukan oleh : a) Hadi Warsito dengan judul Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Penyesuaian Akademik Dan Prestasi Akademik ( Studi Pada Mahasiswa Fip Universitas Negeri Surabaya ) memiliki perbedaan seperti menggunakanvariabel penyesuaian akademik, dan subjek dari penelitian tersebut adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Surabaya. b) Eva Latipah yang berjudul Strategi Self Regulated Learning dan Prestasi Belajar: Kajian Meta Analisis. Perbedaan dari penelitian tersebut adalah dilihat dari variabel yang digunakan yaitu hanya menggunakan variabel Self Regulated Learning dan Prestasi Belajar, dengan data yang diperoleh melalui jurnal-jurnal online kemudian diolah secara meta-analisis. c) Hairida dan Marhaeny W.A. dengan judul Self Efficacy dan Prestasi belajar Siswa dalam Pelajaran IPA-Kimia. Perbedaan penelitian ini yaitu subjek

10 penelitiannya adalah siswa kelas VII SMPN 11 Pontianak pada semester gasal tahun pelajaran 2012 dan 2013. d) Fasikhah, Siti Suminarti dan Siti Fatimah yang berjudul Self-Regulated Learning (SRL) dalam Meningkatkan Prestasi Akademik pada Mahasiswa. Perbedaan dari penelitian ini adalah subjek penelitian ini mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2011. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen dua kelompok (kelompok eksperimen (diberi pelatiha n SRL) dan kelompok kontrol) dengan random assignment. e) Febrianela, Refista Befris dengan judul Self Regulated Learning (SRL) dengan Prestasi Akademik Siswa Akselerasi. Perbedaannya dapat dilihat dari subjek penelitian adalah 52 orang siswa akselerasi kelas X (SMAN 4, SMAN 5 dan SMAN 8) di kota X. E. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka dengan penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat secara teoritis : Penelitian ini untuk menambah informasi ilmu pengetahuan dan pengembangan pendidikan di bidang psikologi khususnya psikologi pendidikan, terutama mengenaiself efficacy, self regulated learning dan prestasi belajar. Selain itu diharapkan juga dapat memperkaya hasil-hasil

11 penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dan menjadi bahan referensi bagi peneliti selanjutnya. 2. Manfaat secara praktis : Penelitian ini dapat diaplikasikan oleh pihak terkait dalam bidang pendidikan maupun psikologi pendidikan dapat menjadi acuan dalam upaya peningkatan prestasi belajar matematika secara optimal bagi siswa SMP dengan memperhatikan faktor pendudukung lainnya.