SURVEI LANDAIAN SUHU DAERAH PANAS BUMI SUMANI. Yuanno Rezky, Robertus S. L. Simarmata Kelompok Penyelidikan Panas Bumi ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
SURVEI LANDAIAN SUHU SUMUR WSL-1. Robertus S.L. Simarmata, Arif Munandar Kelompok Penyelidikan Panas Bumi

SURVEI LANDAIAN SUHU SUMUR WSL-2. Robertus S.L. Simarmata, Arif Munandar Kelompok Penyelidikan Panas Bumi

SURVEI LANDAIAN SUHU SUMUR KDD-1 DAERAH PANAS BUMI KADIDIA KABUPATEN SIGI, PROVINSI SULAWESI TENGAH

LANDAIAN SUHU DAERAH PANAS BUMI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU

SURVEI LANDAIAN SUHU SUMUR CBD-1 DAERAH PANAS BUMI CUBADAK KABUPATEN PASAMAN, PROVINSI SUMATERA BARAT

PENGARUH SESAR NORMAL CEUNOHOT TERHADAP LANDAIAN TEMPERATUR SUMUR JBO-1 DAN JBO-2 DI LAPANGAN PANAS BUMI JABOI, SABANG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMBORAN LANDAIAN SUHU SUMUR JBO-1 DAN JBO-2 DAERAH PANAS BUMI JABOI, P. WEH, KOTA SABANG NAD

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL. 4.1 Teori Dasar

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI PERMIS KABUPATEN BANGKA SELATAN, PROVINSI BANGKA BELITUNG

GEOLOGI DAN UBAHAN HIDROTERMAL SUMUR EKSPLORASI SR-1 LAPANGAN PANAS BUMI SOKORIA-MUTUBUSA, ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR

PENGUKURAN LOGGING TEMPERATUR DAN TEKANAN SUMUR EKSPLORASI SR-1 LAPANGAN PANAS BUMI MUTUBUSA-SOKORIA, KABUPATEN ENDE, NUSA TENGGARA TIMUR.

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN

KARAKTERISTIK GEOTERMAL SUMUR EKSPLORASI AT-1, LAPANGAN PANAS BUMI ATADEI, KABUPATEN LEMBATA NTT. Kastiman Sitorus dan Arif Munandar SUBDIT PANAS BUMI

BAB II TATANAN GEOLOGI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah Wai Selabung secara administratif termasuk ke dalam wilayah

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT

Bab IV Sistem Panas Bumi

III.4.1 Kuarsa sekunder dan kalsedon

PEMBORAN SUMUR LANDAIAN SUHU SWW-1 LAPANGAN PANAS BUMI SUWAWA KABUPATEN BONEBOLANGO - GORONTALO

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

PENGEBORAN SUMUR EKSPLORASI SR-1 LAPANGAN PANAS BUMI MUTUBUSA - SOKORIA, KABUPATEN ENDE, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI LAINEA, KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ellis and Mahon (1977) menjelaskan bahwa energi panas bumi merupakan

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

ZONA ALTERASI HIDROTERMAL PADA SUMUR PENELITIAN "VY 2", LAPANGAN KAMOJANG, JAWA BARAT, INDONESIA

BAB V PENGOLAHAN DATA

Prosiding Perencanaan Wilayah dan Kota ISSN:

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LILI-SEPPORAKI, KABU- PATEN POLEWALI MANDAR, PROVINSI SULAWESI BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

(25-50%) terubah tetapi tekstur asalnya masih ada.


Kolokium Hasil Lapangan DIM,

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI AMOHOLA KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

SURVEI MAGNETOTELLURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTROMAGNETIK (TDEM) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMBORAN SUMUR LANDAIAN SUHU MM-2, LAPANGAN PANAS BUMI MARANA, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh : Fredy Nanlohi, Z. Boegis, Dikdik R.

SURVEI MAGNETOTELURIK DAN TDEM DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

BAB III LANDASAN TEORI

HASIL KEGIATAN EKSPLORASI PANAS BUMI TAHUN 2004, DIREKTORAT INVENTARISASI SUMBER DAYA MINERAL

Ciri Litologi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OKU SELATAN, SUMATERA SELATAN. Oleh: Asep Sugianto dan Yudi Aziz Muttaqin

SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT) DAERAH PANAS BUMI DOLOK MARAWA, KABUPATEN SIMALUNGUN PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

3. HASIL PENYELIDIKAN

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI MASSEPE, KABUPATEN SID- RAP, PROVINSI SULAWESI SELATAN. Mochamad Nur Hadi, Suparman, Arif Munandar

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB III ALTERASI HIDROTHERMAL

GEOLOGI, GEOKIMIA, DAN GEOFISIKA DAERAH PANAS BUMI SUMANI, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

2017, No sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daerah survei terletak pada koordinat antara

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

LAPORAN BULANAN AKTIVITAS EKSPLORASI PT TRISULA KENCANA SAKTI (PT DIAN SWASTATIKA SENTOSA Tbk) MEI 2011

GEOLOGI DAN UBAHAN HIDROTERMAL SUMUR DANGKAL SWW-2 LAPANGAN PANAS BUMI SUWAWA, BONEBOLANGO - GORONTALO. Oleh : Fredy Nanlohi

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

ESTIMASI TEMPERATUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN KEHADIRAN

PENYELIDIKAN MAGNET DAERAH PANAS BUMI AKESAHU PULAU TIDORE, PROVINSI MALUKU UTARA. Oleh Liliek Rihardiana Rosli

POTENSI ENDAPAN EMAS SEKUNDER DAERAH MALINAU, KALIMANTAN TIMUR

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI WAY SELABUNG KABUPATEN OGAN KEMIRING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

EKSKURSI GEOTHERMAL (PB 6013 Evaluasi Prospek Panasbumi) Cisolok, Jawa-Barat, 1 Nov. 2009

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

BAB II TINJAUAN UMUM

SURVEI MAGNETOTELURIK (MT) DAN TIME DOMAIN ELEKTRO MAGNETIC (TDEM) DAERAH PANAS BUMI MAPOS KABUPATEN MANGGARAI TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi permintaan akan energi yang terus meningkat, maka

EKSPLORASI UMUM ENDAPAN BESI DI KABUPATEN MUARA ENIM, PROVINSI SUMATERA SELATAN

SKRIPSI. Oleh : ARIE OCTAVIANUS RAHEL NIM

BAB II TIJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

SURVEI LANDAIAN SUHU DAERAH PANAS BUMI SUMANI Yuanno Rezky, Robertus S. L. Simarmata Kelompok Penyelidikan Panas Bumi Kata kunci : Sumani, panas bumi, landaian suhu, pengeboran. ABSTRAK Lapangan panas bumi Sumani, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat, dipilih menjadi lokasi penyelidikan karena berdasarkan hasil penyelidikan terdahulu diketahui memiliki daerah prospek seluas 1,5 km 2 dan potensi panas bumi sekitar 36 MWe. Daerah panas bumi Sumani secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Lokasi berada pada koordinat geografis 3'3" - 42'7" BT dan 37'57" - 46'37" LS. Daerah Panas Bumi ini terletak di timurlaut Kota Padang dengan jarak sekitar 34 km yang dapat dicapai perjalanan darat. Survei landaian suhu merupakan lanjutan dari survei terpadu geologi, geokimia dan geofisika, survei aliran panas serta magnetotellurik pada tahun sebelumnya. Lokasi bor SMN-1 terletak pada posisi 677,429 mt dan 9,915,311 mu, proyeksi UTM zona 47 belahan bumi selatan dengan elevasi sekitar 544 m dpl. Sedangkan Lokasi bor SMN-2 terletak pada posisi 679,184 mt s.d. 9,915,445 mu (UTM WGS 84, zona 47S) dengan elevasi 448 m, Nagari Tanjung Bingkung, Kabupaten Solok. Batuan penyusun sumur landaian suhu SMN-1 mulai dari permukaan hingga kedalaman 76. m disusun oleh batuan vulkanik berupa andesit, andesit basaltik, perselingan breksi tufa, dan breksi andesit serta sisipan tufa dengan dominasi oleh batuan breksi andesit. Pada umumnya batuan telah dipengaruhi oleh proses hidrotermal, dengan intensitas ubahan bervariasi dari lemah hingga sedang-kuat (SM/TM = 2 71%). Batuan penyusun sumur landaian suhu SMN-2 mulai dari permukaan hingga kedalaman 427, m disusun oleh batuan vulkanik berupa andesit, breksi tufa, breksi andesit serta sisipan batulempung dengan dominasi oleh batuan andesit dan breksi andesit. Batuan dipengaruhi oleh proses hidrotermal, diperlihatkan oleh mineral ubahan mulai dari permukaan hingga kedalaman akhir dengan intensitas ubahan bervariasi dari lemah hingga sedang (SM/TM = 4 49%). Secara keseluruhan tipe ubahan didominasi tipe argillic (didominasi mineral lempungan, klorit, montmorilonit, smektit) yang juga berfungsi sebagai batuan penudung panas (caprock). Permeabilitas dan porositas primer batuan pada sumur SMN-1 dan SMN-2 sebagian besar cukup baik, dibentuk oleh rongga antar butir pada batuan piroklastik berupa breksi tufa. Permeabilitas sekunder formasi batuan dibentuk oleh intensitas rekahan, kekar dan breksiasi yang cukup tinggi pada beberapa interval kedalaman, khususnya dijumpai pada satuan andesit dan breksi andesit. Kemunculan kekar-kekar sebagian terisi oleh mineral sekunder yang membentuk veinlet network, serta striasi (gores garis) pada beberapa zona. Berdasarkan temperatur formasi terkoreksi pada sumur SMN-1, dapat ditarik nilai ratarata landaian suhu sebesar 12,1 o C/ meter atau sekitar 4 x landaian suhu bumi normal (± 3C per m). Sedangkan pada sumur SMN-2, dapat ditarik nilai rata-rata landaian suhu sebesar 13,7 o C/ meter atau sekitar 4 x landaian suhu bumi normal (± 3C per m). 1

1. PENDAHULUAN Penyelidikan kepanasbumian secara terpadu dengan metode geologi, geokimia dan geofisika dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi tahun anggaran 211. Selanjutnya penyelidikan geofisika dengan metode Magnetotellurik (MT) dan metode aliran panas juga telah dilakukan pada tahun anggaran 213. Daerah panas bumi Sumani secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat. Berada pada koordinat geografis 3'3" - 42'7" BT dan 37'57" - 46'37" LS. Lokasi bor SMN-1 terletak pada posisi 677,429 mt dan 9,915,311 mu, proyeksi UTM zona 47 selatan dengan elevasi sekitar 544 m dpl. Sedangkan Lokasi bor SMN-2 terletak pada posisi 679,184 mt s.d. 9,915,445 mu dengan elevasi 448 m. (Gambar 1). Hasil survei MT dikompilasikan dengan data geosain lainnya yang meliputi data geologi, geokimia, dan geofisika (Gambar 2). Berdasarkan kompilasi, perkiraan daerah prospek panas bumi dideliniasi di sekitar kemunculan mata air panas Karambia dan Lakuak dengan luas area sekitar 1,5 km 2. Pengeboran sumur landaian suhu Sumani (strike hole) dilakukan dengan mesin bor Atlas Copco tipe CS14 dengan target kedalaman 7 m (Gambar 3). Ruang lingkup pekerjaan survei landaian suhu meliputi kegiatan geologi sumur (wellsite geology) yang meliputi analisis/deskripsi batuan (cutting/coring) secara megaskopik maupun mikroskopik, dan pengukuran logging temperatur yang dimaksudkan untuk mengetahui temperatur (initial temperature) aktual formasi. 2. GEOLOGI SUMUR SMN-1 Litologi sumur SMN-1 dari permukaan hingga kedalaman akhir (76, m) berdasarkan analisis megakospis dari contoh batuan bor disusun oleh beberapa satuan batuan (Gambar 4a), antara lain: 1) Breksi Tufa (BT), Andesit (A), Breksi Andesit (BA), Andesit Teroksidasi (AO), Breksi Andesit Terubah (BAT), Breksi Tufa Terubah (BTT), dijumpai di kedalaman - 336.45 m. 2) Breksi Lava Tufaan Terubah (BLTT), Andesit (A), Breksi Andesit (BA), Breksi Andesit Basaltik (BAB), Andesit Basaltik (AB), dijumpai di kedalaman 336.45-76. m (kedalaman akhir). Batuan telah mengalami ubahan hidrotermal, dengan mineral-mineral ubahan dalam contoh batuan secara lebih rinci dibahas sebagai berikut. Mineral lempung, (1-29% dari total mineral), dijumpai hampir di semua kedalaman terdiri dari jenis smektit dan montmorilonit. Kalsit, (1-4% dari total mineral), dijumpai hampir di semua kedalaman mulai kedalaman 41 m. Klorit (1-4 % dari total mineral), dijumpai hampir di semua kedalaman mulai banyak hadir di kedalaman 93 m. Pirit (1-6 % dari total mineral), dijumpai mulai di beberapa interval kedalaman dalam jumlah sedikit. Oksida besi, (1 3% dari total mineral), dijumpai sebagian besar di batuan vulkanik. Kuarsa sekunder (1-18 % dari total mineral), hadir sebagai hasil ubahan dari masadasar dan fragmen, dijumpai di beberapa interval kedalaman. Anhidrit (2-1% dari total mineral), dijumpai pada interval kedalaman 117 155 m dalam jumlah sedikit, colorless. Illit (2-6% dari total mineral), dijumpai di beberapa interval kedalaman dalam jumlah sedikit. Epidot (1-3% dari total mineral), dijumpai hanya di kedalaman 19 dan 2

3 m dalam jumlah sedikit. Zeolit (1-5% dari total mineral), dijumpai di beberapa interval. Hadir sebagai veinlet bersama kuarsa dan kalsit mengisi rekahan, dan juga sebagai hasil ubahan dari masadasar. Konduktivitas panas berkisar antara 11,6 14,92 W/mK. Selama kegiatan pengeboran sumur landaian suhu SMN-1 sampai kedalaman akhir, terjadi hilang sirkulasi lumpur pembilas secara partial (PLC) di kedalaman 12 m. Banyak dijumpai kekar-kekar gerus, rekahan-rekahan dan breksiasi yang sebagian terisi kalsit, mineral lempung, oksida besi, zeolit dan kuarsa sekunder. Hasil pengukuran temperatur lumpur masuk (Tin) dan temperatur keluar (Tout) sumur SMN -1 adalah sebagai berikut ; (Tin) 21.2-43.7 C, (Tout) 21.5-47.5 C. dt max = 1 C. SMN-2 Litologi sumur SMN-2 dari permukaan hingga kedalaman akhir (427, m) berdasarkan analisis megakospis dari contoh batuan bor disusun oleh beberapa satuan batuan (Gambar 4b), antara lain: 1) Endapan Koluvium (Ko), Andesit (A), Breksi Tufa (BT), Breksi Andesit (BA), dijumpai di kedalaman - 12,3 m 2) Batulempung sisipan batupasir (Blp), Andesit (A), Breksi Tufa (BT), Andesit Terkekarkan (AT), Breksi Andesit (BA), dijumpai di kedalaman 12,3-427, m (kedalaman akhir). Batuan telah mengalami ubahan hidrotermal, dengan mineral-mineral ubahan dalam contoh batuan secara lebih rinci dibahas sebagai berikut. Mineral lempung, (1-21% dari total mineral), dijumpai hampir di semua kedalaman terdiri dari jenis smektit, montmorilonit dan sedikit kaolinit. Kalsit, (1-12% dari total mineral), dijumpai hampir di semua kedalaman mulai kedalaman 21 m. Klorit (1-18% dari total mineral), dijumpai hampir di semua kedalaman mulai banyak hadir di kedalaman 426 m. Pirit ( - 1% dari total mineral), dijumpai mulai di beberapa interval kedalaman. Kadang hadir pada bagian pinggir vein dan mengisi rongga/rekahan di batuan. Oksida besi, (1 32% dari total mineral), dijumpai sebagian besar di batuan vulkanik. Kuarsa sekunder (1-3% dari total mineral), hadir sebagai hasil ubahan dari masadasar dan fragmen, dijumpai di beberapa interval kedalaman.. Anhidrit (1-1% dari total mineral), dijumpai di beberapa interval kedalaman, terutama di kedalaman 8 88 m dalam jumlah sedikit. Illit (1-15% dari total mineral), dijumpai di beberapa interval kedalaman dalam jumlah sedikit. Epidot (1-6% dari total mineral), dijumpai hanya di beberapa interval kedalaman. Hadir sebagai fosil ubahan yang terdapat pada fragmen. Zeolit (1-3% dari total mineral), dijumpai di beberapa interval kedalaman. Hadir sebagai veinlet bersama kuarsa dan kalsit mengisi rekahan, dan juga sebagai hasil ubahan dari masadasar. Konduktivitas panas berkisar antara,924 1,67 W/mK. Selama kegiatan pengeboran sumur landaian suhu SMN-2 sampai kedalaman akhir, tidak terjadi hilang sirkulasi lumpur pembilas baik secara partial (PLC) maupun total (TLC). Namun, terjadi influx air mulai dari kedalaman 161,8 m, dan banyak dijumpai kekar-kekar gerus, rekahan-rekahan dan breksiasi yang 3

sebagian terisi kalsit, mineral lempung, oksida besi, zeolit dan kuarsa sekunder. Hasil pengukuran temperatur lumpur masuk (Tin) dan temperatur keluar (Tout) sumur SMN-2 adalah sebagai berikut ; (Tin) 19,9-35,6C, (Tout) 3,-38,3C. dt max = 4,8C. Dari hasil analisis porositas dan permeabilitas, didapatkan permeabilitas antara.9 mdarcy hingga 48.94478 mdarcy. Sedangkan porositas antara 21 % hingga 33 %. 3. LOGGING TEMPERATUR SMN-1 Pekerjaan logging temperatur tahap pertama dari permukaan sampai kedalaman lubang bor 15 meter, temperatur dipermukaan tanah/posisi kedalaman sama dengan nol terukur sebesar 16.7 C. Sedangkan pada dasar lubang bor (15 meter) terukur 48,2 C setelah logging tool temperature direndam di kedalaman 15 m selama ± 12 jam, temperatur maksimum terbaca sebesar 54,4C. (Gambar 5) Kemudian dari pekerjaan logging temperatur tahap kedua dari permukaan sampai kedalaman lubang bor 315 meter, temperatur dipermukaan tanah/posisi kedalaman sama dengan nol terukur sebesar 28,8 C. Sedangkan pada dasar lubang bor (315 meter) terukur 62,6 C setelah temperature logging tool direndam di kedalaman 315 m selama ± 12 jam, temperatur maksimum terbaca sebesar 68,8C. (Gambar 6). Selanjutnya dari pekerjaan logging temperatur tahap ketiga dari permukaan sampai kedalaman lubang bor 5 meter, temperatur dipermukaan tanah/posisi kedalaman sama dengan nol terukur sebesar 24,4 C. Sedangkan pada dasar lubang bor (5 meter) terukur 78,5 C setelah logging tool temperature direndam di kedalaman 5 m selama ± 12 jam, temperatur maksimum terbaca sebesar 79,4C. (Gambar 7) Pengukuran logging temperatur terakhir dilakukan dari permukaan sampai kedalaman lubang bor 7 meter, temperatur di permukaan terukur sebesar 27,4 C. Sedangkan pada dasar lubang bor (7 meter) terukur 99,2 C setelah t-logging tool direndam di kedalaman 7 m selama ± 12 jam, temperatur maksimum terbaca sebesar 12,9C. (Gambar 8) SMN-1 Pekerjaan logging temperatur tahap pertama dari permukaan sampai kedalaman lubang bor 14 meter, temperatur dipermukaan tanah/posisi kedalaman sama dengan nol terukur sebesar 2,8 C. Sedangkan pada dasar lubang bor (14 meter) terukur 31,7 C setelah temperature logging tool direndam di kedalaman 14 m selama ± 12 jam, temperatur maksimum terbaca sebesar 34,2 C. (Gambar 9) Kemudian dari pekerjaan logging temperatur tahap kedua dari permukaan sampai kedalaman lubang bor 3 meter, temperatur dipermukaan tanah/posisi kedalaman sama dengan nol terukur sebesar 31,4 C. Sedangkan pada dasar lubang bor (3 meter) terukur 48, C setelah temperature logging tool direndam di kedalaman 3 m selama ± 12 jam, temperatur maksimum terbaca sebesar 53,2 C. (Gambar 1) Selanjutnya dari pekerjaan logging temperatur tahap terakhir dilakukan dari permukaan sampai kedalaman lubang bor 419 meter, temperatur dipermukaan tanah/posisi kedalaman sama dengan nol terukur sebesar 36,4 C. Sedangkan pada dasar lubang bor (419 meter) terukur 56,2 C setelah temperature logging tool direndam di kedalaman 419 m selama ± 12 jam, temperatur maksimum terbaca sebesar 59,9 C. (Gambar 11) 4

4. PEMBAHASAN Dari hasil pengeboran landaian suhu SMN-1 diketahui bahwa batuan penyusun sumur landaian suhu SMN-1 mulai dari permukaan hingga kedalaman 76, m disusun oleh batuan vulkanik berupa andesit, andesit basaltik, perselingan breksi tufa, dan breksi andesit serta sisipan tufa dengan dominasi oleh batuan breksi andesit yang diduga sebagai produk aliran lava dari Gunung Tinjau Laut (?). Sedangkan batuan penyusun sumur landaian suhu SMN-2 mulai dari permukaan hingga kedalaman 427, m disusun oleh batuan vulkanik berupa andesit, breksi tufa, breksi andesit serta sisipan batulempung dengan dominasi oleh batuan andesit dan breksi andesit yang juga diduga sebagai produk aliran lava dari Gunung Tinjau Laut (?). Pada umumnya batuan di sumur SMN-1 dan SMN-2 telah dipengaruhi oleh proses hidrotermal, hal ini diperlihatkan oleh mineral ubahan yang dijumpai di hampir semua interval kedalaman. Hasil analisis megaskopis dari inti bor SMN-1 dijumpai ubahan mulai dari permukaan hingga kedalaman akhir dengan intensitas ubahan bervariasi dari lemah hingga sedang-kuat (SM/TM = 2 71%). Secara keseluruhan tipe ubahan didominasi tipe argilik (dicirikan oleh himpunan mineral lempungan, silika, montmorilonit, smektit) hingga tipe propilitik (dicirikan oleh himpunan mineral klorit, kalsit, zeolit, smektit) yang berfungsi sebagai batuan penudung panas (caprock). Hasil analisis megaskopis dari inti bor SMN-2 dijumpai ubahan mulai dari permukaan hingga kedalaman akhir dengan intensitas ubahan bervariasi dari lemah hingga sedang (SM/TM = 4 49%). Secara keseluruhan tipe ubahan didominasi tipe argillic (didominasi mineral lempungan, klorit, montmorilonit, smektit) yang juga berfungsi sebagai batuan penudung panas (caprock). Hilang sirkulasi sebagian (partial loss circulation) dijumpai di SMN-1, yakni hilang sirkulasi lumpur pembilas secara partial (PLC) di kedalaman 12, m. Banyak dijumpai kekar-kekar gerus, rekahan-rekahan dan breksiasi yang sebagian terisi mineral lempung, oksida besi dan kalsit. PLC diduga disebabkan oleh permeabilitas sekunder berupa rekahan, pengekaran hingga breksiasi pada satuan andesit/breksi andesit serta permeabilitas primer yang cukup tinggi berupa rongga antar butir pada batuan piroklastik. Influx air pada SMN-2 dijumpai mulai di kedalaman 161,8 m. Banyak dijumpai kekar-kekar gerus, rekahan-rekahan dan breksiasi yang sebagian terisi mineral lempung, oksida besi dan kalsit. Influx diduga disebabkan oleh masuknya air formasi pada batuan yang memiliki permeabilitas sekunder berupa rekahan, pengekaran hingga breksiasi pada satuan andesit/breksi andesit serta permeabilitas primer yang cukup tinggi berupa rongga antar butir pada batuan piroklastik. Koreksi temperatur menggunakan metode Horner Plot untuk mendapatkan nilai temperatur formasi (initial temperature) dengan hasil sebagai berikut; Initial Temperature (temperatur formasi) Sumur SMN-1 di kedalaman 15 m sebesar 69,163 C. di kedalaman 315 m sebesar 73,85 C, di kedalaman 5 m sebesar 87,382 C, di kedalaman 7 m sebesar 113,13 C. Initial Temperature (temperatur formasi) Sumur SMN-2 di kedalaman 14 m sebesar 35,7596 C, di kedalaman 3 m sebesar 57,7696 C, di kedalaman 419 m sebesar 78,11699 C. Untuk Sumur SMN-1 nilai landaian suhu dari permukaan hingga kedalaman 15 m diperoleh sekitar 28,8 o C/ meter. Dari kedalaman 15 m hingga 315 m nilai landaian suhu turun dengan nilai sebesar 2,38 o C/ meter. Kemudian nilai landaian suhu dari kedalaman 315 m hingga 5 m kembali naik dengan nilai sebesar 7,7 o C/ meter. Selanjutnya dari kedalaman 5 m 5

hingga 7 m nilai landaian suhu mencapai 12,86 o C/ meter. (Gambar 12). Dari keseluruh data tersebut jika ditarik rata-rata landaian suhu secara keseluruhan maka didapatkan nilai landaian suhu pada sumur SMN-1 sebesar 12,1 o C/ meter. Nilai landaian suhu SMN-2 dari permukaan hingga kedalaman 14 m diperoleh sekitar 1,5 o C/ meter. Sedangkan dari kedalaman 14 m hingga 3 m nilai landaian suhu naik sedikit dengan nilai sebesar 13,8 o C/ meter. Kemudian nilai landaian suhu dari kedalaman 3 m hingga 419 m kembali naik dengan nilai sebesar 17,1 o C/ meter (Gambar 13). Dari keseluruh data logging tersebut jika ditarik rata-rata landaian suhu secara keseluruhan maka didapatkan nilai landaian suhu pada sumur SMN-2 sebesar 13,7 o C/ meter. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Beberapa kesimpulan dapat dibuat mengenai kepanasbumian di daerah penyelidikan, yaitu, sbb: Sumur landaian suhu SMN-1 mempunyai kedalaman akhir 76, m, SMN-2 mempunyai kedalaman akhir 427, m berada di lingkungan vulkanik kuarter. Litologi disusun oleh batuan vulkanik berupa andesit, andesit basaltik, perselingan breksi tufa, dan breksi andesit serta sisipan tufa dan sisipan batulempung dengan dominasi oleh batuan breksi andesit yang diduga sebagai produk aliran lava dari Gunung Tinjau Laut (?). Pada umumnya batuan di sumur SMN- 1 dan SMN-2 telah dipengaruhi oleh proses hidrotermal, dengan intensitas ubahan bervariasi dari lemah hingga sedang-kuat. Secara keseluruhan tipe ubahan didominasi tipe argilik hingga tipe propilitik yang berfungsi sebagai batuan penudung panas (caprock). Permeabilitas antara.9 mdarcy hingga 48.94478 mdarcy, sedangkan porositas antara 21 % hingga 33 %. Hal ini menunjukkan bahwa porositas dan permeabilitas tergolong cukup besar, sehingga memungkinkan fluida untuk lolos dari permukaan dan mempengaruhi data logging temperatur. Nilai konduktivitas panas SMN-1 berkisar antara 11,6 14,92 W/mK. Sedangkan SMN-2 berkisar antara,924 1,67 W/mK. Hasil pengukuran temperatur lumpur masuk (Tin) dan temperatur keluar (Tout) sumur SMN -1 adalah; (Tin) 21.2-43.7 C, (Tout) 21.5-47.5 C. dt max = 1 C. Hasil pengukuran temperatur lumpur masuk (Tin) dan temperatur keluar (Tout) sumur SMN-2 adalah; (Tin) 19,9-35,6C, (Tout) 3,- 38,3C. dt max = 4,8C. Initial Temperature (temperatur formasi) Sumur SMN-1 di kedalaman 15 m sebesar 69,163 C. di kedalaman 315 m sebesar 73,85 C, di kedalaman 5 m sebesar 87,382 C, di kedalaman 7 m sebesar 113,13 C. Initial Temperature (temperatur formasi) Sumur SMN-2 di kedalaman 14 m sebesar 35,7596 C, di kedalaman 3 m sebesar 57,7696 C, di kedalaman 419 m sebesar 78,11699 C. Dari keseluruh data logging tersebut jika ditarik rata-rata landaian suhu secara keseluruhan maka didapatkan nilai landaian suhu pada sumur SMN-1 sebesar 12,1 o C/ meter atau sekitar 4 x landaian suhu bumi normal (± 3C per m). Dari keseluruh data logging SMN-2 jika ditarik rata-rata landaian suhu secara keseluruhan maka didapatkan nilai landaian suhu sebesar 13,7 o C/ meter atau sekitar 4 x landaian suhu bumi normal (± 3C per m). Hal ini menunjukkan bahwa sumur SMN-1 dan SMN-2 memperlihatkan adanya potensi panas bumi yang layak untuk dikembangkan. Untuk pengembangan daerah panas bumi Sumani di masa mendatang, disarankan untuk melakukan pengeboran eksplorasi dengan target kedalaman ±2 m di dalam zona prospek, serta pengeboran landaian suhu di beberapa titik dengan target 6

kedalaman 75 m untuk memperoleh data isothermal di bawah permukaan yang lebih baik. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim Pengeboran Landaian Suhu SMN-1 dan SMN-2 Sumani, Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi yang telah banyak membantu dalam proses penyelidikan hingga terselesaikannya tulisan ini. Serta kepada Pemerintah Kabupaten Solok, Dinas ESDM Kab Soloke,serta seluruh instansi terkait yang telah memberikan dukungan dan bantuannya dalam proses pengeboran landaian suhu daerah Sumani. DAFTAR PUSTAKA Akbar, N., 1972. Inventarisasi dan Penyelidikan Pendahuluan terhadap gejala-gejala Panas bumi di daerah Sumatera Barat, Direktorat Geologi. Sumintadireja P., 25, Vulkanologi dan Geotermal, Teknik Geologi, Institut Teknologi Bandung. Purbawinata, M.A., dkk., 21, Laporan Penyelidikan Peningkatan Kegiatan G. Talang, Kab. Solok, Sumatera Barat, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung. Silitonga dan Kastowo., 1995, edisi 2, Peta Geologi Lembar Solok, Sumatera Barat Skala 1:25.. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung. Tim Survei Terpadu, 211, Penyelidikan Panas Bumi Terpadu Daerah Panas Bumi Sumani, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat, Badan Geologi, Pusat Sumber Daya Geologi. Tim Survei Terpadu Geofisika, 211, Penyelidikan Panas Bumi Geofisika Terpadu Daerah Panas Bumi Sumani, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatera Barat, Badan Geologi, Pusat Sumber Daya Geologi. 7

Gambar 1. Peta Lokasi daerah panas bumi Sumani 8

Gambar 2. Peta Kompilasi Geosains Daerah Panas Bumi Sumani a) b) Gambar 3. Konstruksi sumur landaian suhu SMN-1 dan SMN-2, Sumani 9

a) b) Gambar 4. Composite Log sumur landaian suhu SMN-1 dan SMN-2, Sumani 1

KURVA TEMPERATUR VS KEDALAMAN (15 m) SUMUR BOR LANDAIAN SUHU SMN-1 KURVA TEMPERATUR VS KEDALAMAN (315 m) SUMUR BOR LANDAIAN SUHU SMN-1 1 2 3 4 5 6 1 3 5 7 9 2 5 4 6 8 15 Temp probe logging turun Temp probe logging turun 2 12 25 14 3 16 probe naik probe turun rendam 35 probe turun rendam probe naik Gambar 5. Grafik sumur bor SMN-1 di Kedalaman 15 m Gambar 6. Grafik sumur bor SMN -1 di Kedalaman 315 m KURVA TEMPERATUR VS KEDALAMAN (5 m) SUMUR BOR LANDAIAN SUHU SMN-1 KURVA TEMPERATUR VS KEDALAMAN (7 m) SUMUR BOR LANDAIAN SUHU SMN-1 1. 3. 5. 7. 9. 1 3 5 7 9 11 5 15 Temp probe logging turun 2 Temp probe logging turun 2 25 3 3 4 35 5 4 45 6 5 7 probe naik probe turun rendam probe naik probe turun rendam Gambar 7. Grafik sumur bor SMN -1 di Kedalaman 5 m Gambar 8. Grafik sumur bor SMN -1 di Kedalaman 7 m 11

kedalaman (m) kedalaman (m) KURVA TEMPERATUR VS KEDALAMAN (14 m) SUMUR BOR LANDAIAN SUHU SMN-2 KURVA TEMPERATUR VS KEDALAMAN (3 m) SUMUR BOR LANDAIAN SUHU SMN-2 KURVA TEMPERATUR VS KEDALAMAN (419 m) SUMUR BOR LANDAIAN SUHU SMN-2 2 25 3 35 4 3 35 4 45 5 55 3 35 4 45 5 55 6 2 5 5 4 6 15 Temp probe logging turun 8 15 2 Temp probe logging turun 25 2 Temp probe logging turun 3 12 25 35 14 4 16 3 probe naik probe turun rendam probe naik probe turun rendam probe naik probe turun rendam Gambar 9. Grafik sumur bor SMN-2 di Kedalaman 14 m Gambar 1. Grafik sumur bor SMN-2 di Kedalaman 3 m Gambar 11. Grafik sumur bor SMN-2 di Kedalaman 419 m Thermal Gradient / Landaian Suhu Sumur SMN-1 26 2 4 6 8 12 Thermal Gradient / Landaian Suhu Sumur SMN-2 21 2-2 4 6 8 - -7-2 69.163 landaian suhu : 28.8 C/m -12 landaian suhu : 1.5 C/m 35.75962127-3 73.865 Initial Temperature -17-22 Initial Temperature -4 landaian suhu : 2.38 C/m landaian suhu : 13.8 C/m -27-5 87.3816 57.7696168 landaian suhu : 7.7 C/m -32-6 -37 landaian suhu : 17.1 C/m -7 113.13 landaian suhu : 12.86 C/m -42 78.11698644 Gambar 12. Thermal gradient (landaian suhu) sumur SMN-1 Gambar 13. Thermal gradient (landaian suhu) sumur SMN -1 12