BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia. Melalui pendidikan, peserta didik dibina untuk. perubahan jaman, bahkan mampu mengendalikannya.

1. PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 mencantumkan bahwa siswa

I. PENDAHULUAN. secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

I. PENDAHULUAN. Faktor utama dalam menempuh hidup yang lebih baik adalah dengan. melaksanakan pembangunan berdasarkan iman dan takwa.

1. PENDAHULUAN. Peningkatan kemajuan teknologi merupakan suatu proses yang terjadi dalam

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

1. PENDAHULUAN. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. menjadi kegiatan pokok bagi setiap manusia beradap. Berhasil atau tidaknya

I. PENDAHULUAN. ialah menyediakan lowongan untuk menyalurkan dan memperdalam. bakat dan minat yang di miliki seseorang.

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan karena banyaknya siswa yang kurang disiplin di sekolah. Menurut

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia

I. PENDAHULUAN. siswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. dengan pandangan Sudjatmiko (2003: 4) yang menyatakan bahwa kegiatan

PENINGKATAN KONSEP DIRI POSITIF DENGAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Nurhalimah 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3 ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. muda, kenakalan ini merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswa Sekolah Menengah Pertama merupakan tahap anak berada pada masa

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu dalam kehidupannya akan menghadapi berbagai permasalahan,

I. PENDAHULUAN. Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan yang terletak pada

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

I. PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah elemen penting dalam menciptakan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kemana arah hidup dan cita-cita yang ingin masyarakat capai. memerlukan pendidikan demi kemajuan kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahap perkembangannya, seperti pada tahap remaja.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia biasanya dilaksanakan di tingkat SMP dan SMA. Bimbingan dan

PENINGKATAN KONSEP DIRI POSITIF SISWA DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

UPAYA MENINGKATKAN KEMATANGAN PEMILIHAN KARIR MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PROBLEM SOLVING

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemampuan seseorang mengungkapkan pendapat sangat berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dian Widiyanti, 2013

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemajuan perkembangan zaman yang begitu cepat dan pesat terutama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I WONOSARI

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

I. PENDAHULUAN. belajar yang baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi dasar

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. perubahan kearah yang positif. Dalam keseluruhan upaya pendidikan, proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran yang menakutkan dan susah untuk dipahami. Kebanyakan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN. seyogyanya dilakukan oleh setiap tenaga pendidikan yang bertugas di

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Usia remaja merupakan saat pengenalan/ pertemuan identitas diri dan pengembangan diri. Pandangan tentang diri sendiri yang sudah berkembang pada masa anak-anak, makin menguat pada masa remaja. Hal ini seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman hidup atas dasar kenyataankenyataan yang dialami. Semua itu membuat remaja bisa menilai dirinya sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. Remaja memiliki pemikiran tentang siapakah diri mereka dan apa yang membuat mereka berbeda dari orang lain. Berkembangnya pemikiran seorang remaja mengenai diri dan keunikan dirinya merupakan suatu kekuatan yang besar dalam hidup. Peserta didik pada usia remaja di sekolah sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan pribadi secara optimal dalam berbagai aspek kehidupan. Remaja merupakan pribadi yang sedang berkembang menuju kematangan diri dan kedewasaan. Untuk itu remaja perlu membekali dirinya dengan pandangan yang benar tentang konsep dirinya.

2 Remaja perlu menjaga diri secara efektif agar dapat mempengaruhi orang lain untuk memiliki konsep diri yang postif. Remaja perlu menjadi diri yang mampu menciptakan interaksi sosial yang saling terbuka, saling memperhatikan kebutuhan teman dan saling mendukung. Setiap individu mungkin sering menilai diri sendiri apa, siapa, dan bagaimana diri saya ini sering terbesit di dalam hati pertanyaan seperti itu merupakan suatu bentuk konsep diri. Remaja yang berhasil menghadapi dengan identitas-identitas yang bertentangan akan mendapatkan pemikiran yang baru dan dapat diterima mengenai dirinya. Remaja yang tidak berhasil menyelesaikan krisis identitasnya akan mengalami kebingungan dengan identitas diri mereka. Kebingungan tersebut bisa menyebabkan pemikiran individu, mengisolasi dirinya dari teman sebaya dan keluarga, atau meleburkan diri dengan dunia teman sebayanya dan identitas dirinya. Masalah dan kegagalan yang dialami peserta didik disebabkan oleh sikap negatif terhadap dirinya sendiri, yaitu menganggap dirinya tidak berarti. Perilaku siswa yang menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah disebabkan oleh pandangan negatif terhadap dirinya, yaitu dirinya tidak mampu menyelesaikan tugasnya. Remaja mulai mencari tahu siapa diri mereka, seperti apa watak mereka dan bagaimana orang lain menilai diri mereka. Konsep diri yang dimiliki seorang individu tidak langsung terbentuk ketika ia lahir di dunia, melainkan konsep diri itu terbentuk dan berkembang sepanjang rentang kehidupannya. Konsep diri tidak dapat terbentuk tanpa melalui proses belajar.

3 Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan. Untuk memperoleh hasil yang optimal dalam proses belajar, maka proses belajar harus dilakukan dengan sadar, sengaja, bertahap dan berkesinambungan. Namun hambatan dalam proses belajar mengajar tentu dapat terjadi karena masih ada siswa yang belum memiliki kesadaran akan tujuan belajar. Hal ini dikarenakan rendahnya konsep diri positif dalam diri siswa, sehingga tujuan belajar tidak tercapai secara optimal. Menurut Brooks (Rakhmat, 2005: 99) konsep diri didefinisikan sebagai pandangan dan perasaan individu tentang dirinya yang meliputi aspek fisik, psikis, dan social. Dalam perkembangannya konsep diri seseorang dipengaruhi banyak faktor. Konsep diri tidak dapat terbentuk tanpa melalui proses belajar. Proses belajar ini dapat diperoleh dari interaksi dengan orang lain. Seperti yang dijelaskan oleh Mead (Rakhmat, 2005: 101) mengungkapkan bahwa konsep diri itu berkembang melalui dua tahap, yaitu internalisasi sikap orang lain terhadap diri dan internalisasi norma masyarakat. Faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah orang lain. Orang lain tersebut termasuk di dalamnya adalah orang tua, teman sebaya, dan lingkungan yang lebih luas seperti lingkungan sekolah dan masyarakat. Dengan terjadinya interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya,

4 akan mengembangkan konsep diri individu tersebut baik kearah yang positif maupun negatif. Setiap orang pasti mempunyai konsep diri tertentu terhadap dirinya sendiri. Ada yang mempunyai konsep diri yang negatif dan ada pula yang mempunyai konsep diri positif. Konsep diri yang positif ataupun negatif dapat terbentuk oleh beberapa hal. Konsep diri positif dapat terbentuk melalui penanaman nilai-nilai agama yang kuat, kepercyaan diri, menerima diri sendiri. Untuk konsep diri negatif dapat terbentuk oleh kurangnya perhatian kasih sayang, kurangnya penanaman nilai-nilai agama, kurangnya kepercayaan diri dan tidak mampu menerima diri apa adanya. Namun satu hal yang menentukan adalah cara pandang diri kita sendiri. Semakin seseorang berpendapat negatif maka semakin sering muncul konsep-konsep negatif tentang dirinya sendiri. Sebaliknya semakin seseorang mempunyai pandangan yang positif terhadap dirinya sendiri maka semakin positif pula konsep diri yang ia miliki. Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru BK, guru bidang studi, dan wali kelas di SMP Negeri 8 Bandarlampung diperoleh data bahwa masih banyak siswa kelas VIII memiliki konsep diri positif yang rendah. Gejala yang tampak seperti ada siswa yang yang membolos karena belum mengerjakan tugas, siswa yang suka menyendiri dan kurang suka berkumpul dengan teman-temannya, beberapa siswa yang membolos saat jam pelajaran yang tidak disukai, siswa yang gugup saat berbicara di depan kelas,

5 beberapa siswa kurang percaya diri menyampaikan pendapat didalam kelas saat berdiskusi, siswa yang tidak bisa menghargai orang lain sehingga sering meremehkan orang lain, siswa yang merasa pesimis dalam menjalani hidup sehingga terlihat putus asa ketika menghadapi suatu masalah. Dari gejalagejala tersebut dapat dikatakan masih banyak siswa yang memiliki konsep diri positif yang rendah. Melalui layanan konseling kelompok diharapkan para siswa kelas VIII SMPN 8 Bandarlampung mampu meningkatkan konsep diri positifnya. Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok, dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan anggota lain, khusunya untuk meningkatkan konsep diri positif siswa. Untuk manfaat dari konseling kelompok adalah dapat melatih remaja untuk dapat hidup secara berkelompok dan menumbuhkan kerjasama antar anggota dalam mengatasi masalah, melatih setiap anggota untuk mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain serta dapat meningkatkan kemampuan remaja untuk dapat menilai dirinya sendiri 2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasikan masalahnya sebagai berikut : a. Ada siswa yang membolos karena belum mengerjakan tugas b. Ada siswa yang menyendiri dan tidak berkumpul dengan temantemannya

6 c. Terdapat beberapa siswa yang membolos saat jam pelajaran yang tidak disukai. d. Ada siswa yang gugup saat berbicara di depan kelas e. Ada siswa yang mengobrol saat guru menjelaskan materi f. Terdapat beberapa siswa tidak dapat menyampaikan pendapat didalam kelas saat berdiskusi. g. Ada siswa yang tidak bisa menghargai orang lain sehingga sering meremehkan orang lain h. Ada siswa yang merasa pesimis dalam menjalani hidup sehingga terlihat putus asa ketika menghadapi suatu masalah 3. Pembatasan Masalah Untuk memudahkan penelitian dan agar penelitian terfokus pada masalah yang hendak diteliti, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini terbatas pada masalah peningkatkan konsep diri positif dengan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII di SMPN 8 Bandarlampung Tahun Ajaran 2014/2015. 4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka masalahnya adalah rendahnya konsep diri positif siswa. Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

7 Apakah konsep diri positif dapat ditingkatkan dengan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 8 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/2015? B. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan konsep diri positif setelah menggunakan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 8 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/2015. 2. Manfaat Penelitian 1) Manfaat teoritis Penulis berharap hasil penelitian ini nantinya akan bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan dalam bidang bimbingan dan konseling di sekolah. Khususnya yang terkait dengan pengembangan strategi layanan konseling kelompok untuk meningkatkan konsep diri positif pada siswa. 2) Manfaat praktis Memberikan data empiris bahwa konsep diri siswa dapat ditingkatkan dengan layanan konseling kelompok, sehingga konselor sekolah dituntut untuk menguasai pendekatan dan teknik dalam bimbingan dan konseling baik secara teoritis maupun praktik. Selain itu hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan informasi bagi guru, siswa, orang tua, dan masyarakat.

8 C. Ruang Lingkup Penelitian Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini agar penelitian ini lebih jelas dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan, diantaranya adalah: 1. Ruang lingkup objek Penelitian Ruang lingkup objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan konsep diri positif siswa melalui penggunaan layanan konseling kelompok yang diberikan konselor sekolah. 2. Ruang lingkup subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 8 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/2015. 3. Ruang lingkup wilayah Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah SMPN 8 Bandarlampung. 4. Ruang lingkup waktu Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 D. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan kajian kepustakaan. Kerangka berfikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Kerangka berfikir dapat disajikan dengan bagan yang menunjukkan alur berfikir peneliti serta keterkaitan antara variabel yang diteliti.

9 Konsep diri pasti dimiliki oleh setiap individu, hanya saja pada masingmasing individu konsep diri dapat berkembang menjadi konsep diri positif maupun negatif. Seperti yang dikemukakan oleh Brooks (dalam Rakhmat, 2005: 99) bahwa konsep diri dapat bersifat psikis, fisik, dan sosial serta dapat berkembang menjadi konsep diri positif atau negatif. Selain itu, Rogers (Suryabrata, 2007: 259) menjelaskan bahwa konsep diri adalah konfigurasi persepsi-persepsi terhadap diri secara terorganisir, yang disusun dari elemen-elemen seperti persepsi mengenai karakteristik dan kemampuankemampuan diri, konsep-konsep tentang diri dalam hubungannya dengan orang lain dan lingkungan, kualitas nilai yang dirasakan berhubungan dengan pengalaman-pengalaman serta tujuan-tujuan dan ide-ide yang dirasakan memiliki valensi positif dan negatif. Meningkatkan konsep diri positif dapat dilakukan dengan banyak cara seperti, layanan konseling individual, layanan konseling kelompok, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan bimbingan belajar (pembelajaran), layanan orientasi dan layanan bimbingan kelompok. Layanan ini dapat dilakukan oleh guru bimbingan konseling di sekolah, setiap layanan ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Meninjau dari beberapa layanan di atas dan permasalahan yang akan dipecahkan, maka peneliti memilih untuk menggunakan layanan konseling kelompok. Prayitno (1995) menjelaskan bahwa: Konseling kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Maksudnya, semua peserta kegiatan kelompok saling berinteraksi, bekerjasama, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberi saran,

10 dan lain-lain serta apa yang dibicarakan akan bermanfaat bagi setiap anggota kelompok.. Pernyataan diatas sesuai dengan Natawidjaja (Wibowo, 2005) yang menyatakan bahwa konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan pada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Corey (Wibowo, 2005) menyatakan bahwa masalah-masalah yang dibahas dalam konseling kelompok lebih berpusat pada pendidikan, pekerjaan, sosial dan pribadi. Kesimpulan dari pendapat para ahli diaats bahwa konseling kelompok dapat meningkatkan konsep diri positif siswa dengan membantu individu mengembangkan kemampuan pribadi mereka dalam usaha mengembangkan tingkahlaku yang kurang mendukung menjadi mendukung dalam dirinya. Selain itu juga melatih kepecayaan diri individu sehingga lebih berani membuka diri untuk menggali kelemahan dan kelebihan yang ada pada dirinya karena adanya interaksi didalam kelompok. Peneliti mencoba untuk meningkatkan konsep diri positif siswa dengan menggunakan layanan konseling kelompok. Konseling kelompok adalah suatu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok.

11 Dengan demikian jelas bahwa konsep diri itu terbentuk dari adanya interaksi antara individu dengan orang lain. Dengan interaksi yang terjadi di dalam konseling kelompok, diharapkan dapat membantu anggota kelompok untuk memahami kondisi fisik dan psikisnya, mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, serta masing-masing anggota kelompok dapat saling memberikan penilaian tentang diri anggota kelompok lain, sehingga masingmasing anggota kelompok dapat saling membantu dalam memahami konsep diri mereka serta meningkatkan konsep diri positif pada diri sendiri dan anggota kelompok lain. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen (konseling kelompok) dan variabel dependen (konsep diri positif ). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bahwa rendahnya konsep diri positif siswa diharapkan dapat ditingkatkan melalui penggunaan layanan konseling kelompok. Atas dasar konsep tersebut, maka kerangka pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Konsep diri positif rendah Konsep diri positif meningkat Layanan konseling kelompok Gambar 1.1 : Kerangka Berfikir Penelitian

12 Gambar tersebut memperlihatkan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandarlampung yang memiliki konsep diri positif rendah diberikan layanan konseling kelompok sebagai upaya meningkatkan konsep diri positif. Dengan mengembangkan kemampuan setiap anggota untuk saling berbagi informasi, berbagi pengalaman dan menambah wawasan dengan dinamika kelompok didalamnya untuk meningkatkan konsep diri positif siswa tersebut, sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang optimal. E. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara dari suatu permasalahan penelitian, dimana jawaban atau dugaan tersebut telah terbukti dengan datadata yang telah dikumpulkan peneliti. Menurut Sugiyono (2008: 64) menyatakan bahwa: hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan, jawaban yang diberikan belum berdasarkan faktafakta empiris.

13 Berdasarkan kerangka berfikir yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ho : konsep diri positif tidak dapat ditingkatkan dengan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar lampung Tahun Pelajaran 2014 / 2015 Ha : konsep diri positif dapat ditingkatkan dengan layanan konseling kelompok pada siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar lampung Tahun Pelajaran 2014 / 2015.