BAB 1 PENDAHULUAN. dapat merasakan kesejahteraan dengan cara mengelola potensi-potensi ekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LABUHANBATU TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

menciptakan stabilitas ekonomi (economic stability) melalui retribusi

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

1) Struktur Ekonomi Daerah. terbesar dalam penyusunan PDRB.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB II PERUBAHAN KEBIJAKAN UMUM APBD Perubahan Asumsi Dasar Kebijakan Umum APBD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah dan desentralisasi yang efektif berlaku sejak tahun 2001

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan oleh sekian banyak Negara berkembang khususnya

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

Produk Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

ANALISIS KONTRIBUTOR UTAMA PENENTU PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH PERKOTAAN DI ACEH Muhammad Hafit 1, Cut Zakia Rizki 2* Abstract.

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun. dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam.

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Potensi ekonomi merupakan sesuatu yang dimiliki daerah yang layak untuk dikembangkan. Dengan potensi ekonomi yang dimiliki suatu daerah, rakyat dapat merasakan kesejahteraan dengan cara mengelola potensi-potensi ekonomi yang menjadi corak masing-masing daerah tersebut. Dengan adanya otonomi daerah pengambilalihan kekuasaaan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dapat menunjukan bahwa kewenangan pemerintah daerah dalam mengelola potensi ekonomi daerah memiliki andil besar dalam mengelola dan mengembangkan karakteristik kekhasan masing-masing daerah. Sejak 1999 Pelaksanaan otonomi daerah dititikberatkan pada pemerintah kabupaten/kota. Kondisi ini akan mampu meningkatkan kemampuan dalam menggali dan mengelola sumber-sumber potensi yang dimiliki daerah, sehingga ketergantungan pada pemerintah pusat diusahakan seminimal mungkin. Munir(2002), Oleh karena itu pemerintah kabupaten/kota diharapkan mampu mandiri dalam menyelenggarakan pemerintahan, menentukan kebijakan pembangunan serta pendanaan. Proses laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto(PDRB) yang sering dijadikan tolak ukur dalam keberhasilan 1

ekonomi suatu daerah. Secara makro pertumbuhan dan peningkatan PDRB dari tahun ke tahun merupakan indikator dari keberhasilan pembangunan daerah yang dapat dikategorikan dalam berbagai sektor ekonomi. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki peranan besar terhadap perekonomian, baik bagi Pulau Jawa maupun Indonesia. Menurut BPS Provinsi Jawa Barat, peranan perekonomian Jawa Barat terhadap nasional adalah sebesar 14,07 persen sedangkan peranan perekonomian Jawa Barat terhadap Pulau Jawa yaitu 24,41 persen di tahun 2012. Informasi tersebut menunjukkan bahwa pentingnya perekonomian Jawa Barat dalam menggerakan perekonomian Indonesia. Kemajuan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari perkembangan nilai PDRB kontribusi 9 sektor ekonomi, dan nilai laju pertumbuhhan ekonomi (LPE) Jawa Barat. Tabel 1.1 Kontribusi Tiap Sektor Terhadap PDRB Jawa Barat Menurut Harga Konstan 2000 Periode 2011-2012. Tahun (%) Sektor 2011 2012**) Pertanian 11,69 11,95 Pertambangan dan Penggalian 1,85 1,75 Industri Pengolahan 34,69 34,56 Listrik Gas dan Air Bersih 3,54 2,73 Bangunan 4,39 4,40 Perdagangan, Hotel dan Restoran 23,88 24,00 Pengangkutan dan Komunikasi 7,77 8,20 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,94 3,01 Jasa-Jasa 9,23 8,98 Sumber : BPS-Jabar Dalam Angka 2014 Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa kontribusi PDRB jawa Barat sektor ekonomi yang paling unggul adalah sektor industri pengolahan sebesar 34,69 2

persen pada tahun 2012. Tingginya kontribusi yang diberikan oleh sektor industri pengolahan mencerminkan bahwa peran sektor industri dalam perekonomian ekonomi Jawa Barat sangat penting karena sebagai pendorong atau penggerak utama perekonomian daerah. Jawa Barat memiliki potensi ekonomi yang cukup beragam setiap daerahnya, salah satunya adalah Kawasan Ciayumajakuning. Munculnya Kawasan Ciayumajakuning bermula dari PERDA Jabar no. 28 Tahun 2010 tentang pengembangan wilayah Jabar Selatan. Hal tersebut memunculkan wacana pemekaran Provinsi Cirebon dikarenakan Pemerintah Jawa Barat tidak memberi atensi lebih pada wilayah Ciayumajakuning. Akhirnya Pemprov Jawa Barat mengeluarkan PERDA No. 22 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Barat menjelaskan bahwa Kawasan Ciayumajakuning merupakan salah satu daerah yang akan dikembangkan sebagai kawasan andalan Provinsi Jawa Barat. Wilayah Pengembangan (WP) Ciayumajakuning merupakan Kawasan Andalan Ciayumajakuning yang antisipasif terhadap perkembangan pembangunan wilayah perbatasan Provinsi Jawa Barat. yang meliputi Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Kuningan. Peranan ekonomi wilayah kabupaten/kota terhadap perekonomian Jawa Barat setiap tahunnya dapat tergambarkan dari salah satu indikator makro yaitu PDRB. Dengan PDRB kita dapat melihat kab/kota mana yang memiliki kontribusi paling dominan untuk pertumbuhan ekonomi Jawa Barat. Terlihat pada tabel 1.2 yang menjelaskan bahwa PDRB Kawasan Ciayumajakuning memiliki kontribusi sebesar Rp. 39. 868 Milyar terhadap perekonomian Jawa Barat tahun 2012. Salah 3

satu kontributor terbesar ketujuh untuk Jawa Barat terdapat di Kab/Kota Ciayumajakuning yaitu Kabupaten Indramayu dan kontribusi PDRB terkecil di Kawasan Ciayumajakuning yaitu Kabupaten Kuningan. Berikut tabel 1.2. Tabel 1.2 Kontribusi PDRB Kab/kota Ciayumajakuning Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2011-2012 No Kab/Kota PDRB (Milyar Rupiah) 2011 2012 1 Kota Cirebon 5.558,34 5.867,28 2 Cirebon 8.539,32 8.949,48 3 Indramayu 15.058,59 15.815,52 4 Majalengka 4.634,79 4.855,36 5 Kuningan 4.182,45 4.380,09 Jawa Barat 343.111,24 273.995,12 Sumber : Badan Pusat Statistika Jawa Barat Salah satu tolak ukur penting dalam memnentukan keberhasilan pembangunan ekonomi nasional atau daerah adalah tingkat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu dampak nyata dari kebijakan pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi.pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan ekonomi. Tanapa adanya pertumbuhan ekonomi maka pembanguna ekonomi suatu daerah/ wilayah kurang bermakna (meier,1995). Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) di Kab/Kota Ciayumajakuning terlihat cukup bervariasi. Laju pertumbuhan ekonomi tertinggi di Kawasan Ciayumajakuning adalah Kota Cirebon. Sedangkan, laju pertumbuhan ekonomi terendah yaitu Kabupaten Kuningan. Pertumbuhan ekonomi Kota 4

Cirebon mampu meningkatan kontribusi Ciayumajakuning walaupun di tahun 2010 sempat mengalami perlambatan ekonomi. Tabel 1.3 Laju Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan Ciayumajakuning Kab/Kota Tahun 2011-2012 Pertumbuhan Ekonomi (%) 2011 2012 Kota Cirebon 5,93 5,57 Kab. Cirebon 5,03 4,81 Kab. Indramayu 4,89 5,03 Kab. Majalengka 4,67 4,76 Kab. Kuningan 5,43 4,73 Jawa Barat 6,48 6,21 Sumber : Badan Pusat Statistika Jawa Barat Menurut Boediono dalam Tarigan (2005) menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi Kab/Kota di Kawasan Ciayumajakuning tahun 2009 mampu mengimbangi pertumbuhan Provinsi Jawa Barat. Hal ini menunjukan bahwa Kawasan Ciayumajakuning sebenarnya mampu memperoleh PDRB yang lebih besar dan lebih meningkatkan pertumbuhan ekonominya jika mampu memanfaatkan potensi-potensi daerah yang dimiliki Kawasan terebut. Mengingat Kawasan Ciayumajakuning memiliki wilayah yang cukup luas serta topografinya yang mendukung dan memiliki potensi sumber daya alam yang berlimpah. Kemampuan untuk mengelola dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka mendukung pembangunan daerah di Kawasan Ciayumajakuning. 5

Dalam melaksanakan perencanaan pembangunan yang tepat sasaran ada baiknya kita mendalami tentang kondisi setiap daerah dan mendapatkan informasi data yang tepat sehingga dapat berguna dalam penyusunan rencana pembangunan mendatang. Perencanaan pembangunan yang tepat akan berdampak baik terhadap perkembangan pertumbuhan ekonomi daerah. Dengan demikian, pemerintah dapat merealisasikan perencanaan daerah serta menggali seluruh potensi ekonomi yang ada secara optimal di Kawasan Ciayumajakuning. Struktur ekonomi Kawasan Ciayumajakuning yang terdiri dari satu kota dan empat kabupaten ini masih bertumpu pada sektor pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Ciayumajakuning selama lima tahun terakhir merupakan sektor yang terbesar dalam penyumbangan PDRB Ciayumajakuning. Kontributor terbesar pada sektor pertanian terdapat di Kabupaten. Majalengka yang mencapai 32,53 persen. Pada tabel 1.4. cukup menjelaskan bahwa Kawasan Ciayumajakuning memiliki potensi ekonomi yang cukup besar dan akan semakin berkembang setiap tahunnya apabila potensi tersebut dapat dikelola dengan tepat. Tabel 1.4 Kontribusi Tiap Sektor Terhadap PDRB Kawasan Ciayumajakuning Menurut Harga Berlaku Tahun 2012 (persen) Ciayumajakuning (%) Kota. Sektor Cirebon Kab. Cirebon Indramayu Majalengka Kuningan Pertanian 0,31 28,72 34,50 32,53 26,80 Pertambangan dan Penggalian - 0,36 21,97 3,12 0,78 Industri Pengolahan 21,83 13,72 4,22 15,53 2,01 Listrik Gas dan Air Bersih 2,23 2,20 0,64 0,52 0,50 Bangunan 6,43 6,78 3,62 4,45 5,39 Perdagangan, Hotel dan Restoran 35,45 21,19 38,78 18,87 22,07 Pengangkutan dan Komunikasi 15,23 7,00 8,27 5,60 13,03 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 10,53 4,17 2,47 4,04 6,56 Jasa-Jasa 7,98 15,87 7,30 15,35 22,86 Sumber : Badan Pusat Statistika Jawa Barat 6

Pengembangan potensi ekonomi sektor unggulan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kemajuan ekonomi daerah merupakan prioritas kebijakan yang harus dilaksanakan (Rini,2006). Oleh karena itu, informasi mengenai poteni-potensi yang dimiliki daerah sangat penting diperlukan untuk mendukung kebijakan pembangunan ekonomi daerah. Suatu dugaan muncul ke permukaan, adalah munculnya fenomena yang berhubungan dengan potensi ekonomi. Masih adanya kesenjangan informasi (Gap Information) di Kawasan Ciayumajakuning tentang potensi-potensi yang bisa digali dan dikembangkan untuk menunjang pembangunan ekonomi daerah. Meskipun setiap tahun terjadi pertumbuhan ekonomi di masing-masing kabupaten/kota namun masih belum diketahui sektor apa saja yang menjadi sektor basis yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi tersebut. Hal tersebut merupakan bagian paling penting dalam pengidentifikasian potensi ekonomi. Tidak hanya sampai disitu, permasalahan selanjutnya dari pertumbuhan ekonomi yang ada belum diketahui sektor ekonomi yang memiliki potensi daya saing. Permasalah selanjutnya yang melanda Kawasan Ciayumajakuning berhubungan dengan potensi ekonomi yaitu belum diketahui daerah masingmasing kabupaten/kota yang digunakan untuk memacu pengembangan pembangunan. Dengan adanya otonomi daerah, semua kabupaten/kota berjalan sendiri-sendiri membangun daerahnya. Sehingga tingkat provinsi harus mengetahui daerah mana yang bisa dijadikan contoh untuk mengacu pengembangan pembangunan di wilayah Ciayumajakuning. 7

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui potensi serta identifikasi sektor-sektor ekonomi daerah kabupaten dan kota yang berada di Kawasan Ciayumajakuning sebagai pedoman dalam merumuskan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di era otonomi daerah. Maka penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judul Analisis Potensi Ekonomi di Kawasan Ciayumajakuning Tahun 2009-2013 1.2 Identifikasi/Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Sektor ekonomi apa saja yang menjadi sektor basis di Kawasan Ciayumajakuning? 2. Sejauhmana pergeseran sektor perekonomian terjadi di Kawasan Ciayumajakuning pada tahun 2009-2013? 3. Daerah mana yang dapat digunakan untuk memacu pengembangan pembangunan dengan memanfaatkan alat analisis Tipologi Klassen? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dalam latar belakang masalah dan rumusan masalah, adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sektor ekonomi apa yang merupakan sektor basis di Kawasan Ciayumajakuning. 8

2. Untuk mengetahui pergeseran sektor perekonomian di Kawasan Ciayumajakuning pada tahun 2009-2013. 3. Menganalisis tipologi masing-masing daerah berdasarkan potensi yang dimilikinya. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis/Akademis Berdasarkan penjelasan diatas, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan teoritis atau akademis yaitu memberikan tambahan referensi bagi perpustakaan fakultas ekonomi, khususnya mengenai potensi ekonomi di Kawasan Ciayumajakuning. 1.4.2 Kegunaan Praktis/Empiris Berdasarkan penjelasan diatas, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan praktis atau empiris berupa : 1. Untuk melengkapi program perkuliahan S1, program studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan. 2. sebagai salah satu media latih untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan sesuai disiplin ilmu yang dipelajari. 9