BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN. petualangan, romantik dan tempat- tempat eksotik, dan juga meliputi realita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Oleh : Cica Yulia, S.Pd, M.Si

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wisatawan itu sendiri. Sejak dahulu kegiatan pariwisata sudah banyak dilakukan oleh

BAB II SEKILAS TENTANG OBJEK WISATA. budaya serta bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan, bepergian, yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel dalam

BAB II TINJAUAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. yang berkaitan dengan topik-topik kajian penelitian yang terdapat dalam buku-buku pustaka

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata, Ilmu Pariwisata dan Wisatawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

Wisata : Perjalanan, dalam bahasa Inggris disebut dengan Travel.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

BAB II GAMBARAN UMUM PARIWISATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peran city walk sebagai faktor pendukung perkembangan pariwisata kota Solo

Strategi Pengembangan Pariwisata ( Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap.

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN DAN WISATA AGRARIS

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata dan Industri Pariwisata

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

BAB II URAIAN TEORITIS. : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. Sedangkan wisata

Sarana dan prasarana pariwisata yang lancar merupakan salah satu indikator perkembangan pariwisata. Sarana/prasarana diartikan sebagai proses tanpa

BAB II URAIAN TEORITIS

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR. pandapat ahli yang berhubungan dengan penelitian ini. 1. Pengertian Gaeografi Pariwisata dan Industri Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi sebagai daya tarik wisata. Dalam perkembangan industri. pariwisata di Indonesia pun menyuguhkan berbagai macam kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. Berdasarkan ketentuan World Association of Travel Agent (WATA)

TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja,

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan, dan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

BAB II URAIAN TEORISTIS TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB II KEPARIWISATAAN. Istilah pariwisata baru dikenal di Indonesia ketika berlangsung

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan wisata yang berarti kunjungan untuk melihat, mendengar, menikmati dan

BAB II URAIAN TEORITIS. dengan musik. Gerakan-gerakan itu dapat dinikmati sendiri, pengucapan suatu

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peran adalah serangkaian rumusan yang membahas perilaku-perilaku yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti banyak, berkali-kali, dan berputar-putar, sedangkan wisata berarti

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN. 2.1 Beberapa Pengertian Tentang Kepariwisataan

BAB II KAJIAN TEORITIS. atau menghasilkan barang atau jasa melalui proses. Industri pariwisata bukanlah suatu

BAB I PENDAHULUAN. wisata, atau yang kini populer lazim disebut pariwisata atau Tour (dalam

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, selain itu juga dikenal sebagai kota

BAB I PENDAHULUAN. mengunjungi daerah-daerah wisata tersebut. dan berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata.

BAB II URAIAN TEORITIS. Peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi diberbagai negara tidak diragukan lagi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata, Wisatawan dan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa. Hermantoro (2011 : 11) menyatakan bahwa lmu pariwisata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu

BAB II PEMBAHASAN TEORI

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS. Tinjauan hasil penelitian sebelumnya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Travel & Tourism Competitiveness Report dari World Economic

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN. Berdasarkan Kamus Umum Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

MAILISA ISVANANDA, 2015 POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan objek-objek pariwisata di Indonesia. Masyarakat

ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA MALIOBORO KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang semakin baik, hal tersebut tentunya akan memberikan

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. 2.1 Pengertian Pariwisata dan Kepariwisataan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. Pariwisata bila ditinjau secara harfiah berasal dari asal kata wisata dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki banyak pulau

BAB 1 PENDAHULUAN. Sragen Convention Centre. : Kabupaten yang berada di bagian Timur Provinsi Jawa Tengah. (id.wikipedia.org/wiki/kabupaten_sragen)

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah maupun pemerintah pusat dapat memanfaatkannya sebagai sumber

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

1. PENDAHULUAN. Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism

BAB I PENDAHULUAN. yang ingin menyegarkan pikiran setelah bekerja dan memanfaatkan

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

BAB II KAJIAN TEORITIS. alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan. pengembangan budaya bangsa dengan memanfaatkan seluruh potensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anies Taufik Anggakusumah, 2013

FAKTOR-FAKTOR INTERNAL PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI LAKBAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA SEBAGAI OBJEK WISATA ANDALAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN 2.1 Defenisi Pariwisata Pariwisata merupakan suatu fenomena multidimensional, menumbuhkan citra petualangan, romantik dan tempat- tempat eksotik, dan juga meliputi realita keduniaan seperti bisnis, kesehatan dan lain-lain. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dijelaskan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus dan melayani kebutuhan wisatawan (Kuntowijoyo, 1991:1). Pariwisata merupakan bagian dari budaya masyarakat, yaitu berkaitan dengan cara penggunaan waktu senggang/leusure time yang dimiliki seorang. Ada 3 macam pandangan mengenai pariwisata yang terdapat dalam masyarakat, yakni: - Pertama, pariwisata tidak dikenal masyarakat dan belum dapat diterapkan dalam kehidupan, karena dalam masyarakat tidak ada pembedaan antara waktu luang dengan waktu kerja dikaitan dengan melakukan aktivitas pekerjaan. 21

- Kedua, pariwisata mulai dikenal oleh sebagian anggota masyarakat tetapi masih dipandang sebagai hal yang bersifat negatif, bahwa waktu senggang bagi mereka adalah waktu tidak dalam keadaan kerja atau meninggalkan pekerjaan. - Ketiga, pariwisata sebagai pemanfaatan waktu senggang dipandang sebagai sebuah hal yang bermanfaat bagi kehidupan dan memiliki arti, oleh karena itu jika, mereka mempergunakannya dengan baik maka mereka akan mendapatkan manfaat. Defenisi pariwisata menurut Yoeti (1996:108) adalah suatu pekerjaan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk melayani perjalanan hidup guna bertamasya dan rekreasi atau memenuhi keinginan yang beranekaragam. Kesrul (2003:4) mendefinisikan bahwa pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang, yang bersifat sementara, untuk menikmati objek dan atraksi di tempat tujuan. Artinya, pariwisata adalah kegiatan diluar kegiatan rutin sehari-hari, seperti bekerja atau sejenisnya. 22

Kemudian didalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi: 1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata. 2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti : kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, pengelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat, dan yang bersifat alamiah, seperti : 3. Pengusaha jasa dan sarana pariwisata, yakni : a. Usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, konsultan pariwisata, informasi pariwisata) b. Usaha sarana pariwisata yang terdiri dari : akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata dan sebagainya. c. Usaha-usaha jasa yang berkaitan dengan penyelenggara wisata. Secara ekonomi pariwisata adalah slah satu jenis industri jasa baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, peningkatan standar hidup serta menstimulasikan sektor-sektor produktivitas. (Pandit, 1993:34). 23

2.2 Defenisi Wisata Secara harfiah, wisata merupakan suatu fenomena multidimensional, menumbuhkan citra petualangan, romantik dan tempat-tempat eksotik, dan juga meliputi realita keduniaan, seperti bisnis, kesehatan, dan lain-lain. Prinsipnya, wisata mencakup semua macam perjalanan tersebut berhubungan dengan rekreasi dan pertamasyaan. Beberapa faktor batasan suatu wisata, yaitu (Hadinoto, 1996:13). 1. Perjalanan dilakukan sementara waktu. 2. Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lainnya. 3. Perjalanan harus dikaitkan dengan rekreasi. 4. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut. Berdasarkan faktor-faktor di atas, maka dapat disimpulkan bahwa wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain. Dengan maksud bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari nafkah ditempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. 24

Berikut beberapa pengertian wisata menurut para ahli, diantaranya: a. Menurut James J.Spillane (1982:20) Wisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain. b. Menurut Drs. Oka A.Yoeti (1997:194) Wisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam. c. Menurut Salah Wahab (1975:55) Wisata yaitu adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya, sebagai sektor yang komplek pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri kerajianan tangan dan cendramata, penginapan dan transportasi. d. Menurut Hadinoto (1996:13) Wisata merupakan suatu fenomena multidimensional, menumbuhkan citra petualangan, romantik, dan tempattempat eksotik, dan juga meliputi realita keduniaan seperti bisnis, kesehatan, dan lain-lain. 25

e. Menurut Soetomo (1994:25) WATA (World Association of Travel Agent = Perhimpunan Agen Perjalanan Sedunia) Wisata adalah perjalanan keliling selama selebih dari 3 hari, yang diselenggarakan oleh suatu kantor perjalanan didalam kota dan acaranya antara lain melihat-lihat di berbagai tempat atau kota, baik di dalam maupun di luar negeri. Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pengertian wisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu, yang diselnggarakan dari satu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (bisnis) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, yang mengandung unsur (1) Kegiatan perjalanan; (2) Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat sementara; (4) Perjalanan seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. 2.3 Jenis-jenis Wisata Sesuai dengan potensi yang dimiliki atau warisan yang ditinggalkan nenek moyang pada suatu negara, maka timbul bermacam-macam jenis wisata yang dikembangkan sebagai suatu kegiatan yang lama-lama mempunyai ciri wisata tersendiri. Jenis wisata diantaranya meliputi letak geografis, pengaruh terhadap neraca pembayaran, alasan/tujuan perjalanan, obyek, alat angkut yang dipergunakan, jumlah orang yang melakukan perjalanan, dan jangka waktu. 26

Berikut penjelasan mengenai jenis-jenis wisata : 1. Letak Geografis Menurut letak geografinya, wisata terbagi menjadi tiga, yaitu : Wisata nasional (National Domestic Tourism), Wisata regional (Regional Tourism), Wisata internasional (International Tourism). Berikut penjelasan wisata menurut letak geografis : a. Wisata nasional (National domestic tourism) Yaitu jenis wisata yang dikembangkan dalam wilayah suatu negara, dimana para pesertanya tidak saja terdiri dari warga negara sendiri tetapi juga orang asing yang berdiam di negara tersebut. b. Wisata regional (Regional tourism) Yaitu kegiatan kepariwisataan yang dikembangkan dalam suatu wilayah tertentu, dapat regional dalam lingkungan dan dapat pula regional dalam ruang lingkup internasional. c. Wisata internasional (International tourism) Yaitu kegiatan kepariwisataan yang terdapat atau dikembangkan di beberapa negara di dunia, dalam hal ini sinonim dengan wisata dunia (World tourism). 27

2. Pengaruhnya terhadap neraca pembayaran. Menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran, wisata terbagi menjadi dua, yaitu: Wisata aktif (In tourism), Wisata pasif (Out-going tourism). Berikut penjelasan wisata menurut pengaruhnya terhadap neraca pembayaran : a. Wisata aktif (In tourism) Kegiatan wisata yang ditandai dengan gejala masuknya wisatawan asing ke suatu negara tertentu. b. Wisata pasif (Out-going tourism) Kegiatan wisata yang ditandai dengan gejala keluarga warga negara sendiri bepergian ke luar negeri sebagai wisatawan. 3. Alasan/tujuan perjalanan. Menurut alasan/tujuan perjalanan, wisata terbagi menjadi tiga, yaitu : bisnis (Busines tourism), berlibur (Vacational tourism), memperdalam ilmu (Educational tourism). Berikut penjelasan wisata menurut alasan/tujuan perjalanan : a. Bisnis (Busines tourism) Wisatawan datang sendiri dengan tujuan Dinas, usaha dagang atau yang berhubungan dengan pekerjaannya, kongres, seminar, Convention, dan lain-lain. 28

b. Berlibur (Vacational tourism) Wisatawan yang melakukan perjalanan wisata dalam keadaan berlibur atau cuti. c. Edukasi (Educational tourism) Pengunjung atau orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan studi atau mempelajari sesuatu bidang ilmu pengetahuan. 4. Pembagian obyek Menurut pembagian obyeknya wisata terbagi menjadi tujuh, yaitu: wisata budaya (cultural tourism), wisata kesehatan (recoperational tourism), wisata komersial (commercial tourism), wisata olahraga (sport tourism), wisata politik (political tourism), wisata sosial (social tourism), wisata agama (religion tourism). Berikut penjelasan wisata menurut pembagian obyek : a. Wisata budaya (cultural tourism) Motivasi orang-orang yang melakukan perjalanan disebabkan adanya daya tarik seni budaya suatu tempat atau daerah. b. Wisata kesehatan (recoperational tourism) Tujuan dari orang-orang yang melakukan perjalanan adalah untuk menyembuhkan suatu penyakit. c. Wisata komersial (commercial tourism) Perjalanan wisata ini dikaitkan dengan kegiatan perdagangan nasional atau internasional, misalnya Expo, Exhibition, dan lain-lain. 29

d. Wisata olahraga (sport tourism) Tujuan dari orang-orang untuk melakukan perjalanan adalah untuk melihat atau menyaksikan pesta olahraga disuatu tempat atau negara tertentu. e. Wisata politik (political tourism) Suatu perjalanan dengan tujuan untuk melihat atau menyaksikan suatu peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan kegiatan suatu negara. f. Wisata sosial (social tourism) Pengertian ini hanya dilihat dari segi penyelengaraannya yang tidak menekan untuk mencari keuntungan, seperti Study Tour. g. Wisata agama (religion tourism) Tujuan dari perjalanan yang dilakukan untuk melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan. Beberapa objek wisata lain, diantaranya : 1. Objek wisata budaya, seperti tari seni, seni drama, seni musik dan seni suara. 2. Objek wisata maritim (Marine/Bahari), merupakan tempat wisata yang menyuguhkan keindahan pantai dan juga laut. 3. Objek wisata cagar alam, seperti kesegaran hawa di udara pengunungan, keajaiban hidup binatang, marga satwa, dan tumbuhan-tumbuhan langka. 30

4. Objek agro, wisata seperti mengunjungi ladang pembibitan perkebunan serta pertanian, 5. Objek wisata alam, merupakan objek wisata yang bukan buatan manusia tetapi memang terbentuk dari alam atau dengan kata lain objek wisata natural(alam) dan bukan man made (buatan manusia). 6. Wisata sejarah, seperti aset Kota berupa urban heritage dan infrastruktur berupa bangunan-bangunan lama yang mempunyai nilai arsitektur tinggi yang berupa space. 7. Wisata tradisi, seperti dugderan (merupakan tanda dimulainya puasa) 8. Wisata kuliner, seperti pusat jajanan makanan khas suatu daerah. 5. Alat angkut yang diperlukan. Menurut alat angkut yang dipergunakan, wisata terbagi menjadi empat, yaitu : a. Wisata udara (air tourism) b. Wisata laut (sea and river tourism) c. Wisata darat (land tourism) d. Pedestrian tourism (hikers) 6. Jumlah orang yang melakukan perjalanan. Menurut jumlah orang yang melakukan perjalanan, wisata terbagi menjadi dua, diantaranya : a. Wisata tunggal/individu (Individual tourism) b. Wisata rombongan (Group tourism) 7. Jangka waktu. 31

Menurut jangka waktu yang dipergunakan, wisata terbagi menjadi dua, anatara lain : a. Wisata jangka pendek b. Wisata jangka panjang 2.4 Defenisi Potensi Potensi adalah kemampuan, kesanggupan, kekuatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002 :1341). Potensi di daerah tujuan wisata dipengaruhi adanya 4 pendekatan yang lebih dikenal dengan istilah 4 A, antara lain: a. Atraksi Atraksi yang merupakan daya tarik wisata dapat digolongkan menjadi: 1. Daya tarik alam 2. Daya tarik budaya 3. Daya tarik buatan manusia b. Aksesibilitas (kemudahan) Sarana yang memberikan kemudahan mencapai daerah tujuan wisata. Tempat tersebut mudah dijangkau, sarana yang diperlukan wisatawan mudah ditemukan, misalnya transportasi ke tempat tujuan, jalan yang akan dilewati aman dan nyaman. Hal itu harus dipertimbangkan dengan mendalam karena itu sangat membantu kemudahan wisata 32

c. Amenitas Tersedianya fasilitas-fasilitas seperti :penginapan, restoran, tempat hiburan, transportasi lokal, alat-alat transportasi, fasilitas perbankan, fasilitas kesehatan, dan lain-lain. d. Aktifitas Aktifitas adalah kegiatan yang dapat dilakukan wisatawan selama berada di objek wisata. Faktor ini mempengaruhi lama tinggal wisatawan dan menarikk minat mereka. 2.5 Obyek dan Atraksi Wisata Obyek wisata adalah suatu obyek yang dapat dilihat secara langsung tanpa bantuan orang lain misalnya pemandangan gunung, sungai, laut, dan lain-lain. Atraksi wisata ialah suatu obyek yang harus dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat dan dinikmati, misalnya : tari-tarian, kesenian, dan sejenisnya. Obyek wisata dan atraksi wisata merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu tempat atau daerah tujuan wisata.untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata yang menarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah tersebut, maka daerah tersebut harus mempunyai apa yang disebut sesuatu yang dapat dilihat (Something to See), sesuatu yang dapat dikerjakan (Something to Do), dan sesuatu yang dapat dibeli (Something to Buy). Berikut penjelasan obyek dan atraksi wisata (Yoeti, 1994:143) : 33

a. Sesuatu yang dapat dilihat (Something to See) Artinya ditempat tersebut harus ada obyek wisata dan keinginan pribadi (Interpersonal Motivations). Atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain. Dengan kata lain daerah itu harus mempunyai daya tarik khusus, disamping itu harus mempunyai atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagai entertainmentbila orang datang kesana. b. Sesuatu yang dapat dikerjakan (Something to Do) Artinya ditempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat mereka betah tinggal lebih lama di tempat tersebut. c. Sesuatu yang dapat dibeli (Something to Buy) Artinya ditempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (Shopping), terutama barang-barang souvenirdan kerajinan rakyat setempat sebagai oleholeh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing. 2.6 Macam dan Jenis Sarana-Prasarana Pariwisata Prasarana (infrastruktur) adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam, jadi fungsinya adalah melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan 34

pelayanan sebagaimana mestinya, yang termasuk prasarana ini adalah (Yoeti, 1994:94) : a. Bandara, terminal, pelabuhan, stasiun kreta api b. Telekomunikasi c. Jaringan jalan dan lain-lain. Selain ketiga prasarana tersebut, ada tiga macam sarana kepariwisataan yaitu Sarana Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Superstructure),Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supporting Tourism Superstructure), dan Sarana Penunjang Kepariwisataan (Supporting Tourism Superstructure). Berikut penjelasan macammacam sarana kepariwisataan (Yoeti, 1994:94) : a. Sarana Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Superstructure) Perusahaan-perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung pada lalu lintas wisatawan dan travellerslainnya. Fungsinya adalah menyediakan fasilitas pokok yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Sarana semacam ini harus diadakan dan diarahkan dalam pembangunannya. Ada dua macam sarana pokok kepariwisataan yaitu Receptive tourist plant dan Residential tourist plant, berikut penjelasan sarana pokok kepariwisataan, diantaranya : 1. Respective tourist plant 35

Suatu badan usaha yang kegiatannya khusus untuk mempersiapkan kedatangan wisatawan di suatu daerah tujuan wisata, yang termasuk badan usaha ini adalah : a. Badan usaha yang memberikan keterangan, penjelasan, promosi, dan propaganda tentang daerah tujuan wisata (Tourist Information Center). b. Perusahaan yang kegiatannya merencanakan dan menyelenggarakan perjalanan (Travel agent and tour operator). 2. Residential tourist plant Yaitu semua fasilitas yang dapat menampung kedatangan para wisatawan untuk tinggal sementara waktu di daerah tujuan wisata, yang termasuk segala rumah makan, akomodasi, dan lain-lain. b. Sarana pelengkap kepariwisataan (Supplementing tourism superstructure) Adalah fasilitas-fasilitas yang dapat melengkapi sarana pokok, sehingga fungsinya dapat membuat wisatawan lebih lama tinggal di daerah yang dikunjunginya. Hal ini dikenal dengan istilah recreative and sportive plant yaitu semua fasilitas-fasilitas rekreasi dan olahraga. c. Sarana penunjang kepariwisataan (Supporting tourism superstructure) Adalah fasilitas yang disediakan untuk wisatawan tetapi tidak mutlak pengadaannya karena tidak semua wisatawan senang dengan fasilitas tersebut. 36