SEBARAN DAN UKURAN KOLONI SARANG RAYAP POHON Nasutitermes sp (ISOPTERA: TERMITIDAE) DI PULAU SEBESI LAMPUNG SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL. lorong kembara di batang tanaman (b) Data ukuran sarang rayap yang ditemukan.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

PENGENALAN RAYAP PERUSAK KAYU YANG PENTING DI INDONESIA

KOMPOSISI RAYAP DI KEBUN GAMBIR MASYARAKAT DI KANAGARIAN SIGUNTUR MUDA KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

4. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Padang Cermin merupakan bagian dari Kabupaten Pesawaran, Secara

RAYAP KAYU (ISOPTERA) PADA RUMAH-RUMAH ADAT MINANGKABAU DI SUMATERA BARAT

Lampiran 1 Kunci identifikasi rayap kasta prajurit mayor Macrotermes gilvus (Haviland) (Ahmad 1965)

KERAGAMAN SPESIES RAYAP DI KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG GUNUNGPATI SEMARANG

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. a) Kondisi Grafis Kota Bandar Lampung

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK IKLIM INDONESIA. PERAIRAN LAUT INDONESIA TOPOGRAFI LETAK ASTRONOMIS LETAK GEOGRAFIS

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

TAHUN PELAJARAN 2007/2008

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

III. MATERI DAN METODE Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

KERAGAMAN JENIS RAYAP PADA HUTAN SEKUNDER DAN AGROFORESTRI DI TAMAN NASIONAL LORE LINDU, SULAWESI TENGAH

KERUGIAN EKONOMIS AKIBAT SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN RUMAH MASYARAKAT DI DUA KECAMATAN (MEDAN DENAI DAN MEDAN LABUHAN)

Muhammad Sayuthi Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

Faktor-faktor Pembentuk Iklim Indonesia. Perairan laut Indonesia Topografi Letak astronomis Letak geografis

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP TERHADAP BANGUNAN SMP NEGERI DI KOTA MEDAN

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

PENDAHULUAN. wilayah Sumatera dan Kalimantan. Puncak jumlah hotspot dan kebakaran hutan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

KEANEKARAGAMAN JENIS POHON DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA DUA JENIS VEGETASI DI KOTA BANDAR LAMPUNG

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO

BAB III TINJAUAN UMUM PENGADILAN TINGGI AGAMA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Gunung Ambang subkawasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

POTENSI HUTAN TRIDHARMA USU SEBAGAI TEMPAT PENGUJIAN KEAWETAN KAYU

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Identifikasi Rayap Pada Kayu Umpan Di Kampung Babakan Cimareme Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN DAN JENIS RAYAP YANG MERUSAK BANGUNAN DI KOTA AMBON

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI PANTAI ANYER BANTEN. a. Luas wilayah dan letak geografis 1. ± 70 km dari kota Jakarta, Ibukota Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN, KARAKTERISTIK USAHA BUDIDAYA LEBAH MADU, DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. peroleh dari lahan pertanian organik dan lahan pertanian intensif di Desa

KONDISI UMUM. Tabel 13 Letak geografis Jakarta Pusat

Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

*Penulis korespondensi. Tel: Diterima: 10 Maret 2014 Disetujui: 17 Mei Abstrak

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

ANALISIS KERUGIAN DAN PEMETAAN SEBARAN SERANGAN RAYAP PADA BANGUNAN SMA DAN SMK NEGERI DI KOTA PEKANBARU

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Selatan (2014), sejarah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 o 14 sampai dengan

Transkripsi:

SEBARAN DAN UKURAN KOLONI SARANG RAYAP POHON Nasutitermes sp (ISOPTERA: TERMITIDAE) DI PULAU SEBESI LAMPUNG SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI Eko Kuswanto dan Anisa Oktina Sari Pratama Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah, IAIN Raden Intan Lampung E-mail: ekokuswantolpg@yahoo.co.id Abstract: Research on the distribution and colony size of nests of Nasutitermes sp. (Isoptera: Termitidae) have been conducted in Sebesi Island, Lampung. The method used in this study is a direct observation on the northern coast Sebesi Island. The results showed there were 60 nests of termite Nasutitermes sp. on the nine hosted tree species, i.e. Spandias sp., Leucaena leucocephala, Cocos nucifera, Caesalpinia pulcherrima, Moringa oleifera, Rhizophora apiculata, Delonix regia, Pandanus sp., and Morinda citrifolia. These termite nests vary in size. Direct counting on two nests indicates that colony size of Nasutitermes sp. on the nest sized 0.00828 m 3 were 20,192 individuals and on the nest sized 0.1756 m 3 were 35,086 individuals.the result of the the research gives contribution source of learning material in biology learning. Kata Kunci: Nasutitermes sp, rayap pohon, sebaran, ukuran sarang Penelitian tentang keragaman jenis rayap di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1898 oleh Haviland yang berhasil mengamati 30 jenis rayap di wilayah Borneo (Kalimantan) dan satu jenis dari Manado (Sulawesi). Hampir seabad kemudian penelitian keragaman jenis rayap banyak dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia seperti Aceh, Sumatera Utara (Medan), Sumatera Barat, Jambi, DKI Jakarta (Jakarta Barat dan Timur), Banten (Serpong), Jawa Barat (Depok, Bogor, Bandung, dan Cirebon), Jawa Timur (Surabaya), Kalimantan Selatan, dan Lampung (Haviland, 1898; Harris, 1966; Safarudin, 1994; Jusmalinda, 1994; Munif, 1995; Rakhmawati, 1996; Rudi, 1997; Jones dan Prasetyo, 2002; Jones dkk., 2003; Siregar dan Batubara, 2007; Riny, 2007; Kuswanto dan Merza 2012). Penelitian sebaran rayap pada pulaupulau terdepan di Provinsi Lampung pernah dilakukan pada tahun 2000 yang mengamati jenis rayap yang ada di sekitar gugusan Pulau Krakatau (Pulau Sertung dan Pulau Panjang), dengan hasil ditemukannya beberapa jenis rayap di wilayah tersebut (Gathorne-Hardy dan Jones, 2000). Penelitian mengenai sebaran sarang rayap Nasutitermes sp. juga pernah dilakukan di Bazil pada tahun 1999 dengan bahasan distribusi spasial sarang rayap Nasutitermes sp. yang berada di Cerrado, Brazil Selatan (Buschini, 1999). Provinsi Lampung terletak antara 105 o 12 105 o 18 BT dan antara 5 o 24 5 o 32 LS, beriklim tropis dengan suhu minimum 22 26 o C dan suhu maksimum adalah 28 33 o C. Provinsi ini terbentang pada ketinggian 0 700 m dari permukaan laut, memiliki kelembaban mencapai 80 88%, kecepatan angin rata-rata 5,83 km/ jam, dan curah hujan tahunan rata-rata 1.293 3.130 mm/ tahun. Kondisi umum di atas sangat mendukung bagi untuk dapat hidup dan berkembang dengan baik. BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012

Gambar 1. Pulau Sebesi terletak di antara Pulau Sumatera dan Jawa (Sumber: Gathorne-Hardy dan Jones, 2000) Pulau Sebesi adalah sebuah pulau yang terletak di perairan Teluk Lampung (dekat Selat Sunda) yang terletak pada garis 5 59 37,43 5 58 44,48 LS dan 105 27 30,50 105 30 47,54 BT (Suhendra, 2000). Keberadaan Pulau Sebesi yang terletak sebagai pulau terdepan Provinsi Lampung menjadikan pulau ini sebagai pintu gerbang Provinsi Lampung. Pulau Sebesi termasuk dalam wilayah administrasi Desa Tejang, Kecamatan Raja Basa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Tejang terdiri dari empat dusun yaitu Dusun I Bangunan, Dusun II Inpres, Dusun III Regahan Lada, dan Dusun IV Segenom. Luas wilayah Pulau Sebesi adalah 2.620 ha dengan panjang pantai 19,55 km. Sebagian besar daratan Pulau Sebesi tersusun dari endapan gunung api muda dan merupakan daratan perbukitan. Bukit tertinggi di Pulau Sebesi mencapai 884 meter dari permukaan laut dengan bentuk kerucut yang mempunyai tiga puncak. Rayap pohon Nasutitermes (Isoptera: Termitidae) memiliki tubuh yang kecil dan memiliki ciri khas mandibula yang berbentuk penusuk (nasut) dan bersarang di atas pohon. Warna tubuhnya kuning kecoklatan, panjang kepala 1,2 mm, antena memiliki 12 13 ruas, mencari makan pada siang hari (Tho, 1992). Rayap pohon Nasutitemes sp. teramati banyak ditemukan bersarang di pohon-pohon Pulau Sebesi. Untuk perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui sebaran dan ukuran koloni rayap pohon Nasutitermes sp. di Pulau Sebesi, Lampung. METODE Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober 2012 di Pulau Sebesi, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung pada titik koordinat terletak pada koordinat 5 59 0 LS dan 105 29 50 BT. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tali, pisau, mikroskop, sendok semen, kantong plastik, ph meter, thermometer udara, thermometer tanah, thermohygrometer, GPS, alat dokumentasi, meteran (alat ukur), loupe, kertas label, botol koleksi, kuas, tissue, dan alkohol 70% untuk mengawetkan rayap pohon genus Nasutitermes yang ditemukan di Pulau Sebesi, Lampung. Metode yang digunakan untuk mengetahui sebaran rayap Nasutitermes sp.adalah dengan melakukan pengamatan langsung secara cermat pada pesisir pantai bagian utara Pulau Sebesi. Bila menjumpai pohon yang dijadikan inang rayap Nasutitermes sp. maka dicatat BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012

informasi mengenai jenis pohon inang, mencatat titik koordinat ditemukannya rayap, dan mengukur faktor lingkungan lokasi penelitian. Untuk mengetahui ukuran koloni rayap pohon Nasutitermes sp. dilakukan dengan cara menentukan dua sarang yang berbeda ukuran (besar dan kecil). Perhitungan jumlah individu di dalam sarang menggunakan metode direct count (perhitungan langsung) dengan membedakannya sesuai kasta-kasta, sedangkan pengukuran besar sarang menggunakan pendekatan rumus ½ volume kerucut [rumus volume kerucut = 1/3(πr 2 t), dimana π = 3,14; r = jari-jari; dan t = tinggi]. HASIL Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan 60 sarang rayap Nasutitermes sp. yang tersebar. di pesisir bagian utara Pulau Sebesi secara merata. Ke-60 sarang rayap Nasutitermes sp. tersebut menempati sembilan jenis pohon inang, yaitu kedondong hutan (Spandias sp.), petai cina (Leucaena leucocephala), kelapa (Cocos nucifera), bunga merak (Caesalpinia pulcherrima), kelor (Moringa oleifera), bakau (Rhizophora apiculata), flamboyan (Delonix regia), pandan berduri (Pandanus sp.), dan mengkudu (Morinda citrifolia L). UTARA Gambar 2. Peta Sebaran Sarang Rayap Pohon Nasutitermes sp. di Pulau Sebesi (lokasi sarang ditunjukkan dengan angka-angka berwarna merah) BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012 3

Keterangan: A = Dusun I Bangunan B = Dusun II Inpres C = Dusun III Regahan Lada D = Dusun IV Segenom E = Kebun Kelapa dan kawasan Bukit Sebesi F = Hutan Bakau G = Dermaga. Tabel 1. Ukuran koloni rayap Nasutitermes sp. dari dua buah sarang berbeda Ukuran sarang Jumlah Jumlah Jumlah (m 3 ) nimfa pekerja prajurit Total Pohon inang 0,1756 9.825 19.890 5.371 35.086 Spandias sp. 0,00828 5.686 10.528 3.978 20.192 Morinda citrifolia Ukuran koloni rayap Nasutitermes sp. dapat diketahui dengan cara melakukan direct count (perhitungan langsung) terhadap seluruh individu yang terdapat di dalam sarang. Dalam melakukan direct count digunakan dua sampel sarang yang berbeda ukuran, satu sarang dengan ukuran relatif besar (jarijari 0,55 m dan tinggi 1,12 m, sehingga volume sarang dengan pendekatan rumus setengah bangun kerucut adalah 0,1756 m 3 ) dan sebuah sarang berukuran relatif kecil (jari-jari 0,1 m dan tinggi 0,16 m PEMBAHASAN Rayap Nasutitermes umumnya membentuk sarang di atas pohon sehingga disebut sebagai rayap pohon. Rayap pohon genus Nasutitermes membuat sarang dari tanah dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Bentuk sarang rayap yang ditemukan di Pulau Sebesi, Lampung umumnya mendekati bentuk bangun setengah kerucut, hal ini diduga dikarenakan posisi cabang atau batang tempat bertumpunya sarang membatasi sehingga volume sarang adalah 0,00828 m 3 ). Dengan menggunakan metode direct count pada dua sarang berbeda ukuran menghasilkan data seperti tercantum pada Tabel 1. Secara umum semakin besar volume sarang maka semakin banyak jumlah individu di dalamnya, tetapi kepadatan individu justru terdapat pada sarang berukuran yang relatif kecil, sedangkan pada sarang berukuran lebih besar terdapat ruang-ruang yang tidak terlalu padat jumlah individunya. koloni rayap ini membuat sarang berbentuk kerucut secara sempurna. Liang-liang kembara dibuat oleh rayap Nasutitermes sp. dari bawah pohon hingga menuju sarang di bagian atas pohon. Nasutitermes sp. dikenal sebagai rayap yang membentuk sarang rayap di atas pepohonan, sementara rayap Macrotermes sp. lebih cenderung membuat gundukan sarang di atas tanah. Belum ada penelitian yang dapat menjelaskan mengenai preferensi kedua jenis rayap dalam membuat sarang. BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012 4

Gambar 3. Dua buah sarang rayap Nasutitermes sp. yang ditemukan pada pohon-pohon di Pulau Sebesi Dalam hal membentuk sarang di atas pohon, umumnya Nasutitermes lebih memilih tumbuhan berhabitus pohon dan cenderung bersarang pada pohon yang memiliki banyak percabangan. Rayap ini kurang menyukai bersarang di pohon yang tidak memiliki cabang/batang seperti pohon kelapa atau palem. Hal ini diduga karena sarang rayap akan lebih kokoh jika terdapat tumpuan cabang atau batang. Pada perhitungan langsung terhadap dua sampel sarang menunjukkan hasil yaitu pada sarang berukuran 0,00828 m 3 terdapat jumlah individu yang cukup padat di dalam koloni yaitu sebanyak 20.192 individu atau setara dengan 1.000 individu per 400 cm 3. Sedangkan pada sarang berukuran 0,1756 m 3 terdapat 35.086 individu atau setara dengan 1.000 individu dalam 5.000 cm 3. Hal ini mengindikasi bahwa sampel sarang yang berukuran lebih kecil diduga sedang mengalami masa pertumbuhan koloni sehingga terjadi kepadatan yang relatif tinggi dalam hal jumlah individu per ruang yang tersedia, sedangkan sampel sarang yang berukuran lebih besar diduga telah mengalami masa stagnasi bahkan penurunan pertumbuhan koloni sehingga terdapat ruang-ruang kosong yang cukup longgar dibandingkan kepadatan jumlah individu. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Terdapat 60 sarang Nasutitermes sp. yang tersebar relatif merata pada Pulau Sebesi, Provinsi Lampung dan sarang ini menyerupai bentuk bangun setengah kerucut. Ke-60 sarang rayap pohon Nasutitermes sp. tersebut terdapat pada sembilan jenis pohon inang, yaitu kedondong hutan (Spandias sp.), petai cina (Leucaena leucocephala), kelapa (Cocos nucifera), bunga merak (Caesalpinia pulcherrima), kelor (Moringa oleifera), bakau (Rhizophora apiculata), flamboyan (Delonix regia), pandan berduri (Pandanus sp.), dan mengkudu (Morinda citrifolia L.). Hasil perhitungan langsung (direct count) terhadap koloni rayap menunjukkan bahwa ukuran koloni rayap pohon Nasutsitermes sp. pada sarang sebesar 0,00828 m 3 berjumlah 20.192 BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012 5

individu dan pada sarang berukuran 0,1756 m 3 berjumlah 35.086 individu. Saran Hasil penelitian ini juga dapat menjadi asumsi awal bagi penelitian selanjutnya dalam mencari hubungan antara ukuran sarang rayap Nasutitermes sp. dengan jumlah individu di dalamnya serta mencari jawaban atas interaksi rayap Nasutitermes sp. dengan pohon inang. Selain itu, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber belajar biologi materi pokok Invertebrata. DAFTAR RUJUKAN Buschini, M. L. T. 1999. Spatial Distribution of Nests of Nasutitermes sp. (Isoptera: Termitidae) in a Cerrado Area in Southeastern Brazil. Departamento de Ecologia, Universidade Estadual Paulista. Gathorne-Hardy, F. J. dan Jones, D.T. 2000. The Recolonization of the Krakatau Islands by Termites (Isoptera), and Their Biogeographical Origins. Biol. J. Of the Linn. Soc., 71, 251 267. Harris, W.V. 1966. Type Localities of the Isoptera Described by Haviland. Proc. Linn. Soc. London, 177, 11 17. Haviland, G.D. 1898. Observations on Termites; with Descriptions of New Species, J. Linn. Soc. Zool., 26, 358 442. Jones, D.T. dan Prasetyo, A.H. 2002. A Survey of the Termites (Insecta: Isoptera) of Tabalong District, South Kalimantan, Indonesia. The Raffles Bulletin of Zoology, 50, 117 128. Jones, D.T., Susilo, F.X., Bignell, D.E., Hardiwinoto, S., Gillison, A.N., dan Eggleton, P. 2003. Termite Assemblage Collapse along a Landuse Intensification Gradient in Lowland Central Sumatra, Indonesia. Journal of Applied Ecology, 40, 380 391. Jusmalinda. 1994. Perkiraan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Rumah Rakyat di Tiga Kecamatan Provinsi Sumatera Barat. Skripsi Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Kuswanto, E. dan Merza. 2012. Sebaran dan Ukuran Sarang Rayap Tanah Macrotermes gilvus Hagen (Isoptera: Termitidae) di Lingkungan Kampus IAIN Lampung. Jurnal Biodjati, 1, 20 23. Munif. 1995. Keanekaragaman Rayap Perusak Bangunan dan Kasus Serangannya pada Perumahan di Kotamadya Surabaya. Skripsi Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Rakhmawati, D. 1996. Prakiraan Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Perumahan di Indonesia. Skripsi Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Riny, S.M. 2007. Identifikasi Rayap Kasta Prajurit di Wilayah Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspiptek) Serpong, Banten. Skripsi Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Rudi. 1997. Bahaya Rayap pada Bangunan di Kotamadya Bandung, Majalah Ilmiah Winaya Mukti, 04, 22 24. Safarudin. 1994. Kerugian Ekonomi Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Perumahan di Dua Wilayah DKI Jakarta (Kotamdya Jakarta Barat dan Jakarta Timur). BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012 6

Skripsi Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Siregar, A.Z. dan Batubara, R. 2007. Kerugian Ekonomis Akibat Serangan Rayap pada Bangunan Rumah Masyarakat di Dua Kecamatan (Medan Denai dan Medan Labuhan). Jurnal Biologi Sumatera, 02, 23 27. Suhendra, D. 2002. Studi Kondisi Terumbu Karang di Daerah Perlindungan Laut Pulau Sebesi, Lampung. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Tho, Y.P. 1992. Termites of Peninsular Malaysia, Malayan Forest Record. 36. Kirton, L.G. (Editor), 224 halaman. BIOEDUKASI VOLUME 3 NOMOR 2, NOPEMBER 2012 7