BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL (PERKOSAAN) DI BAWAH UMUR OLEH ORANG TUA TIRI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

Unsur-Unsur Tindak Pidana Pada Kejahatan Terhadap Kesopanan

BAB II ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK. dianggap melanggar hukum. Kacamata hukum memandang bahwa perbuatan

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB II. PENGATURAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA A. Tindak Pidana Kekerasan Dalam Hukum Pidana

II. TINJAUAN PUSTAKA. KUHP tidak ada ketentuan tentang arti kemampuan bertanggung jawab. Yang

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK [LN 2002/109 TLN 4235]

DR. WEMPIE JH. KUMENDONG, SH, MH NIP. :

KEJAHATAN DAN PELANGGARAN TERHADAP NYAWA DAN TUBUH ORANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum

BAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA

situasi bencana memberikan pendampingan hukum dan pelayanan (UUPA Pasal 3; Perda Kab. Sleman No.18 Tahun 2013, Pasal 3)

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN. 1. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

BAB III PERILAKU SEKSUAL SEJENIS (GAY) DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

BAB II KETENTUAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN DAN PENGEDARAN UANG PALSU DALAM HUKUM POSITIF INDONESIA

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR

Wawancara bersama penyidik Unit Pelayanan Perempuan Dan Anak

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI KORBAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR. A. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

BAB II PENGATURAN HUKUM TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK. A. Pengaturan Hukum Tindak Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dipertanggungjawabkan pada si pembuatnya. Untuk adanya pertanggungjawaban

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa batasan umur sebagai pengertian mengenai anak menurut peraturan

PERJUDIAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap orang yang melihat atau memandangnya. 20. penyiksaan dan perlakuan tidak senonoh lainnya terhadap perempuan dapat

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN (VERKRACHTING)

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB II PENGATURAN INCEST DALAM BERBAGAI PERATURAN HUKUM. A. Hubungan Seksual Sedarah (Incest) ditinjau dari Kitab Undang- UndangHukum Pidana(KUHP)

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

BAB III HUKUMAN PENCURIAN DI KALANGAN KELUARGA DALAM. HUKUM PIDANA INDONESIA PASAL 367 ayat (2) KUHP

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah Tindak Pidana atau strafbaarfeit atau perbuatan pidana merupakan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengatur tetntang pengertian anak berdasarkan umur. Batasan umur seseorang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

ANALISA YURIDIS PEMIDANAAN PADA TINDAK PIDANA PERSETUBUHAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR (STUDI KASUS PUTUSAN NO.85/PID.SUS/2014/PN.DPS.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PETERNAKAN, HEWAN, HEWAN PELIHARAAN, TERNAK, KESEHATAN HEWAN,KESEJAHTERAAN HEWAN, PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA

UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI [LN 2008/181, TLN 4928]

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman-pengalaman tentang bagaimana memenuhi kebutuhan pokok primary

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan dan Pemberatan Pengertian Tindak Pidana Pencurian

II. TINJAUAN PUSTAKA. hukuman pidana. Suatu peristiwa hukum dapat dinyatakan sebagai peristiwa

I. PENDAHULUAN. berkaitan satu sama lainnya. Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal

H M ISTAR A R RI R TON O G N A G, A

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

I. PENDAHULUAN. dan undang-undang yang berlaku. Meskipun menganut sistem hukum positif,

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan perundang-undangan. Sebagai suatu kenyataan sosial,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai

BAB II PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PORNOGRAFI DALAM HUKUM POSITIF DI INDONESIA SEBELUM LAHIRNYA UU NO. 44 TAHUN 2008 TENTANG PORNOGRAFI

BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF. Menyimpang itu sendiri menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PROSTITUSI MELALUI MEDIA ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK KANDUNG

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 9/Okt-Des/2016

P U T U S A N. Umur / Tgl. Lahir : 16 Tahun / 22 Januari 1998

peradilan dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa, mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Dalam hal ini, untuk

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan No.13/Pid.B/2011/PN.

BAB II ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENCABULAN. Pidana (KUHP) dikenal dengan istilah strafbaarfeit dan dalam kepustakaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

P U T U S A N Nomor : 103/Pid.Sus/2013/PT.Bdg.

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PENCABULAN. Perbuatan cabul sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 390 RUU KUHP

BAB I PENDAHULUAN. dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.

Pelanggaran terhadap nilai-nilai kesopanan yang terjadi dalam suatu. masyarakat, serta menjadikan anak-anak sebagai obyek seksualnya merupakan

P U T U S A N NOMOR : 727/PID.SUS/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR : 199/PID.SUS/2013/PTR

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN. A. Tindak Pidana Pembunuhan dan Pembunuhan Berencana

Lex Administratum, Vol. III/No. 6/Ags/2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

[

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.

P U T U S A N NOMOR : 09/PID/2013/PT.KT.SMDA

BAB I PENDAHULUAN. dijatuhi pidana apabila terbukti memiliki kesalahan.dengan demikian penilaian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. responden, sehingga hasil atau data yang diperoleh benar-benar dari pihak atau

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Sebagai UU yang Mengatur Tindak Pidana Khusus

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BIASA DALAM BENTUK POKOK (DOODSLAG) BERDASARKAN KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

PENGGUNAAN KEKERASAN SECARA BERSAMA DALAM PASAL 170 DAN PASAL 358 KUHP 1 Oleh : Soterio E. M. Maudoma 2

P U T U S A N Nomor : 45/Pid.Sus/2013/PT.Bdg.

ABSTRAK. Kata kunci : Penerapan sanksi pidana bagi anak, tindak pidana persetubuhan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN UMUM. Perumusan tentang pengertian anak sangat beragam dalam berbagai

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang cukup menyita waktu, khususnya persoalan pribadi yang

Transkripsi:

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL (PERKOSAAN) DI BAWAH UMUR OLEH ORANG TUA TIRI A. Peraturan Menurut KUHP Tindak pidana kesopanan dalam hal persetubuhan tidak ada yang termasuk pada jenis pelanggaran, semuanya masuk pada jenis kejahatan. Kejahatan yang dimaksudkan ini dimuat dalam lima pasal, yakni: 284 (perzinahan), 285 (perkosaan bersetubuh), 286 (bersetubuh dengan perempuan yang bukan isterinya yang dalam keadaan pingsan), 287 (bersetubuh dengan perempuan yang belum berumur lima belas tahun yang bukan isterinya), dan pasal 288 (bersetubuh dalam perkawinan dengan perempuan yang belum waktunya dikawin dan menimbulkan luka atau kematian. Dibentuknya kejahatan di bidang ini, ditujukan untuk melindungi kepentingan hukum kaum perempuan di bidang kesusilaan dalam hal persetubuhan 24. Pada bab ini membahas tentang pengaturan-pengaturan yang berkenaan dalam kasus perkosaan atau persetubuhan oleh ayah tiri terhadap anak dibawah umur. Dapat kita telaah sebagai berikut: a. Tindak pidana mengadakan hubungan kelamin di luar pernikahan dengan seorang wanita yang belum mencapai usia lima belas tahun atau yang belum dapat dinikahi oleh pembentuk undang-undang telah diatur dalam pasal 287 KUHP, yang rumusan aslinya di dalam bahasa Belanda berbunyi sebagai berikut: 24 Adami Chazawi,Op.cit, Tindak pidana Mengenai Kesopanan, Halaman 55

(1). Hij die buiten echt vleselijk gemeenschap heft met ene vrouw van wie hij weet of redelijkerwijs moet vermoeden dat zij den leeftijd van vijftien jaren nog niet heft bereikt of dat zij indien van haar leeftijd niet blijkt, nog niet huwbaar is, wordt gestraft met gevangenisstraf van ten hogste negen jaren. (2). Veruolging heft niet plaats dan op klachte, tenzij de vrouw den leeftijd van twaalf jaren nog niet heft bereikt, of een der van de art. 291 en 294 aanwezig is 25. Artinya: (1). Barang siapa mengadakan hubungan kelamin di luar pernikahan dengan seorang wanita, yang ia ketahui atau sepantasnya harus ia duag bahwa wanita itu belum mencapai usia lima belas tahun ataupun jika tidak dapat diketahui dari usianya, wanita itu merupakan seorang wanita yang belum dapat dinikahi, dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya Sembilan tahun. (2). Penuntut tidak akan dilakukan apabila tidak ada pengaduan, kecuali jika wanita tersebut belum mencapai usia dua belas tahun atau jika terjadi hal-hal seperti yang diatur dalam pasal 291 dan pasal 294 26. unsur-unsur: Tindak pidana yang diatur dalam pasal 287 ayat (1) KUHP terdiri atas (a). unsur-unsur subjektif : 1. Yang ia ketahui 2. yang sepantasnya harus ia duga (b). unsur-unsur objektif : 1. Barang siapa 25 Mr. Engelbrecht. M. L., De Wetboeken, Wetten en Verordeningen benevens de Grondwet van 1945 van de Republiek Indonesia, A. W. Sijthoffs Uitgeversmaatschappij N. V., Leiden, 1960, Pasal 287 26 Drs. P.A.F. Lamintang, S. H. dan Theo Lamintang, S. H., Delik-Delik Khusus Kejahatan Melanggar Norma Kesusilaan & Norma Kepatutan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, Halaman. 113

2. mengadakan hubungan kelamin diluar pernikahan 3. wanita yang belum mencapai usia lima belas tahun atau yang belum dapat dinikahi. Diisyaratkan dua unsur subjektif secara bersama-sama yakni unsur yang ia ketahui dan unsur pidana yang sepantasnya harus ia duga di dalam rumusan tindak pidana yang diatur dalam pasal 287 ayat (1) KUHP, orang dapat mengetahui bahwa tindak pidana yang diatur dalam pasal 287 ayat (1) KUHP itu mempunyai unsur subjektif yang proparte dolus dan proparte culpa. Kedua unsur subjektif tersebut meliputi unsur objektif ketiga dari tindak pidana yang diatur dalam pasal 287 ayat (1) KUHP yakni unsur wanita yang belum dapat dinikahi. Pelaku dapat dinyatakan terbukti telah memenuhi unsur-unsur subjektif tersebut, baik penuntut umum maupun hakim harus dapat membuktikan bahwa pelaku memang mengetahui atau setidak-tidaknya dapat menduga bahwa wanita yang mengadakan hubungan kelamin di luar pernikahan dengan dirinya belum mencapai usia lima belas tahun atau belum dapat dinikahi. Pengetahuan atau dugaan pelaku tersebut ternyata tidak dapat dibuktikan di siding pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara pelaku, maka hakim akan memberikan putusan bebas bagi pelaku. 27 Unsur objektif pertama dari tindak pidana yang diatur dalam pasal 287 ayat (1) KUHP ialah unsur barang siapa. 27 Ibid. Hal 114

Kata barang siapa menunjukkan pria, yang apabila pria tersebut memenuhi semua unsur dari tindak pidana yang diatur dalam pasal 287 ayat (1) KUHP, maka ia dapat disebut sebagai pelaku dari tindak pidana tersebut. Unsur subjektif kedua dari tindak pidana yang diatur dalam pasal 287 ayat (1) KUHP ialah unsur mengadakan hubungan kelamin di luar pernikahan. Terpenuhinya unsur ini oleh pelaku, tidaklah cukup jika hanya terjadi persinggungan di luar antara alat kelamin pelaku dengan alat kelamin korban, melainkan harus terjadi persatuan antara alat kelamin pelaku dengan alat kelamin korban, tetapi tidak diisyaratkan keharusan terjadinya ejaculatio seminis. Terjadinya persatuan antara alat kelamin pelaku dengan alat kelamin korban itu saja, belum cukup bagi orang untuk menyatakan pelaku terbukti telah memenuhi unsur objektif kedua dari tindak pidana yang diatur dalam pasal 287 ayat (1) KUHP, karena disamping itu, undang-undang juga mensyaratkan bahwa persatuan antara alat-alat kelamin itu harus terjadi di luar pernikahan atau buiten echt 28. Sesuai yang dimaksud dengan pernikahan di dalam rumusan tindak pidana yang diatur dalam pasal 287 ayat (1) KUHP ialah pernikahan yang sah menurut undang-undang nomor 1 tahun 1974. Pasal 2 dari undang-undang nomor 1 tahun1974 menetukan: 28 Ibid. Halaman. 115

(1). Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. (2). Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku 29. Menurut Prof. Van Bemmelen dan Prof. Van Hattum, ketentuan pidana diatur dalam pasal 287 ayat (1) KUHP telah dibentuk untuk mencegah disalahgunakannya ketidakpengalaman anak-anak atau het misbruik maken van jeugdige onervarenheid oleh orang dewasa. Itulah sebabnya, pembentuk undang-undang telah melarang dilakukannya perbuatan mengadakan hubungan kelamin di luar pernikahan dengan anak-anak yang belum mencapai usia lima belas tahun atau yang belum dapat dinikahi. Secara kebetulan penentuan tentang usia wanita tersebut ternyata sesuai dengan penentuan tentang usia wanita yang belum didizinkan untuk menikah menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1974, karena menurut ketentuan yang diatur dalam pasal 7 ayat (1) undang-undang nomor 1 tahun 1974, perkawinan itu hanya diizinkan jika pria telah mencapai usia 19 tahun dan pihak wanita telah mencapai usia 16 tahun. Diisyaratkan unsur culpa yang oleh undang-undang telah dinyatakan dengan kata-kata van wie hij redelijkerwijs moet vermoeden atau yang sepantasnya harus ia duga di dalam rumusan tindak pidana yang diatur dalam pasal 287 ayat (1) KUHP memang tepat, karena jarang terjadi seorang pelaku dapat mengetahui dengan tepat mengenai usia wanita yang mengadakan hubungan 29 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, pasal 2

kelamin dengan dirinya, kecuali jika wanita tersebut dapat menunjukkan akta identitasnya, misalnya dengan menunjukkan akta kelahirannya atau kartu tanda kependudukannya. Pidana yang diatur dalam pasal 287 ayat (2) KUHP, undang-undang telah menentukan bahwa pelaku dari tindak pidana yang diatur dalam pasal 287 ayat (1) KUHP itu tidak akan dituntut kecuali jika ada pengaduan. Tentang unsur objektif ketiga, bahwa pengaduan seperti yang dimaksudkan di atas tidak perlu ada, jika korban ternyata merupakan seorang wanita yang belum mencapai usia dua belas tahun 30. b. Tindak pidana melakukan tindakan melanggar kesusilaan dengan anaknya sendiri, dengan anak tirinya, dengan anak angkatnya atau dengan seseorang anak dibawah umur yang pengawasannya, pendidikannya atau pengurusannya dipercayakan kepada pelaku itu, oleh pembentuk undang-undang telah diatur dalam pasal 294 KUHP yang rumusan aslinya di dalam bahasa Belanda berbunyi sebagai berikut: (1). Hij, die ontucht pleegt met zijn minderjaring kind, stiefkind of pleegkind, zijn pupil, een aan zijne zorg, opleiding of waakzaamheid teovertrouwden minderjarige, of zijn minderjaringen bediende of ondergeschikte, wordt gestraft met gevangenisstraf van ten hoogste zeven jaren 31. (2). Met dezelfde straf wordt gestraft: 1. de ambtenaar, die ontucht pleegt met een person, die ambtelijk aan hem ondergeschikt is of aan zijne waakzaamheid is toevertrouwd of aanbevolen; 2. de bestuurder, geneeskundige, onderwijzer, beambte opzichter of bediende in ene gevangenis, lands-werkinrichting, opvoedingsgesticht, 30 P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Op.cit, Halaman 119 31 Engelbrecht, Op.cit, pasal 294 Hal. 1344 Pasal 294

weeshuis, ziekenhuis, krankzinningengesticht of instelling van weldadigheid, die ontucht pleegt met een person daarin opgenomen 32. Artinya: (1). Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya yang belum dewasa, anak tiri atau pungutnya, anak peliharaannya, atau dengan seseorang yang belum dewasa yang dipercayakan padanya untuk ditanggung, dididik atau dijaga, atau dengan bujang atau orang sebawahnya yang belum dewasa, dihukum penjara selama-lamannya tujuh tahun. (2). Dengan hukuman yang serupa dihukum: 1. pegawai negeri yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dibawah perintahnya atau dengan orang yang dipercayakan atau diserahkan padanya untuk dijaga. 2. pengurus, tabib, guru, pegawai, mandor atau bujang dalam penjara, rumah tempat melakukan pekerjaan untuk negeri, rumah pendidikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit ingatan atau balai derma, yang melakukan pencabulan dengan orang yang ditempatkan disitu Tindak pidana yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 294 ayat (1) KUHP hanya terdiri atas unsur-unsur objektif, masingmasing yakni: 1. Barangsiapa; 2. Melakukan tindakan-tindakan melanggar cabul/kesusilaan; 33. 32 Ibid. 33 R. Soesilo,Op.cit, Halaman 215-216 (pasal 294)

3. Anak sendiri, anak tiri, anak asuh atau anak angkat yang belum dewasa ataupun anak belum dewasa yang pengurusan, pendidikan, atau penjagaannya dipercayakan pada pelaku; 4. Seorang pembantu atau seorang bawahan yang belum dewasa. Unsur objektif pertama dari tindak pidana yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidanan yang diatur pasal 294 ayat (1) KUHP, yakni unsur barangsiapa menunjukkan orang, yang apabila orang tersebut terbukti memenuhi semua unsur dari tindak pidana yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidanan yang diatur pasal 294 ayat (1) KUHP, maka ia dapat disebut pelaku dari tindak pidana tersebut 34. Unsur objektif kedua dari tindak pidana yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidana yang diatur pasal 294 ayat (1) KUHP ialah unsur melakukan tindakan-tindakan cabul. Menurut Prof. Simons, kata ontucht di dalam rumusan ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 294 ayat (1) KUHP harus diartikan sama dengan kata ontucht di dalam rumusan ketentuan pidana yang diatur pasal-pasal 289 dan 290 KUHP yakni Handelingen, welke het geslachtelijk leven betreffende met wellustige bedoelingen geschieden en het agemene zedelijkheidsgevoel krenken atau tindakan-tindakan yang berkenaan dengan kehidupan seksual, yang dilakukan dengan maksud-maksud untuk mendapatkan kenikmatan secara bertentangan dengan pandangan umum tentang kesusilaan. 34 P.A.F. Lamintang, S. H. dan Theo Lamintang,Op.cit, Halaman 175

Adapun menurut memorie van toelichting, harus pula dimasukkan kedalam pengertian ontuchtige handelingen, yakni perbuatan mengadakan suatu vleselijke gemeenschap atau mengadakan suatu hubungan kelamin atau senggama. Unsur objektif ketiga dari tindak pidana yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidana yang diatur pasal 294 ayat (1) KUHP ialah unsur-unsur anak sendiri, anak tiri, anak asuh atau anak angkat yang belum dewasa ataupun anak belum dewasa yang pengurusannya, pendidikannya atau penjagaannya telah dipercayakan pada pelaku. Menurut hemat penulis pengertian dari anak-anak seperti yang dimaksudkan di atas sudah cukup jelas, sehingga tidak akan dibicarakan lebih lanjut. Unsur objektif keempat dari tindak pidana yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidana yang diatur pasal 294 ayat (1) KUHP ialah unsur pembantu atau seorang bawahannya yang belum dewasa 35. Kata pembantu berasal dari kata bediende, yang artinya pelayan atau pesuruh, sehingga termasuk pula ke dalam pengertiannya yakni pembantu rumah tangga, pelayan tangga, pelayan toko, pesuruh kantor, dan lain-lain. Kata bawahan itu berasal dari kata ondergeschikte yang artinya orang yang membawah, sehingga dapat dimasukkan ke dalam pengertiannya antara lain pekerja, buruh, karyawan, pegawai, dan lain-lain. 35 Ibid, halaman 176

Tindak pidana yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidana yang diatur di dalam ketentuan pidana yang diatur pasal 294 ayat (1) KUHP, hanya terdiri atas unsur-unsur objektif, masing-masing yakni: 1. Pegawai negeri; 2. Melakukan tindakan-tindakan melanggar kesusilaan; 3. Orang yang menurut jabatan merupakan seorang bawahan pelaku atau orang yang penjagaanya telah dipercayakan atau diserahkan kepada pelaku. Unsur objektif pertama dari pihak tindak pidana yang dimaksud di dalam ketentuan pidana yang diatur pasal 294 ayat (2) KUHP ialah ambtenaar atau pegawai negeri. Menurut arrest-arrest hogeraad masing-masing tanggal 30 Januari 1991, W. 9149, 25 Oktober 1915, NJ 1915 halaman 1205, W. 9861 dan tanggal 26 Mei 1919, NJ 1919 halaman 653, W. 10426, yang dimaksudkan dengan pegawai negeri ialah mereka yang diangkat oleh pemerinta untuk melakukan tugas atau sebagian dari tugas Negara atau tugas alat-alat perlengkapannya, dan yang diberikan pekerjaan yang bersifat umum 36. Unsur objektif kedua dari tindak pidana yang dimaksud di dalam ketentuam pidana yang diatur pasal 294 ayat (2) KUHP ialah unsur ontuch plegen atau unsur-unsur melakukan tindakan-tindakan melanggar kesusilaan. Tentang yang dimaksudkan dengan ontucht di dalam ketentuan pidana yang diatur pasal 294 KUHP, dan hubungannya dengan ketentuan pidana yang 36 Drs. P.A.F. Lamintang, S. H., Samosir, S. H., C. Djisman, S. H., Hukum Pidana Indonesia, Cetakan Kedua, 1985, Halaman 16 dan 82

melarang dilakukannya hubungan kelamin di luar pernikahan dengan seorang anak yang belum mencapai usia lima belas tahun seperti yang dimaksudkan dalam pasal 287 KUHP. Unsur objektif ketiga dari tindak pidana yang dimaksudkan di dalam ketentuan pidana yang diatur pasal 294 ayat (2) angka 1 KUHP ialah unsur orang yang menurut jabatan merupakan seorang bawahan pelaku atau orang yang penjagaanya telah dipercayakan atau diserahkan kepada pelaku. Perlu diperhatikan bahwa undang-undabg telah mensyaratkan sebagai unsur objektif ketiga antara lain bahwa orang dengan siapa pegawai negeri itu melakukan tindakan melanggar kesusilaan haruslah merupakan orang yang menurut jabatan harus bawahan pelaku, dan bukan orang yang menurut kepangkatan merupakan bawahan dari pelaku. Sesuai dalam pasal 294 ayat (2) angka 2 KUHP jelas dituliskan bahwa pengurus, tabib, guru, pegawai, mandor atau bujang dalam penjara, rumah tempat melakukan pekerjaan untuk negeri, rumah pendidikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit ingatan atau balai derma, yang melakukan pencabulan dengan orang yang ditempatkan disitu dapat dihukum. B. Peraturan di luar KUHP Di atas telah dituliskan pengaturan tentang perkosaan orang tua tiri terhadap anak dibawah umur sesuai KUHP, namun di luar KUHP juga terdapat 2 pasal diantaranya, yaitu: a. Pasal 81 Undang-undang nomor 23 Tahun 2002, yaitu: (1). Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang

lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). (2). Ketentuan pidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain. b. Pasal 82 Undang-undang nomor 23 Tahun 2002, yaitu: Setiap orang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukukan perbuatan cabul, dipidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahundan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) 37. 37 Undang-Undang nomor 23 tahun 2002,Op.cit, pasal 81 dan 82 Halaman 44