BAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA. dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

RIBA DAN BUNGA BANK Oleh _Leyla Fajri Hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB 5. Prinsip Dasar Bank Syariah. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya aspek hukum Islam yang bukan termasuk kategori

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULULOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN TAKE OVER PADA PERBANKAN SYARIAH (STUDI KASUS TAKE OVER KPR DARI BMI KE BRI SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain disebut muamalat. 1. dibenarkan (syara ). Jual beli pada dasarnya dibolehkan oleh ajaran Islam.

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang membutuhkan modal yang besar tidak mungkin dipenuhi tanpa bantuan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan antara satu sama lain untuk saling tolong menolong karena untuk. sendiri, adakalanya meminta bantuan orang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

FIQH, RIBA, GHARAR. - riba ( ال رب ا ) berarti ziyadah ( ال زي ادة ) yaitu tambahan, bisa juga diartikansebagaikelebihan, atau pertumbuhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagaimana firman Allah Qs. An- Nisa ayat 29 :

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB II LANDASAN TEORI PEAKSANAAN PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari mempunyai keperluan yang bermacam-macam untuk mempertahankan

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen risiko menurutbank Indonesia adalah. serangkaianprosedur dan metode yang digunakanuntuk mengidentifikasi,

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL

BAB II DAN RIBĀ DALAM FIQIH MUAMALAH. yang berarti dia memutuskannya. Qarḍ. masdar yang berarti memutuskan. Qarḍ

BAB I PENDAHULUAN. berupa uang atau barang yang akan dibayarkan diwaktu lain sesuai dengan

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan yang diberikan oleh pemilik

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU PERLINDUNGAN KONSUMEN NOMOR 8 TAHUN 1999 TERHADAP JUAL BELI BARANG REKONDISI

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI ISTISHNA. atas dasar saling merelakan, atau jual beli merupakan pemilikan harta benda

Rikza Maulan Lc., M.Ag.

BAB IV PRAKTIK TRANSAKSI PENUKARAN MATA UANG ASING DI PT VALASINDO SURABAYA DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi merupakan suatu hal yang tidak bisa terlepas dari

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SETATUS UANG MUKA YANG HANGUS DALAM PRAKTEK JUAL BELI ANAKAN BURUNG LOVE PONOROGO

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK AKAD JUAL BELI IKAN NELAYAN (STUDI KASUS DI DESA PANGKALAN KECAMATAN SLUKE KABUPATEN REMBANG)

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI DIRHAM SHIELD DALAM PEMBIAYAAN DIRHAM CARD DI BANK DANAMON SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan masyarakat yaitu apa yang disebut dengan muamalah. Keperluan hidup

RESCHEDULING NASABAH DEFAULT PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JUAL BELI

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

1 Ahmad Faisol Amir, wawancara (Banjarsari, 17 Januari 2014)

BAB IV ANALISIS DATA

BAB III KAJIAN TEORITIS TENTANG AKAD SEWA-MENYEWA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang beraneka ragam kebutuhannya. misalnya: makan, minum, sandang dan sebagainya.

BAB IV. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM dan UU NO.7 TAHUN 2011 TERHADAP PENUKARAN MATA UANG RUSAK

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

BAB V PENUTUP. 1. Akad utang sapi untuk penanaman tembakau berdasarkan ketentuan kreditur

Transkripsi:

BAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA A. Pengertian Jual Beli Sebelum membahas lebih mendalam tentang jual beli, terlebih dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual atau mengganti. Kata al-ba i dalam Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yaitu al-syira (beli). Dengan demikian, kata al-ba i berarti jual sekaligus beli. 1 Sedangkan secara terminologi para ulama memberikan definisi yang berbeda-beda. Dikalangan ulama Hanafi terdapat dua definisi jual beli yaitu, saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu dan tukar menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat. 2 Sebagaimana Allah swt berfirman: Artinya: Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan 1.Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cet. 2, 2010, hlm. 67. 2 M. Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Logung Printika, 2009, hlm. 53. 19

riba. padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. barang siapa mendapat peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya dahulu menjadi miliknya dan urusannya(terserah) kepada Allah. Barang siapa mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal dilamnya 3 Menurut ulama Malikiyah jual beli ada dua macam yaitu jual beli yang bersifat umum dan jual beli bersifat khusus, jual beli dalam arti umum yaitu suatu perikatan tukar-menukar sesuatu yang bukan untuk kemanfaatan dan kenikmatan. Jual beli dalam arti khusus yaitu ikatan saling tukar menukar sesuatu yang bukan untuk dimanfatkan dan bukan pula mempunyai daya tarik, penukarannya bukan emas dan bukan pula perak melainkan benda yang tidak dapat ditangguhkan bukan merupakan utang baik barang itu ada dihadapan pembeli maupun tidak, barang yang sudah diketahui sifat-sifatnya atau sudah diketahui terlebih dahulu. 4 Adapun menurut ulama Malkiyah yang dimaksud dengan jual beli adalah sebagai berikut: a. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang yang dilakukan dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan. b. Pemilikan harta benda dengan jalan tukar menukar yang sesuai denga aturan syara. c. Saling tukar harta, saling menerima, dapat dikelola denga ijab dan kabul, dengan cara yang sesuai dengan syarat. 5 47. 67. 3 Kementrian Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, Jakarta: Syamil Qur an, 2007, hlm. 4 Sohari Sahrani dan Ru fah Abdullah, Fikih Muamalah, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011, hlm. 5 Sohari Sahrani, op.cit, hlm. 66. 20

Sedangkan Pengertian jual beli menurut Sayyiq Sabiq adalah Pertukaran benda dengan benda lain dengan jalan saling meridhai atau memindahkan hak milik disertai penggantinya dengan cara yang dibolehkan. Jual beli menurut Taqiyuddin, adalah: saling menukar harta (barang) oleh dua orang untuk dikelola (ditasharafkan) dengan cara ijab dan qabul sesuai dengan syara. 6 Disyaratkan dalam akad jual beli, adanya ijab dari pihak penjual dan qabul dari pihak pembeli. Hak khiyar bagi pembeli, harga yang disepakati berikut mekanisme pembayarannya. Dalam Islam, akad jual beli yang dilakukan harus dijauhkan dari syubhat, gharar, atau pun riba. 7 Prinsip saling merelakan ( an taradhin) menjadi baik buruk sah atau batalnya perdagangan yang dilakukan oleh manusia. Prinsip tersebut mengacu pada firman Allah. 8 9 Artinya: wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas dasar suka sama suka diantara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisa : 29). 6 Qamarul Huda, Fiqh Muamalah, Yogyakarta, Teras, 2011, hlm. 51 7 Abdul Sami Al-Mishri, Pilar-Pilar Ekonomi Islam, Jakarta: Pustaka Pelajar, 2006, hlm. 103. 8 Moh. Fauzan Januari, Pengantar Hukum Islam dan Pranata Sosial, Bandung: Pustaka Setia, 2013, hlm, 299-300. 83. 9 Kementrian Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, Jakarta: Syamil Qur an, 2007, hlm. 21

Adakalanya seseorang melakukan jual beli karena ada suatu hajat (kebutuhan yang tidak mendesak), baik itu berhubungan dengan kebutuhan keagamaan maupun kebutuhan duniawi yang tidak mendesak. Misalnya, seseorang yang sudah mempunyai pakaian membutuhkan untuk membeli pakaian lagi karena datangnya cuaca dingin. Sedangkan jual beli yang bertujuan untuk memperoleh kesenangan adalah jual beli terhadap segala sesuatu yang dihalalkan oleh Allah tanpa adanya dorongan kebutuhan darurat maupun hajat. Maka hal ini termasuk menikmati karunia Allah dengan cara mubah. Diantara hikmah dihalalkannya jual beli bagi umat manusia adalah untuk menghilangkan kesulitan umat manusia, memenuhi kebutuhannya dan menyempurnakan nikmat yang diperolehnya. 10 B. Rukun dan Syarat Jual Beli Jual beli merupakan suatu akad dan dipandang sah apabila telah memenuhi rukun dan syarat jual beli. 11 Rukun Jual beli ada tiga yaitu, 1. Akad (ijab kabul) yaitu, ijab adalah perkataan penjual misalnya saya jual barang ini sekian. Sedangkan kabul adalah ucapan pembeli misalnya saya terima dengan harga sekian. 2. Orang-orang yang berakad ( penjual dan pembeli) yaitu, berakal agar tidak tertipu. 3. Ada barang yang dibeli. 4. Ma kud alaih ( objek akad). 12 Syarat-syarat jual beli yaitu: 10 Syekh Abdurrahman dkk, Fiqih Jual Beli, Jakarta Selatan: Senayan Publishing, 2008, hlm. 260. 11 Ali Hasan, ibid., hlm. 118-119. 12 Hendi xxsuhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010, hlm. 71 22

1. Syarat yang berkaitan dengan pihak-pihak pelaku yakni akil baligh serta kemampuan memiliki. 2. Syarat yang berkaitan dengan objek jual beli, objek jual beli harus suci, bermanfaat, bisa diserah terimakan dan merupakan milik penuh penjual. 3. Syarat yang berkaitan dengan shighat akad, yaitu ijab dan kabul dilakukan dalam satu majlis, artinya antar penjual dan pembeli. 13 C. Pengertian Kredit Kredit secara etimologi, kata kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu Cradere yang berarti kepercayaan. Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. 14 Sedangkan kredit secara terminologi bukan hal yang asing lagi dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Berbagai macam transaksi sudah banyak dijumpai seperti jual beli barang dengan cara kreditan. Jual beli tersebut tidak dilakukan secara tunai (kontan), tetapi pembayaran harga barang dilakukan dengan angsuran. 15 Menurut undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 (pasal 21 ayat11) kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 16 13 M. Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009, hlm. 58. 14 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT Grafindo Persada, 2012, hlm. 112. 15 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009, hlm. 152. 16 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: PT Raja Grafindo, 2012, hlm. 85. 23

D. Jenis-jenis Kredit Jenis-jenis kredit secara umum dibagi menjadi 2 jenis kredit yang diberikan kepada para masyrakat, yaitu: 1. Kredit ditinjau dari segi tujuan penggunaannya dapat berupa: a. Kredit Produktif yaitu kredit yang diberikan kepada usaha-usaha yang menghasilkan barang b. Kredit Konsumtif yaitu kredit yang diberikan kepada orang perorangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat umumnya. 2. Kredit ditinjau dari jangka waktunya: a. Kredit jangka pendek yaitu kredit yang diberikan dengan tidak melebihi jangka waktu 1 tahun. b. Kredit jangka menengah yaitu kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari 1 tahun tetapi tidak lebih dari 3 tahun. c. kredit jangka panjang yaitu kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari 3 tahun. 17 E. Unsur-unsur Kredit Dalam kata kredit mengandung berbagai maksud atau dengan kata lain dalam kata kredit terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu. 18 Sehingga jika berbicara kredit, maka termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung didadalamnya sebagai berikut: 1. Kepercayaan. Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa) benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. 17 Stewart Fenwick, Paduan Bantuan Hukum Indonesia, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, cet. Ke 2, 2007, hal. 132. 18 Kasmir, op.cit., hlm. 114 24

2. Kesepakatan. Kesepakatan antar pemberi kredit dengan si penerima kredit. 3. Jangka waktu. Jangka waktu mempunyai jangka waktu mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. 4. Risiko. Risiko akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu kredit. 5. Balas jasa. Balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Balas jasa yang dimaksud yaitu dikenal dengan nama bunga. 19 F. Riba 1. Pengertian Menurut terminologi, riba berarti menambahkan beban kepada pihak yang berhutang atau menambahkan takaran saat melakukan tukar menukar 6 golongan (emas, perak, gandum, kurma dan garam) dengan jenis yang sama, atau tukar menukar emas dengan perak dan makanan dengan makanan dengan cara tidak tunai. 20 Menurut etimologi, riba memiliki beberapa pengertian yaitu: Bertambah يا دة),(الز karena salah satu perbuatan riba adalah meminta,(الن ام) tambahan dari sesuatu yang dihutangkan, Berkembang, berbunga karena salah satu perbuatan riba adalah membungakan harta uang atau 19 Kasmir., ibid. hlm. 115. 20 Erwandi Tarmizi, Harta Haram Muamalat Kontemporer, Bogor: P.T. Berkat Mulia Insani, 2012, hlm. 335. 25

yang lainnya yang dipinjamkan kepada orang lain, Berlebihan atau menggelembung. 21 Sebagaimana firman Allah: 22 Artinya: Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.(al-baqarah: 279). 2. Macam-macam Riba Menurut Ibn al-jauziyah dalam kitab i lam al-muwaqi in an Rab al- Alamin riba dibagi menjadi dua bagian, riba jail dan riba khafi. Riba jail sama dengan riba nasi ah dan riba khafi merupakan jalan yang menyampaikan kepada riba jail. Riba Fadli ialah berlebih salah satu dari dua pertukaran yang diperjualbelikan. Bila yang diperjualbelikan sejenis, berlebih timbangannya pada barang-barangyang ditimbang, berlebih takarannya pada barang-barang yang ditakar, dan berlebih ukurannya pada barang-barang yang diukur. 23 Para ahli hukum Islam terdapat perbedaan pendapat tentang pembagia riba. namun pada umumnya, praktek riba terjadi dalam akad utang piutang 21 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010, hlm. 57. 22 Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, Jakarta: Syamil Qur an, 2007, hlm. 47. 23 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2010, hlm. 61. 26

seperti riba Qard dan riba jahiliyah, sedangkan termasuk riba jual beli seperti riba fadhl dan riba nasi ah. Macam-macam riba: a. Riba Qardh yaitu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang dipersyaratkan dalam utang. Dasar hukum larangan riba ini sama dengan riba jahiliyah. b. Riba jahiliyah yaitu pengembalian utang melebihi pokoknya setelah peminjam tidak mampu melunasi pada waktu yang ditentukan. c. Riba nasi ah yaitu riba yang terjadi karena adanya kompensasi atas penundaan pembayaran. d. Riba fadhal yaitu riba yang timbul akibat pertukaran barang ribawi yang sejenis, namun dengan kadar dan takaran yang berbeda baik ditinjau dari segi kualitas (mutu), jumlah, dan penyerahan yang tidak dilakukan secara tunai. 24 24 Burhanuddin, op.cit, hlm. 42. 27