Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian ini merupakan urutan kegiatan yang ditempuh

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARYA ILMIAH MAHASISWA PGSD SEMESTER I MELALUI DRILL METHOD

Tabel. 1. Empat Jenis Keterampilan Berbahasa

DAFTAR PUSTAKA. Arends, I. R. (2007). Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

BAB I PENDAHULUAN. mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah.

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat memahami apa yang disampaikan. Pesan tersebut dapat berisi

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BESITANG TAHUN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci: menulis, paragraf argumentasi, student teams achievement division

NASKAH PUBLIKASI. Oleh: YULIA FATMAWATI A

KATA PENGANTAR. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan menulis

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd.

BAB III METODE PENELITIAN. subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa

BAB I PENDAHULUAN. dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa tersebut mempunyai. hubungan yang erat satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

PENERAPAN METODE EXAMPLES NONEXAMPLES DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PETUNJUK

KEEFEKTIFAN METODE BERBASIS PENGALAMAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN PADA SISWA KELAS X SMA ISLAM YMI WONOPRINGGO

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan secara khusus adalah mampu menguasai empat aspek

2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

Maryetta Evi Hariati: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 0

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (Quasi Experimental

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, yakni metode

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

Oleh Era Oktarina Sianturi Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

ARTIKEL. Oleh Frisnawati Siburian NIM Dosen Pembimbing Skripsi, Mara Untung Ritonga, M.Hum., Ph.D.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ESKPLANASI SISWA KELAS XI SMA SWASTA BUDISATRYA MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah. kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir.

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN TEKNIK THIK- TALK-WRITE (TTW) Oleh: Usep Kuswari. Teknik TTW diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin

Pengaruh Model Pembelajaran Koperatif Tipe Think Talk Write Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Penalaran Matematis

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bangunrejo. Populasi yang diteliti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE TERHADAP HASIL BELAJAR MENULIS KARANGAN DESKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MENULIS TEKS DESKRIPTIF DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK AND WRITE

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penggunaan bahasa dalam interaksi sosial. Menulis digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai bahasa pemersatu bangsa serta memiliki peranan yang penting

Oleh Try Annisa Lestari ABSTRAK

ISSN Heri Sutarno Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN TTW

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PADA TIAP PARAGRAF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Raysha Amanda, 2014

Kata kunci: Metode Discovery, Metode Problem Solving, Kemampuan Berpikir Kritis

2015 KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI &DESKRIPSI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN. treatment yang diuji yaitu pembelajaran aktif dengan metode peer lesson terhadap

Istarani (2012 : 87), memaparkan pendapatnya mengenai keunggulan model pembelajaran Group Investigation, yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan eksperimen.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan menguraikan hasil penelitian pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mampu menjadi mampu dan dari keadaan tidak memiliki keterampilan. pada peserta didik yang memiliki manfaat sesuai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh: Niken Larasati, Karlimah, Yusuf Suryana ABSTRAK

Nama : Aris Jatnika Sujana NIM :

Multiati¹, Dadan Djuanda², Julia³

BAB III METODE PENELITIAN

Ulfah Khamidah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia. Kata-kata kunci: efektivitas, teknik, media, kompetensi, teks cerita petualangan

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

PERBANDINGAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW DAN NHT

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

Evi Rufaidah SMAN 1 Waru Pamekasan. dengan menggunakan Teknik TTW siswa kelas X SMA Negeri 1 Waru Pamekasan tahun

IMPLEMENTASI STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA KELAS VIII SMP 1 KARAWANG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dengan pendekatan saintifik berbasis Problem Based

PERBANDINGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA Negeri 6 Sigi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB III METODE PENELITIAN. matematika dengan pendekatan saintifik melalui model kooperatif tipe NHT

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

KEEFEKTIFAN MEDIA FOTO JURNALISTIK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTATIF

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sehubungan dengan penelitian yang dilakukan supaya memenuhi syarat-syarat

SKRIPSI. Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan. Gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar. Oleh SITI JULAEHA NIM A.

Transkripsi:

MODEL KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE(TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DAN BERPIKIR KRITIS ABSTRAK Oleh: Zulkarnaini Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya keterampilan menulis karangan deskripsi di kalangan siswa, keterbatasan berpikir kritis mengorganisasikan isi secara sistematis dan model pembelajaran menulis tidak berorientasi terhadap siswa. Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran model kooperatif tipe think talk write menjadi alternatif peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif terutama pada keterampilan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis untuk meraih prestasi yang optimal. Oleh karena itu, Keberhasilan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis siswa tidak terlepas dari pada kemampuan guru mengembangkan model pembelajaran kooperatif berorientasi terhadap siswa. Kata Kunci: Model Kooperatif Tipe Think Talk Write, Menulis Karangan Deskripsi, Bepikir Kritis. PENDAHULUAN Pembelajaran bahasa di sekolah dasar merupakan kegiatan membekali siswa sejak awal secara berkesinambungan agar siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa. Pada hakikatnya, belajar disiplin dalam berpikir sangat erat hubungan dengan pengembangan aspek logika dan disiplin berbahasa mengacu pada pengembangan aspek linguistik. Resmini dan Juanda (2008:115) bahwa aspek logika berhubungan dengan isi dan pengorganisasiannya secara logis, dan aspek linguistik berhubungan dengan penyampaian ide secara tertulis melalui kaidah tata bahasa dan ejaan. Pengembangan aspek logika menggiring siswa belajar tentang isi dan pengorganisasian isi secara tertulis. Sarana untuk mewujudkan gagasan secara jelas pada aspek logika adalah bahasa. Pengorganisasian isi melalui bahasa akan dimengerti pembaca bila disampaikan dalam bahasa yang teratur, sistematis, sederhana, dan mudah dimengerti. Keterampilan disiplin berpikir dalam pengorganisasian isi melalui bahasa harus dilatih oleh guru bahasa Indonesia kepada siswanya. Pengembangan aspek linguistik memberikan bekal dasar terhadap siswa menguasai kaidah tata bahasa dan ejaan yang berlaku dan dapat disosialisasi dalam kehidupan masyarakat sebagai pengguna bahasa. Pengguna bahasa yang baik di suatu tempat sangat dituntut memiliki pengetahuan tentang aspek tersebut sebagai sarana komunikasi secara efektif dan efisien. Melalui kegemaran menulis, siswa di sekolah dasar dapat memperkaya khasanah pengetahuan dan pengalaman menggunakan bahasa tulisan sesuai etika yang berlaku. Dengan ketekunan siswa berlatih keterampilan menulis semakin membekalinya pengalaman dan pengetahuan di bidang penggunaan ejaan, ketepatan pemilihan kata, struktur 144 ISSN 1412-565X

kata yang benar, kalimat yang tepat dan jelas bagi pembaca serta kesatuan kalimat dan kepaduan antar kalimat dalam paragraf. Tarigan (2008:4) mengatakan bahwa keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan praktik yang banyak dan teratur. Kemampuan menulis setiap siswa tidak dapat diperoleh secara alamiah atau diwarisi dari leluhurnya, namun setiap siswa perlu dilatih dan dipelajari secara sungguh-sungguh sejak dini sebagai bekal pendidikan lanjutan. Sitaresmi (2010:1) mengatakan bahwa menulis merupakan kegiatan yang sifatnya berkelanjutan sehingga pembelajarannya perlu dilakukan sejak awal di SD secara berkesinambungan sebagai bekal belajar menulis di tingkat selanjutnya. Dengan demikian, aktivitas menulis menjadi suatu keterampilan berbahasa yang dibutuhkan perhatian sungguh-sungguh. Ini karena, kegiatan menulis sangat sulit dikuasai bagi siswa. Kesulitan siswa pada kegiatan menulis bukanlah penggunaan ejaan, ketepatan pemilihan kata, kalimat yang tepat melainkan pengembangan gagasan dalam kesatuan kalimat atau kepaduan antar kalimat dalam paragraf yang mencerminkan berpikir secara teratur dalam tulisan dan mudah dimengerti pembaca. Sebagaimana dikemukakan oleh Cahyani dan Hodijah (2007:10) bahwa: keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling rumit karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan mengungkapkan pikiran-pikiran dalam suatu tulisan yang teratur. Berdasarkan pernyataan di atas, keterampilan menulis karangan deskripsi telah diajarkan di sekolah dasar, tetapi hasil karangan siswa teridentifikasi beberapa masalah berkaitan dengan pembelajaran menulis. Adapun masalah tersebut adalah sebagai berikut. 1. Keterbatasan Pengetahuan Menggunakan Ejaan Kegiatan menulis adalah suatu proses menurunkan lambang-lambang grafis dan aktivitas melahirkan gagasan, pikiran, perasaan, kepada pembaca melalui media bahasa berupa tulisan. Tulisan yang baik dapat dimengerti dan dipahami isi gagasan atau buah pikiran kepada pembaca. Suatu tulisan yang dapat menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaan kepada pembaca adalah ketepatan seseorang menggunakan ejaan dan pungtuasi (tanda baca). Akhadiah (1988:179-180) berpendapat bahwa kemampuan dalam menerapkan ejaan dan pungtuasi sangat dituntut dalam tulis-menulis karena ejaan dan pungtuasi diperlukan untuk memperjelas gagasan atau pesan. Bukti hasil observasi langsung di sekolah dasar menunjukkan penguasaan ejaan dalam menulis masih rendah. Hasil observasi 20 orang siswa yang dilakukan oleh Djuanda (2010:3) mengatakan bahwa seluruh siswa dalam karangannya menggunakan ejaan yang kurang baik dan 95% siswa terdapat banyak penyimpangan dan merusak bahasa yang ditulisnya. Penggunaan ejaan dalam menulis merupakan faktor yang terpenting dikuasai siswa di sekolah dasar. Pemakaian ejaan dalam menulis yang tepat dapat melahirkan gagasan, pikiran dan 145 ISSN 1412-565X

perasaan yang sama tepatnya kepada pembaca seperti yang dipikirkan penulis. Akan tetapi, bila pemakaian ejaan yang tidak tepat menimbulkan pemikiran yang tidak jelas dan sulit dimengerti pembaca. 2. Keterbatasan Berpikir Kritis Mengorganisasi Isi Secara Sistematis Berpikir kritis merupakan faktor penentu keberhasilan dalam menulis karangan deskripsi dengan urutan pengorganisasian isi yang logis, jelas dan tegas. diungkapkan oleh Cahyani dan Hodijah (2007:10) bahwa: Sebagaimana keterampilan menulis merupakan keterampilan yang paling rumit karena menulis bukanlah sekadar menyalin kata-kata dan kalimat-kalimat, melainkan juga mengembangkan dan mengungkapkan pikiran-pikiran dalam suatu tulisan yang teratur. Kemampuan mengungkapkan gagasan secara sistematis atau logis merupakan suatu karangan memiliki kesesuaian penggunaan kata-kata dalam kalimat, kesatuan kalimat dalam paragraf dan hubungan antar paragraf membicarakan satu pokok pemikiran saja. Tarigan (2008:22-23) mengatakan bahwa belajar menulis adalah belajar berpikir mendalam (berpikir kritis) dengan cara penemuan/pengalaman, penyusunan urutan pengalaman, dan ketepatan pemilihan kata. Oleh karena itu, kegiatan menulis menuntut keterlibatan penulis berpikir mendalam menemukan masalah yang disampaikan berupa gagasan kepada pembaca dengan penataan dan penyusunan tulisan atau karangan yang padu agar pemikiran pembaca sama tepatnya dengan penulis. 3. Model Pembelajaran Menulis Tidak Berorientasi Terhadap Siswa Proses pembelajaran menulis tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang inovatif. Model pembelajaran menulis yang inovatif meningkatkan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam pembelajaran. Djuanda (2006:301) mengatakan bahwa pengembangan pembelajaran menulis di SD pada dasarnya merupakan peningkatan pencapaian hasil pembelajaran menulis di SD melalui model- model pembelajaran yang lebih inovatif. Kecermatan guru menentukan model-model pembelajaran inovatif, siswa dapat belajar aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar dan prestasi yang optimal. Namun, proses pembelajaran menulis selama ini belum ditangani dengan model pembelajaran yang inovatif di sekolah dasar. Hasil kajian Programme for International Students Assessment tahun 2003 menunjukkan bahwa kemahiran menulis para pelajar Indonesia menduduki peringkat ke-39 daripada 42 negara yang dijadikan sampel kajian literasi (Hartati, 2010:3). Hal ini menunjukkan bahwa bekal menulis siswa di sekolah dasar belum ditangani dengan model pembelajaran inovatif yang baik. Alasannya, model pembelajaran inovatif yang baik dapat memberikan hasil belajar dan prestasi siswa yang optimal. senada dengan pendapat Aunurrahman (2009:140) bahwa pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran 146 ISSN 1412-565X

memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, Model-model pembelajaran menulis yang inovatif bukan sekedar memberikan peluang menguangkan ide-ide ke dalam tulisannya, namun model pembelajaran yang baik dapat meningkatkan intensitas keterlibatan siswa secara aktif di dalam proses pembelajaran. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana rancangan model kooperatif tipe think talk write dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa kelas IV SDN Sukajadi 9?; (2) Bagaimana proses pembelajaran model kooperatif tipe think talk write terhadap penguasaan berpikir kritis siswa kelas IV SDN Sukajadi 9?; dan (3) Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan menulis karangan deskripsi antara siswa yang mengikuti pembelajaran model kooperatif tipe think talk write dengan siswa yang mengikuti pembelajaran model konvensional? Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dampak positif bagi siswa selama pembelajaran menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis dalam pengorganisasian isi karangan. Selanjutnya manfaat penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi para pendidik sebagai alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi eksperimen (matching pretest-posttest control Group Desain) yang diadopsi dari Sukmadinata (2005: 207). Adapun model desainnya adalah sebagai berikut: Kelompok Prates Perlakuan Pascates Pasangan A (KE) 01 X 02 Pasangan B (KK) 03 04 Ket : 01 = Prates kelas eksperimen 03 = Prates kelas kontrol 02 = Pascates kelas eksperimen 04 = Pascates kelas kontrol X = Perlakuan Model pembelajaran kooperatif tipe Think Talk-Write (TTW) untuk kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol dengan pembelajaran biasa. Penelitian ini menggunakan dua macam teknik pengumpulan data yaitu tes subjektif (uraian) dan lembaran observasi. Kedua teknik pengumpulan data ini dapat memperoleh data yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan sebagai alat ukur dalam melaksanakan suatu penelitian. Tes uraian digunakan untuk mengukur kemampuan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis. Lembaran observasi untuk mengukur aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran menggunakan Rating scala. 147 ISSN 1412-565X

Berdasarkan hasil teknik pengumpulan data tersebut, data diawali dengan analisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda setiap butir soal tes penelitian untuk menguji kelayakan tes uraian setelah penimbangan dari para ahli. Kemudian, hasil skor prates dan pascates baik karangan deskripsi maupun berpikir kritis di analisis menggunakan bantuan SPSS 17 for Windows dengan menguji normalitas one Sample Kolmonogorov-Smirnov Test, homogenitas statistik Levene s Test dan uji t beda rata-rata statistik Compare Mean Independent Test untuk membandingkan perbedaan dua rata-rata. Apabila data berdistribusi tidak normal maka dipakai uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney. Pengujian peningkatan kemampuan menulis dan berpikir kritis menggunakan uji N-Gain. Ketentuan N-Gain dapat diklasifikasikan sebagai berikut (a) jika g 0,7, maka N-Gain yang dihasilkan kategori tinggi, (b) jika 0,7 > g 0,3 maka N-Gain termasuk kategori sedang, dan (c) jika g< 0,03, maka N-Gain termasuk kategori rendah. KAJIAN PUSTAKA a. Karangan Deskripsi Rangkaian kegiatan penulis mengungkapkan gagasan dan memberikan suatu gambaran tentang satu peristiwa atau rincian tentang suatu objek dari pengalaman pancaindranya disampaikan melalui bahasa tulis supaya pembaca ikut serta ambil bagian seperti apa yang dialaminya. Senada dengan hal itu, Gie (1995:18) mengatakan bahwa karangan deskripsi adalah bentuk pengungkapan yang menggambarkan berbagai cerapan pengarang dengan segenap indranya yang bermaksud menimbulkan citra yang sama dari diri pembaca. Selain itu, penulisan karangan deskripsi untuk menarik para pembaca, penulis dalam mendesain daya pemikat perlu memperhatikan langkah-langkah penyusun karangan deskripsi agar tujuan dan maksud tersampaikan kepada pembaca. (1) Menentukan apa yang akan dideskripsikan, (2) Merumuskan tujuan pendeskripsian, (3) Menetapkan tujuan pendeskripsian, (4) Merinci dan menyistematiskan hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan (Soleha, 2009:68). Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa karangan deskripsi adalah berusaha semaksimal mungkin untuk membeberkan perincian sesuatu hal yang diangkat sebagai topik pembicaraan dari hasil penginderaan penulis dengan merumuskan objek yang dijadikan sumber. b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW) Pertama pada fase think, siswa di minta membaca, membuat catatan kecil secara individual dari apa yang diketahui atau tidak diketahui untuk dibawa pada forum diskusi di fase talk. Selanjutnya fase talk, siswa membentuk kelompok 3-5 tiap anggota kelompok yang heterogen untuk membahasa catatan kecil serta perubahan struktur kognitif dalam berpikir menyelesaikan masalah. Akhirnya fase write, siswa diminta secara individual mengonstruksi 148 ISSN 1412-565X

pengetahuannya untuk menyelesaikan LKS melalui tulisan berdasarkan wawasan yang diperoleh dari diskusi catatan kecil dalam kelompok sebelumnya, sebagaimana dikemukakan oleh Martunis (2008:84) bahwa: model pembelajaran think talk write beranggotakan 3-5 orang secara heterogen dalam kemampuan dengan melibatkan siswa berpikir atau berdiskusi dengan dirinya sendiri setelah membaca, selanjutnya berbicara dan membagi ide (shering) dengan temannya sebelum menulis. Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota dalam kelompoknya. c. Berpikir Kritis mengorganisasi isi karangan deskripsi Proses belajar merupakan proses mencari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi sosial antara individu dengan menyesuaikan diri melalui lingkungan yang kondusif supaya terbentuk pengetahuan berpikir. Setiap individu dapat membangun pemahaman dengan mencari kejelasan, bersikap kritis dalam mengevaluasi permasalahan dalam struktur kognitif yang dimilikinya, sebagaimana diungkapkan oleh Sanjaya (2009:219) bahwa: pembelajaran mengharuskan pembentukan keterampilan mental berpikir kritis dan kreatif (teaching of thinking), upaya menciptakan lingkungan belajar kondusif untuk menciptakan suasana keterbukaan yang demokratis (teaching for thinking) dan upaya membantu siswa lebih sadar terhadap proses berpikir (teaching about thinking. Oleh karena itu, berpikir kritis dalam proses pembelajaran pembelajaran menulis merupakan upaya siswa memotivasi diri dari faktor intrinsik dan ekstrinsik ketika menghadapi suatu permasalahan yang diselesaikan melalui berpikir dangkal. Penyelesaian masalah melibatkan rasa ingin tahu dalam diri siswa tentang sesuatu hal yang belum diketahuinya dengan mengajukan pertanyaan untuk mencari bukti yang konkret dan berdiskusi. Santrock (2007:295) mengatakan bahwa berpikir kritis melibatkan cara berpikir intropektif dengan mengajukan pertanyaan mengapa, bagaimana untuk mendukung suatu fakta dan produktif serta mengevaluasi kejadian. Hal ini dapat diuraikan antara lain: (1) memberikan penjelasan sederhana; mengidentifikasi, menganalisis, dan memberikan penjelasan objek yang dideskripsikan, (2) membangun keterampilan dasar melukiskan objek sesuai keadaan sebenarnya, (3) kesimpulan; melukiskan satu pemikiran dari yang global ke paling rinci urutannya dalam pengorganisasi isi tulisan, (4) membuat penjelasan lanjut; mendefinisi istilah sesuai objek, mengidentifikasi hal relevan dengan objek, dan (5) strategi dan taktik; memutuskan tindakan, berinteraksi dengan orang lain untuk kepaduan dan keutuhan isi karangan sesuai tata bahasa dan ejaan. 149 ISSN 1412-565X

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perancangan model kooperatif tipe think talk write dari Yamin dan Ansari pada tahun 2008 dengan mengombinasikan gambar dan berpikir kritis. Siswa dituntut keterlibatan langsung berpikir kritis dalam mengorganisasikan isi karangan secara sistematis urutan gagasannya. Ururutan gagasan yang sistematis terbentuk melalui proses asimilasi dan akomodasi sesuai tiori Piaget. Proses asimilasi siswa terbentuk melalui situasi masalah selama pembelajaran yaitu penyajian gambar pada LKS di fase think untuk membaca memahami gambar dan menulis catatan kecil. Kemudian, proses akomodasi terbentuk susunan struktur kognitif baru karena adanya pengetahuan baru atau informasi baru melalui diskusi membahas catatan kecil pada fase talk. Adanya proses asimilasi dan akomodasi ini, terjadilah keseimbangan tingkat intelektual siswa yang lebih tinggi pada fase write untuk menuangkan gagasan secara keutuhan, kesatuan dan kelengkapan bacaan dalam tulisannya. Kegiatan Pendahuluan; Ucapan salam. Berdoa. Guru Memberi Arahan; Penjelasan model TTW. Penjelasan indikator. Penjelasan langkah menulis Deskripsi Situasi Masalah dengan berpikir kritis; Presentasi gambar. Membangun skemata siswa melalui pertanyaan. Siswa indentifikasi objek pada gambar. Kegiatan Inti Think; membangun keterampilan dasar berpikir kritis Siswa menerima LKS berisikan yang sama gambar dengan presentasi dari guru. Siswa membaca petunjuk. Siswa membuat catatan secara individual. Melukiskan objek sesuai gambar (kredibilitas suatu sumber). Talk; mebuat kesimpulan Siswa membentuk kelompok belajar. Siswa berinteraksi dalam kelompok membahas isi catatan kecil. Siswa menyimpulkan kerangka karangan deskripsi. Write; membuat penjelasan lanjut dan strategi dan taktik Siswa mereduksi hasil dari Think dan Talk secara individual. Siswa mengembangkan kerangka karangan deskripsi. Siswa melukiskan suasana hati rincian objek pada gambar. Siswa mereview dan merivisi kesalahan penulisan. Siswa berinteraksi guru, jika terdapat kesulitan dalam menulis karangan deskripsi. Siswa perwakilan kelompok mempresentasikan hasil karangannya di depan kelas. Dimodifikasikan model pembelajaran dari Yamin dan Ansari (2008:89) Kegiatan Penutup; Guru memberikan penguatan tentang karangan deskripsi. Guru merefleksi langkah penyusunan karangan deskripsi. Guru mengahiri dengan salam. 150 ISSN 1412-565X

Berdasarkan hasil rancangan di atas, kegiatan guru dengan model kooperatif tipe think talk write memperoleh skor 91 dengan kriterium sangat baik. Sedangkan aktivitas siswa selama pembelajaran ini memperoleh skor 93, berada pada kriterium sangat baik. Oleh karena itu, model kooperatif tipe think talk write sudah terarah dan terencana secara efektif untuk meningkatkan intensitas keterlibatan siswa belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meningkatkan hasil belajar. Hasil uji beda rata-rata prates kemampuan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis kelas eksperimen dan kelas control memperoleh t hitung 1,000 lebih besar dari taraf signifikan 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kedua kelas memiliki kemampuan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis yang relatif sama sebelum pembelajaran. Sementara itu, kedua kelas penelitian ini memiliki skor kemampuan menulis karangan deskripsi rata-rata prates sebesar 30,33. Sedangkan, skor rata-rata pascates kelas eksperimen sebesar 63,13 dan kelas kontrol memperoleh skori rata-rata sebesar 42,43. Selain itu, selisih rata-rata skor prates dengan pascates sebesar 32,80 sehingga peningkatan skor N-Gain kemampuan menulis karangan deskripsi sebesar 0,469, termasuk ke dalam kategori sedang. Sedangkan, selisih rata-rata skor prates dengan skor pascates sebesar 12,10 sehingga peningkatan N-Gain sebesar 0,170 termasuk dalam kategori rendah. Oleh karena itu, setelah pengujian rata-rata skor pascates kemampuan menulis karangan deskripsi kedua kelas memperoleh nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari nilai signifikan alpha (α) =0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe think talk write sebagai alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi. Selanjutnya, kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki nilai rata-rata prates kemampuan berpikir kritis sebesar 30,57. Sedangkan, skor rata-rata pascates kelas eksperimen sebesar 60,60 dan kelas kontrol sebesar 39,43. Selain itu, selisih rata-rata skor prates dengan pascates kelas eksperimen sebesar 30,03 sehingga skor rata-rata N-Gain 0,429, termasuk ke dalam kategori sedang. Sedangakan selisih rata-rata skor prates dengan pascates kelas kontrol sebesar 8,87 sehingga skor rata-rata N-Gain 0,125, termasuk dalam kategori rendah. Oleh karena itu, setelah pengujian rata-rata skor pascates kemampuan berpikir kritis kedua kelas memperoleh nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari nilai signifikan alpha (α) =0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model kooperatif tipe think talk write sebagai alternatif model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam mengorganiasaikan isi secara sistematis pada keterampilan menulis karangan deskripsi. SIMPULAN Berdasarkan hasil penerapan model kooperatif tipe think talk write memperoleh dampak positif terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis siswa. Pembelajaran menulis karangan deskripsi dan berpikir menggunakan model ini lebih meningkat prestasinya 151 ISSN 1412-565X

daripada model pembelajaran biasa di sekolah dasar. Keterkaitan pembelajaran menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis berjalan sangat kondusif. Hal ini terlihat dengan adanya keterlibatan siswa secara aktif dan kreatif yang semakin lama semakin baik selama pembelajaran, sehingga memungkinkan peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi dan berpikir kritis untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal. Saran Berdasarkan pada hasil penelitian ini, diharapkan kepada guru untuk menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe think talk write ini sebagai salah satu alternatif model pembelajaran di sekolah dasar dan berusaha untuk menerapkannya pada masa-masa yang akan datang, baik pada pembelajaran bahasa Indonesia maupun pada mata pelajaran lainnya. Namun, sebelumnya guru perlu memperhatikan dan mempertimbangkan karakteristik materi yang harus dikuasai oleh siswa serta disesuaikan perkembangan siswa. DAFTAR PUSTAKA Akhadiah, S. et al. (1988). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Cahyani, I dan Hojidah. (2007). Kemampuan Berbahasa di Sekolah Dasar. Bandung. UPI Press. Djuanda, D. (2010). Strategi Pembelajaran Menulis dengan Model Proses Menulis dan Penilaian Portofolio di Kelas V SDN Sindangraja Kabupaten Sumedang. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/ai.php?dir=direktori/ C%20%20FPBS/JUR.%20PEND.%20BHS.%20DAN%20SASTRA%20INDONESI A/ Djuanda, D. (2006). Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI Press. Gie, L.T. (1992). Pengantar Dunia Karang Mengarang.Yogyakarta: Liberty. Hartati, T. (2010). Penerapan Pendekatan Conferencing dalam Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/ai.php?dir=direktori/c%20-20fpbs/jur.%20pend. %20BHS.%20DAN%20SASTRA%20INDONESIA/. Resmini, N dan Juanda, D. (2008). Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung: UPI Press 2003. Hal 172-196. Rofiuddin, A. (2003). Faktor Kreativitas dalam Kemampuan Membaca dan Menulis Siswa Sekolah Dasar. Artikel. Bahasa dan Seni Tahun 31. No. 2, Agustus. Sanjaya, W. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana. Sitaresmi, N. (2010). Model Pembelajaran Deskripsi. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/ai.php?dir=direktori/c%20-%20fpbs/jur.%20 PEND. 152 ISSN 1412-565X

%20BHS.%20DAN%20SASTRA%20INDONESIA/. Edisi Khusus No. 2, Agustus 2011 Santrock,W. J. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga. Sukmadinata, S. N. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Soleha, Y. S. (2009). Pembelajaran Menulis Deskripsi Dengan Menggunakan Teknik Pemandangan Indah Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Percobaan (SDNP) Cileunyi Kabupaten Bandung. Bandung: Tesis SPs UPI. tidak diterbitkan. Tarigan, H. G. (2008). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Yamin, M dan Ansari, B. I. 2008. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individu Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press BIODATA SINGKAT Penulis adalah Mahasiswa S2 Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia 153 ISSN 1412-565X