Oleh : Iskandar Z. Siregar

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : Iskandar Z. Siregar

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

TANAMAN HUTAN. Oleh : Sri Wilarso Budi R. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

Jenis prioritas Mendukung Keunggulan lokal/daerah

Suatu unit dalam. embryo sac. (kantong embrio) yang berkembang setelah terjadi pembuahan. Terdiri dari : ~ Kulit biji ~ Cadangan makanan dan ~ Embrio

Oleh : Sri Wilarso Budi R

Oleh : Nur Fariqah Haneda

Oleh : Ulfah J. Siregar

Oleh : Sri Wilarso Budi R

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

adalah praktek budidaya tanaman untuk benih

PERBANYAKAN BIBIT POHON UNTUK REVEGETASI LAHAN PASCA TAMBANG

PEDOMAN PENGUNDUHAN BENIH PADA PANEN RAYA DIPTEROKARPA 2010

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Oleh : Sri Wilarso Budi R

Bibit Sehat... Kebun Kopi Selamat

PROPAGASI BIBIT POHON

II. TINJAUAN PUSTAKA

TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

Pembuatan Pembibitan Tanaman

TEKNOLOGI BENIH. A.Sahupala (Fakultas Pertanian Universitas Pattimura) Pendahuluan

TINJAUAN PUSTAKA. Bibit Sungkai (Peronema canescens) Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

II. TINJAUAN PUSTAKA. wilayah beriklim sedang, tropis, dan subtropis. Tanaman ini memerlukan iklim

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. panennya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata (hasil analisis disajikan

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

TEKNIK SELEKSI BIJI PEPAYA

Seleksi Biji untuk Batang Bawah Tanaman Karet Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang

Benih lada (Piper nigrum L)

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Pbaik agar menghasilkan benih bermutu.

TEKNIK SELEKSI DAN SORTASI BIJI UNTUK BIBIT JARAK PAGAR YANG BERKUAUTAS

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN MUTU BIBIT TANAMAN HUTAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

PANEN DAN PASCA PANEN DURIAN

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Silvikultur intensif jenis rotan penghasil jernang (bibit, pola tanam, pemeliharaan)

UJI DAYA KECAMBAH BENIH TANJUNG (Mimusops elengi Linn) DENGAN BERBAGAI TEKNIK DAN LAMA PENYIMPANAN BENIH

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG

BAB I PENDAHULUAN. terutama Hutan Tanaman Industri (HTI). jenis tanaman cepat tumbuh (fast growing) dari suku Dipterocarpaceae

III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Perkembangbiakan Tanaman

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

PANEN DAN PENANGANAN BENIH CENGKEH DALAM PRODUKSI BENIH BERMUTU

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

Budidaya Tanaman Obat. Elvira Syamsir

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar,

MATERI DAN METODE. = 0 minggu = 1 minggu = 2 minggu = 3 minggu = 4 minggu = 5 minggu = 6 minggu = 7 minggu = 8 minggu P 1 P 2 P 3 P 4 P 5 P 6 P 7 P 8

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING

III. FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH DALAM PERBANYAKAN VEGETATIF. Oleh : Danu dan Agus Astho Pramono

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut

I. PENDAHULUAN. Tengah dan Amerika Selatan sebelah utara, tetapi pohon trembesi banyak

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS

BAB I PENDAHULUAN. buah ini sudah lama menjadi salah satu makanan khas dari kota Medan.Buah ini

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Asam jawa merupakan tanaman keras berumur panjang yang dapat mencapai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea. sistimatika tanaman jagung yaitu sebagai berikut :

III. BAHAN DAN METODE

PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN

PRODUKSI BENIH PISANG DARI RUMPUN IN SITU

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

TEKNIK PENUNJUKAN DAN PEMBANGUNAN SUMBER BENIH. Dr. Ir. Budi Leksono, M.P.

Kata kunci : Umur pertumbuhan, Dipterocarpaceae, mersawa, Anisoptera costata Korth

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

BAB I PENDAHULUAN. pangan yang berasal dari biji, contohnya yaitu padi. Dalam Al-Qur'an telah

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL JAKARTA

PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN KOPI ROBUSTA

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

BAB I PENDAHULUAN. Biji merupakan perkembangan lanjut dari bakal biji yang telah dibuahi dan

VI.SISTEM PRODUKSI BENIH

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

Penyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1

Transkripsi:

MODULE PELATIHAN 2 TEKNOLOGI PERBENIHAN Oleh : Iskandar Z. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F) FACULTY OF FORESTRY IPB 2006 ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4th-6th May 2006 11

Module 2. Teknologi Perbenihan Pendahuluan Perbenihan merupakan kegiatan penting dalam budidaya hutan maupun pertanian yang perlu mandapatkan perhatian khusus baik dari petani maupun dari pengelola areal pertanian atau kehutanan. Penggunaan benih berkualitas sangat dianjurkan mengingat peranannya dalam menjaga mutu tanaman dan hasil panen dikemudian hari. Untuk itu pengetahuan dasar yang berkaitan dengan teknik-teknik penanganan benih maupun proses produksi bibit dari benih yang digunakan sangat penting untuk dikuasai. Pengenalan Benih, Biji dan Bibit Benih adalah bagian tanaman yang digunakan untuk perbanyakan atau perkembangbiakan, berupa biji atau bagian tanaman lainnya. Sedangkan biji adalah hasil pembuahan pada tanaman berbunga. Adapun tumbuhan muda yang merupakan calon tanaman yang dihasilkan dari benih disebut bibit. Kualitas Benih dan Bibit Ciri-ciri benih yang baik antara lain adalah : benih yang sudah masak fisiologis dan berisi, benih masih baru, berasal dari kebun benih atau tegakan benih atau dari pohon yang unggul (Gambar 3), tahan hama dan penyakit, memiliki daya kecambah yang tinggi, dan memiliki persen hidup yang tinggi. Gambar benih dan perkecambahan benih disajikan pada Gambar 1. A B Sumber : IFSP, 2004 Gambar 1. Buah sehat sebagai bahan untuk benih (A) dan perkecambahan pada benih sengon (B) Penentuan kualitas benih dapat dilakukan dengan uji belah. Potongan benih dapat diamati, melalui kesanggupannya terhaadap terhadap serangan hama atau penyakit, ensdosperm dan embrio yang berkembang normal. Serangan serangga pada benih kadang terlihat pada saat buah belum masak. Hal terpenting yang harus diperhatikan dalam uji belah adalah mengetahui kisaran normal penampakan/warna dari masing-masing jenis benih. Lamanya pengujian maksimum dilakukan selama 2 hari, dengan porsi waktu terbesar pada proses pengoksidasian. Benih segar akan berbeda penampakannya dengan benih yang telah mengalami penyimpanan meskipun kedua kelompok benih tersebut masih viabel. Contoh benih yang baik (viabel) dan benih yang tidak baik (non viabel) disajikan dalam Gambar 2, 3, 4, dan 5. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 12

Sedangkan ciri-ciri bibit yang baik antara lain adalah : bibit segar dan sehat, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, memiliki perakaran yang kuat, memiliki batang yang kokoh tegar, batang tunggal dan utuh, dan pangkal batang berkayu. Perbedaan bibit yang baik dan yang jelek disajikan pada Gambar 6 Gambar 2. Benih Viabel (a) dan non Viabel (b) hasil uji belah benih A. lorantifolia (akasia) Gambar 3. Benih Viabel (a) dan non Viabel (b) hasil uji belah benih S. macrophylla (meranti) Gambar 4. Benih Viabel (a) dan non Viabel (b) hasil uji belah benih E. cyclocarpum (eukaliptus) Gambar 5. Benih Viabel (a) dan non Viabel (b) hasil uji belah benih T. grandis (jati) Sumber :BPTH (2000) A 1 2 3 4 5 6 7 8 Sumber :BPTH (2000) Gambar 6. Bibit yang baik (A) dan bibit yang tidak baik : batang bengkok (1), ukuran terlalu kecil (2), daun sedikit (3), batang bercabang (4), mati pucuk (5), daun berwarna kuning (6), daun terlalu kecil (7), dan tumbuh terlalu cepat/tidak seimbang antara batang dan perakarannya (8). Agar semai yang dihasilkan berkualitas baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : a. Viabilitas dan vigoritas benih harus baik b. Media tabur harus baik c. Media sapih harus baik dan cukup besar d. Semai-semai yang disapih harus dipilih yang keadaannya baik e. Penyapihan harus dilakukan dengan benar sehingga semai tidak rusak f. Pemeliharaan di persemaian baik di bak tabur maupun di bedeng sapih harus baik. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 13

Pengumpulan dan Penanganan Benih Dalam perencanaan pengumpulan benih, terdapat hubungan langsung dengan pertanyaan di bawah ini : a. Jenis apa yang akan dikumpulkan (pemilihan jenis) b. Berapa banyak benih yang akan dikumpulkan (jumlah) c. Dimana benih akan dikumpulkan (sumber benih, pohon induk) d. Kapan benih akan dikumpulkan (waktu panen) e. Bagaimana cara pengumpulan benih (metode pengumpulan) Pemilihan cara pengunduhan, pengumpulan dan pemanenan benih biasanya dibatasi oleh sejumlah faktor seperti disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pengumpulan No. Faktor Metode Pemanenan dan Pengumpulan 1. Kondisi iklim dan cuaca selama masa pengumpulan: a. Iklim musiman b. Suhu, kelembaban udara, dan angin a. Pada saat musim kemarau atau awal musim hujan. Pengumpulan benih dari pohon atau lantai pohon dapat dilakukan. b. Pemanjatan sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari ketika suhu udara rendah, kelembaban udara tinggi, dan tidak berangin. 2. Kerusakan terhadap pohon 3. Aksesibilitas dan topografi/kelerengan 4. Ukuran dan ketinggian pohon benih a) Pohon pendek, bertajuk lebar atau sempit. b) Batang lurus dan diameter kecil, tajuk lebar dan sedikit cabang besar. c) Diameter besar dan banyak tumbuhan merambat. d) Batang berdiameter 5. Tipe buah dan benih a. Benih kecil b. Benih besar Kerusakan dapat dikurangi dengan memotong cabang secara benar: untuk menghindari kulit kayu terkelupas dan meninggalkan kayu gubal terbuka, cabang harus dipotong dari bawah sebelum dipotong dari atas. Kelerengan dapat membantu mempermudah pemanenan, misalnya dengan menggapai cabang yang mempunyai buah atau meletakkan tali pada cabang pada tempat dengan posisi mendaki. a) Dapat dipanen langsung, menggunakan tangga atau gergaji fleksibel. b) Dapat dipanjat sampai di atas tajuk dengan menggunakan alat bantu panjat. Berpindah dengan tali pengaman dan menggoyang atau memotong cabangcabang berbuah. c) Dapat dipanjat sampai di atas tajuk dengan menggunakan alat bantu panjat. Berpindah dengan tali pengaman dan menggoyang atau memotong cabangcabang berbuah. d) Pemanjatan manual dengan tali pengaman. Pemotongan ranting-ranting atau dijolok. a) Dipanen buah dari pohon sebelum buah membuka/mekar. Pengumpulan sebelum buah matang. b) Dikumpulkan dari tanah. 6. Identitas pohon induk Pengumpulan benih langsung pada pohon induk dan tidak dari tanah, kecuali jika jarak tanamannya sangat lebar. 7. Potensi benih musim panen berikutnya Tidak memotong atau memangkas cabang dan ranting dalam jumlah banyak. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan benih adalah sebagai berikut : ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 14

a. Benih yang dikumpulkan adalah benih yang telah masak dan sehat. b. Pengunduhan dapat dilakukan dengan memanjat pohon, menggunakan dengan galah pengunduh, dan melalui tangga pemanjat. Benih jangan sampai jatuh untuk menghindari infeksi penyakit c. Pengunduhan dari lantai pohon (atas tanah) memiliki keuntungan mudah dan murah, sedangkan kerugiannya benih kemungkinan besar telah terkontaminasi dan jelek karena terkena hama dan penyakit. d. Benih dikumpulkan dari induk yang baik, yaitu yang tumbuh pada tapak yang sama dan pohon yang terbaik tumbuh pada tegakan yang sama. e. Hindari pengumpulan dari hutan tanaman yang asal pohon induknya tidak diketahui, yaitu dari pohon-pohon yang tumbuh pada tapak yang berbeda dan pohon induk yang jelek. f. Mutu benih terbaik diperoleh pada saat puncak musim berbuah. g. Untuk pohon yang dimanfaatkan kayunya, benih dikumpulkan dari pohon yang tinggi dan lurus sedangkan jika akan dimanfaatkan untuk makanan ternak, benih harus dari pohon yang lebat. h. Pohon terpencar dan jarak antar pohon tempat benih diambil minimal 75-100 m. i. Jangan mengumpulkan benih dalam karung dan naungan terbuka, karena suhu yang tinggi dapat merusak benih Berdasarkan kualitas yang diperolehnya, secara sederhana penghasil benih dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) golongan, yaitu : a. Benih dari individu pohon yang baik b. Tegakan benih c. Areal Produksi Benih (APB), pohon dan d. Kebun benih Penanganan benih yang tepat akan sangat penting diterapkan pada benih bermutu. Benih yang dihasilkan dari sumber benih yang baik sudah selayaknya dipertahankan mutu genetiknya serta sedapat mungkin ditingkatkan mutu fisiologis dan fisiknya melalui penerapan teknologi penanganan benih yang tepat. Tahapan penanganan benih secara garis besar umumnya mencakup kegiatan pengunduhan, pemrosesan dan pengujian benih disajikan pada Gambar 7. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 15

Sumber-Sumber Benih (Tegakan Benih, Areal Produksi Benih dan Kebun Benih) Kerucut dan Buah Pra-pembersihan, Pengukuran dan Pengeringan Udara Buah (jenis daun lebar) Kerucut (jenis daun Perendaman (khusus kerucut mengandung resin) Maserasi atau Abrasi Pengeringan Penampihan mekanis Sisa-sisa kerucut Benih Pembersihan Pembersihan Sayap Pembersihan Pengujian (persen kecambah, kadar air, kemurnian) Kondisioning (Kadar Air 5-8%) Penyimpanan (4 o C atau 20 o C) Sumber : Evans (1992, dimodifikas) Gambar 7. Tahapan Penanganan Benih Penyimpanan dan Perkecambahan Benih Kegiatan pengadaan benih dengan penanaman tidak selalu bersamaan, demikian juga antara sentra produksi dan benih dari lokasi penanaman tidak sama, oleh karena itu untuk menjaga agar kondisi benih tetap berkualitas sebelum dilakukan penanaman perlu dilakukan penyimpanan benih. Tidak semua benih dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama. Berdasarkan tipenya, benih dibagi menjadi dua yaitu benih ortodok dan rekalsitran. Untuk benih rekalsitan diperlukan kondisi khusus untuk menyimpannya, sedangkan untuk benih ortodok tidak memerlukan kondisi khusus. Karakteristik benih rekalsitran antara lain: kadar air benih tinggi, sensitif terhadap pengeringan, ukuran benih umumnya besar, daya simpannya rendah, kemasakan dan perkecambahan terjadi dalam waktu singkat. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 16

Penyimpanan sementara di lapangan umumnya terbatas untuk jangka pendek yaitu selama pengumpulan benih dan pemrosesan awal. Kantong dan wadah jangan diisi sampai maksimum, sebaiknya setengah penuh dan ditali longgar. Jangan menumpuk wadah simpan. Wadah yang besar dapat dilengkapi dengan cerobong dan kantong yang digantung dapat memungkinkan ventilasi dan menghindari gangguan binatang Buah dan benih disimpan di bawah naungan dan atap dan wadah atau kantong terbuat dari bahan yang memungkinkan untuk sirkulasi udara. Sumber: Schmidt (2000) Gambar 8. Enam cara penyimpanan sementara pada kondisi lapangan Pada penyimpanan bukan sementara/tetap, kondisi penyimpanan harus diperhatikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan benih antara lain : a. Pengumpulan benih dalam satu wadah yang tidak terlalu besar untuk mempermudah pengambilan benih. b. elakukan pelabelan pada wadah benih (label: asal benih, tanggal pengumpulan, tanggal penyimpanan,dan jenis benih). Label dibuat dua kali yaitu bagian dalam dan luar wadah. c. Simpan wadah yang telah diberi label di tempat yang sejuk dan kering serta sirkulasi udara tidak terganggu. d. Masukkan wadah simpan ke tempat yang lebih besar seperti kotak atau gentong, sehingga tidak mudah diganggu oleh binatang. e. Penyimpanan benih pada lemari es dapat dilakukan dengan mengatur suhu lemari es. Pada umumnya penyimpanan di lemari es menggunakan wadah yang sudah dikedap udara. Daftar Pustaka BPTH. 2000. Buku Standar Mutu Bibit Berdasarkan SNI 01-5006.1-1999. BPTH Bandung. Evans, J. 1992. Plantation Forestry in the Tropics. Clarendon Press, Oxford. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 17

IFSP. 2004. Manual Laboratorium untuk Studi Dasar-Dasar Benih Pohon. IFSP Bandung. Schmidt, L. 2000. Guide to Handling of Tropical and Subtropical Forest Seed. Danida Forest Seed Centre. Humlebaek. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 2006 18