I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses perubahan struktural di Indonesia dapat ditandai dengan: (1) menurunnya pangsa

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 2010).

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB 1 PENDAHULUAN. transformasi struktur ekonomi di banyak Negara. Sebagai obat, industrialisasi. ketimpangan dan pengangguran (Kuncoro, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam. merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan yang merata dalam rangka

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Produk Domestik Regional Bruto

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan kesejahteraan. Pada pembangunan ekonomi di daerah, tujuan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB)

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah (regional development) pada dasarnya adalah

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. dapat menikmati hasil pembangunan. Salah satu bukti telah terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

Transkripsi:

I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan ekonomi sebagai suatu proses perubahan struktur yang ditandai dengan peningkatan sumbangan sektor industri, manufaktur dan jasa-jasa dalam pembentukan Produk Domestik Bruto di suatu pihak dan menurunnya pangsa (share) sektor pertanian dalam pembentukan Produk Domestik Bruto di pihak lain(arsyad:1999). Pembangunan ekonomi pada dasarnya ialah proses pengembangan ekonomi potensial menjadi sebuah kekuatan ekonomi yang terspesialisasi melalui berbagai kegiatan seperti peningkatan modal, perbaikan struktur ekonomi, peralihan teknologi dan lain sebagainya. Pembangunan ekonomi secara garis besar bertujuan untuk peningkatan taraf hidup, perluasan kesempatan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, peningkatan hubungan ekonomi regional dan pergeseran ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan

2 (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat dari agraris menjadi masyarakat industri ( Kariyasa : 2001). Dalam sebuah pembangunan nasional terdapat peran dari peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah yang dapat dilihat dari PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) suatu daerah yang menjadi bagian dari suatu negara, oleh karena itu pertumbuhan ekonomi nasional memiliki pengaruh terhadap perekonomian daerah, Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri dari beberapa Provinsi yang pada masing-masing Provinsi memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, karena sebuah pembangunan nasional meliputi perencanaan nasional maupun dalam ruang lingkup regionalnya. Peningkatan pendapatan nasional terjadi karena adanya pertumbuhan ekonomi yang positif diukur dengan produk domestik bruto, pertumbuhan PDB menjadi suatu hal yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi. Perubahan wilayah terhadap kondisi yang lebih makmur tergantung pada usahausaha di daerah tersebut dalam menghasilkan barang dan jasa, serta usaha-usaha pembangunan yang diperlukan. Oleh sebab itu maka kegiatan basis mempunyai peranan penggerak utama (prime moverrole) dalam pertumbuhan ekonomi suatu daerah, dimana setiap perubahan mempunyai efek multiplier terhadap perekonomian regional (Glasson,1990). Pertumbuhan ekonomi daerah pada dasarnya dipengaruhi oleh keunggulan komparatif suatu daerah, spesialisasi wilayah, serta potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Oleh karena itu pemanfaatan dan pengembangan seluruh potensi ekonomi menjadi prioritas utama yang harus digali dan dikembangkan

3 dalam melaksanakan pembangunan ekonomi daerah secara berkelanjutan ( Arsyad, 1999 ). Pertumbuhan ekonomi pada negara-negara maju pada awalnya memperlihatkan peran perubahan dari tingkat struktural dan sektoral yang mempengaruhi dalam proses pembangunan ekonomi. Transformasi struktural merupakan proses perubahan struktur perekonomian dari sektorpertanian ke sektor industri atau jasa, dimana setiap perekonomian akan mengalami transformasi yang berbeda-beda. Pada umumnya transformasi yang terjadi di negara sedang berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri. Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan serta penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri (Todaro, 1999). Perubahan struktur atau transformasi ekonomi dari tradisional menjadi modern secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu perubahan dalam ekonomi yang berkaitan dengan komposisi penyerapan tenaga kerja, produksi, perdagangan, dan faktor faktor lain yang diperlukan secara terus menerus untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan sosial melalui peningkatan pendapatan perkapita (Tambunan, 2001). Sukirno (2006) menjelaskan bahwa, berdasarkan lapangan usaha maka sektorsektor ekonomi dalam perekonomian Indonesia dibedakan dalam tiga kelompok utama yaitu:

4 a) Sektor primer, yang terdiri dari sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan dan penggalian. b) Sektor sekunder, terdiri dari industri pengolahan, listrik, gas & air bersih dan bangunan. c) Sektor tersier, terdiri dari perdagangan, hotel & restoran, pengangkutan & komunikasi, keuangan, persewaan & jasa perusahaan, jasa-jasa lain (termasuk pemerintahan). Pada umumnya, transformasi yang terjadi di negara berkembang adalah transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri, atau terjadinya transformasi dari sektor primer kepada sektor non primer (sekunder dan tersier). Struktur perekonomian adalah besar share lapangan usaha terhadap total PDRB baik atas dasar harga yang berlaku maupun harga konstan. Dengan mengetahui struktur perekonomian maka dapat diketahui konsentrasi lapangan usaha yang sangat dominan pada suatu daerah. Seiring berjalannya waktu akan mengakibatkan perubahan struktur perekonomian yang ditandai dengan pergeseran struktur perekonomian dari sektor pertanian ke sektor industri. Kemakmuran suatu wilayah berbeda dengan wilayah lainnya, perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan pada struktur ekonomi. Struktur ekonomi wilayah tercermin dari besarnya kontribusi PDRB masing masing sektor ekonomi terhadap total PDRB. Dengan mengetahui struktur ekonomi wilayah maka upaya pembangunan ekonomi dapat diarahkan sesuai dengan aspirasi masyarakat dan potensi wilayah. Struktur ekonomi juga dapat

5 dijadikan acuan untuk merencanakan upaya perbaikan struktur, maupun penciptaan struktur ekonomi wilayah yang ideal dalam jangka panjang. Di Provinsi Lampung dalam penyumbang pembentukan PDRB didominasi oleh sektor pertanian selama periode 2007 2011 yang memberikan kontribusi tertinggi dibandingkan dengan sektor sektor lain, berikut adalah data kontribusi berdasarkan lapangan usaha dalam pembentukan nilai PDRB Provinsi Lampung: Tabel 1.Distribusi PDRB Provinsi Lampung Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha tahun 2007 2011 (Persen) No Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 Rata- Rata 1 Pertanian 42,55 41,57 40,53 38,72 38,28 40,33 2 Pertambangan dan Penggalian 2,52 2,36 2,04 1,86 1,82 2,12 3 Industri Pengolahan 13,24 13,38 13,46 13,49 13,3 13,37 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,36 0,37 0,36 0,37 0,38 0,36 5 Bangunan 4,92 4,89 4,88 4,78 4,84 4,86 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 15,5 15,74 16,09 15,93 15,84 15,82 7 Pengangkutan dan Komunikasi 6,12 6,33 6,7 7,3 7,77 6,84 8 Keuangan dan persewaan 7,23 7,82 8,38 9,99 10,1 8,70 9 Jasa-Jasa 7,54 7,55 7,57 7,55 7,68 7,57 PDRB Dengan Migas 100 100 100 100 100 100 Sumber: BPS Provinsi Lampung (data diolah) Berdasarkan data distribusi PDRB Provinsi Lampung yang disajikan oleh Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa telah terjadi transformasi struktural di Provinsi Lampung dalam periode 2007 2011. Hal tersebut ditunjukan dengan

6 menurunnya kontribusi sektor pertanian dan pertambangan yang merupakan sektor primer dalam pembentukan nilai PDRB dari kurun waktu 2007 hingga 2011, walaupun sektor pertanian masih menjadi penyumbang terbesar dalam pembentukan nilai PDRB tetapi kontribusinya menurun dari tahun ke tahun, ditunjukan dari kontribusi sektor pertanian tahun 2007 sebesar 42,55%, tahun 2008 sebesar 41,57%, tahun 2009 sebesar 40,53%, tahun 2010 sebesar 38,72%, dan tahun 2011 sebesar 38,28%. Penurunan kontribusi juga dialami pada sektor pertambangan dan penggalian yaitu sebesar 2,52% pada tahun 2007 dan terus menurun dari tahun ke tahun hingga 1,82% pada tahun 2011. Sedangkan pada sektor sekunder dan tersier terjadi peningkatan kontribusi yang terlihat pada sektor industri pengolahan yaitu sebesar 13,24% pada tahun 2007, mengalami peningkatan selama tiga tahun yaitu sebesar 13,38% tahun 2008, sebesar 13,46% tahun 2009, dan sebesar 13,49% tahun 2010, meski mengalami penurunan pada tahun 2011 sebesar 13,30%. Peningkatan juga ditunjukan oleh sektor keuangan dan persewaan yaitu sebesar 7,23% pada tahun 2007 dan terus mengalami peningkatan hingga tahun 2011 sebesar 10,1%. Begitu pula dengan sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik gas dan air bersih dan sektor jasa-jasa, yang mengalami peningkatan selama periode 2007 2011. Berdasarkan gambaran kontribusi sektor-sektor ekonomi seperti yang disajikan pada Tabel 1 terlihat bahwa sektor-sektor ekonomi yang memberikan kontribusi

7 rata-rata terbesar selama periode tahun 2007 2011 adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Dapat disimpulkan bahwa sampai dengan tahun 2011 struktur perekonomian di Provinsi Lampung didominasi oleh sektor pertanian tertinggi dengan rata-rata sebesar 40,33%, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,82% dan sektor industri pengolahan sebesar 13,37%. Di Provinsi Lampung sektor pertanian menjadi kontribusi terbesar dalam pembentukan nilai PDRB, tetapi untuk di Kota Bandar Lampung dan Kota Metro memiliki kontribusi yang kecil dari sektor primer dan menjadikan sektor sekunder dan tersier sebagai pembentuk perekonomiannya.bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung dan penelitian ini akan menganalisis struktur pembentuk perekonomiannya, sebagai pembanding akan dilakukan analisis perbedaan struktur dengan Kota Metro. Pemilihan Kota Metro sebagai pembanding karena Kota Metro memiliki karakteristik yang hampir sama dan merupakan wilayah yang berstatus Kota Madya selain Kota Bandar Lampung di Provinsi Lampung. Kesamaan lainnya dengan Kota Bandar Lampung yaitu lebih besarnya kontribusi sektor sekunder dan tersier dibandingkan dengan sektor primer dalam pembentukan PDRB wilayah masing-masing. Selain itu Kota Bandar Lampung dan Kota Metro juga memiliki perbedaan pada awal mula tujuan didirikanya, Kota Bandar Lampung merupakan Kota yang

8 didirikan memang untuk menjadi Ibukota Provinsi, namun Kota Metro merupakan Kota pemekaran yang pada mulanya hanya menjadi Ibukota Lampung Tengah. Berikut rata-rata kontribusi per sektor yang ada di dua Kota Madya tersebut periode 2007-2011. Tabel 2. Rata - Rata Distribusi PDRB Kota Bandar Lampung dan Metro Tahun 2007-2011 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Persen) No Lapangan Usaha Bandar Lampung Metro 1 Pertanian 4,10 13,36 2 Pertambangan dan Penggalian 1,30 0,00 3 Industri Pengolahan 18,46 4,88 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,65 0,86 5 Bangunan 7,39 4,15 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 17,33 18,28 7 Pengangkutan dan Komunikasi 15,52 11,17 8 Keuangan dan persewaan 20,91 23,11 9 Jasa-Jasa 14,16 24,18 PDRB Dengan Migas 100 100 Sumber: BPS Provinsi Lampung (data diolah) Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa dalam distribusi PDRB menurut lapangan usaha sektor keuangan dan persewaan merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan

9 PDRB Kota Bandar Lampung pada periode 2007-2011 sebesar 20,91%, lalu diikuti sektor industri pengolahan sebesar 18,46%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 17,33% serta sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 15,52%. Keempat sektor tersebut merupakan pemberi kontribusi terbesar untuk PDRB Kota Bandar Lampung dan menjadi penggerak perekonomian. Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor yang memberikan kontribusi terkecil dengan rata-rata sebesar 0,65% pada periode tersebut. Sebagai pembanding pada Kota Metro sektor yang memberikan kontribusi terbesar untuk nilai tambah PDRB Kota Metro adalah sektor jasa jasa sebesar 24,18%, Keuangan dan persewaan sebesar 23,11%, perdagangan, hotel dan restoran sebesar 18,28% serta pertanian sebesar 13,36%. Sektor penyumbang kontribusi terkecil untuk PDRB adalah listrik, gas dan air bersih sebesar 0,86%, pada sektor pertambangan dan penggalian tidak memiliki kontribusi yaitu 0,00 %. Perbedaan yang terlihat pada tabel 2 adalah lebih besarnya kontribusi sektor pertanian di Kota Metro jika di bandingkan dengan Kota Bandar Lampung, sektor jasa jasa manjadi sektor penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB di Kota Metro sedangkan di Kota Bandar Lampung sektor keuangan dan persewaan yang menjadi penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Bandar Lampung. Dari kedua Kota Madya tersebut terlihat bahwa sektor sekunder dan tersier menjadi penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB pada masingmasing wilayah yang ditunjukan dengan kontribusinya yang cukup besar dibandingkan dengan sektor primer.

10 Dalam penelitian ini akan mengidentifikasi struktur perekonomian dan sektor yang menjadi basis perekonomian di Kota Bandar Lampung dan Kota Metro, serta akan diidentifikasi perbedaan struktur perekonomian kedua Kota tersebut menurut spesialisasi regionalnya. Penelitian tentang struktur perekonomian telah banyak dilakukan, salah satunya dilakukan oleh Hidayat (2013) dengan hasil penelitiannya diperoleh dari sektor ekonomi unggulan pada periode tahun 2001-2002 dengan periode tahun 2009-2010 diketahuiterjadi perubahan struktur ekonomi di Kota Manado, dimana terjadi peningkatan dan perubahan pada struktur ekonomi Kota Manado dilihat dari sisi sektor ekonomi yaitu dari empat sektor ekonomi unggulan meningkat menjadi lima sektor ekonomi unggulan bertambah dengan adanya sektor pengangkutan dan komunikasi. Perbedaan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah lokasi, waktu, mengidentifikasi sektor yang menjadi basis perekonomian di dua Kota tersebut dan menganalisis struktur perekonomiannya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul ANALISIS PERBEDAAN STRUKTUR PEREKONOMIAN KOTA BANDAR LAMPUNG DAN KOTA METRO B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis menentukan latar belakang sebagai berikut :

11 1. Bagaimana perbandingan pembentukan struktur perekonomian antarakota Bandar Lampung dan Kota Metro? 2. Bagaimana perbedaan struktur perekonomian di Kota Bandar Lampung dan Kota Metro? 3. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor basis dalam perekonomian di Kota Bandar Lampung dan Kota Metro? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah Sebagai Berikut : 1. Untuk menganalisis dan membandingkan secara deskriptifpembentukanstruktur perekonomian antarakota Bandar Lampung dan Kota Metro 2. Untuk menganalisis perbedaanstruktur perekonomian di Kota Bandar Lampung dan Kota Metro menggunakan metode analisis shift - sharedan analisis indeks divergensi regional Krugman 3. Untuk mengetahui sektor basis dalam perekonomian di Kota Bandar Lampung dan Kota Metro D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan kajian bagi pembaca, baik dari instansi pemerintah maupun dari kalangan mahasiswa yang ingin menjadikan referensi positif pada penelitian-penelitian selanjutnya.

12 E. Kerangka Pemikiran Pembangunan ekonominasional telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, yang ditandai dengan perubahan struktur perekonomian. Proses perubahan struktur perekonomian ditandai denganturunnyapangsa sektor primer, meningkatnya pangsa sektor sekunder, dan pangsa sektor tersier kurang lebih konstan, namun kontribusinya akan meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Tujuan pembangunan ekonomi diarahkan untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan mewujudkan landasan pembangunan berkelanjutan yang berdasarkan ekonomi kerakyatan. Pembangunan ekonomi berusaha untuk mengatasi krisis ekonomi beserta dampak yang ditimbulkan, mengatasi pengangguran yang semakin meningkat, kesenjangan ekonomi antarpelaku ekonomi dan antara pusat dan daerah, serta pemerataan pendapatan, dan masalah ekonomi lainnya. Perekonomian Provinsi Lampung secara langsung akan memberikan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional, perekonomian di Provinsi Lampung terbentuk melalui struktur perekonomian, dimana dalam pementukan nilai PDRB terdapat sembilan sektor yang memberikan kontribusi dalam pembentukan PDRB. Transformasi struktural di Provinsi Lampung terlihat dari pergeseran kontribusi sektor primer ke sektor sekunder dan tersier, dibuktikan dengan menurunnya kontribusi sektor primer dan meningkatnya kontribusi sektor sekunder dan tersierdalam pembentukan nilai PDRB pada periode tahun 2007 2011. Kota Bandar Lampung merupakan Kota yang memberikan kontribusi terbesar dalam penyumbang besarnya PDRB Provinsi Lampung, selain Bandar Lampung,

13 Kota Metro merupakan Kota Madya lainnya yang struktur ekonominya terbentuk dari sektor sekunder dan tersier. Oleh karena itu Kota Metro dijadikan pembanding dalam penelitian ini. Untuk menganalisis struktur perekonomian Kota Bandar Lampung dan Metro digunakan metode analisis shift-share dengan tujuan mengetahui seberapa besar perubahan keseluruhan suatu variabel regional di daerah penelitian, pengaruh pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung terhadap perekonomian Kota Bandar Lampung dan Metro, pertumbuhan proposional salah satu sektor di Kota Bandar Lampung dan Metro, dan pengaruh keunggulan kompetitif salah satu sektor di Kota Bandar Lampung dan Metro. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan perubahan antara dua Kota tersebut akan dilakukan analisis deskriptif dari hasil olah data pada wilayah masing-masing. Kemudian untuk melihat sejauh mana perbedaan struktur perekonomian Kota Bandar Lampung dan Metro menurut spesialisasi regional digunakan metode indeks divergensi regional Krugman Dari struktur perekonomian di Kota Bandar Lampung dan Metro akan ditelusuri sektor mana saja basis dan non basis perekonomian yang membentuk struktur ekonomi wilayah tersebut menggunakan analisis Location Quotient (LQ). Analisis sektor yang menjadi unggulan perekonomian daerah sangat berguna untuk kepentingan penanaman modal baik itu dari permerintah ataupun swasta dan penyerapan tenaga kerja yang bertujuan untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah.

14 PEMBANGUNAN EKONOMI PEREKONOMIAN PROVINSI LAMPUNG STRUKTUR PEREKONOMIAN BANDAR LAMPUNG SHIFT SHARE STRUKTUR PEREKONOMIAN METRO SHIFT SHARE SEKTOR BASIS LQ ANALISIS PERBEDAAN STRUKTUR EKONOMI INDEKS DIVERGENSI REGIONAL KRUGMAN Gambar 1. Kerangka Pemikiran

15 F. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari : Bab I : Pendahuluan yang meliputi, latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan pustaka yang berisi landasan teori, tujuan teoritis dan tinjauan empiris yang relevan dalam penulisan penelitian ini. Bab III : Metode penelitian yang terdiri dari tahapan penelitian, sumber data, batasan perubah variabel dan metode analisis. Bab IV : Hasil dan pembahasan yang memuat hasil olah data serta pembahasan dari hasil hitung statistik Bab V : Kesimpulan dan saran, yang memuat kesimpulan dari seluruh kegiatan penelitian serta saran yang untuk pengembangan hasil penelitian DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN