PENDAHULUAN Latar Belakang Sampai saat ini Indonesia adalah pengimpor potensial untuk komoditi kedelai. Kontradiktif dengan luasnya lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia merupakan negara ketiga terbesar dari sudut luas areal tanaman kedelai yaitu 1,4 juta ha setelah China (8 juta ha) dan India (4,5 juta ha). Dari sisi produksi kedelai, Indonesia diketahui menduduki peringkat keenam terbesar di dunia setelah AS, Brazil, Argentina, China, dan India. Peningkatan produksi kedelai selama sepuluh tahun terakhir lebih banyak sebagai kontribusi perluasan areal tanam (73 %) dan sisanya 27 % berasal dari peningkatan produktivitas. Meskipun setiap tahunnya terjadi peningkatan produksi kedelai nasional tetapi tetap tidak bisa menyusul laju permintaan kedelai dalam negeri. Salah satu penyebabnya adalah produktivitas pertanaman yang rendah yaitu hanya 1,1 ton/ha. Jauh lebih kecil hampir setengahnya jika dibandingkan dengan Brazil dan Argentina yang mampu menghasilkan di atas 2 ton kedelai perha Rendahnya produktivitas pertanaman kedelai bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : Belum populernya penggunaan benih bermutu dan bersertifikasi yang digunakan oleh kebanyakan petani sebagai benih dan bibit (http://www.indobiogen.or.id/berita_artikel/2007seminarhasil_2006.) Produksi kedelai Sumatera Utara tahun 2007 (Angka sementara) sebesar 4.345 ton, turun sebesar 2.697 ton atau 38,30 persen dibandingkan produksi pada tahun 2006. Penurunan produksi kedelai disebabkan penurunan luas panen sebesar
2.564 hektar atau 40,63 persen. Untuk produksi mengalami kenaikan sebesar 3,94 persen (http://sumut.bps.go.id, 2008). Selain itu, di lapangan juga sering didapati polong yang tidak sempurna. Banyaknya polong dan biji/polong terbentuk ditentukan oleh faktor pembungaan dan lingkungan yang mendukung pada saat pengisian polong. Gangguan selama masa pembungaan akan mengurangi pembentukan polong (Soemaatmadja, 1993). Perbaikan tanaman untuk perbaikan kualitas mutu gizi pada tanaman pangan mendapat prioritas kecil dibandingkan dengan perbaikan produktivitas atau ketahanan terhadap hama dan penyakit. Adanya keragaman yang luas dari kandungan mutu gizi yang terdapat di dalam genotipe plasma nutfah memberikan kemungkinan yang cukup besar untuk perbaikan mutu gizi tanaman (Zuraidah dkk, 2001). Upaya peningkatan produksi komoditas kacang-kacangan dan umbi-umbian memerlukan penyediaan varietas unggul berdaya hasil tinggi dan toleran/tahan terhadap cekaman biotis dan abiotis penampilan keragaan tanaman dan umur panen, serta kualitas seperti kandungan nutrisi, rasa, bentuk dan ukuran biji atau umbi (Balai Penelitian Kacang-kacangan, 2006). Penggunaan benih bermutu merupakan kunci sukses pertama dalam usaha tani kedelai. Syarat benih bermutu adalah murni dan diketahui nama varietasnya, memiliki daya tumbuh yang tinggi (>85%) dan vigor baik (Balai Penelitian Kacangkacangan dan Umbi-umbian Malang, 2007).
Salah satu upaya yang dilakukan agar produksi kedelai tetap tinggi adalah melakukan rekayasa pada tanaman kedelai hingga menghasilkan varietas kedelai unggul. Di Indonesia misalnya, upaya pemulian tanaman dilakukan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) hingga melahirkan varietas baru yang dapat di kembangkan menjadi tanaman unggul (http://setjen.deptan.go.id.,2008). Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA), baik pada taraf urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom. Mutasi terjadi pada frekwensi yang rendah dialam, biasanya lebih rendah dari 1: 10.000 individu. ( http://bebas.vlsm.org.,2008). Tujuan mutasi adalah untuk memperbesar variasi suatu tanaman yang di mutasi. Hal ini ditunjukkan misalnya oleh variasi kandungan gizi atau morfologi dan penampilan tanaman. Semakin besar variasi, seorang pemulia atau orang yang bekerja merakit kultifar unggul, semakin besar peluang untuk memilih tanaman yang di kehendaki. Melalui tehnik peyinaran (radiasi) dapat menghasilkan mutan atau tanaman yang mengalami mutasi dengan sifat-sifat yang diharapkan setelah melakukan serangkaian pengujian, seleksi dan sertifikasi benih pada tanaman (Amien dan Carsono, 2008). Benih merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan produksi tanaman. Dalam memilih benih kedelai, petani mencari benih kedelai yang padat, berkilat, tidak pecah, kering, bersih, dan cukup besar. Sekitar 30% petani memakai benih mereka sendiri (http://www.uncapsa.org/publication/cg17.pdf, 2008).
Pengenalan atau identifikasi varietas unggul adalah suatu teknik untuk menentukan apakah yang dihadapi tersebut adalah benar varietas unggul yang dimaksudkan. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan mempergunakan alat pegangan berupa deskripsi varietas Untuk berhasilnya penanaman perlu dipilih varietas yang mampu beradaptasi terhadap kondisi lingkungan. Sifat unggul dari suatu varietas ditentukan bagaimana komponen hasil saling terkait dalam membangun penampilan suatu varietas. (Gani, 2000). Hasil penelitian yang telah dilakukan di tanah masam dengan metode teknik radisi sinar gamma menunjukkan adanya nomor kedelai yang berpotensi memiliki daya hasil lebih tinggi, metode ini telah berhasil meningkatkan produktivitas tanaman kedelai (http://www.indonesiatelenceter.net.,2008) Dari uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh varietas terhadap pertumbuhan dan produksi beberapa varietas kedelai ( Glicine max L.) pada turunan kedua. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perbedaan morfologi dan produksi beberapa varietas kedelai hasil radiasi sinar gamma pada generasi kedua (M 2 ). Hipotesis Penelitian - Ada perbedaan morfologi beberapa varieatas tanaman kedelai hasil radiasi sinar gamma pada generasi kedua (M 2 ).
- Ada perbedaan produksi beberapa varietas tanaman kedelai hasil radiasi sinar gamma pada generasi kedua (M 2 ). Kegunaan Penelitian 1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian, Medan 2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan