HASIL. Survei Daerah Sebaran clan Intensitas Penyakit Pustul Bakteri Kedelai di Kalirnantan Selatan

dokumen-dokumen yang mirip
PENYAKIT BAKTERI PADA KEDELAI Dl KALIMAWTAN SELATAN : IDENTIFIKASI, KEHILANGAN HASIL, DAN KELANGSUNGAN HlDUP PATOGEN

Tempat dan Waktu Penelitian

Propinsi KALIMANTAN SELATAN. Total Kabupaten/Kota

16. ACUAN PENETAPAN REKOMENDASI PUPUK N, P, DAN K PADA LAHAN SAWAH SPESIFIK LOKASI (PER KECAMATAN) PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

Lampiran I.63 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, September 2017 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru, GOEROEH TJIPTANTO, M.T.I NIP

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Hujan 2014/2015 Provinsi Kalimantan Selatan ini disusun berdasarkan hasil

UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.

III. BAHAN DAN METODE

LAMPIRAN. A. Penanaman (Trapping) Kedelai Pada Tanah Gambut. Pengambilan sampel tanah gambut. Penanaman Kedelai. Pemanenan kedelai

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Hujan 2013/2014 Provinsi Kalimantan Selatan ini disusun berdasarkan hasil

Prakiraan Musim Kemarau 2015 KATA PENGANTAR

Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 28 TAHUN 1995 (28/1995) Tanggal: 23 AGUSTUS 1995 (JAKARTA) Kembali ke Daftar Isi

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1. Tanah laut , , , ,

Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Fakultas Pertanian

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENYIAPAN BENIH KEDELAI

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

BAHAN DAN METODE. Bahan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Isolasi Bakteri Endofit dari Batang dan Akar Tanaman Dara metode Radu & Kqueen (2002) yang dimodifikasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Inokulasi Penyebab Busuk Lunak Karakterisasi Bakteri Penyebab Busuk Lunak Uji Gram

Presiden Republik Indonesia,

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

PETUNJUK LAPANGAN PENYIAPAN BENIH KEDELAI Oleh : MOH. YUSUF YUNAIDI

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

DEPARTEMEN BIOLOGI FMIPA USU LAMPIRAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

Gambar 1. Varietas TAKAR-1 (GH 4) Edisi 5-11 Juni 2013 No.3510 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

PEMANFAATAN RADIASI SINAR GAMMA (Co-60) UNTUK PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN KETAHANAN TANAMAN KEDELAI TERHADAP PENYAKIT PUSTUL DAUN

BULETIN AGROKLIMAT KALIMANTAN SELATAN September, 2013 KATA PENGANTAR

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

Presiden Republik Indonesia,

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah Brasilia (Amerika Selatan). Sejak awal abad ke-17 kacang tanah telah

LAMPIRAN. Penanaman Benih F 3 Hasil Hibridisasi Varietas Anjasmoro x Genotipa Tahan Salinitas. Pengamatan Berdasarkan Karakter Fisiologi daun

ERNI WAHYU FITHRIANA A

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Lampiran 2 Pengaruh kombinasi varietas, aplikasi mulsa, serta aplikasi PGPR terhadap insidensi penyakit busuk pangkal

KERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH

SISTEM DRAINASE KHUSUS

SOSIALISASI KALENDER TANAM MT II TIM GUGUS KATAM BPTP Kep. Bangka Belitung

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1. Tanah laut 9, ,770 25, ,735 6, ,355 42,

I. PENDAHULUAN. dibudidayakan karena padi merupakan tanaman sereal yang paling banyak

Sumber : Suhartina Deskripsi varietas unggul kacang-kacangan dan umbiumbian. Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbiumbian,

LAPORAN DASAR PROTEKSI TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

Dihasilkan : 23-Feb-2013

METODA BAKU UJI ADAPTASI DAN UJI OBSERVASI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. AKSRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN...

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada lahan alang-alang di Kelurahan Segalamider,

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penting bagi penduduk Indonesia. Departemen Pertanian (2002) menyatakan

P0 P0 P0. 50 cm. 50 cm P5 P1 P2

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2011

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

Oleh : ONNY C

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Perbanyakan Inokulum BCMV Persiapan Lahan dan Tanaman Uji

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada

I. PENDAHULUAN. pangan masyarakat antara lain dengan penganekaragaman pola makan sehari-hari

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB III METODE PENELITIAN. Mikrobiologi Tanah dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbiumbian

Lampiran 1. Gambar Bagan Lahan Penelitian


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi. a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10

AgroinovasI. Edisi 3-9 Januari 2012 No.3476 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun Namun

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

PERLAKUAN BENIH KEDELAI SEBELUM TANAM

Farikha Maharani, Indah Riwayati Universitas Wahid Hasyim, Semarang *

Transkripsi:

Daerah sebaran penyakit HASIL Survei Daerah Sebaran clan Intensitas Penyakit Pustul Bakteri Kedelai di Kalirnantan Selatan Berdasarkan survei yang dilakukan dalam kurun waktu antara bulan November 1989 sampai dengan bulan Juli 1990, penyakit pustul bakteri kedelai dapat dijumpai di seluruh daerah yang terdapat tanaman kedelai di Kalimantan Selatan (lihat Tabel 3 dan Gambar 5). Tabel 3. Daerah sebaran penyakit pustul bakteri kedelai di Kalimantan Selatan DaerahIKabupaten Lokasi pertanaman kedelai Tanah Laut Gunung Makmur (Ol), Tajau Pecah (02), Batu Tungku (03), dan Batibati (04). Hulu Sungai Tengah Muara Rintis (05), Kalubut (06), Pantai Hambawang (07), Batu Benawa (08). Hulu Sungai Utara Desa 7 PIRSUS Karet Paringin (09). Kotabaru PIRSUS Karet Karang Bintang Batu Licin I (lo), Sebamban V (ll), Berangas (12), dan Sarang Tiung (13). Barito Kuala Sungai Seluang (14), Sakalagun (15), Anjir Pasar (16), Barambai (17), Sungai Puntik (18), Rantau Badauh (19). Paku (20), Rantau Bujur (21), Lok Tanah (22), dan Rampah (23). Tapin Utara (24), Bungur (25), Lok Paikat (26), Piani (27), Pulau Pinang (28), dan Binuang (29). Hulu Sungai Selatan Padang Batung (30), Sungai Raya (31). Tabalong Jaro (32), Masingai (33), Kambitin (341, dan Haruai (35). Keterangan: Angka dalam kurung di belakang nama lokasi menunjukkan letak pada peta (Gambar 5).

Gambar 5. Lokasi penyebaran penyakit pustul bakteri kedelai di Kaliknantan Selatan

Intensitas penyakit Intensitas penyakit pustul bakteri yang dijumpai di Kalimantan Selatan selama pengamatan yang dilakukan dari bulan Nopember 1989 sampai Desember 1990 beragam tergantung pada lokasi, musim, umur tanaman dan varietas kedelai yang ditanam. Hasil survei penyakit pustul bakteri kedelai tersebut disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan data pada Tabel Lampiran 23-27 dapat dikemukakan bahwa makin tua tanaman kedelai intensitas penyakit pustul bakteri makin berat. Pada Tabel Lampiran 28 tampak bahwa intensitas penyakit pustul bakteri pada musim hujan lebih berat daripada intensitas penyakit pada musim kemarau. Data pada Tabel Lampiran 29 dan 31 menunjukkan bahwa intensitas penyakit pustul bakteri pada varietas Wilis lebih ringan dibandingkan pada varietas Kerinci, sedangkan data pada Tabel Lampiran 30 menunjukkan tidak adanya perbedaan intensitas penyakit pada varietas Wilis, Kerinci dan Galunggung. Pada Tabel Lampiran 32 tampak bahwa intensitas penyakit pustul bakteri di Sungai Seluang lebih ringan dibandingkan di lokasi Pulau Pinang dan data pada Tabel Lampiran 33 menunjukkan bahwa intensitas penyakit di lokasi Nalui, Jaro, lebih berat dibandingkan di lokasi Paku. Berdasarkan data pada Tabel Lampiran 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18, 20 dan 22, dapat disimpulkan bahwa intensitas penyakit pustul bakteri di suatu lokasi pertanaman kedelai tidak dipengaruhi oleh letak tanaman di lapangan.

Tabel 4. Hasil survei penyakit pustul bakteri pada tanaman kedelai di Kalimantan Selatan Lokasi Waktu Varietas Umur Jumlah tanaman2) surveil) kedelai (hari) Ket Bas Rin Ber Jml Gunung Makmur, Kab. Pleihari Nov '89 (MH Mar '90 (MK) Wilis Kerinci Wilis Muara Rintis, Ilung, Kab. Hulu Sungai Tengah PIRSUS Karet, Paringin, Hulu Sungai Utara PIRSUS Karet, Karang Bintang, Batu Licin, Kotabaru Sungai Seluang, Kab. Barito Kuala Paku, Simpang Empat, Banjar Pulau Pinang, Kab. Tapin Padanq Batung, Hulu Sungai Selatan Nalui, Jaro, Kab. Tabalong Feb '90 (MH) Des '90 (m) Feb '90 (MH) Feb '90 (m) Juli '90 (MK) Mei '90 (MK) Juli '90 (MK) Mar '90 (MK) Juni '90 (MK) Galunggung Kerinci Wilis Kerinci Kerinci Wilis Galunggung Kerinci Wilis Kerinci Kerinci Kerinci Wilis Keterangan: 1) MH = musim hujan, MK = musim kemarau 2) Bas = bebas serangan, Rin = tingkat serangan ringan, Ber = tingkat serangan berat, Jml = jumlah tanaman contoh 3) Beberapa petani menanam kedelai berkesinambungan 4) Lahan untuk pertama kali ditanami kedelai

50 Isolasi dan Uji Patogenisitas Dari isolasi didapatkan tiga tipe koloni bakteri, yaitu: 1) koloni berwarna kuning jingga, bertepi rata, dan mengkilat, 2) koloniberwarna kuning jingga, bertepi bergerigi, dan tidak berkilat, 3) koloni berwarna kuning pucat, bertepi rata, dan tidak berkilat. Setelah masing-masing tipe koloni dipisahkan, diperbanyak dan diinokulasikan pada daun kedelai ternyata tipe koloni 1 yang dapat menimbulkan gejala yang serupa di lapangan. Dengan demikian, isolat tipe 1 yang dipelihara untuk diidentifikasi. Identifikasi Berdasarkan serangkaian uji fisiologis yang dilaksanakan, datanya tertera pada Tabel 5. Sebatas ciri-ciri fisiologis yang diuji, nampaknya bersesuaian dengan sifat yang dipunyai oleh isolat NIAES 1462, yang sering digunakan sebagai isolat baku untuk bakteri pustul kedelai di Jepang (Suhendar, 1991). Beberapa hasil uji fisiologis tersebut tercantum pada Gambar 8. Kehilangan Hasil Dari pengolahan data yang tertera pada Tabel Lampiran 34, disimpulkan bahwa secara umum penyakit pustul bakteri dapat menurunkan hasil kedelai tidak tergantung pada varietas kedelai yang diinfeksinya. Kesimpulan serupa berlaku

Tabel 5. Ciri-ciri fisiologis dan biokimia bakteri pustul dari Kalimantan Selatan Reaksi Gram Reaksi katalase Reaksi oksidase Hambatan pertumbuhan oleh TZC 0.1% Hambatan pertumbuhan oleh TZC 0.02% Pertumbuhan dengan warna kuning madu pada medium sumbat kentang Reaksi oksidasi Reaksi fermentasi Hidrolisis pati Pencairan gelatin Pembentukan asam dari sukrosa + = bereaksi positif; - = bereaksi negatif; ++3 = dalam 3 hari inkubasi telah terlihat reaksi positif (sangat cepat); +7 = pencairan pada inkubasi hari ke-7. pula untuk sebagian komponen hasil seperti jumlah polong per pot dan bobot biji, kecuali jumlah biji per polong. Berdasarkan ujibeda harga rata-rata pada Tabel Lampiran 35 maka dibuat Tabel 6. Dari tabel beda harga rata-rata tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit pustul dapat menurunkan hasil kedelai (15.9%) melalui penurunan jumlah polong dan penurunan bobot biji.

Tabel.6. Pengaruh penyakit pustul bakteri terhadap hasil dan komponen hasil kedelail) Hasil Komponen hasil Berat bi j i Jumlah polong Jumlah bi j i Berat Varietas per pot per pot per polong 100 biji (9) (buah) (bij i) (4) Galunggung 18.98 14.90 91.40 57.60 1.93 1.88 13.79 10.77 Lokon 26.45 21.28 148.50 114.80 2.12 2.07 8.97 7.94 Wilis 26.94 24.70 175.60 121.20 2.13 2.18 9.35 7.24 Data hasil adalah per pot (tiga tanaman) 2, Po = tanaman tidak diinokulasi bakteri patogen, P1 = tanaman diinokulasi bakteri patogen 3, Notasi di belakang harga rata-rata yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata.

Persentase tanaman sakit yang benihnya berasal dari areal terserang Dari 50 benih yang ditanam ternyata sebanyak enam benih tumbuh menjadi tanaman bergejala pustul bakteri. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa dari benih yang berasal dari areal terserang pustul bakteri, sebanyak 12% tumbuh menjadi tanaman sakit. Lokasi bakteri di dalam benih Data yang menun jukkan bahwa sebanyak 22% bi ji dari areal terserang pustul bakteri kedelai terbawa oleh biji, secara terperinci lagi disajikan pada Tabel 7. Dari tabel tersebut tampak bahwa bakteri terbanyak terdapat dalam endosperma, kemudian hilum, dan kulit biji. Kulit biji Tabel 7. Lokasi bakteri pustul dalam benihl) Keberadaan bakteri Jumlah benih Tidak terdapat pada semua bagian 78 Hanya terdapat pada kulit biji 0 Hanya terdapat pada endosperma 7 Hanya terdapat pada hilum 2 Terdapat pada kulit biji dan endosperma 3 Terdapat pada kulit biji dan hilum 1 Terdapat pada endosperma dan hilum 5 Terdapat pada kulit biji, endosperma dan hilum 4 J u m l a h 100

Secara visual, perkembangan bakteri pada benih terin- feksi, setelah panen, dapat dilihat pada Gambar 11. 57 " 1 2 3 Bulan seteloh panen Gambar 11. Populasi bakteri pada benih terinfeksi yang diisolasi 1, 2 dan 3 bulan setelah panen Peranan Benih dalam Penularan Penyakit Satu bak yang digunakan sebagai kontrol, dimana tanam- an sentralnya dari benih sehat, tidak memperlihatkan ge- jala. Pada bak lainnya, tanaman sentral telah bergejala pada waktu tanaman berumur 17 hari. Perkembangan jumlah kumulatif tanaman sakit per bak setelah hari ke-17 dapat dilihat pada Tabel 8. Kurva perkembangan tanaman tertular merupakan kurva pertumbuhan sigmoid (Gambar 12). Berdasar- kan perhitungan pada Tabel Lampiran 48, besarnya laju in- feksi (r) adalah 0.212 (per unit per hari).

Tabel 8. Jumlah kumulatif persentase tanaman terserang tiap bak pengamatan - - - --- Jumlah kumulatif persentase tanaman terserang Bak ke- Setelah tanam, hari ke- Jumlah 36 176, 364 576 788 896 900 Inang Kacang-kacangan Lain Dari sejumlah kacang-kacangan yang diuji, hasilnya adalah seperti pada Tabel 9. Gejala pada daun buncis dan daun kacang jogo hanyalah berupa nekrosa yang terdapat di sekitar luka tusuk. Pada kontrol, hanya dengan air steril, luka bekas tusukan tidak disertai nekrosa.

17 24 31 38 45 52 59 Hari setelah tanam Gambar 12. Kurva perkembangan tanaman tertular Kelangsungan Hidup Patogen dalam Tanah Perkembangan populasi bakteri pustul dalam tanah Pada contoh tanah yang tidak diperkaya, populasi bakteri pustul tidak terlacak. Pada contoh tanah yang diperkaya, didapatkan plak bakteriofag pada masing-masing masa pemberaantanah. Jumlah plak tersebut selengkapnya tertera pada Tabel 10. Contoh hasil isolasi bakteriofag ditunjukkan pada Gabar 13, Tanah sebagtli sumber inokulum Tanah yang diberakan 1 bulan, 2 bulan, dan 3 bulan, masih potensial sebagai sumber inokulum untuk menginfeksi tanaman kedelai yang tumbuh pada lahan tersebut, tetapi tidak lagi potensial setelah lahan diberakan selama 4

bulan. Tanaman kedelai yang ditanam pada tanah kontrol tidak menunjukkan gejala penyakit pustul bakteri. Tabel 9. Hasil pengujian inang Tanaman uji Alamiah Tak dilukai Tnokulasi Dilukai Kacang panjang (Vigna sinensis) - Kacang hi jau (Phaseolus radiatus) - Kacang tanah (Arachis hypogaea ) - Kacang buncis (Phaseolus vulgaris) - Kacang jogo (Phaseolus vulgaris) - Kacang asu ( Cal opogonium mucunoides ) Kudzu (Pueraria japonica) - Tanggap: + = ada gejala, - = tidak ada gejala Rotasi Tanaman Pada kedelapan pola rotasi yang dicoba, tanaman kedelai yang ditanamterakhir bergejala penyakit pustul bakteri dengan keadaan yang hampir sama. Pengaruh rotasi tanaman terhadap perkembangan penyakit pustul bakteri kedelai tersebut selengkapnya disajikan pada Tabel 11.

Tabel 10. Jumlah plak dari 1 ml supernatan larutan contoh tanah yang diperkaya Lamanya pemberaan Pengamatan ulang ke- 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan... plak...r...,...,,.. 1 4240 2120 664 4 2 2170 1790 240 10 3 3120 3540 188 265 4 1540 1680 236 51 5 3560 2460 264 30 Jumlah 14 6.30 11590 1592 360 Kelangsungan Hidup Patogen dalam Serasah Serasah daun kedelai yang diletakkan di atas permukaan tanah bertahan sampai tiga bulan, sedangkan serasah yang dibenamkan dalam tanah hanya bertahan dua bulan setelah pembenaman. Karena itu, pengamatan hanya dilakukan hingga bulan keempat.

Tabel 11. Hasil rotasi tanaman pada tanaman kedelai terakhir Rotasi ~edelai') - kacang tanah - kedelai Kedelai - kacang hijau - kedelai Kedelai - kacang panjang - kedelai Kedelai - terong - kedelai Kedelai - padi gogo - kedelai Kedelai - padi sawah - kedelai Kedelai - kedelai - kedelai Kedelai - bera - kedelai Keadaan tanaman kedelai terakhir Berpenyakit Berpenyakit Berpenyakit Berpenyakit Berpenyakit Berpenyakit Berpenyakit Berpenyakit ') tanaman pertama yang terserang pustul Dari Tabel 12 (hal. 64) dapat ditarik dua kesimpulan: 1. Populasi bakteri pustul, yang digambarkan oleh adanya plak bakteriofag, lebih besar pada serasah yang berada di permukaan tanah dibanding yang terbenam di dalam tanah. 2. Populasi tersebut makin lama makin kecil, namun pada se- rasah yang berada di permukaan tanah pada bulan ketiga, yaitu menjelang kehancurannya, bakteri pustul masih terdeteksi.

Tabel 12. Jumlah plak dari 1 ml supernatan larutan rendaman serasah Lamanya pemberaan Status serasah 1.bulan 2 bulan 3 bulan... - plak... Di permukaan tanah Jumlah 7882 674 161 26 - Dibenamkan 15 cm dalam tanah 59 - Jumlah 450 - - Rata-rata 90 - - ') Serasah telah hancur menjadi tanah.