KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI SURAT DARI IBU KE DALAM KARANGAN NARATIF. Oleh

dokumen-dokumen yang mirip
KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI KE DALAM BENTUK PROSA BEBAS. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Puisi merupakan karya sastra yang mengandung imajinasi. Bahasa yang

KEMAMPUAN MEMPROSAKAN PUISI KEPADA ADIK-ADIKKU KARYA ARIFIN C. NOOR SISWA SMA. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sastra ialah seni pertunjukan dalam kata-kata dan memiliki kekuatan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dery Saiful Hamzah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5 BINTAN TAHUN AJARAN 2012/2013

KEMAMPUAN MENAMUKAN IDE POKOK PARAGRAF SISWA KELAS X SMAN 2 PRINGSEWU 2013/2014. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang menjawab tantangan masa depan menurut Semi (2008:

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada

BAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan utama

THE STUDENTS ABILITY IN WRITING SCRIPT AT THE EIGHTH GRADE STUDENTS OF SMP NEGERI 36 PEKANBARU.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. didukung oleh keterampilan menyimak, membaca dan berbicara. membuat parafrase lisan dalam kontek bekerja.

PENERAPAN TEKNIK PARAFRASE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI

BAB I PENDAHULUAN. lebih terfokus. Pembelajaran bahasa Indonesia dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

Kemampuan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas VII C SMP Negeri 17 Batanghari. Oleh: Erwansyah RRA1B Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA APRESIATIF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABOLATORIUM UNP

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

The Students Ability In Reading Poetry By Using Paraphrase Technique The Students At Seventh Grade SMPN 20 Padang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

Jurnal Noken 2(1)

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

Oleh: Nandang Abdurachman

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

THE ABILITY POETRY PARAPHRASE HUMILITY WORKS ISMAIL TAUFIK TO EXPOSITION CLASS X MAN 039 TEMBILAHAN

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sugono, 2011: 159). Pembelajaran sastra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

ABILITY TO WRITE THE ESSAY DESCRIPTION CLASS X SMAN 2 SINGINGI

I. PENDAHULUAN. karya sastra penggunaan bahasa dihadapkan pada usaha sepenuhnya untuk

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

Oleh Dian Surya Ningsih

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAHIRAN MENULIS KARANGAN NARASI BERDASARKAN MEDIA GAMBAR SERI SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 KUNDUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

PENGGUNAAN TEKNIK LOTOV (LATIHAN OLAH TUBUH DAN OLAH VOKAL) DALAM PEMBELAJARAN DRAMATISASI PUISI

KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INSTRINSIK NASKAH DRAMA MENGGUNAKAN TEKNIK INKUIRI SISWA KELAS VIII MTs TI BATANG KABUNG KOTA PADANG E-JURNAL ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 AMBARAWA PRINGSEWU. Oleh

KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI SISWA KELAS VII SEMESTER II MTs SWASTA SAWAHLUNTO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 FEBRI HARIANITA ABSTRACK

KEMAMPUAN MENULIS TEKS NARASI TENTANG PENGALAMAN LIBUR SEKOLAH SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BERMANI ILIR KABUPATEN KEPAHIANG

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Pada prinsipnya

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

KEMAMPUAN MENULIS TEKS ULASAN/RESENSI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KOTAGAJAH. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MEMBACA AKROSTIX

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 9 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013 E- JOURNAL

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME

GURU BAHASA INDONESIA, GURU SASTRA ATAU SASTRAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Wida Kartika Ayu, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan

PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHOW NOT TELL DI MTs CAHAYA HARAPAN

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONTRIBUSI PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 IV NAGARI BAYANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN ABSTRACT

KEMAMPUAN MENULIS CERITA BERBAHASA JAWA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CANDI SIDOARJO. Ayuningtiastutik 1 Roekhan 2 Heri Suwignyo 3

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ARTIKEL OLEH RUDY PRASETYO A1D111001

LIA MIFTAHUL JANNAH NIM

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK AKROSTIK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 AMBAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB 1 PENDAHULUAN. baca-tulis bangsa Indonesia. Budaya baca-tulis di Indonesia masih kurang

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK TALK WRITE (TTW) SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Ririn Budi U. K. Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen... Halaman Volume 1, No. 2, September 2016

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. siswa dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah. Siswa. dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

Kemampuan Menulis Teks Deskripsi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Sumber Jaya Lampung Barat

I. PENDAHULUAN. memjawab tantangan-tantangan yang terjadi dimasyarakat. Tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MANAIKA PADA MATERI PARAFRASE PUISI SISWA KELAS 6 B SDN SEMBORO 01 JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nikke Permata Indah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 20 PADANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CERPEN E JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan sebuah keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa terbagi

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan alat komunikasi dengan sesama manusia. Sementara bahasa

Transkripsi:

KEMAMPUAN MEMPARAFRASAKAN PUISI SURAT DARI IBU KE DALAM KARANGAN NARATIF Oleh Haris Nur Prasetyo Kahfie Nazaruddin Ali Mustofa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Email: haris91210@gmail.com ABSTRACT The purpose of this study is to describe the ability to paraphrase a poem into a narrative essay in class X SMA Negeri 1 Talangpadang academic year 2014/2015. Based on the analysis, the value of (a) the suitability aspect of the theme is quite with an average score of 69.02; (b) aspects of the essay title selection is quite with an average score of 62.84; (c) the principal aspects of the unity between the sentence and the sentence is quite explanatory in the essay with an average score of 67.95; and (d) aspects of the elements of a narrative essay is quite builder with an average score of 64.56. Keywords: narrative, paraphrasing, poem. ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kemampuan memparafrasakan puisi ke dalam sebuah karangan naratif pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Talangpadang tahun pelajaran 2014/2015. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai (a) aspek kesesuaian tema tergolong cukup dengan skor rata-rata 69,02; (b) aspek pemilihan judul karangan tergolong cukup dengan skor rata-rata 62,84; (c) aspek kesatuan antara kalimat pokok dan kalimat penjelas dalam karangan tergolong cukup dengan skor rata-rata 67,95; dan (d) aspek unsur-unsur pembangun karangan naratif tergolong cukup dengan skor rata-rata 64,56. Kata kunci: naratif, parafrasa, puisi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 1

PENDAHULUAN Proses belajar mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia meliputi dua bagian penting yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Kedua bagian penting tersebut adalah bagian kebahasaan dan bagian kesastraan. Khususnya di bagian kesastraan, masih banyak hal-hal tentang sastra yang masih belum mendapat perhatian lebih dari para guru. Kurangnya perhatian guru terhadap pembelajaran sastra di sekolah turut berpengaruh pula pada kurangnya minat dan pemahaman siswa pada bidang sastra. Padahal soal-soal tentang pembelajaran sastra merupakan salah satu pokok bahasan yang selalu muncul pada ujian nasional, hal-hal tersebut menjadi permasalahan yang harus mendapat perhatian khusus agar para siswa dapat memperoleh hasil yang maksimal dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Dengan hadirnya kelemahan yang seperti itu, tentunya hal tersebut menjadi salah satu faktor penghambat tujuan pembelajaran sastra di sekolah. Tujuan pembelajaran sastra untuk SMP dan SMA adalah (1) menanamkan apresiasi seni pada anak, (2) membangkitkan kegemaran membaca pada anak didik, (3) membuka jalan dan bimbingan kepada anak didik yang berbakat untuk mampu menyusun sajak, cerita, cerpen, drama, dll, (4) menunjukkan bahwa di dalam karya sastra banyak hal-hal yang sejalan dengan pancasila, ke-tuhanan, perikemanusiaan dsb, (5) menunjukkan bahwa sastra adalah suatu sarana untuk meneruskan kebudayaan kepada generasi mendatang, (6) membantu pengajaran bahasa, terutama kemampuan bahasa dan tata bahasa, karena sastra menyajikan pemakaian bahasa dalam berbagai situasi, (7) memberikan bahan untuk pendidikan moril, (8) menyiapkan anak untuk menempuh ujian akhir, dan (9) menyiapkan anak bagi profesinya misalnya bagi Sekolah Pendidikan Guru (Tugiman dalam Situmorang (1983: 25) ). Hal-hal yang disebutkan sebelumnya memberikan dampak yang cukup dirasakan oleh siswa. Dampak tersebut sebagai contoh bias berupa efek psikologis siswa. Kaitannya dengan pembelajaran sastra, tentunya pembelajaran sastra tersebut memberikan juga efek yang sama dengan hal-hal yang sudah disebutkan sebelumnya. Efek tersebut tidak menutup kemungkinan diwujudkan berupa tekanan pembelajaran yang dialami siswa. Tekanan pembelajaran sastra terletak pada kemampuan mengapresiasikan sastra dan bertujuan agar siswa SMA memiliki rasa peka terhadap karya sastra sehingga siswa terdorong untuk membacanya kemudian mau mencoba untuk menciptakan suatu karya sastra, dengan membaca karya sastra diharapkan siswa memperoleh pemahaman yang baik mengenai manusia dan kemanusiaan serta nilainilai kehidupan. Semakin sering siswa membaca karya sastra, maka semakin besar pula kemampuannya untuk mencoba menciptakan suatu karya sastra. Ruang lingkup pembelajaran sastra Indonesia mencakup puisi, prosa, dan drama. Pada latar belakang masalah ini penulis tidak membahas tentang masalah prosa dan drama, tetapi lebih membahas mengenai Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 2

puisi karena puisi adalah karya sastra yang lebih sering ditemukan pada pembelajaran tingkat SMA dan tidak diperkukan waktu yang banyak untuk membaca dan memahaminya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara monolog. Bahasa yang digunakan dalam puisi cenderung dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu. Kata-kata dalam puisi banyak menggunakan makna konotatif yang merupakan kiasan atau suatu perbandingan. Puisi menggunakan bahasa-bahasa yang ringkas namun maknanya yang sangat kaya. Selain kata-katanya yang singkat, padat dan padu puisi berisi potret kehidupan manusia dari perspektif seorang pengarang. Puisi membahasakan persoalan-persoalan kehidupan manusia dan hubungannya dengan alam dan sang pencipta. Menurut Tarigan (1984:8) setiap puisi merupakan ekspresi dari pengalaman imajinatif manusia, maka pertama sekali yang kita peroleh bila kita membaca puisi adalah pengalaman. Semakin banyak seseorang membaca puisi serta menikmatinya maka semakin banyak pula pengalaman yang diperoleh dan dinikmatinya, terlebih pula pengalaman imajinatif. Puisi harus dapat diperdengarkan dan dipentaskan supaya dapat lebih dinikmati oleh khalayak, dengan cara begitu isi puisi dapat lebih hidup. Kegiatan memahami puisi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan pembaca untuk menafsirkan makna yang terkandung dalam puisi tersebut. Ada beberapa cara yang dilakukan untuk mempermudah memahami puisi. Zulfahnur dkk. (1996:77-79) Kegiatan-kegiatan seperti membaca, mendengarkan, dan mementaskan adalah beberapa apresiasi terhadap puisi, kegiatan apresiasi tidak hanya bersifat reseptif (menerima sesuatu secara pasif), tetapi yang lebih penting adalah apresiasi juga harus bersifat produktif (menciptakan sesuatu secara aktif). Kata apresiasi dalam bahasa Indonesia berasal dari kata appreciation yang berarti penghargaan. Tepatnya penghargaan yang didasarkan atas pemahaman. Secara pragmatik, kata penghargaan dapat diberi makna sebagi proses atau hal memberi harga atau menghargai. Dalam rangka pemberian harga terhadap suatu objek, misalnya suatu karya seni, pastilah akan melibatkan hal-hal mengobservasi, meneliti dan menimbang mutu yaitu menilai kelebihan dan kekurangan objek itu. Barulah kemudian akan sampai pada kesimpulan sebagai hasil pemberian harga tersebut (Suroto, 1990:157). Salah satu bentuk apresiasi puisi adalah parafrasa, Parafrasa ialah menceritakan kembali suatu prosa atau puisi dengan kata-kata sendiri., memparafrasakan puisi merupakan suatu kegiatan mengubah puisi menjadi bentuk lain dengan kata-kata sendiri. Perlu diketahui bahwa parafrasa merupakan metode memahami puisi, bukan metode membuat karya sastra. Dengan demikian, memparafrasakan puisi tetap dalam kerangka upaya memahami puisi. Kaitannya dengan parafrasa, di sekolah terdapat kurikulum yang menyediakan kesempatan siswa untuk berparafrasa. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 3

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA/MA kelas X (2006) terdapat butir yang menyebutkan salah satu standar kompetensi yang harus dikuasai siswa adalah memahami puisi yang disampaikan secara langsung/tidak langsung, dengan salah satu kompetensi dasar, yaitu mengungkapkan isi puisi yang disampaikan secara langsung atau melalui rekaman, dalam salah satu indikator pembelajarannya yaitu mengungkapkan isi puisi dengan kata-kata sendiri. Pengungkapkan isi puisi dengan kata-kata sendiri disebut juga dengan memparafrasakan puisi. Fokus penelitan ini untuk melihat kemampuan siswa dalam memparafrasakan puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani kedalam bentuk karangan naratif (parafrasa bebas), pemarafrasaan dari puisi ke karangan dapat membantu siswa mengungkapkan kembali secara lebih mendalam tentang pemaknaan puisi yang telah dibacanya. Lewat karangan naratif, siswa mengimajinasikan kembali puisi yang telah dibacanya sehingga puisi tersebut mendapatkan maknanya secara menyeluruh. Puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani adalah puisi yang penulis pilih untuk diparafrasakan oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Talangpadang. Alasan penulis memilih puisi tersebut adalah karena dalam memahami puisi Surat dari Ibu memerlukan pembacaan yang tidak hanya sekali dan juga diperlukan penjabaran yang lebih rinci untuk bisa memaknai puisi tersebut secara menyeluruh, sehingga puisi tersebut perlu untuk diparafrasakan terlebih dahulu. Puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani menggambarkan kedalaman cinta dan doa seorang ibu kepada anaknya, agar anak kuat berjuang dan menggapai cita-citanya tanpa melupakan asal usulnya. Pengarang ingin menyampaikan suatu hubungan batin yang dekat antara ibu dan anaknya. Ia mau menggambarkan betapa cinta seorang ibu kepada anaknya tidak berbatas hingga sang anak menjadi dewasa dan pergi meninggalkannya untuk menjalani kehidupannya sendiri. Penulis memilih SMA Negeri 1 Talangpadang karena pembelajaran mengenai apresiasi sastra khususnya parafrasa dan menulis karangan naratif di sekolah tersebut masih kurang. Peneliti akan melaksanakan penelitian memparafarasakan puisi setelah siswa mendapatkan pembelajaran memparafrasakan puisi dari guru bidang studi bahasa Indonesia. Hal tersebut berdasarkan observasi prapenelitian yang penulis lakukan di SMA N 1 Talangpadang tanggal 3 oktober 2014. Dari hasil observasi diketahui bahwa siswa telah melaksanakan pembelajaran mengenai kompetensi memparafrasakan puisi. Diharapkan dari penelitian ini akan diketahui kemampuan siswa memparafrasakan puisi setalah siswa mendapatkan kompetensi tentang memparafrasekan puisi dari guru bidang studi. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 1 Talangpadang tahun pelajaran 2014/2015 dalam memparafrasakan puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani menjadi karangan naratif. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 4

METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Metode deskriptif kuantitatif digunakan untuk menghitung penilaian hasil kemampuan siswa dalam memparafrasakan puisi, sedangkan metode deskriptif kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan atau menafsirkan hasil penilaian yang berupa angka. Metode penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian (Suryabrata, 2011:76). Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat kemampuan siswa dalam memparafrasakan puisi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan memparafrasakan puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Talangpadang tergolong cukup. Berikut tabel 4.1 yang menyajikan data hasil penilaian siswa. Seacara keseluruhan diperoleh hasil kemampuan memparafrasakan puisi ke dalam bentuk karangan naratif pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Talangpadang tahun pelajaran 2014/2015 yang tergolong cukup dengan persentase 66,09%. Secara keseluruhan, hanya 1 orang siswa yang memeroleh nilai dengan kategori baik sekali dengan persentase 2,32%, siswa yang baik berjumlah 5 orang dengan persentase 11,63%, siswa yang cukup berjumlah 28 orang dengan persentase 65,12%, siswa yang kurang berjumlah 9 orang dengan persentase 20,93%, dan siswa yang sangat kurang tidak ada atau dengan persentase 0%. Berikut ini akan diuraikan kemampuan memparafrasakan puisi ke dalam bentuk karangan naratif siswa kelas X SMA Negeri 1 Talangpadang tahun pelajaran 2014/2015 per indikator yaitu kesesuaian tema, dan pemilihan judul karangan, kesatuan antara kalimat pokok dan kalimat penjelas dalam paragraf, dan unsur-unsur pembangun karangan naratif. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan bentuk karangan naratif kelas X SMA Negeri 1 Talangpadang tahun pelajaran 2014/2015 untuk indikator kesesuaian tema tergolong cukup dengan persentase 69,02%, dan dari tabel 4.1 di atas dapat dapat diketahui bahwa siswa yang baik sekali berjumlah 2 orang (4,65%), siswa yang mendapatkan skor dengan kategori baik berjumlah 12 orang (27,91%), siswa yang cukup berjumlah 22 orang (51,16%), dengan kategori kurang berjumlah 7 orang (16,28%), dan siswa yang sangat kurang tidak ada (0). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan bentuk karangan naratif kelas X Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 5

SMA Negeri 1 Talangpadang tahun pelajaran 2014/2015 untuk indikator pemilihan judul tergolong cukup dengan persentase 62,84%, dan dari tabel 4.1 di atas dapat dapat diketahui bahwa siswa yang baik sekali berjumlah 4 orang (9,30%), siswa yang mendapatkan skor dengan kategori baik berjumlah 5 orang (11,63%), siswa yang cukup berjumlah 15 orang (34,88%), dengan kategori kurang berjumlah 19 orang (44,19%), dan siswa yang sangat kurang tidak ada (0%). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan bentuk karangan naratif kelas X SMA Negeri 1 Talangpadang tahun pelajaran 2014/2015 untuk Indikator kesatuan antara kalimat pokok dan kalimat penjelas dalam paragraf tergolong cukup dengan persentase 67,95%, dan dari tabel 4.1 di atas dapat dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan skor dengan kategori baik sekali berjumlah 1 orang (2,32%), siswa yang baik berjumlah 10 orang (23,26%), dengan kategori cukup berjumlah 29 orang (67,44%), siswa yang kurang berjumlah 3 orang (6,98%), dan dengan kategori sangat kurang tidak ada (0%). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kemampuan bentuk karangan naratif kelas X SMA Negeri 1 Talangpadang tahun pelajaran 2014/2015 untuk indikator unsur-unsur pembangun karangan naratif tergolong cukup dengan persentase 64,56%, dan berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dapat diketahui bahwa siswa yang baik sekali berjumlah 0 orang (0%), dengan kategori baik berjumlah 2 orang (4,65%), siswa yang cukup berjumlah 31 orang (72,09%), dengan kategori kurang berjumlah 10 orang (23,26%), dan siswa yang sangat kurang tidak ada (0%). Berdasarkan hasil temuan terhadap kemampuan siswa dalam memparafrasakan puisi Surat dari Ibu karya Asrul Sani, diketahui bahwa ada dua indikator yang memperlihatkan kekurangmampuan siswa dalam memenuhi indikator tersebut. Kedua indikator tersebut adalah pemilihan judul karangan dan unsur-unsur pembangun karangan naratif. Pada pemilihan judul karangan, siswa lebih suka untuk mengikuti atau memodifikasi sedikit judul yang sudah ada, sehingga tidak menggambarkan karangan yang dibuat secara keseluruhan. Hal ini diakibatkan oleh kurang kreatifnya siswa dalam memahami posisi judul di dalam sebuah karangan. Siswa lebih suka menggunakan judul yang secara langsung merepresentasikan isi dari sebuah karangan. Susunan kata dalam judul tidak menarik, tetapi sesuai dengan isi dari karangan yang dibuat. Di sisi lain, dalam unsur-unsur pembangun karangan naratif, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 6

ditemukan beberapa siswa yang tidak mencantum unsur konflik dan unsur estetika pada karangan yang dibuatnya. Khususnya konflik, konflik menjadi sebuah unsur pembangun yag menjadi ciri khas karangan naratif. Konflik berisi rangkaian peristiwa yang membuat jalannya cerita menjadi menarik. Di dalam penelitian ini estetika jarang muncul dalam karangan naratif yang dibuat oleh siswa. Kejadian ini mengindikasikan bahwa siswa tidak mendapat pengetahuan yang memadai tentang posisi unsur estetika dalam sebuah karangan naratif. Posisi estetika pada dasarnya hanya sebagai unsur pelengkap, bukan merupakan unsur yang utama di dalam sebuah karangan naratif. Namun, kehadiran unsur estetika di dalam karangan naratif menjadikan sebuah karangan menjadi berbeda dengan karangan yang lainnya, sebagai contoh paragraf deskriptif, ekspositif, dan argumentatif. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan bentuk karangan naratif siswa kelas X SMA Negeri 1 Talangpadang tahun pelajaran 2014/2015 tergolong cukup dengan persentase 66,09%. Persentase kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 1 Talangpadang tahun pelajaran 2014/2015 dalam memparafrasakan pusi Surat dari Ibu karya Asrul Sani untuk setiap indikator adalah sebagai berikut. Kesesuaian tema tergolong cukup dengan persentase 69,02%. Pemilihan judul karangan tergolong cukup dengan persentase 62,84%. Kesatuan antara kalimat pokok dan kalimat penjelas dalam paragraf tergolong cukup dengan persentase 67,95%. Unsur-unsur pembangun karangan naratif tergolong cukup dengan persentase 64,56% Berdasarkan simpulan di atas, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut. Kepada guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA Negeri 1 Talangpadang diharapkan: Lebih meningkatkan lagi intesitas pembelajaran sastra Indonesia khususnya memparafrasakan puisi agar kemampuan siswa lebih terasah; Memberikan lebih banyak lagi materi tentang puisi, parafrasa, karangan naratif dan perbanyak contoh tentang parafrasa puisi; Dalam memberikan materi tentang karangan naratif, guru harus memposisikan judul sebagai hal yang penting, karena judul merupakan hal yang pertama dilihat oleh pembaca terhadap sebuah karya, dan judul merupakan gambaran umum sebuah karangan; Guru memfokuskan materi tentang unsur-unsur pembangun karangan naratif khususnya tentang unsur konflik dan estetika; dan lebih sering memberikan tugas langsung kepada siswa untuk membuat parafrasa puisi. Kepada siswa kelas X SMA Negeri 1 Talangpadang diharapkan untuk lebih mempelajari dan memahami berbagai bentuk parafrasa serta memperbanyak latihan membuat parafrasa puisi, khususnya memparafrasakan puisi kedalam bentuk karangan naratif. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 7

DAFTAR PUSTAKA Situmorang. 1983. Puisi dan Metodologi Pengajarannya. Flores, NTT: Nusa Indah. Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU. Jakarta: Erlangga. Tarigan, Djago. 2008. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangannya. Bandung: Angkasa. Z.F, Zulfahnur dkk. 1996. Apresiasi Puisi. Jakarta: Depdikbud. Z.F, Zulfahnur dkk. 1996. Teori Sastra. Jakarta: Depdikbud. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Page 8