NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pendidikan, seseorang

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Adapun berkarakter diartikan sebagai berkepribadian, berperilaku,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS MELALUI PROGRAM PAGI SEKOLAH

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

KEMAMPUAN GURU MATEMATIKA DALAM MENERAPKAN PEMBELAJARAN BERBASIS KURIKULUM 2013 PADA KELAS VII SMP NEGERI 2 BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER RELIGIUS DAN DISIPLIN PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR

STRATEGI SEKOLAH DAN GURU DALAM MENANAMKAN SIKAP RELIGIUS DAN KEJUJURAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 4 Sambi)

PENGELOLAAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA KURIKULUM 2013 DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO

ANALISIS PERMASALAHAN GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KOMPETENSI SPIRITUAL SETELAH DITERAPKAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai

Click to edit Master title style KELOMPOK IV : 1. MUJAENI 2. ELLA NURLELAWATI 3. MAIMUNAH 4. HERMANTO

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

I. PENDAHULUAN. tingkah laku moral anak, dengan menanamkan nilai agama agar tercipta insan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional

Irfani ISSN E ISSN Volume 12 Nomor 1 Juni 2016 Halaman 1-8

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

PENANAMAN KARAKTER TANGGUNG JAWAB SISWA PADA PELAKSANAAN ULANGAN HARIAN DALAM MATA PELAJARAN

BUDAYA SALAMAN SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN KARAKTER BERSAHABAT DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi Kasus Pada Siswa SMK Negeri 1 Banyudono Kabupaten Boyolali)

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

ANALISIS NILAI RELIGIUS TOKOH UTAMA DALAM NOVEL SEKUNTUM NAYSILA KARYA M. BUDI ANGGORO DAN RELEVANSI PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEDISIPLINAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Banyudono, Boyolali Tahun Ajaran 2012/2013)

BAB I PENDAHULUAN. pada terhambatnya kemajuan negara. Menurut Nata (2012: 51) pendidikan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS III SDN 01 PANDEYAN

PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI PRORGAM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus Pada Siswa Di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2013/2014)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai drajat Sarjana S- 1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

31. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMP/MTs

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaraan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

ANALISIS MUATAN KARAKTER PADA BUKU TEKS PELAJARAN MATEMATIKA SMP/MTS KELAS VII

PERANAN MENTORING AL ISLAM DALAM PENDISIPLINAN SHOLAT MAHASISWI UMS SKRIPSI

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI SOSIAL DAN SANTUN PESERTA DIDIK MELALUI BUDAYA SEKOLAH

PENGUATAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN IPA. Anatri Desstya PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013)

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

2015 IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA MATA PELAJARAN PPKN UNTUK PEMBINAAN KARAKTER SISWA

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas,

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA TOKOH SUTAN SJAHRIR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu,

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Kesimpulan. pembelajaran dan penilaian sikap spiritual pada kurikulum 2013 dalam mata

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

PERSEPSI GURU MATEMATIKA SMA SE-KECAMATAN KOTA KABUPATEN KUDUS MENGENAI PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah

Transkripsi:

ANALISIS PERMASALAHAN GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KOMPETENSI SPIRITUAL SETELAH DITERAPKAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi Kasus Pada SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika QUROTUN A INI A 410 100 228 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

ANALISIS PERMASALAHAN GURU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KOMPETENSI SPIRITUAL SETELAH DITERAPKAN KURIKULUM 2013 PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Studi Kasus Pada SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta) Oleh: Qurotun A ini 1 dan Masduki 2. 1 Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, qurotunqurobo@yahoo.com 2 Staf Pengajar Universitas Muhammadiyah Surakarta, masdukiums.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi guru serta strategi guru untuk mengimplementasikan kompetensi spiritual. Informan dalam penelitian ini adalah guru matematika kelas X di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara dan angket sebagai metode pokok. Metode bantu berupa dokumentasi. Analisis data secara kualitatif melalui 4 alur yaitu pengumpuan data, reduksi data, display data, menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap guru memiliki permasalahan dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual, selain itu guru juga memiliki strategi sendiri dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika. Dari data yang diperoleh permasalahan yang paling banyak dialami guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual adalah mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual, sedangkan strategi yang paling sering dipakai oleh semua guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual adalah mengucapkan salam dan berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran. Kata kunci: pembelajaran matematika, permasalahan guru, kompetensi spiritual, kurikulum 2013 PENDAHULUAN Kurikulum pendidikan yang diterapkan di Indonesia pada tahun ajaran 2013/ 2014 adalah kurikulum 2013. Salinan Lampiran Permendikbud No. 69 tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/MA menyebutkan bahwa Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup

sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 terdiri dari dua kompetensi pokok yakni kompetensi inti dan kompetensi dasar. Lampiran Permendikbud Nomor 70 tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/ MK menyebutkan bahwa rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut: 1. Kompetensi Inti- 1 (KI- 1) untuk kompetensi inti sikap spiritual, 2. Kompetensi Inti- 2 (KI- 2) untuk kompetensi inti sikap sosial, 3. Kompetensi Inti- 3 (KI- 3) untuk kompetensi inti pengetahuan, 4. Kompetensi Inti- 4 (KI- 4) untuk kompetensi inti ketrampilan. Dari keempat kompetensi inti di atas, kompetensi spiritual merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting untuk peserta didik. Kompetensi spiritual merupakan suatu nilai yang bersifat religius, dengan kata lain pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang harus berdasarkan nilai-nilai ketuhanan atau berdasarkan ajaran agama. Dengan adanya kompetensi spiritual peserta didik diharapkan mampu menjadi manusia yang memiliki akhlak mulia dan taat terhadap nilai-nilai ajaran agamanya. Spiritual merupakan dorongan seseorang untuk selalu taat kepada sang pencipta- Nya. Spiritual seseorang dapat ditingkatkan jika lingkungannya dapat mendukung. Dalam hal ini, lingkungan sekolah juga sangat berpengaruh terhadap spiritual siswa. Lingkungan sekolah yang juga berperan dalam spiritual siswa adalah guru. Oleh karena itu, guru harus mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena banyak nilai- nilai spiritual yang pelaksanaannya menggunakan ilmu matematika. Misalnya aturan- aturan dalam zakat mal menggunakan materi pecahan. Begitu pula dengan matematika yang dapat dikembangkan dengan nilainilai spiritual. Misalkan dalam mempelajari matriks, dapat melihat shaf sholat berjamaah untuk mengetahui letak baris dan kolom matriks. Namun, dalam praktiknya masih banyak guru matematika yang mengalami permasalahan dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka penulis termotivasi melakukan penelitian untuk menganalisis permasalahan guru dalam menerapkan kompetensi spiritual setelah diterapkannya kurikulum 2013 pada pembelajaran matematika. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual setelah diterapkannya kurikulum 2013 pada

pembelajaran matematika. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Strategi guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta, (2) Permasalahan guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data yang terkumpul berupa tulisan, kata- kata, atau gambar. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta. Waktu penelitian selama 3 minggu. Subjek dalam penelitian ini adalah guru matematika kelas X SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta yang terdiri dari 9 guru. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) metode pokok berupa: (a) wawancara untuk mengetahui permasalahan yang dialami guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika, (b) angket untuk mengetahui strategi yang dilakukan guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual padda pembelajaran matematika, (2) metode bantu berupa dokumentasi untuk memperoleh data nama guru, nomor induk pengajar, dan foto. Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik digunakan untuk mengetahui strategi guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika. Sedangkan, triangulasi sumber ditujukan untuk mendapatkan data mengenai permasalahan guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melaksanakan penelitian,peneliti menyusun instrumen penelitian berupa pedoman wawancara dang angket. Pertanyaan yang disusun untuk wawancara sebanyak 8 nomor, sedangkan angket yang disusun sebanyak 20 nomor. Setelah pedoman wawancara dan angket disusun, angket disebarkan kepada guru matematika kelas X di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta dengan jumlah 9 guru namun yang menyerahkan angket hanya 8 guru. Selanjutnya, dilaksanakan wawancara setelah angket tersebut sudah diisi oleh guru. Berdasarkan angket dan wawancara tersebut, maka diperoleh data:

a. Strategi guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika adalah: 1. Mengucapkan salam dan doa sebelum dan sesudah pembelajaran Salam dan berdoa merupakan ibadah yang harus dilaksanakan secara rutin. Hal ini juga diperintahkan di dalam Al- Qur an surat Al Anbiyya ayat 88 yang berbunyi Maka Kami telah memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman. Oleh karena itu doa dan salam sangat diperlukan pada pembelajaran matematika. Karena, salam dan doa di awal pembelajaran akan membuat siswa lebih tenang dan siap untuk mengikuti pembelajaran. Sedangkan salam dan doa ketika akhir pembelajaran akan membuat siswa bersyukur akan ilmu yang didapatkan. Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Lukman Hakim (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Internalisasi Nilai-Nilai Agama Islam Dalam Pembentukan Sikap dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam Terpadu Al- Muttaqin Kota Tasikmalaya menyatakan bahwa nilai- nilai ibadah yang diterapkan secara terus menerus mengajarkan manusia agar dalam setiap perbuatannya senantiasa dilandasi hati yang ikhlas guna mencapai ridho Allah. Pengamalan konsep nilai- nilai ibadah akan melahirkan generasi yang adil jujur, dan suka membantu sesamanya. 2. Memotivasi siswa untuk selalu menjadi pribadi yang lebih baik Memotivasi siswa merupakan salah satu strategi yang banyak digunakan guru untuk mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika. Karena memotivasi siswa secara rutin maka siswa akan terdorong semangatnya untuk selalu menjadi pribadi yang lebik baik dalam segala hal. Terjemahan QS.Ar Ra d ayat 11 yang berbunyi Bagi manusia ada malaikatmalaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Oleh karena itu, seorang guru jika menginginkan siswanya memiliki pribadi yang selalu lebih baik, maka sudah seharusnya guru selalu memotivasi siswanya tersebut. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Keke T

Aritonang (2008) yang berjudul Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa yang menyatakan bahwa sudah menjadi tugas bagi guru agar berusaha membangkitkan minat dan motivasi siswa. Sehingga proses belajar mengajar meyang efektif tercipta di dalam kelas dan mencapai suatu tujuan sebagai hasil dari pembelajaran. 3. Menasehati dan menanamkan tanggung jawab kepada siswa untuk selalu menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya Menanamkan tanggung jawab merupakan strategi yang diterapkan guru matematika, guna mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran. Hal ini diterapkan untuk memberikan kesadaran akan kewajibannya sebagai umat beragama untuk selalu menjalankan ibadahnya sesuai yang diajarkan di dalam ajaran agamanya. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Asnawan (2012) yang berjudul Tanggung Jawab Pendidikan Kejiwaan Anak Bagi Orang Tua. Dalam penelitiannya beliau menyebutkan bahwa pelaksanaan tanggung jawab materi maupun rohani merupakan suatu kebutuhan baik bagi akal maupun kesadaran. Selain itu, tanggung jawab meminta manusia untuk tabah mengikuti kemajuan dan mengutuk faktor- faktor yang menyebabkan kekacauan di dalam sistem kehidupan. Pelaksanaan tanggung jawab memainkan suatu peranan yang besar dalam meningkatkan akhlak yang baik dan kehidupan kerohanian. Oleh karena itu, sudah selayaknya seorang guru menumbuhkan tanggung jawab ibadah terhadap siswanya agar spiritual yang dimiliki siswa semakin meningkat. Dengan keadaan tersebut diharapkan terciptanya generasi muda yang berilmu dan memiliki kompetensi spiritual yang baik. 4. Mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual. Namun, baru sebatas materi- materi tertentu saja karena kurangnya referensi yang menghubungkan antara materi dengan kompetensi spiritual. Mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual siswa, diyakini dapat meningkatkan pemahaman tentang kompetensi spiritual yang baik. Hal ini juga berkaitan dengan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran dengan mengkaitkan materi sesuai dengan kehidupan nyata. Dalam hal ini, kehidupan nyata yang berkaitan dengan spiritual.

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali Syahbana (2012) yang berjudul Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning menyebutkan bahwa dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada pembelajaran maka kemampuan berpikir kritis siswa semakin meningkat. Oleh karena itu, sebaiknya guru dalam pembelajaran matematika mengkaitkan antara materi dengan kompetensi spiritual. Dengan hal tersebut diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa meningkat dan kompetensi spiritual siswa semakin meningkat. 5. Memberikan teladan yang baik bagi siswa Memberikan teladan yang baik merupakan strategi yang paling mudah dalam mengimplementasikan kompetensi sppiritual pada pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena siswa sekarang sangat sulit untuk diberikan nasehat atau diceramahi, namun mereka akan sangat mudah untuk meneladani. Ketika guru memerintahkan untuk sholat berjamaah, namun guru tersebut tidak melaksanakan sholat berjamaah maka siswa tersebut kemungkinan besar tidak melaksanakan sholat berjamaah. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Djuwariyah (2011) yang berjudul Hubungan Kontrol Diri Guru Dengan Intensi Melakukan Kekerasan Terhadap Siswa menyebutkan bahwa seorang guru harus memiliki kontrol diri yang baik karena apa yang diucapkan dan dilakukan akan menjadi rujukan bagi anak didik bahkan masyarakat di sekitarnya. Oleh karena itu, sebaiknya seorang guru selalu menjaga sikap dan perilakunya dihadapan siswa. Ketika guru menginginkan siswanya memiliki sikap dan perilaku yang baik, maka guru juga harus memiliki sikap dan perilaku yang baik. b. Permasalahan yang dialami guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika 1. Karakter siswa yang berbeda- beda cenderung kurang baik. Pada saat pembelajaran matematika hanya beberapa siswa saja yang tertarik. Karakter siswa merupakan ciri khas perilaku yang membedakan antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Mengetahui karakter siswa merupakan hal yang paling utama untuk menemukan strategi guru dalam mnegimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika.

Hal ini didukung dalam penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Walid (2011) yang berjudul Model Pendidikan Karakter Di Perguruan Tinggi Islam menyebutkan bahwa karakter yang mulia berarti bahwa individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai- nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati- hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/ efisien, menghargai waktu, pengabdian/ dedikatif, pengendalian diri, produktif, remah, cinta keindahan, sportif, tabah terbuka, tertib. Individu tersebut juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik/ unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Untuk mengurangi permasalahan dengan karakter siswa, maka sebaiknya guru memahami karakter- karakter siswanya. Setelah mengetahui karakter siswanya, guru baru dapat mencari strategi yang tepat guna mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika. 2. Waktu yang semakin singkat sedangkan jumlah materi semakin bertambah banyak. Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual masih kurang maksimal, sejauh ini yang banyak ditekankan kompetensi pengetahuannya. Karena guru dituntut untuk menyelesaikan materi dengan waktu yang semakin singkat. Waktu belajar atau jam pelajaran merupakan salah satu kunci sukses atau tidaknya sebuah proses pembelajaran. Jam pelajaran bertujuan untuk membangun kedisiplinan siswa dan kondisi yang nyaman dalam belajar. Salamah (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Jam Belajar Masyarakat Dan Prestasi Belajar Anak menyebutkan bahwa jam belajar masyarakat merupakan upaya untuk menumbuhkembangkan budaya belajar dengan menciptakan suatu kondisi lingkungan yang ideal yang dapat mendorong proses belajar mengajar anak sebagai warga masyarakat desa/ kota dan dapat berlangsung dalam suasana aman, nyaman, tertib dan menyenangkan. Beliau juga menyimpulkan bahwa adanya korelasi positif antara jam belajar masyarakat dengan prestasi belajar anak. Oleh karena itu, waktu yang sedikit tersebut dirasa sangat sulit untuk mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika. Karena, dengan materi yang sangat banyak guru dituntut untuk menyelesaikan semua materi

dengan waktu yang singkat. Dengan hal tersebut, guru memutuskan untuk lebih memfokuskan kompetensi pengetahuan saja, kompetensi spiritualnya hanya sebagai selingan pada saat pembelajaran matematika. Mengenai hal tersebut, guru sebaiknya memanfaatkan waktu sebaik- baiknya. 3. Sulitnya mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual. Hal ini diperburuk dengan kurangnya referensi yang mengkaitkan materi dengan kompetensi spiritual. Referensi yang diberikan pemerintah, belum mengkaitkan materi dengan kompetensi spiritual. Mengkaitkan materi dengan kompetensi spiritual dibutuhkan referensi dan kajian yang lebih banyak lagi tentang hal- hal tersebut. Kemampuan guru dalam mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual bergantung pada pengetahuan yang dimiliki mengenai spiritual tersebut. Mengkaitkan antara materi matematika dengan kompetensi spiritual merupakan pendekatan kontekstual pada pembelajaran. Elvinawati (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Kimia Sebagai upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMAN 1 Ketahun Bengkulu Utara menyebutkan bahwa pembelajaran kontekstual menekankan keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan sehari- hari. Dalam hal ini, guru masih kesulitan dalam mengkaitkan materi dengan kompetensi spiritual. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan referensi yang dimiliki guru. Serta, semenjak kompetensi spiritual diterapkan masih sangat sulit menemukan referensi yang mengkaitkan antara kompetensi spiritual dengan pembelajaran matematika. 4. Adanya lingkungan keluarga yang kurang mendukung untuk siswa menjadi pribadi yang memiliki kompetensi spiritual yang baik. Lingkungan keluarga merupakan faktor penentu utama yang paling menentukan tingkat spiritual siswa. Apabila siswa berasal dari lingkungan keluarga yang memiliki spiritual yang baik, maka siswa tersebut juga memiliki spiritual yang baik begitu pula sebaliknya. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan faktor pendukung utama terhadap spiritual siswa. Endang Purwaningsih (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Keluarga Dalam Mewujudkan Pendidikan Nilai Sebagai Upaya Mengatasi Degradasi Nilai Moral menyatakan bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama

bagi anak, keluarga mempunyai peranan yang amat penting dan strategis dalam penyadaran, penanaman, dan pengembangan nilai moran sosial dan budaya. Nilainilai yang dapat ditanamken orang tua kepada anak- anaknya seperti ketaatan kepada Allah, ketaatan kepada orang tua, kejujuran, tanggung jawab, kedisiplinan, kepedulian pada orang laun dan sebagainya. Oleh karena itu, sebaiknya pihak guru maupun sekolah menjalin hubungan yang baik dengan pihak keluarga siswa. Hal ini ditujukan guna menjalin kerjasama antara guru maupun pihak sekolah dengan keluarga siswa untuk mengawasi dan meningkatkan spiritual siswa. 5. Untuk sekolah yang tidak berlatar belakang agama, guru akan merasa kesulitan dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual karena di kelas terdapat siswa yang berbeda- beda agamanya Banyak sekolah yang tidak berbasis agama. Guru di sekolah tersebut khususnya guru matematika merasa kesulitan dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual. Hal ini dikarenakan dalam satu kelas, siswa tidak berasal dari satu agama saja, namun beraneka ragam agama dan budaya. Ketika guru mengkaitkan materi dengan kompetensi spiritual, guru tidak bisa mengkaitkannya dengan hal-hal yang menjurus ke satu agama saja. Karena hal tersebut menunjukkan rasa tidak toleransi antar siswa maupun siswa dengan guru. Sedangkan guru hanya mengerti agama yang dianutnya saja. Hal ini sangat menjadi problematika seorang guru dalam mengimplmentasikan kompetensi spiritual padad pembelajaran matematika. Untuk mengurangi hal- hal tersebut guru seharusnya mengkaitkan materi dengan kompetensi spiritual dengan hal- hal yang umum saja guna menunjukkan rasa toleransi terhadap siswanya yang berbeda- beda agama tersebut. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Toto Suryana (2011) yang berjudul Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama yang menyatakan bahwa kerukunan beragama berkaitan dengan toleransi, yakni istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok- kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam masyarakat. Oleh karena itu, sekolahan maupun guru harus mencari strategi lain guna mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika dengan mempertimbangkan beraneka ragamnya agama yang dianut siswa. Dengan hal

tersebut, diharapkan terwujudnya toleransi antara guru dengan siswa ataupun siswa yang berbeda keyakinan pada setiap pembelajaran khususnya pembelajaran matematika. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan yang diperoleh dapat diambil kesimpulan permasalahan guru dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual setelah diterapkannya kurikkulum 2013 pada pembelajaran matematika di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo dan SMK Negeri 9 Surakarta. 1. Strategi guru matematika kelas X untuk mengimplementasikan kompetensi spiritual pada pembelajaran matematika adalah: a. Mengucapkan salam dan doa sebelum dan sesudah pembelajaran. b. Mengucapkan doa sebelum dan sesudah pembelajaran. c. Memotivasi siswa untuk selalu menjadi pribadi yang lebih baik. d. Menasehati dan menanamkan tanggung jawab kepada siswa untuk selalu menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya. e. Mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual. Namun, baru sebatas materi- materi tetrtentu saja karena kurangnya referensi yang menghubungkan antara materi dengan kompetensi spiritual. f. Memberikan teladan yang baik bagi siswa. 2. Permasalahan yang dihadapi oleh guru matematika kelas X dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual adalah: a. Karakter siswa yang berbeda- beda cenderung kurang baik. Pada saat pembelajaran matematika hanya beberapa siswa saja yang tertarik. b. Waktu yang semakin singkat sedangkan jumlah materi semakin bertambah banyak. Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual masih kurang maksimal, sejauh ini yang banyak ditekankan kompetensi pengetahuannya. Karena guru dituntut untuk menyelesaikan materi dengan waktu yang semakin singkat.

c. Sulitnya mengkaitkan materi matematika dengan kompetensi spiritual. Hal ini diperburuk dengan kurangnya referensi yang mengkaitkan materi dengan kompetensi spiritual. Referensi yang diberikan pemerintah, belum mengkaitkan materi dengan kompetensi spiritual. d. Adanya lingkungan keluarga yang kurang mendukung untuk siswa menjadi pribadi yang memiliki kompetensi spiritual yang baik. e. Untuk sekolahan yang tidak berlatarbelakang agama, guru akan merasa kesulitan dalam mengimplementasikan kompetensi spiritual karena di kelas terdapat siswa yang berbeda- beda agamanya. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana telah disimpulkan di atas, maka peneliti mengajukan sejumlah saran. Bagi Kepala Sekolah sebaiknya lebih mengawasi dan menganjurkan kepada para guru untuk lebih serius dalam mengimplementasikan spiritual pada pembelajaran, selain itu Kepala Sekolah sebaiknya menjalin hubungan yang baik dengan keluarga siswa untuk mengawasi spiritual siswa. Bagi guru, sebaiknya memperbanyak referensi tentang materi matematika yang dikaitkan dengan kompetensi spiritual dan sebaiknya guru menyadari bahwa spiritual siswa bukan hanya tanggung jawab guru agama, namun semua guru bertanggung jawab akan spiritual siswa. DAFTAR PUSTAKA Asnawan. 2012. Tanggung Jawab Pendidikan Kejiwaan Anak Bagi Orang Tua. Jurnal Falasifa/ 3(1), pp 1-21. Aritonang, Keke T. 2008. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur/ 1(10), pp 11-23. Djuwariyah. 2011. Hubungan Kontrol Diri dengan Intensi Melakukan Kekerasan Terhadap Siswa. Jurnal Pendidikan Islami/ 4(1), pp 35-42. Elvinawati. 2008. Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Kimia Sebagai Upaya Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa kelas XI IPA SMAN 1 Ketahun Bengkulu Utara. Jurnal Exacta/ 6(2), pp 17-22. Hakim, Lukman. 2012. Internalisasi Nilai- Nilai Agama Islam Dalam Pembentukan Sikap Dan Perilaku Siswa Sekolah Dasar Islam terpadu Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan Agama Islam/ 10(1), pp 67-77.

Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/ MK. Purwaningsih Endang. 2010. Keluarga Dalam Mewujudkan Pendidikan Nilai Sebagai Upaya Mengatasi Degradai Nilai Moral. Jurnal Pendidikan Sosiologi Dan Humaniora/ 1(1), pp 43-55. Salamah. 2008. Jam Belajar Masyarakat Dan Prestasi Belajar Anak (Studi Korelasional Di Desa Panjangrejo, Bantul, Yogyakarta ). Jurnal Pembelajaran/ 5(1), pp 23-28. Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA/ MA. Suryana, Toto. 2011. Konsep Dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beragama. Jurnal Pendidikan Agama Islam/ 9(2), pp 127-136. Syahbana, Ali. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning. Jurnal Edumatica/ 2(1), pp 45-57. Walid, Muhammad. 2011. Model Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi Agama Islam. Jurnal El- Qudwah/ 1(5), pp 115-156.