EFISIENSI MATERIAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR LWR (LIGHT WATER REACTOR) DAN PHWR (PRESSURIZED HEAVY WATER REACTOR)

dokumen-dokumen yang mirip
2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

Nomor 36, Tahun VII, April 2001

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

OPTIMASI DIMENSI BAHAN BAKAR UNTUK REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR DAN PENDINGIN AIR RINGAN (H 2 O)

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

Definisi PLTN. Komponen PLTN

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

Analisis netronik 3-D tentang Skenario SUPEL pada BWR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM

Energi Nuklir dan Kebutuhan Energi Masa Depan (Era Renaisans Energi Nuklir Dunia dan Energi Nuklir Indonesia)

REAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si.

KATA PENGANTAR. Palembang, Juni Penyusun

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

diajukan oleh : VERY RICHARDINA J2D005202

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA

MAKALAH APLIKASI NUKLIR DI INDUSTRI

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN

REAKSI INTI. HAMDANI, S.Pd

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

Makalah Fisika Modern. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Dosen pengampu : Dr.Parlindungan Sinaga, M.Si

II. TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme yang banyak digunakan untuk menghasilkan energi nuklir melalui

PE GARUH BUR -UP TERHADAP KUA TITAS DA KARAKTERISTIK BAHA BAKAR UKLIR BEKAS PLT. urokhim Pusat Teknology Limbah Radioaktif-BATAN

BAB II TEORI DASAR. Proses tumbukan dua inti atomik dan partikel penyusunnya, lalu menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014

Hasbullah, M.T. Electrical Engineering Dept., Energy Conversion System FPTK UPI 2009

PENGARUH PANJANG SIKLUS OPERASI TERHADAP ONGKOS BAHAN BAKAR SUATU PLTN

Analisis Distribusi Suhu Aksial Teras Dan Penentuan k eff PLTN Pebble Bed Modular Reactor (PMBR) 10 MWE Menggunakan Metode MCNP 5

BAB I PENDAHULUAN. 1. UU Presiden RI Kegiatan Pokok RKP 2009: b. Pengembangan Material Baru dan Nano Teknologi

235 U + n 148 La + 85 Br + 3n

BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN

BAHAN AJAR. Hubungan Usaha dengan Energi Potensial

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

INDUSTRI BAHAN BAKAR NUKLIR DI DUNIA

SKRIPSI UPAYA PEMERINTAH JEPANG DALAM PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI PASCA BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI 2011

BAB I PENDAHULUAN. bising energi listrik juga memiliki efisiensi yang tinggi, yaitu 98%, Namun

SUMBERDAYA ENERGI. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013

Teknologi Pembuatan Bahan Bakar Pelet Reaktor Daya Berbasis Thorium Oksida EXECUTIVE SUMMARY

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

PEMANFAATAN ENERGI NUKLIR

KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BEKAS BERBAGAI TIPE REAKTOR. Kuat Heriyanto, Nurokhim, Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

BAB I Jenis Radiasi dan Interaksinya dengan Materi

diajukan oleh : IRMA PERMATA SARI J2D005176

ENERGI NUKLIR WORKSHOP SEHARI DISEMINASI PENGAJARAN FISIKA MODERN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SMA DISEKITAR JATINANGOR

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

BAB I PENDAHULUAN. yang akan di ubah menjadi energi listrik, dengan menggunakan sel surya. Sel

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana pada Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung.

Desain Reaktor Air Superkritis (Super Critical Water Reactor) dengan Bahan Bakar Thorium. Design of Supercritical Water Reactor with Thorium Fuel Cell

OPTIMASI RANCANGAN KAPASITAS PRODUKSI PABRIK ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK MENDUKUNG PLTN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran. Oleh. Prayoto. Universitas Gadjah Mada. Energi Sebagai Penunjang Peradaban

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

TEKNOLOGI DUPIC SEBAGAI ALTERNATIF PENUTUPAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

TINJAUAN PUSTAKA. ditimbulkan oleh semakin berkurangnya sumber energi fosil serta dampak

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

RISET KARAKTERISTIK RADIASI PADA PELET BAHAN BAKAR

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor

Reaktor Nuklir dan PLTN BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

EFISIENSI MATERIAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR LWR (LIGHT WATER REACTOR) DAN PHWR (PRESSURIZED HEAVY WATER REACTOR) Mochammad Ahied Program Studi Pendidikan IPA, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang Po Box 2 Kamal 69162 ahiedalgaff@gmail.com Abstrak Pada karya tulis ini dianalisis model-model reaktor nuklir dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), yaitu LWR (Light Water Reactor) yang terdiri dari BWR (Boiling Water Reactor) dan PWR (Pressurized Water Reactor) dan PHWR (Pressurized Heavy Water Reactor. Dianalisa secara kualitatif kombinasi materialnya yang meliputi bahan bakar, moderator, dan pendingin untuk mendapatkan energi yang andal dan efisien dari pemrosesan berbagai model reaktor nuklir tersebut. Dari analisa didapat, burn up bahan bakar BWR 30.000 MWD/MTU, dan PWR 32.090 MWD/MTU, dan PHWR 8000 MWD/MTU, Zat Hidrogen merupakan moderator yang baik akan tetapi mempunyai penampang penyerapan yang tinggi. Air berat berpegang teguh pada ekonomi neutron. Moderator dapat juga berfungsi sebagai pendingin misalnya untuk LWR dan HWR. Kata Kunci: Burn up, HWR (Heavy Water Reactor), LWR (light Water Reactor), moderator, dan pendingin. Abstract This article analyze models of nuclear reactors from nuclear power plants the LWR (Light Water Reactor), which consists of BWR (Boiling Water Reactor) and PWR (Pressurized Water Reactor) and PHWR (Pressurized Heavy Water Reactor ). Analyzed qualitatively its material combination which includes fuel, moderator and cooler to get a reliable and energy efficient processing of various models of the nuclear reactor. From the analysis of the obtained, BWR fuel burn up 30,000 MWD/MTU, and PWR 32.090 MWD/MTU, and PHWR 8000 MWD/MTU, a substance Hydrogen is a good moderator but have a high absorption cross section. Heavy water neutron economy cling to. Moderators can also serve as a coolant for example for LWR and HWR. Keywords: Burn up, cooler, PHWR (Pressurized Heavy Water Reactor), LWR (light Water Reactor), and moderator.

Pendahuluan Kemelut energi yang terjadi tahun 1974, menyebabkan banyak pengertian dan pandangan yang menyangkut energi mengalami perubahan secara pesat dan mendasar. Energi, yang tadinya dianggap sebagai komoditi yang senantiasa ada, kini disadari merupakan suatu sumber daya yang bukan tak terbatas. Banyak ahli, yang tadinya memandang ringan masalah energi kini mempublikasikan laporan-laporan yang serius tentang potensi sumber energi yang terbaharui. Kini secara umum disadari bahwa masalah energi yang menggoncangkan tahun 70-an itu bukan sekedar merupakan suatu persoalan yang bersifat sepintas lalu melainkan merupakan tanda berakhirnya suatu zaman energi murah, dan mulainya suatu peralihan ke era energi mahal. Sejak saat itu manusia berusaha untuk memanfaatkan energi yang diperlukannya dalam daya guna yang lebih tinggi. Pada prinsipnya sumber daya energi dibagi menjadi dua bentuk yaitu energi konvensional dan modern. Energi konvensional bentuk energi yang paling umum pada saat ini. Energi ini juga disebut energi fosil yang merupakan peninggalan zaman purba yang harus digali dari perut bumi. Termasuk disini adalah minyak bumi dan gas bumi pada satu pihak, dan batu bara pada pihak lain. Kita meninjau secara sepintas bagaimana para ahli telah mencoba untuk menafsirkan besarnya cadangan yang masih ada. Kalau itu dibandingkan dengan pola pemakaian kedua jenis energi fosil tersebut maka jelaslah energi konvensional tidak akan dapat bertahan lama lagi. Ada dua pilihan utama yaitu energi surya dan nuklir. Di bidang listrik, energi nuklir mempunyai sumbangan yang sangat besar/penting dalam penyediaan energi dunia dimana 17% listrik yang dibangkitkan berasal dari PLTN. Kecenderungan penggunaan listrik nuklir akan meningkat di dunia berhubung sumber energi fosil, utamanya batu bara secara langsung telah menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan disebabkan polusi SO2, NOx dan logam-logam berat. Jelaslah dengan memperhitungkan aspek sumber daya alam, kesehatan dan lingkungan, energi nuklir mempunya prospek masa depan yang cerah bagi PLTN khususnya di Indonesia. Berdasarkan cetak biru (blue print) pengelolaan energi Nasional 2005-2025 yang telah disusun oleh Departemen ESDM, diperkirakan bahwa sekitar 1, 99% dari total kebutuhan listrik Nasional pada tahun 2025 atau sekitar 10.000 Mwe akan dikembangkan dari energi nuklir. [3]. Reaktor merupakan sumber energi yang sangat efisien. Dan terdapat berbagai model reaktor nuklir yang diterapkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. Tetapi dari model reaktor yang diterapkan di berbagai negara belum jelas mana yang paling efektif ditinjau dari segi kombinasi materialnya yang meliputi bahan bakar, moderator, dan pendingin. Metode Penelitian Karya tulis ini menganalisa secara kualitatif kombinasi material untuk mendapatkan energi yang andal dan efisien dari pemrosesan berbagai model reaktor nuklir dari berbagai PLTN. Dikenal ada dua jenis reaksi inti yang dapat membebaskan energi : proses pada inti (fusi) dan belah inti (fisi). Dalam tulisan ini dibatasi pada model reaktor nuklir dari belah inti (fisi) berhubung prinsip pembangkitan energi melalui fusi masih berada dalam taraf laboratorium, sehingga masih jauh dari taraf 2

pemanfaatan yang praktis. Dan hanya 2 jenis reaktor nuklir yang dianalisa. Kedua jenis reaktor nuklir tersebut adalah LWR (Light Water Reactor) yang terdiri dari BWR ( Boiling Water Reactor) dan PWR (Pressururized Water Reactor), dan PHWR (Pressurized Heavy Water Reactor). Dari tulisan ini, diharapkan dapat menjadi pertimbangan model reaktor nuklir yang cocok dipakai pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia dan masyarakat mau menerima keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Hasil dan Pembahasan Bahan bakar, untuk reaktor BWR, PWR, PHWR, pengayaan bahan bakar berbeda-beda. Oleh karena itu untuk menyederhanakan perhitungan, biasanya kebutuhan bahan bakar diperkirakan untuk pengayaan equilibrium atau pengayaan rata-rata [7]. Demikian juga dengan efisiensi thermal. Efisiensi termik pada PLTN dihitung dari daya listrik netto dibagi daya termik yang dihasilkan oleh reaktor. Adapun hasilnya sebagai berikut; Tabel 1. Ef isiensi Thermal Jenis Perkayaan Rata-rata, % Ef isiensi Thermal, % BWR 2.6 32.7 PWR 3.2 32.9 PHWR 0. 71 28. 5 Sedangkan untuk menilai kebutuhan Uranium tiap tahun atau kebutuhan awal (uranium alam) harus dicari dari besar-besaran yang mencirikan operasi PLTN, antara lain efisiensi thermal, capacity factor, dan burn up (fraksi bakar). Biaya modal yang besar pada PLTN mengharuskan PLTN beroperasi pada beban dasar untuk memperoleh jumlah kwh sebanyak mungkin tiap tahunnya. Terlaksana atau tidaknya keharusan ini dapat dilihat dari faktor beban ( capacity factor/load factor, CF). Faktor beban berbeda-beda untuk berbagai jenis PLTN dan harganya berubah-ubah seiring dengan waktu dan perkembangan teknologi reaktor. CF setelah 2015 dari berbagai jenis PLTN sama sebesar 0, 85 seiring perkembangan teknologi. [9]. Capaciy factor adalah perbandingan waktu yang diberi oleh energi dalam waktu produksi dengan produksi maximum net energi selama operasi berlangsung. [1]. E CF E Em. 100% = Produksi energi netto (Mk ( e).h) Em=Produksi maxi mum energi netto (Mk (e).h) Selanjutnya, bahan bakar itu telah dimanfaatkan dalam teras reaktor (besarnya tenaga panas yang dapat dihasilkan dari suatu berat uranium dalam bundel-bundel bahan bakar) akan dapat dinilai dari burn up (fraksi bakar), yang mempunyai satuan MWD/ton U, megawatt termik hari tiap ton uranium bahan bakar jadi. Adapun tambahan bahan bakar setiap tahun sebagai berikut [6]: 1 MWt tonu / th Dayanominal ( MWe) * * efisiensitermikmwe hari 1 tonu CF * 365 * tahun Burnup MWD. ( 1) Angka hasil adalah jumlah Uranium yang terdapat dalam bundel- 3

bundel bahan bakar yang telah siap (jadi) yang diperlukan setiap tahun. Kalau konsumsi Uranium pertahun tersebut tidak sama, hal ini menunjukkan penggantian bahan bakar yang tidak akan selalu mencapai burn up yang sama. Ini tergantung pada Capacity faktor dan disain teras. Karena penggantian teras yang berbeda-beda. Setelah beberapa kali penggantian bahan bakar, apabila pola operasi reaktor telah mapan dan ajeg, maka akan selalu sama dengan jumlah yang mengganti dan burn up yang dicapai hampir selalu sama. Keadaan ini disebut keadaan keseimbangan (equilibrium), menurut istilah pengelolaan bahan bakar nuklir. Burn up equilibrium yang didapat untuk BWR 33.000 MWD/MTU, PWR 32090 MWD/MTU dan PHWR 8000 MWD/MT [9]. Burn up lebih besar berarti dari tiap ton-u dalam bahan bakar lebih kompak. Dan juga berarti bahwa bahan bakar jadi tersebut telah dibuat lebih tahan terhadap iradiasi. Menurut ciri ini maka urutan terbaik PWR, BWR, dan PHWR. Namun demikian ketiga jenis reaktor PLTN ini menggunakan bahan bakar dengan pengayaan yang berbedabeda, sehingga bahan baku masingmasing diperlukan yang tidak sama, juga ongkos pengayaan dan fabrikasi yang berlainan. Oleh karena itu ditinjau dari bahan mentahnya (kuntisasi bahan) akan lebih visuil dalam bentuk U3O8 (YC=Yellow Cake). Pengkayaan rata-rata bahan bakar (equilibrium) untuk reaktor PLTN U-235, dengan memperoleh perkayaan equilibrium dari 0.71% masukan dengan buangan sekitar 0.2% diperlukan bahan masukan (=Bm) [6]. Bm* (0.71%) = (1*pengkayaan equilibrium) + ((Bm -1)0.2%).. ( 2) Selama proses konversi, pengkayaan, dan fabrikasi, masing-masing diasumsi kan ada kehilangan/ kerugian (losser) sebesar 1%, 1% dan 1%. Sehingga dapat disi mpul kan, masukan Yellow Cake ( =YC) adalah sebanyak [6]: YC = Bm * (1+0.01) * (1+0.01) * (1+0.01) kg -U = Bm * 3.03 kg-u. ( 3) Sedangkan PHWR tanpa proses konvensi dan pengkayaan sehingga menjadi, YC = Bm * (1+0.01) kg -U... (4 ) Karena Yellow Cake biasanya disebut dalam kandungan U3O8 maka angka terakhir menjadi: lbsuo 3 8 YC kg U. 2.6 YClbsU. 3O8 kg U...(5) Perbandingan jenis bahan bakar dengan pemanfaatan bahan dasar urutan terbaik PHWR (0, 6 MWD/lbs yellow cake), PWR (2 MWD/lbs yellow cake), dan BWR (3 MWD/lbs yellow cake).[9] Moderator, Neutron yang dilepaskan oleh fisi mempunyai energi kinetik yang relatif sangat tinggi (sekitar 2 MeV) dengan kecepatan yang sangat tinggi. Agar neutron dapat menyebabkan fisi yang berikutnya lagi, energinya harus dikurangi sampai mencapai energi termik (0.025 ev)[5]. Kecepatan diklasifikasikan sebagai kecepatan dengan memiliki energi neutron sekitar 0.1-10 MeV, tidak begitu cepat sekitar 1 ev, dan lambat sekitar 0.025 ev ( Fast, Intermediate, dan Slow). Energi perantara dalam mendapatkan fungsi temperature, adalah neutron thermal, dalam kategori neutron lambat (slow neutron) [4]. 4

Untuk memperlambat neutron cepat sampai mencapai energi yang lebih rendah, neutron yang berenergi tinggi itu ditumbukkan pada atom-atom yang terdapat dalam bahan tertentu, yang disebut moderator. Syarat untuk memilih dan menentukan bahan moderator adalah : Pada tiap tumbukan terdapat kehilangan energi neutron yang besar, penampang penyerapan yang rendah, dan penampang penghamburan yang rendah. Zat hidrogen pada reaktor LWR merupakan moderator yang baik jika dilihat dari kehilangan pada energi neutron setelah terjadi tumbukan. Karena inti adalah suatu proton dan mendekati sama dengan ukuran neutron [4]. Namun, proton cenderung untuk menangkap neutron untuk membentuk deutron melalui reaksi 1H(n,µ)2H. Untuk itu Uranium perlu diperkaya [2]. Air berat (D2O) pada reaktor HWR juga moderator yang baik disebabkan suatu proton mendekati sama dengan ukuran neutron dan berpegang teguh pada ekonomi neutron [8]. Karena deutron mempunyai peluang yang lebih kecil daripada proton untuk menangkap neutron, air berat menjadi bahan moderator yang lebih baik daripada air ringan [2]. Dan prinsip ekonomi neutron memungkinkan penggunaan Uranium alam sebagai bahan. Dan HWR dengan moderator D2O mempunyai prospek yang baik bila sudah di produksi dalam negeri. Pendingin, setiap inti atom U-235 yang mengalami pembelahan melepaskan sejumlah energi sebesar kira-kira 200 MeV, yang kemudian hampir seluruhnya keluar dalam bentuk panas [5]. Suatu zat pendingin diperlukan untuk menghindarkan terjadinya suhu yang berlebihan dalam bajana reaktor. Bahan bakar nuklir untuk PLTN tipe BWR dan PWR dengan pengayaan U235 sekitar 33.000 MWD/MTU memerlukan pendingin lebih lama dibanding PHWR. Salah satu faktor yang harus dimiliki oleh zat pendingin ialah:mempunyai penyerapan neutron yang rendah, mempunyai perpindahan panas yang baik, tidak korossif. Adakalanya moderator berfungsi sebagai pendingin misalnya Hidrogen pada reaktor LWR dan D2O pada reaktor HWR. Simpulan dan Saran Simpulan, Dari segi burn upnya bahan bakar paling tinggi, PWR, BWR, dan PHWR. Karena burn up berbanding lurus dengan energi maka energi yang paling efisien adalah PWR, BWR, dan PHWR. Ditinjau dari bahan U3O8 urutan terbaik BWR, PWR, dan PHWR, moderator dapat juga berfungsi sebagai coolant misalnya untul LWR dan Moderator air berat lebih baik daripada moderator air ringan ditinjau dari proton dalam menangkap neutron. Saran. Reaktor HTGR (High Temperature Gas Reactor) yang memakai reaktor pebble bed hanya ada satu sampai sekarang. Namun secara empiris telah berhasil dioperasikan secara komersial. Agar lebih memantapkan keberhasilan operasional jenis ini perlu dikembangkan dengan prototype-prototype yang lain, diperlukan data yang sempurna dan up to date untuk analisa kualitatif selanjutnya. Daftar Pustaka Anonymous, 1988, Operating Experience with Nuclear Power Station in M ember States in 1986, IAEA, Vienna. Beiser, A., 1992 Konsep Fisika Modern. Erlangga. Jakarta. 5

Departemen ESDM, 2005, Blue Print Pengelolaan Energi Nasional, Jakarta. El-Wakil, M. M., 1971. Nuclear Energi Conversion, Intext Educational Publi shers, New York. Ilyas, J., 1978, Pengolahan Bahan Reaktor dalam : Pengantar Ilmu dan Teknologi Nuklir, Batan. Jakarta. Kuncoro, AH., 1992. Kebutuhan Bahan Bakar Program PLTN di Indonesia. Lokakar ya 12-13 Februari 1992. Batan. Jakarta. Soekarno & Dj olelono, M., 1975, Catatan tentang Operasi PLTN Jenis PWR, BWR, dalam : Teknologi Pusat Listrik Tenaga Nuklir, Batan, Jakarta. Subki, I. & Kusnowo, A. 197 8, Pembangkit Listrik Tenaga Listrik Sistem Air Berat (HWR) dalam : Teknologi Pusat Listrik Tenaga Nuklir, Batan, Jakarta. Wati, Nurokhi m, Pengelolaan Bahan Bakar Nuklir bekas dari PLTN, Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengel olaan Li mbah V I, Batan, ISSN 1410-6086, Hal 88-89. 6