BAB I PENDAHULUAN. dan tidak ada satupun yang sia-sia. Sebagaimana dalam Alqur an surat Ali-Imran ayat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena

PENGARUH PEMETIKAN KUNCUP BUNGA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS PADA BEBERAPA AKSESI TANAMAN KAPAS (Gossypium hirsutum L.

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan lingkungan yang ada pada saat ini. Dalam kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang membahas segala macam

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman bawang merah merupakan salah satu komoditas rempah-rempah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian disusun dalam Rancangan Petak Terbagi (Split-Plot Design) yang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman perkebunan. Akan tetapi banyak juga diantara serangga-serangga

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan bahan persediaan bahan bakar fosil berkurang. Seiring menipisnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor pembatas proses produksi pertanian adalah hama. Hama timbul dan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat sebagai katalisator yaitu zat-zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi zat

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sayuran, kacang-kacangan, tomat, jagung dan tembakau. Helicoverpa

BAB I PENDAHULUAN. ternak, dan untuk keperluan industri (Harmida, 2010). produksi kedelai pada lahan masam di luar Jawa (Sumarno, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. firman Allah dalam QS Al-Imran 190 yang berbunyi : Allah SWT kepada manusia yang telah diberi kenikmatan berupa akal dan pikiran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pesatnya perkembangan industri di berbagai daerah di tanah air

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat pada umumnya secara turun temurun telah memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati telah disebutkan dalam kitab suci AlQur an sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati yang terdapat di bumi ini pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditanam di Amerika yang beriklim tropis, misalnya Mexico, Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang dijelaskan Sudaryanto dan Swastika (2007), bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat sekarang ini lahan pertanian semakin berkurang

BAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al Qur an telah disebutkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu tanaman yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Karena dengan memahami ciptaan-nya, keimanan kita akan senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. Agro Ekologi 1

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

I. PENDAHULUAN. Aktivitas penyerbukan terjadi pada tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan,

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman akan tumbuh subur dengan seizin Allah SWT. Jika Allah tidak

AYAT-AYAT AL-QUR AN Tentang ALAM SEMESTA

LOGIKA BERPIKIR DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Ambang Ekonomi. Dr. Akhmad Rizali. Strategi pengendalian hama: keuntungan dan resiko Resiko aplikasi pestisida

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Limbah Cair Tahu pada Tinggi Tanaman

PENDAHULUAN. Di seluruh dunia, produksi kentang sebanding dengan produksi gandum,

Memahami Konsep Perkembangan OPT

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan tanaman sumber protein yang

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BEBERAPA TEKNIK PENGENDALIAN HAMA TERPADU

1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman.

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung di Indonesia (Zea mays L.) merupakan komoditas tanaman

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

TEKNIK PENGELOLAAN HAMA OLEH SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOI FPMIPA UPI

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus tanpa diikuti upaya pemulihan kesuburannya. Menurut Bekti

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. burung,1000 jenis reptil dan amphibi sertainsektakurang lebih 8000 jenis.

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Salah satu pangan fungsional yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kontradiktif dengan luasnya lahan potensial untuk pertanaman kedelai. Indonesia

MATERI BIOTEKNOLOGI MODERN JAGUNG TRANSGENIK. Disusun Oleh : NURINSAN JUNIARTI ( ) RISKA AMELIA ( )

BAB VIXX PEMBAHASAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dhora Dwifianti, 2013

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB I PENDAHULUAN. tanaman obat di dunia, ± dari 3000 sampai 4000 jenis tumbuhan obat yang

BAB I PANDAHULUAN. Adanya cahaya, akan mempengaruhi suhu di bumi. Suhu banyak diaplikasikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT menciptakan langit, bumi beserta semua isinya adalah

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan mampu menghidupkan manusia dari generasi ke generasi. Semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Hill (1960) dan Heyne (1988), klasifikasi tanaman kapas adalah. Sub Ordo: Tiliceae.

BAB I PENDAHULUAN. polifagus. Pada fase larva, serangga ini menjadi hama yang menyerang lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan atau tuntutan pendidikan nasional yaitu mewujudkan kegiatan

I. PENDAHULUAN. produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1984

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Analisis Kimia Tanah Masam Lampung. Tabel 1: Ringkasan hasil analisis kimia tanah masam Lampung

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Berbagai aktivitas seperti industri, pertambangan dan transportasi

I. PENDAHULUAN. nasional yang memiliki tujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani

SISTEM KERING DAN SISTEM BASAH DALAM PROSESING BENIH KAPAS (Gossypium hirsutum L.)

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman pangan yang penting di dunia, selain padi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. baku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) meningkat dari 365 ribu ton menjadi. 99% dan hanya 1% dipenuhi dari kapas domestik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L. Merrill) adalah komoditas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

I. P E N D A H U L U A N. empat bibit kelapa sawit dibawa dari Afrika dan ditanam di Kebun Raya Bogor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L.Mer) merupakan salah satu komoditi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

BAB I PENDAHULUAN. kedelai dan industri pakan ternak. Rata rata kebutuhan kedelai setiap tahun sekitar ± 2,2 juta

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari kulit batangnya. Kenaf sebagai tanaman penghasil serat banyak

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah memiliki rahasia yang harus dipelajari dan tidak ada satupun yang sia-sia. Sebagaimana dalam Alqur an surat Ali-Imran ayat 190-191 yang berbunyi: Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orangorang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. Dalam surat Ali-Imran ayat 190-191 mengingatkan kita sebagai manusia yang memiliki akal untuk mengungkap rahasia-rahasia-nya dan supaya selalu ingat kepada pencipta alam semesta yaitu Allah dalam situasi apapun, karena semua yang telah diciptakan oleh Allah selalu memiliki manfaat dan tidak ada satupun ciptaannya yang sia-sia. Segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah memiliki manfaat dimana manfaat tersebut harus dimanfaatkan. Satu diantara manfaat alam yaitu tanaman kapas (Gossypium hirsutum L). yang bermanfaat sebagai bahan sandang, pangan. Sebagai makhluk yang diberi kelebihan-kelebihan, manusia dijadikan khalifah di bumi dengan tugas, kewajiban dan segala tanggung jawabnya. Sebagai khalifah di bumi,

manusia tidak hanya memanfaatkan apa yang telah dianugerahkan Allah saja akan tetapi kita juga dianjurkan untuk melestarikan bumi ini dengan cara meningkatkan produksi tanaman. Satu diantara upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan merawat dan menjaga tanaman tersebut supaya dapat tumbuh subur dan terhindar dari serangan hama yang dapat merusak tanaman tersebut. Berdasarkan firman Allah dalam Alqur an surat Al-A raaf: 133 yang berbunyi: Artinya: Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa. Ayat (surat Al-A raaf: 133) tersebut menunjukkan adanya kerusakan dan kedurhakaan yang mereka lakukan telah melampaui batas maka kami kirimkan siksa berupa taufan yaitu air bah yang menghanyutkan segala sesuatu atau angin ribut disertai kilat dan guntur serta api dan hujan yang membinasakan segala yang ditimpanya. Kemudian siksaan itu boleh jadi diduga akan menyuburkan tanah, maka Allah mengirimkan belalang dan kutu yang dapat merusak tanaman yang biasa disebut dengan hama tanaman (Shihab, 2003). Betapa besar kekuasaan Allah yang telah menciptakan sesuatu yang sangat kecil, tetapi mampu menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi kehidupan manusia dengan cara sesuai dengan kehendak-nya. Selain serangga yang disebutkan dalam ayat tersebut, masih banyak sekali serangga-serangga yang berpotensi merusak tanaman. Satu diantara hama yang merusak tanaman yaitu hama penggerek buah/helicoverpa armigera.

Kemajuan industri tekstil dalam memenuhi kebutuhan ekspor dan pengadaan sandang di dalam negeri belum didukung oleh pengadaan serat kapas nasional. Kebutuhan serat kapas sebagai bahan baku industri di dalam negeri berkisar antara 365-500 ribu ton setiap tahun, sedangkan produksi serat kapas sebesar 2.000 ton per tahun memenuhi hanya 0,4% dari kebutuhan nasional (Taher, 1999). Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (Balittas) telah mengumpulkan 619 aksesi kapas diintroduksi melalui pertukaran varietas dengan beberapa lembaga penelitian kapas dari luar negeri, dari bank plasma nutfah seperti IRCT Prancis, USDA Amerika Serikat, ICAR India maupun beberapa perusahaan pengelola kapas. Sebagian besar dari plasma nutfah tergolong spesies Gossypium hirsutum, beberapa tergolong spesies G.barbandese, G.arboreum dan G.herbaceum (Sumartini, 2001). Sebagai sumber gen untuk pengembangan varietas kapas tahan hama, maka perlu diketahui atau dievaluasi tingkat ketahanannya terhadap hama. Untuk mengevaluasi seluruh koleksi tersebut dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan ketersediaan dana dan tenaga. Kegiatan ini adalah merupakan rangkaian tahapan untuk tujuan tersebut. Beberapa spesies hama penggerek buah, seperti: Earias vitella, Helicoverpa armigera, dan Pectinohora gossypiella sangat potensial menurunkan produktivitas hingga 30-50%. Bahkan sampai sekarang belum tersedia varietas-varietas kapas yang tahan terhadap serangan hama penggerek buah. Satu ekor ulat penggerek buah kapas (H. armigera) selama stadia ulat mampu merusak 2-12 kuncup bunga dan buah kapas, sehingga pengendalian dengan cara yang kurang tepat dapat mengakibatkan kehilangan hasil kapas hingga >50% (Soebandrijo, 1994).

Sekitar tiga dasa warsa lalu penggunaan insektisida kimia sintetis merupakan satu-satunya cara pengendalian hama penggerek buah pada kapas, tetapi meningkatnya kasus resistensi pada ulat penggerek buah terhadap insektisida kimia menyebabkan penggunaannya mulai dikurangi. Untung (1996) mengemukakan bahwa aplikasi insektisida kimia sintetik yang kurang bijaksana dan tidak sesuai dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dapat memberikan berbagai dampak negatif seperti terjadinya resistensi hama, munculnya hama sekunder, terbunuhnya organisme bukan sasaran, adanya residu insektisida pada bahan makanan, pencemaran lingkungan, dan bahaya pada pemakai. Pada batasan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), disebutkan bahwa insektisida hanyalah merupakan salah satu unsur pengendalian dan dapat digunakan bersama unsur lain asal sesuai (kompatibel) (Smith dan van den Bosch, 1967). Aspek dasar PHT adalah penggunaan ambang ekonomi hama, yang berarti bahwa insektisida hanya digunakan untuk mencegah populasi hama mencapai tingkat kerusakan ekonomi (Stern, 1959). Adanya kebijakan untuk mengurangi penggunaan pestisida perlu digantikan dengan teknologi pengembangan varietas unggul yang tahan terhadap hama, yang didalamnya telah terjadi proses melalui berbagai pengujian ketahanan. Satu diantaranya dengan menguji daya recovery tanaman terhadap simulasi kerusakan karena diharapkan didapatkan tanaman yang tahan terhadap hama dan dapat meningkatkan hasil panen. Kesulitan untuk memanipulasi populasi serangga hama di lapang agar terkondisikan sebagai variasi serangan menyebabkan simulasi kerusakan sering digunakan untuk membantu memahami respon tanaman terhadap kerusakan oleh serangga hama.

Varietas tahan ialah varietas yang tahan terhadap serangan hama-hama tertentu dengan satu atau beberapa mekanisme ketahanan. Daya tahannya diwariskan kepada keturunannya, hal ini disebut ketahanan genetik. Koleksi plasma nutfah merupakan sumber gen yang berguna bagi perbaikan tanaman seperti gen untuk ketahanan terhadap penyakit, hama, gulma, dan juga gen untuk ketahanan terhadap cekaman lingkungan abiotik yang ekstrim. Selain itu plasma nutfah juga merupakan sumber gen yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas hasil tanaman seperti kandungan nutrisi yang lebih baik (Adiwilaga dan Hidayat, 2006). Kemampuan tanaman kapas dalam melakukan kompensasi terhadap kerusakan akibat serangan hama dapat dipelajari dengan melakukan simulasi kerusakan secara mekanis, yaitu menghilangkan komponen-komponen pertumbuhan yang berkaitan erat dengan serangan hama, khususnya kuncup bunga. Metode ini cukup efektif menunjukkan tingkat kerusakan, sehingga batas kemampuan tanaman untuk melakukan pemulihan dan kompensasi melalui pertumbuhan komponen pengganti dapat dideterminasi. Sebagai tanaman indeterminit, kapas memiliki kemampuan untuk meminimalkan kehilangan komponen produksi yang disebabkan oleh berbagai faktor (Pettigrew, 1992). Pada tanaman yang mengalami kerusakan, khususnya di bagian-bagian terminal, intersepsi cahaya akan menjadi lebih baik (Lei, 2003) karena daun-daun atau kuncup bunga baru lebih banyak terbentuk dibagian tersebut sehingga proses fotosintesis menjadi lebih aktif. Perlakuan pemetikan organ seperti kuncup bunga, buah dapat menghambat laju fotosintesis untuk beberapa hari, terutama untuk daun yang berdekatan dengan organ yang dipetik tersebut. Hambatan terhadap laju fotosintesis ini

disebabkan karena hasil fotosintesis yang tertimbun pada daun, tidak dapat ditranslokasikan ke organ yang telah dipetik. Sebagian ahli berpendapat, bahwa hambatan tersebut terjadi karena fotosintat yang terakumulasi tersebut adalah dalam bentuk butiran pati yang secara fisik akan menghalangi cahaya untuk mencapai membran thilakoid, berarti menghambat fotosintesis (Lakitan, 2008). Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka perlu dilakukan serangkaian penelitian tentang pengaruh penghilangan kuncup buah terhadap pertumbuhan dan produktivitas pada beberapa aksesi tanaman kapas (Gossypium hirsutum L.) dan diharapkan kerusakan secara simulasi melalui penghilangan kuncup bunga berpotensi memicu respon tanaman secara morfologi dan fisiologi yang sedikit banyak memiliki kemiripan dengan serangan hama. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh umur pemetikan kuncup bunga terhadap pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah node) pada beberapa aksesi tanaman kapas? 2. Apakah ada pengaruh umur pemetikan kuncup bunga terhadap produktivitas (jumlah kuncup bunga dan jumlah pembentukan buah) pada beberapa aksesi tanaman kapas? 3. Apakah ada kemampuan recovery aksesi-aksesi kapas akibat pemetikan kuncup bunga terhadap beberapa periode pertumbuhan tanaman?

1.3 Tujuan Penelitian Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh umur pemetikan kuncup bunga terhadap pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah node) pada beberapa aksesi tanaman kapas. 2. Untuk mengetahui pengaruh umur pemetikan kuncup bunga terhadap produktivitas (jumlah kuncup bunga dan jumlah pembentukan buah) pada beberapa aksesi tanaman kapas. 3. Untuk mengetahui kemampuan recovery aksesi-aksesi kapas akibat pemetikan kuncup bunga terhadap beberapa periode pertumbuhan tanaman. 1.4 Hipotesis Hipotesis yang melandasi penelitian ini adalah: 1. Ada pengaruh umur pemetikan kuncup bunga terhadap pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah node) pada beberapa aksesi tanaman kapas. 2. Ada pengaruh umur pemetikan kuncup bunga terhadap produktivitas (jumlah kuncup bunga dan jumlah pembentukan buah) pada beberapa aksesi tanaman kapas. 3. Ada kemampuan recovery aksesi-aksesi kapas akibat pemetikan kuncup bunga terhadap beberapa periode pertumbuhan tanaman.

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini, yaitu mendapatkan sumber gen yang tahan terhadap hama sehingga diperoleh varietas kapas yang unggul. 1.6 Batasan Masalah Untuk mendapatkan penelitian yang lebih terarah maka penelitian ini perlu dibatasi sebagai berikut: 1. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah aksesi-aksesi kapas yang di peroleh dari Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat Malang, yaitu; KI 133, KI 76, KI 109, KI 170, KI 178, KI 256, KI 311, KI 316, KI 405, KI 398, dan di peroleh dari Balai Penelitian Tanaman Tembakau Dan Serat Malang. 2. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah pemetikan kuncup bunga pada berbagai umur (40, 60, dan 80 hari) dengan berbagai perlakuan (kontrol, pemetikan hst 40, 60, 80), jumlah kuncup bunga, jumlah node, tinggi tanaman, jumlah buah terbentuk.