BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem ekonomi baru dimana pengolahan informasi, pencarian ilmu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 2009:18). Penerapan strategi bisnis dengan menggunakan Intellectual Capital

BAB I PENDAHULUAN. saing yang lebih tinggi, dan pertumbuhan inovasi yang luar biasa mendorong

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk lebih meningkatkan dan mengembangkan kegiatan bisnisnya

2 intelektual dan manajemen modal adalah kunci keberhasilan dianggap di bidang lingkungan yang bergejolak dan menantang akhir-akhir ini. Laporan keuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pergeseran paradigma dari penekanan paradigma physical capital

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN DASAR DAN KIMIA DI INDONESIA Oleh : Munfaiqotun Nikmah

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut teori ini, tanggung jawab yang paling mendasar dari direksi adalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting sebagai sarana untuk menghimpun dana dari pelaku bisnis dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, kondisi lingkungan usaha cenderung turbulent dan penuh

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi, inovasi teknologi dan persaingan yang ketat pada abad ini memaksa

BAB I PENDAHULUAN. pada kepemilikan aktiva berwujud, tetapi lebih pada inovasi, sistem informasi,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan bisnis perusahaan-perusahaan asing yang masuk ke Indonesia menuntut

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi, persaingan ketat, dan pertumbuhan inovasi yang terusmenerus.

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat. Kecenderungan kesuksesan perusahaan perbankan secara umum senantiasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Intellectual terhadap Kinerja Keuangan dan Nilai Pasar. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini persaingan usaha mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk. memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan mencerminkan nilai aset

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pula pada negara Indonesia. Perkembangan tersebut membuat intensitas

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian harga pasar saham dilakukan oleh shareholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesaing. Dalam upaya pertahanan diri, perusahaan berupaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kinerja manajemen dari berbagai aspek. Penilaian kinerja merupakan

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sebuah organisasi diharapkan melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat telah mengalami empat fase ekonomi-sosial sepanjang sejarah

BAB I PENDAHULUAN. physical capital ke paradigma baru yang memfokuskan pada intellectual capital.

BAB I PENDAHULUAN. berusaha memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya dengan cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari segi aktiva berwujudnya tetapi perusahaan mulai melihat dari sistem

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan yang terjadi pada era new economy ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan inovasi secara terus-menerus. Dalam rangka untuk dapat bertahan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dengan teknologi yang berkembang saat ini, banyak

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembaharuan dengan berfikir global dan bertindak secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge-based business) saat ini,

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. dari resources-based business menjadi knowledge based business. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pun harus mengubah pola manajemen dari pola manajemen. Pengetahuan telah diakui sebagai komponen bisnis yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. penjual dengan risiko untung dan rugi. Pasar modal dapat digunakan oleh para

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang semakin tinggi antar perusahaan. Dalam menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengharuskan perusahaan-perusahaan mengubah cara mereka menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. strategi bisnis dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (laborbased business)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penilaian kinerja dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena baru dalam struktur perekonomian dunia antara lain ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan pada hakekatnya didirikan dengan tujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. membangun, mengembangkan, dan mempertahankan sebuah perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian-penelitian terdahulu. Berikut ini uraian dari beberapa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. modal, dan tenaga kerja terampil di kawasan Asia Tenggara. Sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Persentase Transaksi Saham Industri Manufaktur di BEI

BAB I PENDAHULUAN. intelektual pada perusahaan jasa dan manufaktur di Indonesia. Modal intelektual merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya supaya dapat survive menghadapi persaingan yang ada. Perubahan cara

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 1990 an, perhatian terhadap praktik pengelolan asset tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan ketersediaan tenaga kerja (tangible asset), tetapi lebih pada inovasi, sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Endang Saryanti (2010) meneliti hubungan intellectual capital dengan

BAB I PENDAHULUAN. mampu bersaing dalam mencapai tingkat kompetitif jangka panjang. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini persaingan ketat yang terjadi dalam dunia bisnis

BAB I PENDAHULUAN. kepada persaingan yang semakin kompetitif, dan perubahan cara pandang pelaku

BAB 1 PENDAHULUAN. bekerja untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. informasi mengenai aset berwujud yang bisa dinilai dengan satuan moneter,

BAB I PENDAHULUAN. bisnisnya yang sebelumnya berdasarkan pada tenaga kerja (labor-based business)

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan bagi masyarakat (Kartika dan Hatane, 2013). besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (PSAK No.

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dibidang ekonomi saat ini cukup membawa banyak

BAB I PENDAHULUAN. business) menjadi bisnis berdasarkan pengetahuan (knowledgebased

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Perusahaan dapat mencapai keunggulan kompetitif apabila dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dari peneliti di berbagai negara (Chen et al. 2005; Firer dan Williams,

BAB I PENDAHULUAN. aset tidak berwujud (intangible asset). Intellectual capital merupakan salah satu

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar pada

BAB II. oleh perusahaan. Modal intelektual (IC) pada umumnya didefinisikan sebagai

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk meningkatkan produksi atau asset berwujud. Namun seiring dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis, strategi, sistem manajerial (Stewart, 1997 dalam Evaggelia)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mengubah cara berbinis mereka. Kemampuan bersaing tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Stakeholder Theory (Teori Stakeholder) hubungan serta kepentingan terhadap perusahaan. Individu, kelompok,

BAB I PENDAHULUAN. Knowledge-based economyditandai dengan kemajuan di bidang teknologi

BAB I PENDAHULUAN. signifikan pada keberhasilan dan kelangsungan hidup suatu organisasi, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. tenaga kerja menjadi bisnis yang berdasarkan pengetahuan. menerapkan sistem manajemen pengetahuan (knowledge management) maka

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pelayanan, berfokus mengembangkan jaringan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan tenaga kerja (labor-based business) menjadi bisnis berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat bertahan dan memenangkan persaingan usaha. Agar dapat terus

Pengaruh Intellectual Capital terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Teori yang mendasari penelitian ini adalah Teori Pemangku Kepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN. Penelitian ini digunakan untuk meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja

BAB I PENDAHULUAN. berbisnisnya yang berdasarkan tenaga kerja (labor based business) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. global, dimana perkembangan pada sektor perekonomian telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara baik secara mikro maupun secara makro, karena memiliki fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi global ditandai dengan munculnya perusahaan-perusahaan baru

BAB I PENDAHULUAN. dipungkiri dengan kinerja yang baik diharapkan berdampak pada kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran teknologi yang begitu pesat serta pertumbuhan jaringan komputer

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dasawarsa terakhir teknologi informasi telah menumbuhkan suatu sistem ekonomi baru dimana pengolahan informasi, pencarian ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadi sumber utama produktivitas. Dalam sistem ekonomi klasik produktivitas dihasilkan melalui proses manajemen dan teknologi, yang merupakan kombinasi dari sumber daya alam, uang dan sumber daya manusia. Namun pada sistem ekonomi baru produktivitas tumbuh dari kemampuan mendidik tenaga kerja dalam memperoleh kecakapan baru berdasarkan pengetahuan. Hal ini merupakan suatu konsep baru yang penting dalam teori manajemen, yang merupakan suatu intellectual capital (kemampuan intelektual) bagi suatu perusahaan. Sementara situasi perekonomian dunia sekarang ditandai oleh meningkatnya perdagangan antar-negara yang berbasis ilmu pengetahuan; bukan hanya menyangkut barang dan jasa, melainkan telah pula merambah pada produkproduk yang dihasilkan atas dasar kemampuan intelektual. Kenyataan ini mendorong terciptanya karya-karya intelektual manusia yang semakin memiliki nilai ekonomi tinggi. Perkembangan dunia menunjukkan, kemampuan intelektual atau yang berbasis pengetahuan menyumbangkan kekayaan yang jauh lebih besar daripada kekayaan yang berbasis fisik seperti barang tambang, hutan, laut, dan sebagainya. Kemampuan Intelektual telah menjadi faktor penting dalam membantu suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan kompetitif. Bontis (1998) menunjukkan bahwa salah satu pembeda dari ekonomi baru yang telah

dikembangkan dalam persaingan global merupakan suatu kekuatan yang kuat yang memiliki dampak terhadap perusahaan. Untuk menarik dan mengundang perhatian investor terhadap perusahaan dimata pasar, perlu adanya faktor-faktor yang mendukung agar perusahaan tersebut lebih kokoh, yang ditinjau bukan hanya dari aset berwujud tetapi juga termasuk asset tidak berwujud. Salah satunya asset tak berwujud adalah kemampuan intelektual perusahaan. Margaretha dan Rahman (2006) menyimpulkan bahwa banyak faktor yang dapat membuat perusahaan menjadi lebih kokoh dimata pasar bukan hanya dari asset fisik yang dimiliki tetapi juga asset tak berwujud, seperti stockholder s equity yang positif, kekuatan pada financial performance, kemampuan intelektual perusahaan, efisiensi biaya yang ditemukan dapat meningkatkan nilai perusahaan dan kekuatan dalam persaingan, hingga inovasi yang terus menerus. Persaingan bukan hanya sebatas berasal dari produk unggulan yang telah diciptakan oleh perusahaan, tetapi juga pada bidang keuangan perusahaan harus berusaha meningkatkan market value atau nilai pasar untuk meningkatkan shareholders equity Chen et al (2005) sependapat dengan pernyataan Bontis (2002) dan Pulic (2000) bahwa metode pengukuran pendapatan perusahaan pada saat ini tidak hanya berdasarkan prinsip akuntansi, tetapi sudah meliputi kemampuan intelektual dari suatu perusahaan. Metode pengukuran ini pun berkembang, bahwa pengukuran pendapatan suatu perusahaan juga dapat dilihat berdasarkan kemampuan intelektual (intellectual capital) terhadap kinerja keuangan (financial performance) dari suatu perusahaan. Suatu perusahaan yang memiliki

kemampuan intelektual yang baik, diharapkan memiliki kinerja keuangan yang meningkat dari tahun ketahun. Ukuran yang digunakan untuk menilai efisiensi dari kemampuan intelektual perusahaan adalah dengan menggunakan intellectual capital yang berbasis moneter, yang dikenal dengan Pulic s VAIC TM Model atau Metode Value Added Intellectual Coefficient. (VAIC ) dikembangkan oleh Pulic yang didesain untuk menyajikan informasi tentang value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tidak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan. Intellectual capital atau adalah suatu istilah yang memiliki berbagai definisi dalam teori-teori ekonomi yang berbeda, karenanya merupakan satusatunya definisinya yang paling netral mengenai "aktiva tak berwujud" (intangibles) dalam ekonomi dan asumsi modal yang menciptakan kekayaan intelektual. Istilah ini terutama dipergunakan oleh ahli teori dalam teknologi informasi, riset inovasi, transfer teknologi, dan bidang-bidang lain yang terutama menyangkut teknologi, standar, dan modal ventura. Menurut Zurnali (2008), istilah intellectual capital digunakan untuk semua yang merupakan asset dan sumberdaya non-tangible atau non-physical dari sebuah organisasi, yaitu mencakup proses, kapasitas inovasi, pola-pola, dan pengetahuan yang tidak kelihatan dari para anggotanya dan jaringan koloborasi serta hubungan organisasi. Intellectual capital dapat juga diasumsikan sebagai kombinasi dari sumberdayasumberdaya intangible dan kegiatan-kegiatan bagi suatu organisasi untuk dapat mentransformasi sebuah bentuk material, keuangan dan sumberdaya manusia dalam sebuah kecakapan sistem untuk menciptakan stakeholder value.

Oleh karena itu pengukuran model VAIC TM dikonstruksi dari akun-akun dalam laporan keuangan perusahaan (neraca, laba rugi), dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan Value Added (VA). Value Added (VA) merupakan indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam penciptaan nilai (value creation). Ada tiga komponen yang menentukan Intellectual Capital (VAIC TM), yaitu Capital Employee Efficiency (VACA), Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA). Kemapuan Intelektual serta manajemen pengetahuan sangat erat kaitannya dengan perkembangan teknologi informasi yang telah mendorong era globalisasi atau perdagangan bebas. Teknologi informasi tersebut bisa dipandang sebagai alat atau media untuk memperoleh pengetahuan dan informasi serta sebagai alat dalam menjalankan proses bisnis itu sendiri. Dua perspektif tersebut menjadi dasar bahwa penguasaan dan penerapan teknologi informasi, baik secara individual oleh karyawan maupun diterapkan dalam proses bisnis di perusahaan, akan menjadi modal utama lainnya bagi perusahaan untuk mendorong laju inovasi, dari berbagai sumber tersebut, terlihat bahwa ada beberapa kemiripan mendasar dari konsep inovasi, yaitu sesuatu yang baru, baik berupa ide, barang, proses, atau jasa. Dalam hal ini cara pengukuran inovasi tersebut dapat dilakukan melalui kemampuan intelektual perusahaan adalah dengan menggunakan intellectual capital, pengukuran model VAIC TM, yang dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan Value Added (VA), yang dibagi dalam dua kelompok ukuran yang berhubungan dengan output dan input. Ukuran nilai output

No. misalnya produk atau proses baru atau yang dikembangkan, persentase penjualan dari produk atau proses baru tersebut. Sementara ukuran nilai input diperoleh dari beban penjualan dan biaya-biaya lain (selain beban karyawan). Nilai intellectual capital perusahaan manufaktur untuk sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Beberapa Perusahaan Dalam Sektor Barang Konsumsi Nilai Value Added pada Perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011 Nilai Value Added (Jutaan Rupiah) Thn. 2008 Thn. 2009 Thn. 2010 Thn. 2011 1 Makanan & Minuman 11.888.285,000 12.999.182,000 17.760.995,000 13.207.965,000 2 Rokok 16.258.392,000 19.744.995,000 23.465.878,000 20.208.562,000 3 Farmasi 7.229.901,000 8.337.381,000 10.021.290,000 8.116.872,000 4 Kosmetik & Barang keperluan rumah tangga 8.489.507,000 10.013.493,000 11.257.197,000 9.595.092,000 5 Peralatan rumah tangga 19.561,000 188.822,000 213.294,000 354.666,000 Sumber: PT. Dana Reksa, Medan (2012) Nilai Value Added perusahaan manufaktur untuk sektor industri selama empat tahun terakhir mengalami penurunan dari tahun ketahun, khususnya selama empat tahun terakhir. Kinerja keuangan yang tidak stabil dan nilai pasar mengalami kenaikan dan penurunan pada perusahaan manufaktur khususnya sektor barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia ini salah satu faktor penyebabnya adalah nilai Intellectual Capital, yang terdiri dari physical, human dan structural capital. Seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan kebutuhan dari pergerakan nilai pasar, semakin banyak pula investor yang melakukan investasi di pasar modal. Tahun 2008 rata-rata nilai transaksi telah mencapai angka diatas Rp 4,4 triliun perhari, dan dalam kurun waktu 15 tahun rata-rata nilai transaksi harian telah meningkat sebesar lebih kurang 4000%, (HIS Bursa Efek Indonesia, 2010). Perusahaan manufaktur terdiri atas tiga sektor, yaitu sektor barang konsumsi,

aneka industri, dan industri dasar kimia, yang masing-masing sekor memiliki mengalami gejolak pasar yang berbeda-beda atas indeks pasar. Intelectual Capital pada suatu perusahaan akan mempengaruhi pergejolakan atas nilai pasar dan kinerja keuangan suatu perusahaan, dan turun naiknya nilai pasar pada perusahaan manufaktur dapat dilihat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1 : Indeks Harga Saham Perusahaan Manufaktur, Periode Tahun 2011 sampai dengan 2012 Sumber : PT. Dana Reksa, Tbk (2012) Nilai pasar dari beberapa perusahaan manufaktur mengalami kenaikan dan penurunan di pasaran selama empat periode, dari tahun 2009 sampai dengan 2012. Bulan Maret, tahun 2009 nilai indeks pasar dimulai dari angka 240 bergerak naik menjadi 520, pada bulan November 2009, dan bergerak naik menjadi angka 820 pada bulan September 2010. Indeks harga pasar mengalami penurunan menjadi 720 pada bulan Januari tahun 2011, namun pada bulan Juni tahun 2011 mengalami kenaikan kembali menjadi 860, dan tidak stabil sampai tahun 2011, namun mengalami kenaikan menjadi 1040 pada bulan Januari tahun 2012. Nilai pasar pada perusahaan manufaktur dapat juga dilihat dari saham pembukaan,

tertinggi, terendah, dan penutupan, diakhiri dengan jumlah transaksi atas pembelian saham pada perusahaan manufaktur, dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Harga Saham pada Perusahaan-perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011 No. Tahun Saham (dalam jutaan rupiah) Pembukaan Tertingi Terendah Penutupan Jlh. Transaksi 1 2009 408,313 412,903 405,095 409,651 517.794.779,263 2 2010 697,700 703,750 692,120 698,662 689.759.454,878 3 2011 878,659 886,272 870,926 879,590 636.398.863,102 4 2012 (kwartal pertama) 1.009,449 1.015,952 1.001,490 1.009,072 526.208.918,020 Sumber: PT. Dana Reksa, Medan (2012) Banyak faktor yang mempengaruhi nilai pasar pada perusahaan manufaktur yang sahamnya tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk ketiga sektor industry, misalnya Corporate Social Responsibility, Leverage, Investment Opportunity Set, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas, Komisaris Independen, Cash Holding, dan Dividend Payout Ratio, Intelectual Capital, dan lainnya. Penelitian ini lebih ditekankan pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indnesia, yang dapat dilihat datanya selama empat tahun terakhir pada Tabel 1.3. Tabel 1.3. Nilai Pasar pada Perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011 No. Beberapa Perusahaan Dalam Sektor Barang Konsumsi Jumlah Perusahaan Nilai Pasar (dalam jutaan rupiah) Thn. 2008 Thn. 2009 Thn. 2010 Thn. 2011 1 Makanan & Minuman 11 Perusahaan 63.220,000 141.244,794 190.477,492 476.688,966 2 Rokok 3 Perusahaan 9.111,000 22.623.271,000 56.292,416 78.280,030 3 Farmasi 9 Perusahaan 140.201,000 185.764,075 270.534,172 275.607,180 4 Kosmetik & Barang 3 Perusahaan 15.600,000 15.475,426 23.079,278 15.844.642,742 keperluan rumah tangga 5 Peralatan rumah tangga 3 Perusahaan 522,000 502,039 710,107 719,138 Sumber: PT. Dana Reksa, Medan (2012)

Nilai pasar pada perusahaan manufaktur untuk sektor industri selama empat tahun terakhir mengalami kenaikan untuk semua sektor, kecuali pada sektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga mengalami penurunan. Hal ini dilihat juga pada kinerja keuangan beberapa perusahaan tersebut yang ditinjau dari rasio profitabilitasnya, yang merupakan rasio yang mengukur efektivitas suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja keuangan perusahaan ini dapa dilihat pada Tabel 1.4 Tabel 1.4. Nilai Profitabilitas (ROA) pada Perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011 Nilai ROA (frequency) Beberapa Perusahaan No. Jumlah Dalam Sektor Barang Per1sahaan Thn. Thn. Konsumsi 2008 Thn. 2009 Thn. 2010 2011 1 Makanan & Minuman 11 Perusahaan 1,33 1,17 1,12 1,10 2 Rokok 3 Perusahaan 0,37 0,42 0,48 0,69 3 Farmasi 9 Perusahaan 0,78 0,94 0,99 1,18 4 Kosmetik & Barang keperluan rumah tangga 3 Perusahaan 0,57 0,68 0,69 0,63 5 Peralatan rumah tangga 3 Perusahaan 0,05 0,03 0,07 0,09 Sumber: PT. Dana Reksa, Medan (2012) Tabel 1.5. Nilai Profitabiliats (ROE) pada Perusahaan Manufaktur untuk Sektor Barang Konsumsi di BEI, Periode Tahun 2008 sampai dengan 2011 Nilai ROE Beberapa Perusahaan No. Jumlah (frequency) Dalam Sektor Barang Perusahaan Thn. Thn. Thn. Thn. Konsumsi 2008 2009 2010 2011 1 Makanan & Minuman 11 Perusahaan 2,72 4,87 2,50 2,43 2 Rokok 3 Perusahaan 0,58 0,60 0,93 1,13 3 Farmasi 9 Perusahaan 1,95 2,10 0,81 0,54 4 Kosmetik & Barang 3 Perusahaan 0,98 1,03 0,29 1,35 keperluan rumah tangga 5 Peralatan rumah tangga 3 Perusahaan 0,13-0,03 0,07 0,09 Sumber: PT. Dana Reksa, Medan (2012)

Nilai profitabilitas perusahaan manufaktur untuk sektor barang konsumsi selama empat tahun terakhir mengalami kenaikan dan penurunan. Kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba bersih diukur dari nilai aktiva dan modal pemilik. Kemampuan nilai pasar dan profitabilitas suatu perusahaan ini salah satunya dipengaruhi oleh Intelectual Capital suatu perusahaan, dimana yang dapat diaktualisasikan dalam bentuk pengembangan dan pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM), yang dihasilkan dari dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Dalam hal ini perusahaan perlu membuat mekanisme yang dapat merangsang terciptanya pengetahuan, menyebarkan pengetahuan di antara karyawan dan pimpinan, serta adanya kepedulian terhadap pengetahuan yang terus berkembang. Perusahaan-perusahan go public menjadikan pasar modal sebagai lembaga alternatif untuk memperoleh sumber dana yang dibutuhkan untuk pengembangan perusahaan. Pada sisi lain investor melakukan investasi untuk memperoleh laba atau sering disebut dengan return yang terbaik, return diperoleh investor dari dua sumber, yaitu dalam bentuk pembagian dividen dan kenaikan harga saham di pasar modal. Naik dan turunnya harga saham pada dasarnya menjadi perhatian utama investor melakukan investasi daripada mengharapkan pembagian dividen yang dilakukan secara berkala dan tidak ada jaminan pembayaran dividen meskipun perusahaan memperoleh laba, dan jika diperhatikan maka tingkat return dari pembayaran dividen pada dasarnya lebih kecil daripada return yang diperoleh dari kenaikan harga saham. Hal inilah yang membuat investor cenderung melakukan analisis nilai pasar untuk memilih saham yang bisa menghasilkan return yang baik dan menguntungkan.

1.2 Perumusan Masalah Selama empat tahun terakhir, yaitu 2008 sampai dengan 2011, nilai profitabilitas perusahaan manufaktur untuk sektor barang konsumsi mengalami kenaikan dan penurunan. Dalam hal ini kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba bersih diukur dari nilai aktiva dan modal pemilik, salah satunya faktor yang mempengaruhinya oleh Intelectual Capital suatu perusahaan. Intelectual Capital dapat diaktualisasikan dalam bentuk pengembangan dan pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM), yang dihasilkan dari dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja, mekanisme yang dapat merangsang terciptanya pengetahuan, penyebaran pengetahuan di antara karyawan dan pimpinan, serta adanya kepedulian terhadap pengetahuan yang terus berkembang. Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada Kinerja Keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas, yaitu ROA untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011? 2. Bagaimana pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada Kinerja Keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas, yaitu ROE untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011? 3. Bagaimana pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA)

pada Kinerja Keuangan yang terdiri Nilai Pasar (NP) untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011? 1.3 Tujuan Penelitian Berkaitan dengan perumusan masalah pada penelitian ini, maka tujuan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas, yaitu ROA untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 2011; 2. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri dari rasio profitabilitas, yaitu ROE untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 2011 3. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai pengaruh Intellectual Capital yang terdiri dari VACA, Human Capital Coeffisien (VAHU), dan Structural Capital Eficiency (STVA) pada kinerja keuangan yang terdiri dari Nilai Pasar (NP) untuk perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 2011

1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan pikiran dan memberikan manfaat yang berarti kepada para pihak, yaitu: 1. Bagi Bursa Efek Indonesia Sebagai sumber informasi agar perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia lebih memperhatikan dan mengembangkan kemampuan intelektual yang dimilikinya, karena merupakan nilai tambah dan keunggulan kompetitif perusahaan; dapat melakukan evaluasi kinerja keuangan perusahaan terhadap nilai pasar dalam menyusun kebijakan dan tujuan perusahaan 2. Bagi Sekolah Pascasarjana Sebagai upaya memperkaya khasanah dan penelitian pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan penelitian khususnya yang berhubungan dengan kinerja keuangan perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2008 sampai dengan 2011 4. Bagi Masyarakat Sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan analisis investasi dan keputusan investasi di pasar modal khususnya perusahsahaan manufaktur sektor barang konsumsi.