STRUKTUR AKREDITASI PERWASITAN SENAM ARTISTIK PUTRA

dokumen-dokumen yang mirip
STRUKTUR AKREDITASI PERWASITAN SENAM ARTISTIK PUTRA

SISTEM SENAM INDONESIA KETENTUAN KLASIFIKASI DAN MEKANISMENYA PADA SELURUH TINGKAT KEPENGURUSAN ===================================================

Materi Pendidikan Wasit Senam Artistik Putra

BAB I PENDAHULUAN. Tae Kwon Do adalah salah satu cabang olahraga yang. termasuk ke dalam kategori seni bela diri prestasi.

RANCANGAN GARIS BESAR PROGRAM KERJA PENGURUS BESAR FORKI TAHUN ANGGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. olahraganya semakin tinggi juga derajat suatu daerah atau Negara. Begitu pun di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia olahraga, senam merupakan cabang olahraga yang paling

KETENTUAN UMUM KEJUARAAN DAERAH JAWA BARAT SENIOR DAN JUNIOR TAHUN 2017

RANCANGAN PROGRAM PEMBINAAN PRESTASI ATLET YUNIOR TAHUN 2007 S/D Oleh Eka Nugraha, Cs. BIDANG PEMBINAAN PRESTASI ATLET YUNIOR PB PASI

SISTEM RANKING PERSATUAN BULUTANGKIS SELURUH INDONESIA

NOTULENSI RAPAT KERJA NASIONAL III

PROPOSAL KERJASAMA SEWA STAND. KEJUARAAN NASIONAL PANJAT TEBING FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA 2010 Jakarta, Desember 2010

Materi Pendidikan Wasit Senam Artistik Putra

2 1- PERSYARATAN UMUM

PROPOSAL KEJUARAAN DAERAH JAWA BARAT INSTITUT KARATE-DO NASIONAL PIALA KAPOLDA JAWA BARAT TAHUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) PELATIHAN CABOR SENAM

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PROGRAM PEMBINAAN PRESTASI ATLET ATLETIK JAWA BARAT TAHUN 2009 S/D Oleh Eka Nugraha, Cs.

BAB 8 Peraturan dan Penilaian Senam

Peringkat 3 B. MAKSUD DAN TUJUAN DARI CODE OF POINTS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan suatu fenomena yang mendunia dan menjadi bagian

beberapa peraturan yang pada intinya penyelenggaraan pertandingan olahraga

SISTEM RANKING PBSI PENGURUS BESAR PERSATUAN BULUTANGKIS SELURUH INDONESIA

BAB VI SENAM. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 133

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS

PROPOSAL PELATIHAN PELATIH PENCAK SILAT TINGKAT DASAR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENGURUS PROVINSI IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA TAHUN 2012

REDESAIN KOMPLEKS GELANGGANG OLAH RAGA SATRIA DI PURWOKERTO Dengan Penekanan Desain Arsitektur High-Tech

BAB I PENDAHULUAN. Setiap cabang olahraga mempunyai sejarah kelahirannya sendiri-sendiri, begitu juga

PERATURAN LOMBA 2 3 SEPTEMBER 2016

LAMPIRAN-LAMPIRAN. 1. Kelompok usia dini : Usia 8 dan 9 tahun. Kelompok ini akan mempertandingkan : 2. Kelompok pra pemula : Usia 10 dan 11 tahun

BAB I. A. Latar Belakang

PROPOSAL PENGAJUAN DANA HIBAH TAHUN ANGGARAN 2019

Uji keberbakatan atlet panahan usia tahun melalui sport search

ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI OLAHRAGA KARATE-DO INDONESIA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN OLAHRAGA

PENGURUS BESAR FEDERASI OLAHRAGA KARATE-DO INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI OLAHRAGA KARATE-DO INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan watak dan kepribadian yaitu sikap sportivitas dan disiplin. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. baik itu di tingkat Nasional seperti PON ataupun di tingkat Internasional seperti

Journal of Physical Education, Health and Sport

LAPORAN TUGAS AKHIR. Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma 3. oleh: NIM : NIM :

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT KEJUARAAN NASIONAL BOLAVOLI JUNIOR DI SENTUL BOGOR TAHUN Oleh: Sujarwo

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ANGGARAN DASAR FEDERASI OLAHRAGA KARATE-DO INDONESIA

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lebih lanjut pasal 29 menyebutkan bahwa untuk melaksanakan tugas pokok

BAB I PENDAHULUAN. Bola voli sendiri tidak terpaku hanya untuk bermain di lapangan outdoor saja,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

PERATURAN LOMBA Desember Diselenggarakan oleh : MONASTANA Speed Skating Club - Jakarta

N G T A KEJUARAAN BULUTANGKIS TANGKAS SPECS JUNIOR CHALLENGE OPEN BADMINTON CHAMPIONSHIPS 2012 DATA KEJUARAAN 9-14 JULI 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN LOMBA. 7-8 November Diselenggarakan oleh : DISORDA DKI JAKARTA PORSEROSI PENGPROV DKI JAKARTA. Bekerjasama dengan :

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELUANG BISNIS MELALUI PENYELENGGARAAN PERTANDINGAN TENIS

BAB I PENDAHULUAN. gagalnya seseorang dalam berprestasi. Bompa ( 1988 : 2 ) yang isinya bahwa : Persiapan fisik harus

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG. nasional di tingkat internasional, perlu melakukan penyempurnaan terhadap pengaturan mengenai

PEMAHAMAN KARAKTER USIA DINI. Apa yang memotivas i anak-anak untuk Ikut olah raga? RAPAT KOORDINASI NASIONALBIDANG PEMBINAAN & PRESTASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Olahraga berkembang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN PERTANDINGAN CABANG OLAHRAGA KARATE SISWA SEKOLAH DASAR (SD) TINGKAT NASIONAL

ANTAR PELAJAR DAN MAHASISWA Sekretariat : GOR Ewangga Kuningan Kontak Person :

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1 1. LATAR BELAKANG 1 2. PENGERTIAN-PENGERTIAN 2 3. DASAR 4 4. MAKSUD DAN TUJUAN 5

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PROGRAM PEMBINAAN PRESTASI ATLET REMAJA DAN YUNIOR TAHUN 2007 S/D Oleh Eka Nugraha, Cs.

2016 PERBANDINGAN METODE LATIHAN EGGBEATER BEBAN DI ATAS KEPALA DENGAN BEBAN DI PINGGANG TERHADAP POWER TUNGKAI CABANG OLAHRAGA POLO AIR

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN

MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1684 TAHUN 2015 TENTANG

SAMBUTAN BUPATI KARANGANYAR PADA ACARA PEMBUKAAN KEJUARAAN DAERAH INKAI JATENG DANPOMDAM IV DIPONEGORO CUP V TAHUN 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian prestasi dibidang olahraga didukung oleh penerapan ilmu pengetahuan

GELANGGANG OLAH RAGA DIKABUPATEN KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. Dr.J.F.Williams, Dr.Dubly sorgen dan Thomas D.Wood. DISPORA (2004:3), menjelaskan : dalam olahraga senam ada beberapa

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN PENGHARGAAN OLAHRAGA

PROPOSAL INSTITUT KARATE DO NASIONAL PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. negara di kancah International. Nama-nama besar kini telah lahir seperti Ferry

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka kesimpulan penelitian ini sebagai berikut : 1. Pola Pembinaan Klub Bola Voli Bank Sumut Medan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEKAN DAN KEJUARAAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bambang Sugandi, 2013

PELUANG BISNIS MELALUI PENYELENGGARAAN PERTANDINGAN TENIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ini terbukti dengan antara lain banyaknya klub-klub dari kota besar sampai

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Kemajuan olahraga dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan

KETENTUAN KEJUARAAN SWASTA NASIONAL BULUTANGKIS SINAR MUTIARA CUP XXI TAHUN 2013 Tegal, Juni 2013

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAGAAN KEOLAHRAGAAN

BAB 1. KISI-KISI PENJASKES Smtr 1 Kls XI SMK INFORMATIKA PUGER 1

LAMPIRAN-LAMPIRAN. LAMPIRAN 1: DAFTAR PERTANYAAN dan JAWABAN PERTANYAAN LAMPIRAN 2: DOKUMENTASI KEGIATAN

BIODATA ATLET. *Contoh. Kabupaten/Kota : Cabang Olahraga : A. BIODATA : Nama : Tempat/Tgl. Lahir : Pekerjaan/Universitas/Sekolah : Alamat Rumah :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

STRUKTUR AKREDITASI PERWASITAN SENAM ARTISTIK PUTRA 1. Tujuan Tujuan dari Akreditasi Perwasitan Senam Artistik Putra ini adalah untuk menghasilkan kondisi yang kondusif bagi peningkatan kemampuan wasit senam Indonesia, khususnya dalam disiplin Senam Artistik Putra. Melalui program akreditasi ini, berikutnya perekrutan wasit senam artistik putra dapat dilakukan melalui sub-sistem pendidikan perwasitan yang sistematis dan teratur, dengan memperhatikan kriteria sebagai berikut: a) Memastikan terkuasainya pengertian yang mendasar tentang perwasitan untuk tingkat pemula, terutama dalam penilaian rangkaian wajib bagi para pesenam peringkat 1 hingga peringkat 6. b) Memastikan terkuasainya pengertian yang mendasar tentang peraturan senam Internasional (FIG Code of Points). c) Memastikan bahwa para wasit senam artistik putra memiliki pengalaman praktek mewasiti yang memadai di samping pengetahuan teoritisnya. d) Memastikan terciptanya standardisasi isi dan volume kursus/pendidikan perwasitan senam di seluruh Indonesia. e) Memastikan bahwa periode waktu yang dibutuhkan untuk kursus perwasitan memang mendukung terhadap penguasaan pengetahuan perwasitan yang menyeluruh. f) Memastikan bahwa setiap peringkat wasit di seluruh Indonesia mendapat kesempatan dan penghargaan yang memadai dalam upaya peningkatan peringkatnya, disesuaikan dengan tingkat kejuaraan dan peringkat pesenam yang diwasitinya. 2. Struktur Pendidikan Perwasitan Tahapan pendidikan untuk wasit senam artistik putra, seperti telah digariskan dalam Sistem Senam Indonesia ditetapkan dalam struktur sebagai berikut: Peringkat 1: Wasit Pemula Peringkat 2: Wasit Lanjutan

Peringkat 3: Wasit Nasional Peringkat 4: Wasit Internasional Dalam bentuk tabel, peringkat wasit ini dapat digambarkan sebagai berikut: Peringkat wasit/ Status Peringkat 1/ Pemula Peringkat 2 / Lanjutan Peringkat 3 / Nasional Peringkat 4 / Internasional Aspek yang dinilai/ Peringkat pesenam Latihan Rangkaian Wajib / Peringkat 1-3 (Juri B) Latihan Rangkaian Wajib / Peringkat 4-6 (Juri B/Juri A untuk peringkat pesenam 1-3) Latihan Bebas / Peringkat 5-10 (Juri B/Juri A untuk peringkat 1-6) Latihan Bebas (Code of Points)/ Peringkat Junior-Senior (Juri B pada kejuaraan Internasional/ Juri A pada kejuaraan nasional). Badan yang menyelenggarakan Pengcab Persani/Club Senam Pengda Persani PB Persani FIG 3. Kompetensi dari setiap peringkat wasit a. Peringkat 1 Materi Kursus/Penataran: Penataran pada peringkat ini hanya meliputi pengembangan kemampuan menilai pada latihan wajib untuk pesenam dari peringkat 1 hingga 3. 1) Pengertian tentang konsep konstruksi latihan. 2) Pengenalan terhadap pengertian dasar tentang Code of Points dari FIG. 3) Pengembangan pengetahuan dan keterampilan tentang pemotongan pelaksanaan teknis dan kesalahan posisi tubuh dari rangkaian wajib yang sederhana (seperti tugas juri B, sedangkan penentuan basic score-nya dilakukan oleh wasit peringkat 2 yang bertindak sebagai ketua wasit dan atau juri A. Struktur Penataran: Penataran untuk peringkat 1 terdiri dari 10 jam pembelajaran yang terdiri dari pengetahuan teoritis dan demonstrasi praktek dari pesenam atau melalui media elektronik. Penataran ini

dilaksanakan oleh Klub senam atau Pengcab Persani Kabupaten atau Kotamadya dengan melibatkan penatar/manggala peringkat I (minimal, wasit peringkat II). Ujian dan Kelulusan Ujian akan terdiri dari ujian teori dan ujian praktek mewasiti. Materi untuk ujian teori bersumber dari manual yang dikeluarkan secara resmi oleh PB Persani, sedangkan materi ujian praktek dapat bersumber dari kaset video atau VCD resmi atau disediakan khusus oleh setiap panitia, atau dapat juga berbentuk peragaan langsung dari pesenam. Peserta dinyatakan lulus jika minimal mencapai nilai rata-rata 60 dari kedua aspek pengujian di atas. Di samping itu, para peserta harus mengikuti seluruh proses penataran secara penuh (100 % kehadiran). Kewenangan Kepada peserta yang lulus akan diberikan brevet wasit peringkat 1 yang akan dikeluarkan oleh panitia dengan bukti pengesahan dari Komtek PB Persani pada periode yang bersangkutan. Wasit peringkat 1 mempunyai kewenangan untuk mewasiti pada kejuaraan antar klub di tingkat kabupaten atau kotamadya dengan ketentuan mempertandingkan rangkaian wajib untuk pesenam peringkat 1 hingga peringkat 3. b. Peringkat 2 Persyaratan: Peserta yang boleh mengikuti penataran wasit peringkat 2 adalah semua wasit yang dapat menunjukkan brevet resmi peringkat satu dan tanda bukti telah berpengalaman mewasiti pada peringkat yang bersangkutan minimal sebanyak 2 kali. Materi Kursus/Penataran: Penataran pada peringkat ini hanya meliputi penilaian pada latihan wajib untuk pesenam dari peringkat 4 hingga 6. 1) Pengertian tentang persayaratan latihan untuk pesenam peringkat 4 dan peringkat 6.

2) Pengertian tentang persyaratan teknis pada setiap alat yang berlaku untuk peringkat 4-6. 3) Pemantapan keterampilan mewasiti, terutama gabungan antara tugas juri A dan juri B ketika mewasiti rangkaian wajib dari pesenam peringkat 1 hingga peringkat 6. Kemampuan ini meliputi pengetahuan dan keterampilan tentang penentuan nilai akhir dan syarat-syaratnya. Struktur Penataran: Penataran untuk peringkat 2 terdiri dari 12 jam pembelajaran yang terdiri dari pengetahuan teoritis dan demonstrasi praktek, dengan penekanan pada aspek praktek perwasitannya. Penataran ini dilaksanakan oleh Pengda Persani dengan melibatkan penatar/manggala peringkat 2 (minimal, wasit peringkat 3). Ujian dan Kelulusan Ujian akan terdiri dari ujian teori dan ujian praktek mewasiti. Materi untuk ujian teori bersumber dari manual yang dikeluarkan secara resmi oleh PB Persani, sedangkan materi ujian praktek dapat bersumber dari kaset video atau VCD resmi atau disediakan khusus oleh setiap panitia, atau dapat juga berbentuk peragaan langsung dari pesenam. Peserta dinyatakan lulus jika minimal mencapai nilai rata-rata 60 dari kedua aspek pengujian di atas. Di samping itu, para peserta harus mengikuti seluruh proses penataran secara penuh (100 % kehadiran). Kewenangan Kepada peserta yang lulus akan diberikan brevet wasit peringkat 2 yang akan dikeluarkan oleh panitia dengan bukti pengesahan dari Komtek PB Persani pada periode yang bersangkutan. Wasit peringkat 2 mempunyai kewenangan untuk mewasiti pada kejuaraan antar klub, kabupaten atau kotamadya (Kejurda), dengan ketentuan mempertandingkan rangkaian wajib untuk pesenam peringkat 1 hingga peringkat 6. c. Peringkat 3 Persyaratan:

Peserta yang boleh mengikuti penataran wasit peringkat 3 adalah semua wasit yang dapat menunjukkan brevet resmi peringkat 2 dan tanda bukti telah berpengalaman mewasiti pada peringkat yang bersangkutan minimal sebanyak 2 kali. Materi Kursus/Penataran: Penataran pada peringkat ini akan terdiri dari pengajaran tentang penilaian latihan bebas untuk para pesenam dari peringkat 6 hingga peringkat 10. 1) Pengertian tentang penilaian latihan bebas, dengan menekankan pada faktor-faktor tingkat kesulitan, persyaratan khusus, nilai bonus dan faktor pelaksanaan. 2) Penanaman pengertian tentang elemen gerak yang termasuk pada tingkat kesulitan yang harus dikuasai oleh wasit sebagai perbendaharaan gerak dari setiap elemen A, B, C, D, dan E. 3) Pemantapan keterampilan mewasiti, terutama gabungan antara tugas juri A dan juri B ketika mewasiti rangkaian bebas dari pesenam peringkat 5 hingga 10. Struktur Penataran: Penataran untuk peringkat 3 terdiri dari 24 jam pembelajaran yang terdiri dari pengetahuan teoritis dan demonstrasi praktek, dengan penekanan pada aspek praktek perwasitannya. Penataran ini dilaksanakan oleh PB Persani dengan melibatkan penatar/manggala peringkat 3 (minimal, wasit peringkat 4). Ujian dan Kelulusan Ujian akan terdiri dari ujian teori dan ujian praktek mewasiti. Materi untuk ujian teori bersumber dari manual yang dikeluarkan secara resmi oleh PB Persani, sedangkan materi ujian praktek dapat bersumber dari kaset video atau VCD resmi atau disediakan khusus oleh setiap panitia, atau dapat juga berbentuk peragaan langsung dari pesenam. Peserta dinyatakan lulus jika minimal mencapai nilai rata-rata 60 dari kedua aspek pengujian di atas. Kelulusan bagi peringkat 3 dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu: Kategori 1: Memperoleh nilai antara 85-100: Berhak menjadi juri Ketua Wasit dan Juri A1. Kategori 2: Memperoleh nilai antara 70-84: Berhak menjadi juri A2.

Ketergori 3: Memperoleh nilai antara 60-69: Hanya berhak menjadi juri B. Di samping itu, para peserta harus mengikuti seluruh proses penataran secara penuh (100 % kehadiran). Kewenangan Kepada peserta yang lulus akan diberikan brevet wasit peringkat 3 (wasit nasional) yang akan dikeluarkan oleh panitia dengan bukti pengesahan dari Komtek PB Persani pada periode yang bersangkutan. Wasit peringkat 3 mempunyai kewenangan untuk mewasiti pada kejuaraan antar klub, antar kabupaten atau kotamadya, dan kejurnas (antar propinsi), dengan ketentuan kejuaraan tersebut mempertandingkan rangkaian bebas untuk pesenam peringkat 5 hingga peringkat 10. Bagi wasit yang berminat untuk dapat bertugas pada PON (Pekan Olahraga Nasional), disyaratkan bahwa wasit yang bersangkutan harus sudah pernah mewasiti sekurangkurangnya 2 kali pada kejurnas atau yang sederajat. d. Peringkat 4 (Brevet Internasional) Persyaratan: Penataran atau kursus wasit internasional hanya dimungkinkan untuk diikuti oleh wasit nasional kategori 1. Persyaratan khusus diberlakukan bagi wasit nasional kategori 2 untuk meningkat menjadi wasit internasional (mengikuti kursus internasional) dengan catatan sudah berpengalaman mewasiti sekurang-kurangnya dua kali kejuaraan setingkat kejurnas. Dalam prakteknya, keikutsertaan dalam penataran tingkat internasional akan diprioritaskan bagi wasit yang dianggap terbaik, dengan pembiayaan dari PB Persani. Namun bisa terjadi bahwa peserta untuk kursus tingkat ini dibiayai oleh Pengda dan atau Pengcab masingmasing, bahkan kalau perlu biaya sendiri. Materi, Syarat kelulusan: Ditetapkan oleh FIG. Kewenangan:

Para wasit pada peringkat ini dapat bertugas pada kejuaraan-kejuaraan resmi FIG: World Championships, Olympiade, atau event internasional lain seperti SEA Games, Asian Games, dsb.