PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

dokumen-dokumen yang mirip
TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga faktorfaktor

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

ANALISIS SOSIOLINGUISTIK BENTUK BAHASA PENOLAKAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR KLEWER SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA BERITA ON-LINE: PEMBERITAAN TENTANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, SUSI PUDJIASTUTI.

KESANTUNAN TUTURAN IMPERATIF DALAM KOMUNIKASI ANTARA PENJUAL HANDPHONE DENGAN PEMBELI DI MATAHARI SINGOSAREN

BAB III METODE PENELITIAN. mengadakan akumulasi data dasar. Metode penelitian deskriptif kualitatif

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode deskriptif

BENTUK DAN STRATEGI PENOLAKAN DI KALANGAN MASYARAKAT BERBUDAYA JAWA DI SOLO DALAM KONTEKS NONRESMI NASKAH PUBLIKASI

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA

PRINSIP KERJA SAMA DALAM BERINTERAKSI DI LINGKUNGAN SMPN 11 KOTA JAMBI Hendri Ristiawan* SMPN 11 Kota Jambi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB III METODE PENELITIAN

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN

REALISASI TINDAK KESANTUNAN KOMISIF DI KALANGAN MASYARAKAT PEDAGANG PASAR TRADISIONAL NASKAH PUBLIKASI

REALISASI BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH DAN MENASIHATI GURU-MURID DI KALANGAN ANDIK TK DI KECAMATAN SRAGEN WETAN. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. Film The Great Gatsby adalah film visual 3D karya Baz Luhrmann yang

Proceeding IICLLTLC

BAB II LANDASAN TEORI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

TINDAK TUTUR PENOLAKAN PADA WACANA ARISAN KELUARGA DI KALANGAN MASYARAKAT BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI

PERAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI ALAT PEMERSATU DI KALANGAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL MODERN (PTM) KOTA BENGKULU

BAB III METODE PENELITIAN. kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bogdan

BAB I PENDAHULUAN. umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula

BAB II LANDASAN TEORI. Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hubungan antar masyarakat dalam kehidupan sehari-hari merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis.

Artikel Publikasi TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

Analisis Tindak Tutur Bahasa Jawa di Pasar Sampang Kecamatan Sampang Kabupaten Cilacap

PRINSIP KERJA SAMA DAN KESANTUNAN TUTURAN PERAWAT DALAM MENGHADAPI PASIEN YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik

BAB I PENDAHULUAN. dalam bertransaksi yaitu ada barang yang akan diperdagangkan, kesepakatan yang tidak dipaksa oleh pihak manapun.

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARA GURU MURID. DI MTs SUNAN KALIJAGA KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK

BAB 2 ACUAN TEORI. Kesopansantunan dapat dilihat dari berbagai segi dalam kehidupan sehari hari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan saling berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN KESOPANAN DALAM TUTURAN TRANSAKSI PEMBIAYAAN DI PT BFI FINANCE TBK. CABANG SOLO NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. merupakan cara untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan semula suatu

ANALISIS KESANTUNAN BAHASA DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN TEKS NEGOSIASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

Analisis Tindak Tutur Direktif dalam Novel Ngulandara Karya Margana Djajaatmadja

KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO

KESANTUNAN TUTURAN SISWA KEPADA GURU DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS VII 8 SMP NEGERI 27 PADANG ABSTRACT

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang dimasukkan dalam kurikulum tahun Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial antara orang satu dengan yang lainnya. Dalam. komunikasi dibutuhkan alat komunikasi agar hubungan antarmanusia

KESANTUNAN BERBAHASA MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIAANGKATAN DENGAN KARYAWAN UNESA. Pembimbing Dra.

BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR. Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dwi Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DI LINGKUNGAN TERMINAL SEKITAR WILAYAH BOJONEGORO DENGAN PRINSIP KESANTUNAN LEECH

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK.

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

KAIDAH KESANTUNAN DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR: KAJIAN PRAGMATIK. Nanik Setyawati, S.S., M.Hum. Universitas PGRI Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

bahasa indonesia Kelas X MEMPRODUKSI DAN MENGANALISIS TEKS NEGOSIASI K-13 SEMESTER 2, KELAS X SMA/MA/SMK/MAK KURIKULUM 2013

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

Transkripsi:

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli) Oleh Latifah Dwi Wahyuni dan Nisa Afifah Abstrak Pada proses jual beli, baik di pasar tradisional maupun pasar modern (mall) terdapat interaksi dan komunikasi antara penjual dan pembeli. Untuk menciptakan tuturan yang harmonis dibutuhkan strategi kesantunan dalam bertutur. Dalam setiap tuturan, terdapat faktor yang berperan dalam peristiwa tutur. Faktor-faktor tersebut antara lain, penutur, mitra tutur, topik pembicaraan, tempat pembicaraan, suasana pembicaraan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, penutur akan selalu memperhatikan kepada siapa ia berbicara, di mana, mengenai apa, dan dalam suasana bagaimana. Berdasarkan lingkup bidang kajian pragmatik yang cukup luas, maka tulisan ini membahas tentang perbandingan strategi kesantunan antara penjual dan pembeli di pasar tradisional dan pasar modern. Masalah pengungkapan strategi kesantunan dalam proses interaksi dan komunikasi antara penjual dan pembeli merupakan kajian yang cukup menarik dalam pragmatik. Maka perlu kajian untuk membedah masalah kebahasaan ini secara lebih lanjut berdasarkan teori atau pendapat para linguis. Kata kunci: strategi kesantunan, pasar tradisional, pasar modern A. PENDAHULUAN Tindak tutur berkaitan dengan makna atau maksud tertentu, kadang tidak seperti apa yang dibicarakan. Maksud atau makna yang terikat dengan konteks penggunaannya dikaji dalam ilmu pragmatik. Sehubungan dengan makna dan maksud penutur, Subroto menegaskan bahwa pragmatik dan semantik adalah aspek yang berbeda atau bagian yang berbeda dari studi yang sama, yaitu soal meaning. Baik pragmatik maupun semantik sama-sama mengkaji arti namun dari sudut pandang yang berbeda. Semantik mengkaji arti lingual yang tidak terikat konteks, sedangkan pragmatik mengkaji arti yang disebut the speaker s meaning atau arti menurut tafsiran penutur yang disebut maksud. Arti menurut tafsiran penutur atau maksud sangat bergantung konteks, Edi Subroto, (2011: 8). Oleh sebab itu, konteks sangat penting dalam memahami maksud sebuah tuturan karena maksud tersebut bergantung pada konteks dimana dan bagaimana suatu tuturan dituturkan. Dalam dunia perdagangan, penjual dituntut mampu melayani pembeli dengan kata-kata sesantun mungkin. Hal tersebut dimaksudkan, dengan bahasa dan perilaku santun yang ditunjukkan penjual tersebut pembeli akan merasa lebih nyaman dan dihargai dengan pelayanan yang diberikan. Oleh sebab itu, seorang penjual dituntut untuk mampu mempertimbangkan kata-kata yang santun kepada pembeli agar tidak menimbulkan perasaan malu dan tersinggung. Pada dimensi inilah dibutuhkan strategi kesantunan agar dapat menjaga hubungan baik antara penjual dan pembeli. 145

Pada proses interaksi dan komunikasi antara penjual dan pembeli perlu diperhatikan kepada siapa ia berbicara, di mana, mengenai apa, dan dalam suasana bagaimana. Hal tersebut senada dengan Dell Hymes (1974) yang mengemukakan adanya faktor-faktor yang menandai terjadinya peristiwa tutur yang terkenal dengan singkatan SPEAKING. Kedelapan unsur tersebut antara lain: S (setting and scene), P (participant), E (end), A (act), K (key), I (instrument), N (norma), G (genre). Berkenaan dengan strategi kesantunan, Leech (1993:206-207) mengelompokkan prinsip kesantunan menjadi enam maksim, yaitu (1) maksim kearifan (tact maxim), (2) maksim kedermawanan (generosity maxim), (3) maksim pujian (approbation maxim), (4) maksim kerendahhatian (modesty maxim), (5) maksim pemufakatan (agreement maxim), dan (6) maksim simpati (sympathy maxim). Berpijak dari teori-teori di atas, penulis membandingkan dua buah peristiwa tutur yang berbeda lokasi dengan mengkaji strategi kesantunannya. Ketertarikan penulis dalam meneliti strategi kesantunannya karena dalam peristiwa tutur tersebut keunikan yang terjadi dan perlu diteliti lebih mendalam. Harapan penulis dapat mendeskripsikan masing-masing kesantunan dalam situasi dan peristiwa tutur yang berbeda, yaitu antara pasar tradisional dan pasar modern. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Mahsun (2005:233), penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata bertujuan untuk memahami fenomena sosial termasuk fenomena kebahasaan. Metode deskriptif menjelaskan data atau objek secara natural, objektif, dan faktual (Ibnu, dkk, 2003:8). Metode deskriptif dipilih karena metode ini dapat memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan bahasa, gejala atau kelompok tertentu. Sumber data yang digunakan adalah rekaman percakapan di pasar tradisional, yaitu di Pasar Klewer dan Pasar Klitikan; dan pasar modern, yaitu di Solo Grand Mall dan Solo Square Mall. Data fokus penelitian adalah tuturan penjual kepada pembeli yang mengandung strategi kesantunan berbahasa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak dengan teknik rekam dan teknik catat (Sudaryanto, 1993:133) observasi partisipasi dan wawancara mendalam. Pada tahap analisis data, ditinjau strategi kesantunan yang digunakan antara penjual dan pembeli, untuk kemudian diklasifikasikan. Setelah itu, hasil analisis data dirumuskan dan disajikan dengan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993:144). C. PERBANDINGAN STRATEGI KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN Penjual pada pasar tradisional, umumnya menggunakan bahasa Jawa kepada pembeli sebagai strategi kesantunannya. Hal itu juga disebabkan umumnya pedagang-pedagang di pasar tradisional masil memegang teguh nilai-nilai budaya Jawa. Pembeli sedang mencari baju batik lengan panjang di Pasar Klewer, dan terjadilah tawarmenawar pakaian wanita di salah satu stand pakaian jadi. Penjual: jenis kelamin wanita, usia sekitar 40 tahun. Pembeli: jenis kelamin wanita, usia 23 tahun. Penjual : Mangga, Mbak. Badhe ngersakne napa? Pembeli : Ada baju batik wanita, Bu? Penjual : O, enten. Nggonten niki? (sambil menunjukkan barang) Pembeli : (memilih-milih barang) Ini yang lengan panjang, ada Bu? 146

Penjual : Wonten. Tapi sekedhap diambilkan dulu. (Penjual mengambil stok barang) Niki, Mbak. Mangga. Mengke kelir laine wonten. Pada tuturan di atas terlihat, walaupun pembeli menggunakan bahasa Indonesia tetapi penjual dominan tetap menggunakan bahasa Jawa sebagai strategi kesantunan kepada pembeli. Hal itu bertujuan agar pembeli merasa dihargai, serta nyaman untuk membeli di situ. Adapun pada proses komunikasi jual beli di pasar modern (mall), umumnya menggunakan bahasa Indonesia. Penjual pada pasar modern menggunakan bahasa Indonesia sebagai strategi kesantunan kepada pembeli. Hal itu karena bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang bersifat universal. Pembeli sedang mencari celana di Solo Grand Mall, dan terjadilah tawar-menawar celana wanita di salah satu stand pakaian jadi. Penjual: jenis kelamin wanita, usia sekitar 30 tahun. Pembeli: jenis kelamin wanita, usia 23 tahun. Penjual : Mari Kak mampir. Lihat-lihat dulu. Pembeli : (melihat-lihat celana wanita) Ini harganya berapa? Penjual : Itu 150 (ribu) Kak. Pembeli : Lho nggak ikut discount ini ya? (menunjuk di sebelahnya) Penjual : O, nggak Kak, beda. Ini harga normal. Yang discount yang sebelah sini aja. Penjual pada pasar tradisional menggunakan bahasa Jawa dalam proses interaksi jual beli. Oleh karena itu, secara otomatis penjual juga menggunakan sapaan menurut budaya Jawa kepada pembeli. Di antaranya, Mbak (sapaan untuk wanita yang usianya kira-kira lebih muda dari penjual), Mas (sapaan untuk pria yang usianya kira-kira lebih muda dari penjual), Bu (sapaan untuk wanita yang usianya kira-kira lebih tua dari penjual, Pak (sapaan untuk pria yang usianya kira-kira lebih tua dari penjual). Pembeli sedang mencari baju batik lengan panjang di Pasar Klewer, dan terjadilah tawarmenawar pakaian wanita di salah satu stand pakaian jadi. Penjual: jenis kelamin wanita, usia sekitar 40 tahun. Pembeli: jenis kelamin wanita, usia 23 tahun. Penjual : Mangga, Mbak. Badhe ngersakne napa? Pembeli : Ada baju batik wanita, Bu? Penjual : O, enten. Nggonten niki? (sambil menunjukkan barang) Pembeli : (memilih-milih barang) Ini yang lengan panjang, ada Bu? Penjual : Wonten. Tapi sekedhap diambilkan dulu. (Penjual mengambil stok barang) Niki, Mbak. Mangga. Mengke kelir laine wonten. Pada tuturan di atas terlihat, penjual menggunakan sapaan Mbak kepada pembeli karena penjual memperkirakan usia pembeli lebih muda darinya. Penggunaan sapaan di pasar tradisional itu jelas berbeda dengan sapaan di pasar modern (mall). Jika di pasar tradisional pembeli wanita disapa Mbak dan pembeli laki-laki disapa Mas menurut budaya Jawa. Akan 147

tetapi, dijumpai fenomena yang menarik pada pasar modern (mall), pembeli laki-laki dan wanita disapa dengan sapaan yang sama, yaitu Kak/Kakak. Contoh pembeli wanita di pasar modern (mall) Pembeli sedang mencari celana di Solo Grand Mall, dan terjadilah tawar-menawar celana wanita di salah satu stand pakaian jadi. Penjual: jenis kelamin wanita, usia sekitar 30 tahun. Pembeli: jenis kelamin wanita, usia 23 tahun. Penjual : Mari Kak mampir. Lihat-lihat dulu. Pembeli : (melihat-lihat celana wanita) Ini harganya berapa? Penjual : Itu 150 (ribu) Kak. Pembeli : Lho nggak ikut discount ini ya? (menunjuk di sebelahnya) Penjual : O, nggak Kak, beda. Ini harga normal. Yang discount yang sebelah sini aja. Contoh pembeli pria di pasar modern (mall) Pembeli sedang mencari kaos di Solo Square Mall, dan terjadilah tawar-menawar kaos pria di salah satu stand pakaian jadi. Penjual: jenis kelamin wanita, usia sekitar 30 tahun. Pembeli: jenis kelamin pria, usia sekitar 20 tahun. Penjual : Mau cari apa, Kak? Pembeli : Cari kaos. Penjual : Model ini aja, Kak. Bagus. Cocok buat Kakak. Salah satu strategi kesantunan penjual kepada pembeli pada pasar tradisional adalah dengan tidak memberikan harga secara langsung. Penjual memberikan harga dasar untuk selanjutnya mempersilakan pembeli untuk menawarnya. Tujuan strategi kesantunan tersebut agar pembeli merasa diberi kebebasan dan keuntungan sebesar-besarnya untuk memilih dan menawar barang. Pembeli sedang mencari baju batik lengan panjang di Pasar Klewer, dan terjadilah tawarmenawar pakaian wanita di salah satu stand pakaian jadi. Penjual: jenis kelamin wanita, usia sekitar 40 tahun. Pembeli: jenis kelamin wanita, usia 23 tahun. Penjual : Mangga, Mbak. Badhe ngersakne napa? Pembeli : Ada baju batik wanita, Bu? Penjual : O, enten. Nggonten niki? (sambil menunjukkan barang) Pembeli : (memilih-milih barang) Ini yang lengan panjang, ada Bu? Penjual : Wonten. Tapi sekedhap diambilkan dulu. (Penjual mengambil stok barang) Niki, Mbak. Mangga. Mengke kelir laine wonten. 148

Pembeli : Ini berapa, Bu? Penjual : Sewidak ewu. Mengke saged kirang sekedhik. Pembeli : 50 (ribu) ya, Bu? Penjual : Ampun, Mbak. 55 ewu mawon. Pembeli : 53 (ribu) boleh nggak, Bu? Kalau boleh saya ambil. Penjual : Nggih pun, niki. Ajeng warna napa? (menyerahkan barang) Pembeli : Yang ungu, Bu. Pada tuturan di atas terlihat, penjual memberikan harga dasar 60 ribu (sewidak ewu) kemudian mempersilakan pembeli untuk menawar harga barang. Hal itu sangat berbeda dengan pemberian harga barang di pasar modern (mall) yang tidak memberikan kesempatan pembeli untuk menawar harga. Pembeli sedang mencari celana di Solo Grand Mall, dan terjadilah tawar-menawar celana wanita di salah satu stand pakaian jadi. Penjual: jenis kelamin wanita, usia sekitar 30 tahun. Pembeli: jenis kelamin wanita, usia 23 tahun. Penjual : Mari Kak mampir. Lihat-lihat dulu. Pembeli : (melihat-lihat celana wanita) Ini harganya berapa? Penjual : Itu 150 (ribu) Kak. Pembeli : Lho nggak ikut discount ini ya? (menunjuk di sebelahnya) Penjual : O, nggak Kak, beda. Ini harga normal. Yang discount yang sebelah sini aja. Pembeli : Kok malah mahalan ini, padahal modelnya hampir sama? Penjual : Soalnya yang itu keluaran baru, Kakak. Silakan dicoba dulu aja nggak apaapa. Pembeli : Warna hitam nggak ada ya? Penjual : Kebetulan untuk model ini, seri warnanya cerah-cerah semua, Kak. Coba dulu Kak, nggak apa-apa. Pembeli : Nggaklah, aku cari yang warna hitam, yang netral gitu. Penjual : Atau ini Kak, model lain. Nanti ini warna hitam ada. Pembeli : Yang hitam ada? Penjual : Ada. Coba yang ini aja Kak. Yang ini discount lho. Pembeli : Jadi berapa? Penjual : Discount 20% nanti nett nya 160 ribu. D. SIMPULAN Pada proses interaksi dan komunikasi antara penjual dan pembeli perlu diperhatikan kepada siapa ia berbicara, di mana, mengenai apa, dan dalam suasana bagaimana. Penjual di pasar tradisional, umumnya menggunakan bahasa Jawa kepada pembeli sebagai strategi kesantunannya, sehingga sapaan kepada pembeli pun juga menurut sapaan orang Jawa. Hal itu juga disebabkan pedagang-pedagang di pasar tradisional masil memegang teguh budaya Jawa. Adapun di pasar modern (mall), umumnya menggunakan bahasa Indonesia sebagai strategi kesantunan kepada pembeli. Hal itu karena bahasa Indonesia dianggap sebagai bahasa yang bersifat universal. 149

DAFTAR PUSTAKA Hymes, D. 1974. Foundations in Sociolinguistics. Philadelphia: University of Pennyslvania Press. Ibnu, Suhadi dkk. 2003. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Malang: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik (Terjemahan oleh M. D. D Oka). Jakarta: UI Press. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Subroto, Edi D. 2011. Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik. Surakarta: Cakrawala Media. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wacana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. 150