dapat tercapai jika peserta didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan peserta didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk mengembangkan potensi dirinya. Selain itu, pendidikan. potensi diri yang dilakukan melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU. selalu dituntut untuk memikirkan tentang bagaimana cara merencanakan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maka akan tercipta suatu masyarakat yang cerdas, intelek, dan

ini didukung oleh penelitian Sulisworo dan Fadiyah, (2014: 59) bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya generasi muda, yang nantinya akan mengambil alih

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

BAB 1 PENDAHULUAN. keagamaan, pengendaliaan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Pemolaan ini dapat berlangsung secara sistematis dan tidak sistematis. Pembelajaran

menimbulkan pemahaman bahwa kegiatan belajar mengajar dapat menentukan keberhasilan daripada pencapaian tujuan pendidikan. Seorang guru menjadi sosok

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. universal yang dilakukan oleh manusia. Dengan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. juga belajar diluar kelas supaya siswa itu tidak merasa bosan, misalnya saja siswa

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang telah maju. Pendidikan mepunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. sumbangan langsung terhadap berbagai bidang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dapat memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh dan. sebagai institusi pendidikan dan sebagai miniatur masyarakat perlu

1. PENDAHULUAN. dikarenakan sasaran dari pendidikan adalah peningkatan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan dan usaha untuk

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan berpikir tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi dalam kehidupan setiap manusia. Inti dari pendidikan adalah adanya

BAB I PENDAHULUAN. otoritas tertinggi keilmuan (teacher centered). Pandangan semacam ini perlu

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup yang lebih baik. Agar dapat memiliki kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan prilaku sosial dan penanaman dasar keilmuan. Tentu saja, kemampuan numerik maupun kemampuan-kemampuan sosio-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. berwarga negara yang baik dan memahami tanggung jawab hak dan. dan siswa guna meraih kebersamaan tujuan dan visi yang sama dalam

BAB I PENDAHULUAN. saja tetapi bagaimana caranya membuat suasana belajar yang menarik, menyenangkan, dan siswa dengan mudah memahami materi pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah pesatnya perkembangan zaman sekarang ini, tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka Belajar, 2009), hlm Rosdakarya, 2011), hlm

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang. diharapkan dimasa yang akan datang adalah pendidikan yang mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. metransfer informasi ke seluruh tubuh. Berawal dari proses berpikir tersebut

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini akan membentuk keterampilan sikap dan perilaku sehari-hari sehingga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tempat yang sangat strategis dalam pembangunan di negara kita

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari. adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting untuk meningkatkan kualitas setiap individu baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran adalah salah satu bagian dari dunia pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik siswa itu sendiri. Dalam hal ini menurut Mujiman (2007:11)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman yang berkembang semakin cepat. Masalah pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu sumber daya manusia, maka bidang pendidikan. seharusnya bergerak lebih agresif dan inovatif dalam menggali dan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia mulai mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Terbukti

BAB 1 PENDAHULUAN. sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. usaha sistematis yang terorganisasi untuk memajukan belajar, membina

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran di sekolah, oleh karena itu

2 memperoleh pembelajaran. Karena belajar itu adalah dari tidak tahu menjadi tahu, dari buruk menjadi baik, dan dari tidak bisa menjadi bisa. Metode y

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis untuk mewujudkan. sumber daya manusia dalam menghadapi perkembangan dan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses pembelajaran tidak lepas dari apa yang disebut dengan model

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan tersebut masing-masing harus dimiliki oleh siswa untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. memilih kagiatan belajar yang akan digunakan selama proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan manusia yang menjadi salah satu faktor penentu kemajuan suatu bangsa dan negara. Tanpa pendidikan bangsa dan negara akan menjadi lemah. Dengan adanya pendidikan yang berkualitas maka akan tercipta sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas pula sehingga output yang diperoleh juga baik. Pendidikan yang diharapkan mampu menjadikan suatu bangsa yang dapat berkembang dan memiliki kemajuan yang pesat. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan adalah dengan memperbaiki kegiatan pembelajaran. Dalam hal yang lebih spesifik, pendidikan merupakan aktivitas pembelajaran dalam bentuk interaksi edukatif (penyampaian ilmu pengetahuan dan afektif) dengan menempatkan peserta didik sebagai subjek pendidikan. Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam mempersiapkan generasi muda yang di masa depan akan memimpin sebuah bangsa dan Negara. Di mana sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh peserta didik dan guru. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara professional. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar peserta didik yang didesain secara sengaja, sistematis, dan berkesinambungan. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi pembelajaran saja melainkan sebagai sutradara pembelajaran. Proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran tentu saja akan 1

2 dapat tercapai jika peserta didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan peserta didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik anak yang aktif tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ketika tujuan pembelajaran tidak tercapai maka secara otomatis keberhasilan belajar juga tidak akan tercapai. Keberhasilan belajar dapat dilihat dari hasil belajar siswa dan dengan mengetahui hasil belajar siswa maka akan diketahui pula seberapa besar pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dan merupakan penilaian terhadap sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi ajar yang telah disampaikan oleh guru (Arikunto dalam Samino dan Saring Marsudi, 2012: 48). Hasil belajar masih menjadi alat ukur tingkat keberhasilan mengajar seorang guru. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah penggunaan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Guru perlu menggunakan strategi pembelajaran yang inovatif dan bervariasi, sehingga dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran yang diberikan guru. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas khususnya pada pembelajaran IPS yang materinya sangat banyak, dapat menyebabkan siswa merasa bosan apabila hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa ada kegiatan yang dilakukan siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Menurut Hidayati (2002: 22), tujuan utama pembelajaran IPS adalah memperkaya dan mengembangkan kehidupan anak didik dengan mengembangkan kemampuan dalam lingkungannya dan melatih anak didik untuk menempatkan dirinya dalam masyarakat yang demokratis, serta menjadikan negaranya sebagai tempat hidup yang lebih baik. Oleh karena itu, guru harus pintar memilih strategi pembelajaran agar siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran IPS dan tujuan pembelajaran IPS dapat tercapai.

3 Realita yang sering ditemui di lapangan menunjukkan bahwa guru dalam menyampaikan materi IPS masih banyak yang menerapkan teacher centered, sehingga peserta didik tidak terlibat aktif dalam pembelajaran dan peserta didik hanya berperan sebagai pendengar. Guru sering menggunakan metode konvensional seperti metode ceramah dan penggunaan media pembelajaran juga kurang optimal, sehingga pembelajaran IPS menjadi membosankan dan kurang menarik bagi peserta didik. Hal tersebut menjadi penyebab rendahnya motivasi peserta didik yang akan berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik dan KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah tidak tercapai. Penggunaan metode pembelajaran konvensional dirasa kurang tepat untuk menyampaikan mata pelajaran IPS, maka perlu alternatif penggunaan strategi yang lebih inovatif dan efektif. Alternatif strategi yang dapat digunakan adalah menggunakan strategi Two Stay Two Stray dan strategi Peer Lesson. Strategi Two Stay Two Stray atau Dua Tinggal Dua Tamu merupakan strategi untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya sehingga peserta didik berperan aktif untuk memberikan informasi kepada kelompok-kelompok lain. Hal tersebut dapat membentuk karakter peserta didik untuk saling bekerjasama, bertanggung jawab dan saling membantu untuk memecahkan masalah. Menurut Lie (2008:61) teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia peserta didik. Teknik belajar dalam strategi ini dapat menciptakan pembelajaran kooperatif yang diharapkan dapat meningkatkan efektifitas perolehan hasil belajar siswa. Model pembelajaran kooperatif lain yang dapat dikembangkan adalah Peer Lesson atau Mengajar Sesama Teman merupakan strategi untuk menggairahkan peserta didik untuk mengajarkan materi kepada temannya. Jika selama ini ada pameo yang mengatakan bahwa metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain, maka strategi ini akan sangat membantu peserta didik dalam memahami materi yang disampaikan oleh temannya.

4 Kedua strategi ini dinilai cocok diberikan di kelas tinggi yang memerlukan pemahaman dan penguasaan materi yang lebih daripada di kelas rendah dan tentunya masing-masing strategi memiliki kelemahan dan keunggulan. Berpedoman dari uraian diatas, untuk mengetahui apakah ada perbedaan pencapaian hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Studi Komparasi Antara Strategi Two Stay Two Stray dengan Strategi Peer Lesson Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas V di SD Negeri 1 Ngawonggo dan SD Negeri 2 Ngawonggo. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran tematik sebagai berikut : 1. Rendahnya hasil belajar IPS peserta didik. 2. Guru masih menggunakan pembelajaran konvensional. 3. Peserta didik merasa bosan dengan pembelajaran IPS. 4. Strategi pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi, sehingga mempengaruhi hasil belajar peserta didik. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka pembatasan masalah pada penelitian ini hanya berkaitan dengan perbedaan penggunaan strategi Two Stay Two Stray dengan strategi Peer Lesson terhadap hasil belajar IPS kelas V di SD Negeri 1 Ngawonggo dan SD Negeri 2 Ngawonggo. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang muncul sebagai berikut:

5 1. Apakah ada perbedaan pengaruh antara strategi Two Stay Two Stray dengan strategi Peer Lesson terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V di SD Negeri 1 Ngawonggo dan SD Negeri 2 Ngawonggo tahun ajaran 2014/2015? 2. Strategi manakah yang memiliki pengaruh lebih besar antara strategi Two Stay Two Stray dengan strategi Peer Lesson terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V di SD Negeri 1 Ngawonggo dan SD Negeri 2 Ngawonggo tahun ajaran 2014/2015? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antara strategi Two Stay Two Stray dengan strategi Peer Lesson terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V di SD Negeri 1 Ngawonggo dan SD Negeri 2 Ngawonggo tahun ajaran 2014/2015. 2. Untuk mengetahui pengaruh mana yang lebih besar antara strategi Two Stay Two Stray dengan strategi Peer Lesson terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V di SD Negeri 1 Ngawonggo dan SD Negeri 2 Ngawonggo tahun ajaran 2014/2015. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam dunia pendidikan, yaitu : 1. Manfaat Teoritis Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan khususnya dalam pembelajaran IPS bahwa strategi Two Stay Two Stray dan strategi Peer Lesson mampu meningkatkan rasa saling bekerjasama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan melatih peserta didik untuk bersosialisasi dengan baik.

6 Kedua strategi ini merupakan pembelajaran aktif yang diperlukan peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar IPS secara optimal. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai masukan kepada guru dalam menentukan strategi pembelajaran yang diharapkan dapat membuat peserta didik aktif dan lebih mudah dalam penanaman konsep pada pembelajaran IPS untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. b. Sebagai masukan pada sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di sekolah dengan strategi yang menarik perhatian peserta didik. c. Sebagai bahan referensi bagi peneliti apabila mengadakan penelitian lanjutan yang berhubungan dengan penelitian ini dan dapat dijadikan bekal untuk menghadapi tantangan yang nyata pada saat terjun langsung dalam dunia pendidikan.