BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA TANAH SAWAH DI DESA TALUDUYUNU KECAMATAN BUNTULIA KABUPATEN POHUWATO. Yunita Miu Nim :

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu dampak negatif akibat aktivitas manusia adalah turunnya kualitas

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pada kerak bumi. Merkuri sangat jarang dijumpai sebagai logam murni (native mercury) dan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah

TEORI JOHN GORDON CHAPTER: CHEMICAL AGENTS. Oleh: SURATMAN, S.KM, M.Kes Staf Pengajar Kesehatan Masyarakat Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed)

BAB I PENDAHULUAN. air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. udara, air dan tanah berupa kegiatan industri dan pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya. Momentum pembangunan

BAB I. Logam berat adalah unsur kimia yang termasuk dalam kelompok logam yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

BAB I PENDAHULUAN. sebagai air minum. Hal ini terutama untuk mencukupi kebutuhan air di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan esensi untuk semua kebutuhan manusia mulai dari air minum, pertanian, dan energi

KANDUNGAN MERKURI (Hg) PADA IKAN KAKAP MERAH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampah di TPA umumnya masih menggunakan metode open dumping, seperti pada

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pencemaran air menurut Peraturan Pemerintah RI No.82 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

Bab V Hasil dan Pembahasan

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maupun gas dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal sebagai penghasil buah dan sayuran yang dikonsumsi oleh sebagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu daerah, maka penyebaran penyakit menular dalam hal ini adalah penyakit perut

BAB II ZAT DAN WUJUDNYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

TINJAUAN PUSTAKA. Logam Logam Berat Tanah

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. manusia, akan tetapi pembangunan di bidang industri ini juga memberikan. berat dalam proses produksinya (Palar, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang

BAB I PENDAHULUAN. Laut dan kehidupan di dalamnya merupakan bagian apa yang disebut

I. PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air. Salah satu faktor terpenting

Oleh: ANA KUSUMAWATI

PENCEMARAN LINGKUNGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Logam berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan.

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. Dengan demikian laut seakan-akan merupakan sabuk pengaman kehidupan manusia

mendirikan pabrik bertujuan untuk membantu kemudahan manusia. Namun, hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran logam berat yang berlebihan di lingkungan akibat dari

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

Oksidasi dan Reduksi

BAB I PENDAHULUAN. penampilannya atau lebih tahan tehadap korosi dan keausan. Dampak negatif dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

KERUSAKAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. besar. Total produksi selama tahun adalah sebesar ,73 kg,

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

I. PENDAHULUAN. melebihi ambang batas normal (Widowati dkk, 2008). aktivitas manusia atau proses alam. Pencemaran terjadi karena adanya aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berkaitan dengan

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

I. PENDAHULUAN. masalah yang sangat krusial bagi negara maju dan sedang berkembang. Terjadinya

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan merkuri (Hg) (Widodo, 2008). Merkuri (Hg) merupakan

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gayatri Anggi, 2013

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri yang semakin meningkat membawa dampak positif

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pencemaran Lingkungan 2.1.1.1 Pengertian Pencemaran Lingkungan Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dari kondisi asal pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahanbahan pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat toksik (racun) yang berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian menjadi pemicu terjadinya pencemaran (Palar, 2008). Lingkungan dapat diartikan sebagai suatu areal tempat atau wilayah yang di dalamnya terdapat bermacam-macam bentuk aktivitas yang berasal dari ornamenornamen penyusunannya. Ornamen-ornamen yang ada dalam dan membentuk lingkungan, merupakan suatu bentuk sistem yang saling mengikat, saling menyokong kehidupan. Karena itu suatu tatanan lingkungan yang mencakup segala bentuk aktivitas dn interaksi di dalamnya disebut juga dengan ekosistem (Palar, 2008). Pencemaran lingkungan dapat diartikan sebagai perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan sebagai akibat dari tindakan manusia terhadap perubahan pada penggunaan energi dan materi, tingkatan radiasi, bahan-bahan fisika, dan jumlah organisme yang tidak sesuai standar atau jumlahnya terlalu berlebihan. 9

10 Apabila pencemaran akibat teknologi ini dibiarkan mengalir begitu saja tanpa adanya penanganan dan pengendalian yang tepat, maka akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan maupun manusia dan makhluk hidup lainnya. Walaupun ada juga yang memberikan dampak positif (Dewi, 2012). 2.1.1.2 Pencemaran Lingkungan Akibat Logam Berat Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak lepas dari penggunaan bendabenda yang berasal dari logam. Pesatnya pembangunan dan penggunaan berbagai bahan dengan bahan baku logam dapat berdampak negatif, yaitu munculnya pencemaran yang melebihi batas sehingga mengakibatkan kerugian dan keresahan bagi masyarakat (Widowati., Sastiono., dan Raymond Jusuf, 2008). Di Indonesia, pencemaran akibat logam berat semakin meningkat sejalan dengan peningkatan proses industrialisasi. Sumber: Cunningham, 2008 Gambar 2.1 Proses Perpindahan bahan kimia dari sumber pencemar ke Lingkungan

11 Pencemaran lingkungan oleh logam berat sangatlah membahayakan bagi kelangsungan hidup semua makhluk hidup serta lingkungan itu sendiri. Salah satu faktor penyebab terjadinya pencemaran adalah limbah industri. Hasil buangan industri yang mengandung gugus logam berat sehingga mengakibatkan peningkatan kadar merkuri di perairan teluk, danau maupun sungai merupakan salah satu contoh pencemaran lingkungan. Selain itu penggunaan pestisida dengan jenis fungisida yang mengandung logam berat juga dapat berpotensi mencemari lingkungan bahkan hasil panen pada tanaman yang diberi pestisida tersebut. Pb, Hg, Cd, As, dan Cr di udara Tanah Debu Saluran Pembuangan Air Tumbuhan Tumbuhan Air Binatang Manusia Sumber: Sudarmaji dkk, 2006 Gambar 2.2 Kontribusi Logam Berat pada Intake Manusia

12 2.1.2 Merkuri 2.1.2.1 Pengertian Merkuri (Hg) Logam merkuri atau air raksa, mempunyai nama kimia hydragyrum yang berarti perak cair. Merkuri telah dikenal manusia sejak manusia mengenal peradaban. Logam ini dihasilkan dari bijih sinabar, HgS, yang mengandung unsur merkuri antara 0,1%4%. HgS + O2 Hg + SO2 Merkuri yang telah dilepaskan kemudian dikondensasi, sehingga diperoleh logam cair murni. Logam cair inilh yang kemudian digunakan oleh manusia untuk bermacam-macam keperluan (Palar, 2008). Merkuri membentuk berbagai persenyawaan baik anorganik (seperti oksida, klorida, dan nitrat) maupun organik. Merkuri dapat menjadi senyawa anorganik melalui oksidasi dan kembali menjadi unsur Merkuri (Hg) melalui reduksi. Merkuri anorganik menjadi Merkuri organik melalui kerja bakteri anaerobic tertentu dan senyawa ini secara lambat berdegredasi menjadi Merkuri anorganik (Subandri, 2008). Merkuri mempunyai titik leleh-38,87 dan titik didih 35,0 C. Salah satu cara melalui pemanasan biji dengan suhu 800 C dengan menggunakan O2 (Lestarisa, 2010).

13 Sumber: Tumenbayar dkk, 2006 Gambar 2.3 Logam Merkuri (Hg) Inswiasri (2008) menyatakan bahwa merkuri (Hg) muncul di lingkungan secara alamiah dan berada dalam beberapa bentuk yang pada prinsipnya dapat dibagi menjadi 3 bentuk utama yaitu: 1. Merkuri metal (Hg) merupakan logam berwama putih, berkilau dan pada suhu kamar berada dalam bentuk cairan. Pada suhu kamar akan menguap dan membentuk uap merkuri yang tidak berwama dan tidak berbau. Makin tinggi suhu, makin banyak yang menguap. Banyak orang yang telah menghirup merkuri mengatakan bahwa terasa logam dimulutnya. 2. Senyawa merkuri anorganik terjadi ketika merkuri dikombinasikan dengan elemen lain seperti klorin (Cl ), sulfur atau oksigen. Senyawasenyawa ini biasa disebut garam-garam merkuri. Senyawa merkuri anorganik berbentuk bubuk putih atau kristal, kecuali merkuri sulfida (HgS) yang biasa disebut Chinabar adalah berwarna merah dan akan menjadi hitam setelah terkena sinar matahari. 3. Senyawa merkuri organik terjadi ketika Merkuri bertemu dengan karbon atau organomerkuri. Banyak jenis organomerkuri, tetapi yang paling

14 populer adalah metilmerkuri (dikenal dengan monometilmercuri) CH3 Hg COOH. Pada waktu yang lampau, senyawa organomerkuri yang dikenal adalah fenilmerkuri yang digunakan dalam beberapa produk komersial. Organomerkuri lainnya adalah dimetilmerkuri (CH3 Hg CH3) yang juga digunakan sebagai standar referensi tes kimia. Merkuri dan senyawa-senyawanya, seperti halnya dengan logam-logam yang lain, tersebar luas di alam. Mulai dari batuan, air, udara, dan bahkan dalam tubuh organisme hidup. Penyebaran dari logam merkuri ini turut dipengaruhi oleh faktor geologi, fisika, kimia, dan biologis (Palar, 2008). Tabel 2.1 : Beberapa Logam Berat Hasil Pertambangan di dalam Sungai yang dibuang ke Laut Elemen Georogical rate (pada sungai) Ribuan metrik ton/tahun Besi 25000 319000 Nitrogen 8500 9800 Mangan 440 1600 Tembaga 375 4460 Seng 370 3430 Nikel 300 358 Lead 180 2330 Phosfor 180 6500 Molybbenum 13 57 Perak 5 7 Merkuri 3 7 Timah 1,5 166 Antimonium 1,3 40 Sumber: Budiono, 2003 Man induced rate (tambang)

15 2.1.2.2 Sifat Merkuri Secara umum merkuri memiliki sifat-sifat sebagai berikut (Palar, 2008): 1. Berwujud cair pada suhu kamar (25 C) dengan titik beku paling rendah sekitar -39 C. 2. Masih berwujud cair pada suhu 396 C. Pada temperatur 396 C ini telah terjadi pemuaian secara menyeluruh. 3. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan logam-logam yang lain. 4. Tahanan listrik yang dimiliki sangat rendah, sehingga menempatkan merkuri sebagai logam yang sangat baik untuk mengahantarkan daya listrik. 5. Dapat melarutkan bermacam-macam logam untuk membentuk alloy yang disebut dengan amalgam. 6. Merupakan unsur yang sangat beracun bagi semua makhluk hidup, baik dalam bentuk unsur tunggal (logam) ataupun dalam bentuk persenyawaan. 2.1.2.3 Keberadaan Merkuri di Alam 1. Merkuri dalam Batuan Merkuri sangat jarang dijumpai sangat jarang dijumpai sebagai logam murni di alam dan biasanya membenuk mineral sinabar atau merkuri sulfida (HgS). Merkuri sulfida terbentuk dari larutan hidrothermal pada temperatur rendah dengan cara pengisian rongga dan penggantian. Merkuri sering berasosiasi dengan endapan logam sulfida lainnya, diantaranya Au, Ag, Sb, As, Cu, Pb dan Zn sehingga di daerah mineralisasi emas tipe urat biasanya

16 kandungan merkuri dan beberapa logam berat lainnya cukup tinggi. Kelimpahan rata-rata merkuri dan beberapa logam berat dalam batuan yang tidak tereliminasi dapat dilihat pada tabel berikut (Setiabudi, 2005): Tabel 2.2 : Kelimpahan rata-rata beberapa unsur logam berat pada berbagai jenis batuan Unsur Kelimpahan rata-rata (dalam ppm) Basalt Granodiorit Granit Serpih Batugamping Au 0,004 0,004 0,004 0,004 0,005 Ag 0,1 0,07 0,04 0,05 1 Hg 0,08 0,08 0,08 0,5 0,05 As 2 2 1,5 1,5 2,5 Cu 100 30 10 50 15 Pb 5 15 20 20 8 Zn 100 60 40 100 25` Cd 0,2 0,2 0,2 0,2 0,1 Sumber : Setiabudi, 2005 2. Merkuri dalam Sedimen Sungai Kontaminasi Merkuri dalam sedimen sungai terjadi karena proses alamiah (pelapukan batuan tereliminasi), proses pengolahan emas secara tradisional (amalgamasi), maupun proses industri yang menggunakan bahan baku mengandung merkuri. Untuk mengetahui sumbernya kontaminasi merkuri ini perlu diperhatikan dengan cermat karena tidak adanya standar baku mutu untuk kadar merkuri dalam sedimen sungai. Berdasarkan PP No. 18 Tahun 1999 baku mutu zat pencemar dalam limbah untuk parameter merkuri adalah 0,01 mg/l

17 atau 10 ppb. Nilai ambang batas ini sangat rendah jika dipakai untuk mengevaluasi hasil analisa Hg dalam sedimen sungai (Setiabudi, 2005). 3. Merkuri dalam Tanah Konsentrasi merkuri yang tinggi dalam tailing pada umumnya disebabkan oleh proses amalgamasi yang tidak sempurna. Dari beberapa penelitian, diperoleh data yang menunjukkan merkuri yang hilang setelah amalgamasi dapat mencapai 5% - 10%. Berdasarkan pengamatan lapangan, banyak proses pengolahan bijih emas dengan gelundung dilakukan di lokasi pemukiman, di halaman rumah atau kebun pemiliknya. Hal ini tentu menjadi perhatian, khususnya dalam melihat kemungkinan kontaminasi Hg di lingkungan tempat tinggal masyarakat, sehingga pengetahuan tentang konsentrasi merkuri dalam tanah menjadi cukup penting. Meskipun di beberapa tempat, limbah tailing yang diperkirakan masih mengandung emas dan merkuri diangkut dan dijual keluar desa, tetapi masih ada sisa tailing tercecer dan sebagian kolam tailing yang penuh, sehingga masih ada kemungkinan terjadinya kontaminasi merkuri di sekitar lokasi gelundung. Selain itu proses penggarangan yang dilakukan disamping rumah juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, karena uap merkuri yang bebas akan mengkontaminasi lahan di sekelilingnya. Seperti halnya dengan contoh sedimen sungai, sampai saat ini belum tersedia standar nilai baku mutu Hg dalam tanah. (Setiabudi, 2005)

18 4. Merkuri dalam Air Permukaan Konsentrasi merkuri dapat disebabkan oleh partikel halus yang terbawa bersama limbah akibat proses amalgamasi dan pelarutan dari sedimen sungai yang mengandung merkuri. dalam jangka waktu yang cukup lama logam merkuri dapat teroksidasi dan terlarut dalam air permukaan. Dari penelitian konsentrasi Hg dalam air dari lokasi tambang di daerah Jawa Barat, pada umumnya kadar merkuri dalam air sangat kecil dan berada dibawah nilai ambang batas, kecuali di beberapa lokasi yang berhubungan dengan kegiatan pertambangan emas rakyat. (Setiabudi, 2005) Tabel 2.2 : Kelimpahan Beberapa Unsur Logam Berat dalam Tanah, Air, dan Sedimen Sungai Unsur Kelimpahan (ppb) Tanah Air Sedimen Sungai Au < 10 50 0,002 - Ag < 0,1 1 0,01 0,7 - Hg < 10 300 0,01 0,05 < 10 100 As 1000 50000 1 30 1000 50000 Cu 5000 100000 8 5000 80000 Pb 5000 50000 3 5000 80000 Zn 10000 300000 1 20 10000 200000 Cd < 1000 1000 0,2 - Sumber: Setiabudi, 2005 2.1.2.4 Kegunaan Merkuri 1. Bidang Perindustrian Dalam industri khlor-alkali, merkuri digunakan untuk menangkap logam natrium (Na). Logam natrium tersebut dapat ditangkap oleh Merkuri melalui

19 proses elektrolisa dari larutan garam natrium klorida. Sedangkan dalam industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa FMA (fenil merkuri asetat) yang digunakan untuk mencegah pembentukan kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan. Merkuri juga digunakan dalam industri cat untuk mencegah pertumbuhan jamur sekaligus sebagai komponen pewarna (Palar, 2008). 2. Bidang Pertanian Merkuri banyak digunakan sebagai fungisida. Contohnya, senyawa metil merkuri disiano diamida (CH3-Hg-NH-CHHNHCN), metil merkuri siano (CH3-Hg-CN), metil Merkuri asetat (CH3-Hg-CH2-COOH), dan senyawa etil merkuri khorida (C2H5-Hg-Cl)( Palar, 2008). 3. Bidang Pertambangan Logam merkuri digunakan untuk membentuk amalgam. Contohnya dalam pertambangan emas, logam merkuri digunakan untuk mengikat dan memurnikan emas (Petasule, 2012). 4. Bidang Kedokteran Merkuri (Hg) telah digunakan sejak abad ke-15, dimana merkuri (Hg) digunakan untuk pengobatan sifilis (penyakit kelamin) serta Kalomel (HgCl) diguanak sebagai pembersih luka sampai diketahui bahan tersebut beracun sehingga tidak dgunakan lagi (Darmono, 2010). Selain itu logam merkuri digunakan untuk campuran penambal gigi.

20 5. Peralatan Fisika Merkuri digunakan dalam thermometer, barometer, pengatur tekanan gas dan alat-alat listrik (Palar, 2008) 2.1.3 Keracunan Merkuri Peristiwa keracunan logam merkuri telah dikenal cukup lama. Keracunan akut dan keracunan kronis. Keracunan akut didefinisikan sebagai suatu bentuk keracunan yang terjadi dalam jangka waktu singkat atau sangat singkat. Peristiwa keracunan akut ini dapat terjadi apabila individu atau biota secara tidak sengaja menghirup atau menelan bahan beracun dalam dosis atau jumlah besar. Adapun keracunan kronis didefinisikan dengan terhirup atau tertelannya bahan beracun dalam dosis rendah tetapi dalam jangka waktu yang panjang (Lestarisa, 2010). Disamping itu, merkuri juga masuk bersama bahan makanan pokok seperti gandum dan beras yang telah diberi senyawa merkuri melalui pembibitan maupun penyamaian (Palar, 2008). Tidak seperti toksisitas Pb, diagnosis toksisitas Hg pada manusia tidak dapat dilakukan dengan tes biokimiawi. Indikator toksisitas Hg hanya dapat didiagnosis dengan analisa kadar Hg dalam darah, rambut, dan urine (Darmono, 2010). Beberapa hal terpenting yang dapat dijadikan patokan terhadap efek yang ditimbulkan oleh Merkuri terhadap tubuh, adalah sebagai berikut (Palar, 2008) : 1. Semua senyawa Merkuri adalah racun bagi tubuh, apabila berada dalam jumlah yang cukup.

21 2. Senyawa Merkuri yang berbeda, menunjukkan karakteristik yang berbeda pula dalam daya racun, penyebaran, akumulasi dan waktu retensi yang dimilikinya di dalam tubuh. 3. Biotransformasi tertentu yang terjadi dalam suatu tata lingkungan dan atau dalam tubuh organisme hidup yang telah kemasukan Merkuri, disebabkan oleh perubahan bentuk atas senyawa - senyawa Merkuri dari satu tipe ketipe lainnya. 4. Pengaruh utama yang ditimbulkan oleh Merkuri dalam tubuh adalah menghalangi kerja enzim dan merusak selaput dinding (membran) sel. Keadaan itu disebabkan karena kemampuan Merkuri dalam membentuk ikatan kuat dengan gugus yang mengandung belerang, yang terdapat dalam enzim atau dinding sel. 5. Kerusakan yang diakibatkan oleh logam Merkuri dalam tubuh umumnya bersifat permanen. Sampai sekarang belum diketahui cara efektif untuk memperbaiki kerusakan fungsi - fungsi itu. Tremor pada otot merupakan gejala awal dari toksisitas merkuri, dengan derajat berat maupun ringannya dipengruhi oleh pola diet, lama mengkonsumsi, serta umur penderita. Waktu paruh merkuri dalam tubuh manusia sekitar 70-90 hari, tetapi eliminasi dari jaringan lambat dan tidak teratur, sementara akumulasinya dapat dengan mudah menimbulkan gejala toksisitas atau keracunan (Darmono, 2010). Merkuri yang terhisap dapat lewat udara berdampak akut atau terakumulasi dan terbawa ke organ-organ tubuh lainnya, menyebabkan bronkitis, hingga

22 rusaknya paru-paru. Pada keracunan Merkuri tingkat awal, pasien merasa mulutnya kebal sehingga tidak peka terhadap rasa dan suhu, hidung tidak peka bau, mudah lelah, dan sering sakit kepala. Jika terjadi akumulasi yang lebih dapat berakibat pada degenerasi sel-sel saraf di otak kecil (Lestarisa, 2010). Merkuri dapat tercampur dengan enzim di dalam tubuh manusia yang dapat menyebabkan hilangnya kemampuan enzim untuk bertindak sebagai katalisator untuk fungsi tubuh yang penting. Logam merkuri ini dapat terserap dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan kulit. Karena sifatnya yang beracun, maka uap merkuri sangat berbahaya jika terhisap meskipun dalam jumlah yang sangat kecil. 2.1.4 Tanah 2.1.4.1 Pengertian Tanah Tanah merupakan bagian tertipis dari seluruh lapisan bumi, tetapi memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan. Tanah merupakan tempat produksi sebagian besar makanan bagi makhluk hidup (Soemirat, 2011). Tanah dan air merupakan sumber daya yang paling fundamental yang dimiliki oleh manusia. Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan pangan, sandang, papan, tambang, dan tempat dilaksanakannya berbagia aktivitas. Tanah dapat dipandang sebagai campuran partikel mineral dan organik dengan berbagai ukuran dan komposisi. Salah satu fungsi tanah yang terpenting adalah tempat tumbuhnya tanaman. Akar tanaman didalam tanah menyerap kebutuhan utam tumbuhan, yaitu air, nutrisi, dan oksigen (Suripin, 2002).

23 2.1.4.2 Sifat dan Fungsi Tanah Secara fisik tanah merupakan benda alami heterogen yang terbentuk dari partikel-partikel mineral dan organik dari berbagai ukuran. Diantara partikelpartikel tersebut terdapat pori-pori yang berisi air dan udara, dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik (Suripin, 2002). Mulia (2005) mengemukakan bahwa di antar sumber daya lingkungan lainnya (udara & air), tanah merupakan sumber daya lingkungan yang paling sulit ditetapkan standartnya. Hal ini disebabkan oleh tanah memiliki variasi yang sangat besar dalam komposisinya, sehingga mempengaruhi sifat dan efek dari senyawa di dalam tanah. Sebagai sumber daya alam untuk pertanian, tanah mempunyai dua fungsi utama (Suripin, 2002), yaitu: 1. sebagai sumber unsur hara bagi tumbuhan 2. sebagai pendukung tanaman, atau matrik tempat akar tumbuhan berjangkar sehingga tumbuhan tetap bisa tumbuh keatas dan air tanah tersimpan, dan unsur-unsur dan air ditambahkan. Kedua fungsi tersebut dapat menurun atau hilang. Hilangnya atau menurunnya fungsi tanah inilah yang disebut kerusakan tanah atau degradasi tanah. 2.1.4.3 Kerusakan Tanah Sumber daya alam utama, yaitu tanah dan air pada dasarnya merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, namun mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Kerusakan tanah dapat terjadi akibat kehilangan unsur hara, (Suripin, 2002).

24 Selain fungsi tanah sebagai penyedia berbagai sumber daya dan habitat bagi makhluk hidup, tanah juga merupakan reseptor dari sejumlah besar bahan pencemar. Tanah merupakan tempat penampungan berbagai bahan kimia yang berasl dari rembesan penumpukkan sampah, intalasi pengoalahan air limbah, dan sumber-sumber lainnya. Dalam beberapa kasus, lahan pertanian yang terkontaminasi kandungan logam berat yang ada di pestisida menyebabkan penumpukkan bahan berbahaya dan beracun di dalam tanah (Mulia, 2005). Haryono dan Soemono (2009) mengemukakan bahwa kerusakan sumber daya tanah dapat juga diakibatkan oleh pembuangan limbah industri terutama pabrik yang belum mempunyai instalasi pembuangan air limbah (IPAL). Salah satu jenis limbah yang potenial merusak lingkungan adalah jenis yang termasuk dalam bahan berbahaya dan beracun (B3), diantaranya adalah logam berat. 2.1.4.4 Logam Berat dalam Tanah Secara konvensional, sumber daya alam dibedakan atas sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable) dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (anrenewable). Logam-logam dari dalam bumi dikelompokkan sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Berdasarakan kelimpahannya, logam kemudian dapat digolongkan atas kelompok logam yang berkelimpahan sebagai contoh Fe (besi), Al (aluminium), Cr (khromium), Mn (mangan), Ti (titanium), dan Mg (magnesium) dan kelompok logam jarang seperti Cu (tembaga), Pb (timbal) Zn (seng), Sn (timah), Au (emas), Ag (perak), Pt (platina), U (uranium), Hg (air raksa) dan lain-lain (Palar, 2008).

25 Untuk mendapatkan logam-logam jarang dalam lapisan tanah dan batuan adalah melalui proses-proses pertambangan dan pengolahan. Proses-proses yang berlangsung untuk mendapatkan logam-logam ini dalam bentuk murni merupakan sumber dari pencemaran lingkungan. Koeman (1987) mengemukakan bahwa unsur logam berat dalam tanah dapat berada dalam bentuk garam, hidroksida dan oksida, larutan tanah, berikatan dengan mineral maupun dalam bentuk senyawa komplek logam organik. Salah satu penyebab pencemaran logam berat merkuri dalam tanah adalah pembuangan taling pengolahan emas yang diolah secara amalgamasi, dimana merkuri mengalami perlakuan tertentu sehingga sebagian merkuri akan membentuk amalgam dengan logam-logam dan sebagian lagi hilang dalam proses (Widowati., Sastiono., dan Raymond Jusuf, 2008). Merkuri merupakan bahan kimia yang stabil, tidak dapat bercampur dengan zat lainnya. Tanah yang telah mengandung merkuri dapat menimbulkan pencemaran tanah dan air tanah. Pencemaran tanah dan air tanah tersebut, sebagai berikut: 1. Merkuri dapat menguap ke dalam udara dan bersatu dengan hujan. Hujan masuk ke dalam tanah sehingga menyebabkan penurunan ph tanah dan mempengaruhi kehidupan organisme tanah serta keasaman air tanah. 2. Merkuri dapat mempengaruhi tanaman disekitar tanah yang tercemar sehingga tanah tidak mempunyai penopang kesuburan sehingga mengakibatkan tanah menjadi gersang dan hilangnya air tanah dalam tanah.

26 3. Merkuri mempengaruhi organisme dalam tanah. Dampaknya adalah pada unsur hara dan kesuburan tanah. 4. Penggunaan pupuk buatan seperti fungisida merkuri dapat menyebabkan tanah menjadi asam yang selanjutnya berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Tanaman menjadi layu, berkurang produksinya dan akhirnya mati. 5. Pencemaran tanah oleh penyemprotan metal merkuri, sisa dari penyemprotan tersebut akan terbawa oleh air hujan yang akhirnya mengendap dalam tanah. 6. Penggunaan secara terus-menerus dapat mengakibatkan kerusakan tekstur tanah, tanah mengeras dan akan retak pada musim kemarau. 7. Merkuri dapat terendap di dalam tanah dalam jangka waktu yang sangat lama, sehingga tanah sangat susah untuk dipulihkan. 8. Aktivitas penambangan yang menggunakan merkuri selain bahan merkurinya dapat menimbulkan longsor dan erosi dari kegiatan penambangan tersebut. 2.1.5 Kontaminasi Merkuri (Hg) dalam Tanah Pertanian 2.1.5.1 Merkuri (Hg) dalam Tanah Pertanian Menurut Darmono (2010) kontaminasi logam dalam tanah pertanian bergantung pada: 1. Jumlah logam yang ada pada batuan tempat tanah terbentuk, 2. Jumlah mineral yang ditambahkan pada tanah sebagai pupuk, 3. Jumlah deposit logam dari atmosfer yang jatuh ke dalam tanah,

27 4. Jumlah yang terambil pada proses panen ataupun merembes ke dalam tanah yang lebih dalam. Secara umum ketersediaan merkuri (Hg) tanah terhadap tanaman adalah rendah, dan ada kecenderungan besar akumulasi dalam perakaran. Hal ini mengindikasikan bahwa perakaran menyiapkan penghalang terhadap pengambilan merkuri (Hg) (Haryono dan Soemono, 2009). Limbah di daerah pertanian, khususnya yang berbentuk cairan berlumpur, yang secara terus-menerus terendapkan di lahan pertanian dalam jangka panjang dapat menurunkan produktivitas hasil panen dan menurunkan kualitas produk pertanian, karena mengandung bahan beracun dan berbahaya, seperti: logam berat merkuri (Hg), kadmium (Cd), timbal (Pb), dan chrom (Cr). Industri tekstil dan penambangan emas merupakan contoh industri yang menghasilkan limbah yang mengandung logam berat. Jika bahan ini terendapkan di lahan pertanian, konsentrasi logam berat tersebut dalam tanah dan tanaman akan mengikat. Logam tersebut apabila dikonsumi melalui makanan dalam jangka panjang akan menyebabkan penyakit tertentu seperti minamata dan itai-itai dan bahkan kematian (Suganda dkk, 2006). 2.1.5.2 Merkuri dalam Hasil Pertanian Padi Sawah Konsentrasi logam di dalam kerak bumi secara alamiah ialah kadmium (Cd) 0,098 mg/kg dan seng (Zn) 70 mg/kg. Kandungan Cd tersebut masih lebih rendah daripada kandungan merkuri (Darmono, 2010). Dalam bidang pertanian, senyawa merkuri (Hg) banyak digunakan sebagai fungisida, dimana hal ini menjadi penyebab yang cukup penting dalam peristiwa

28 keracunan merkuri pada organisme hidup. Industri pertanian, mungkin merupakan bidang industri yang banyak menggunakan senyawa merkuri diantaranya dalam bentuk senyawa organo merkuri. Senyawa ini berfungsi untuk menghalangi pertumbuhan jamur pada bibit (Palar, 2008). Kandungan merkuri (Hg) dalam hasil pertanian yang ditanam pada tanah dengan kandungan merkuri rendah dilaporkan memiliki tingkatan yang sama dengan tanah tersebut (Haryono dan Soemono, 2009) kandungan merkuri yang terdapat dalam tanah dan tanaman tersebut bisa berasal dari penggunaan pestisida yang memiliki kandungan merkuri maupun akibat dari dampak penambangan emas. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim Penelitian Baku Mutu Tanah Puslittanak Bogor pada tahun 2000 terhadap tanah pada lahan sawah disekitar penambangan emas Gunung Pongkor menunjukkan bahwa kadar merkuri dalam jerami lebih tinggi dibandingkan dengan kadar merkuri dalam beras. Kandungan merkuri dalam tanah tersebut mencapai angka 6,73 ppm dan kadar dalam jerami dan beras mencapai angka 5,34 ppm dan 0,43 ppm. Kandungan merkuri (Hg) pada beras yang dipanen dari sawah yang menggunakan irigasi air limbah penambangan meas tradisional di Nunggul Pongkor mencapai 0,45 ppm dan Kalongliud Pongkor, lokasi kedua di Bogor, Jawa Barat mecapai 0,25 ppm (Widowati Sastiono, dan Raymond Jusuf, 2008). 2.1.6 Kadar Batas Aman Merkuri Kriteria World Health Organization (Inswiasri, 2008) menyatakan bahwa kadar normal Hg dalam darah berkisar antara 5 µg/l 10 µg/l, dalam rambut

29 berkisar antara 1 mg/kg 2 mg/kg, sedangkan dalam urine rata-rata 4 µg/l. Menurut Swedish Export Group kadar normal merkuri dalam darah adalah 200 µg/l dan kadar normal merkuri dalam rambut adalah sepermpat dari kadar dalam darah yaitu 50 µg/g. Dalam International Committee of Occupatinal Medicine, kadar batas normal Merkuri dalam darah untuk seseorang yang tidak mengkonsumsi ikan adalah 2 ppb, sedangkan untuk pengkonsumsi ikan antara 2 20 ppb. Konsentrasi aman Merkuri dalam darah adalah 0.000005 mg/g, sedangkan di rambut konsentrasi normal aman adalah 0.01 mg/g, dengan maksimal konsentrasi adalah 0.0001 mg/g. Karena sifatnya yang sangat beracun, maka U.S. Food and Administration (FDA) menentukan pembakuan atau Nilai Ambang Batas (NAB) kadar Merkuri yang ada dalam air sungai, yaitu sebesar 0,005 ppm. Food and Drug Administration (FDA) mengestimasi pajanan Merkuri dari ikan rata-rata 50 ng/kg/hari atau kira-kira 3,5 Ig/hari untuk orang dewasa dengan berat badan rata-rata (70 kg). Secara alamiah kandungan Merkuri di lingkungan adalah sebagai berikut: Kadar total Hg udara = 10 20 ng/m3 untuk udara outdoor di kota. Kadar total Merkuri air permukaan = 5 ppt = 5 ng/l dan kadar total Hg dalam tanah 20 625 ppb. Nilai konsentrasi Hg dalam tanah yang sering dipakai sebagai pathfinder untuk keperluan eksplorasi dari <10 ppb 300 ppb. Nilai kadar Hg dalam tanah yang melebihi 50 ppb mungkin menunjukkan keterpadatan mineralisasi. Sementara itu nilai kelimpahan unsur Hg dalam tanah normalnya yaitu < 0,3 ppm (Sabtanto dan Suhandi. 2005).

30 Sampai saat ini di Indonesia belum ada standar baku mutu mengenai cemaran Hg dalam tanah. Haryono dan Soemono (2009) mengungkapkan bahwa nilai ambang batas kandungan merkuri (Hg) dalam tanah sawah menurut baku mutu tanah yang dikeluarkan oleh kantor KLH-Dalhouise University Canada tahun 1992 untuk penggunaan pertanian yaitu sebesar 0,5 ppm. Sedangkan ambang batas cemaran merkuri dalam makanan (tepung dan hasl olahannya) yang diizinkan menurut surat Dirjen POM (1989) adalah sebesar 0,05 ppm.

31 2.2 Kerangka Berpikir 2.2.1 Kerangka Teori Industri Pertambangan Emas Pencemaran Lingkungan Limbah Logam Berat Tanah Air Udara Sungai Irigasi Persawahan Lahan Pertanian (Sawah) Pangan/Tanaman Penggunaan Pestisida Jenis Fungisida Manusia Gambar 2.4 Kerangka Teori

32 2.2.2 Kerangka Konsep Pemeriksaan Kadar Merkuri (Hg) Dengan metode SSA Kandungan Merkuri (Hg) Kondisi Tanah Sawah Keterangan: : Variabel yang diteliti Gambar 2.5 Kerangka Konsep Kandungan Merkuri di dalam tanah sawah lebih banyak dipengaruhi oleh cemaran air sungai dan irigasi persawahan akibat limbah logam berat yang dihasilkan oleh kegiatan industri pertambangan emas. Penggunaan pestisida yang mengandung metil-merkuri juga dapat mempengaruhi kadar merkuri dalam tanah.