I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pokok, yaitu gula. Pemerintah Indonesia giat menggalakkan penanaman bahan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desa Pandu Senjaya merupakan wilayah dengan potensi pengembangan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk industri atau pemukiman dan masalah pasar bagi produk pertanian. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. menikmati dan melestarikan hasil pembangunan. disebabkan oleh beberapa kendala yaitu:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah padi. Akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

LURAH DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA BANGUNJIWO NOMOR 09 TAHUN 2015

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari 2015 hingga April 2015 di

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. Kecamatan Kasihan terdiri dari 4 desa dengan jumlah 53 pedukuhan

PENGISIAN BPD PERIODE Bagian Hukum Setda. Kab. Bantul Tahun 2017

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya/Papua. Dari 168 juta hektar lahan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III TINJAUAN KAMPUNG NITIPRAYAN

I. PENDAHULUAN. bekerja pada bidang pertanian. Menurut BPS tahun 2013, sekitar 39,96 juta orang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. potensial. Berdasarkan hasil analisis ekonomi, komoditas ini memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lokal karena memiliki kandungan karbohidrat yang relatif tinggi. Zuraida dan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan kualitas air irigasi yang tidak teraliri limbah cair dan

DAFTAR INVENTARISASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA TAHUN ANGGARAN 2015 YANG AKAN DIBIAYAI : APBDes, SWADAYA MASYARAKAT, STIMULAN, APBD, APBN

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. A. Keadaan Geografis dan Topografi Kecamatan Kasihan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL NOMOR 06 TAHUN 2015 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BANGUNJIWO

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

SKRIPSI EFEKTIVITAS PEMANFAATAN TANAH BENGKOK DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PERANGKAT DESA DI KECAMATAN KASIHAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai Glycine max (L.) Merill adalah tanaman asli daratan Cina dan

BAB III PEMBAHASAN. keterbatasan peneliti, tidak dapat meneliti 4 desa yang berada di Kecamatan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 5.1 Provinsi Jawa Timur Jawa Timur merupakan penghasil gula terbesar di Indonesia berdasarkan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian dari bentang alam ( Landscape) yang mencakup pengertian lingkungan

I. PENDAHULUAN. dapat menghasilkan genotip baru yang dapat beradaptasi terhadap berbagai

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tahun Produksi Impor

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 1997). Peningkatan produktivitas padi telah diupayakan di Indonesia sejak tahun

DATA UKBM PUSKESMAS KASIHAN I TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. satu diantara tiga anggota Allium yang paling populer dan mempunyai nilai

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

TEBU. (Saccharum officinarum L).

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. zaman penjajahan) yang sebenarnya merupakan sistem perkebunan Eropa.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rendah namun masih dapat dimanfaatkan. Salah satu lahan marjinal yang ada dan

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. lebih satu tahun. Di Indonesia sendiri tanaman tebu banyak dibudidayakan di

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sektor yang mempunyai peranan yang cukup strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kasihan II Bantul sekitar km 2, yang meliputi Desa Ngestiharjo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu salah satu komoditi penghasil devisa Negara, tempat

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

PENDAHULUAN. unik yang berbeda dengan komoditi strategis lain seperti beras. Di satu sisi gula

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditi strategis bagi perekonomian Indonesia, karena merupakan salah satu dari sembilan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan salah satu hak manusia yang paling

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

I. PENDAHULUAN. Buah naga merupakan buah yang berkhasiat bagi kesehatan. Beberapa khasiat

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman tebu merupakan tanaman yang menghasilkan bahan pangan pokok, yaitu gula. Pemerintah Indonesia giat menggalakkan penanaman bahan pangan pokok diantaranya penanaman tebu untuk mengatasi rendahnya produksi gula di Indonesia. Tanaman tebu tumbuh di dataran rendah dan dapat tumbuh optimal di daerah beriklim tropis (Suwarto dan Yuke Octavianty, 2012). Produksi rata-rata tebu di dunia sekitar 65 ton per hektar. Menurut Memet Hakim (2010), dibandingkan dengan produksi dunia, produksi gula Indonesia hanya 1,68% dan gula yang dikonsumsi sebesar 2,79% dari total konsumsi gula dunia, hampir dua kali lipat dari produksi yang dihasilkan. Data Badan Pusat Statistik atau BPS (2012) menyatakan luas areal perkebunan tebu di Indonesia pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2010 lahan perkebunan tebu Indonesia tercatat seluas 436,57 ribu hektar, kemudian mengalami sedikit penurunan pada tahun 2011 yaitu sekitar 0,37% menjadi 434,96 ribu hektar. Sedangkan pada tahun 2012 luas areal perkebunan tebu Indonesia mengalami peningkatan menjadi 453,32 ribu hektar atau sekitar 4,22%. Keadaan yang fluktuatif tersebut belum bisa menjamin kecukupan kebutuhan tebu dalam bentuk gula maupun tetes tebu masyarakat Indonesia secara berkelanjutan. Pulau Jawa merupakan salah satu wilayah berpenduduk terpadat dengan penduduk 136 juta atau dihuni oleh 60% penduduk Indonesia (Wikipedia a, 2014). Salah satu kota di Pulau Jawa yang dapat memproduksi tebu terdapat di 1

2 Daerah Istimewa Yogyakarta atau DIY. Data BPS (2013) mengatakan produksi tanaman tebu rakyat banyak dibudidayakan di wilayah Kabupaten Sleman dan Bantul, yakni mencapai 16.928 ton pada tahun 2012. Produksi tersebut meningkat sebesar 7,06% dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya yang mencapai 15.812 ton. Persentase potensi lahan pertanian dari sektor perkebunan di DIY sebesar 39,73%, dengan demikian usaha peningkatan produktifitas tebu dapat dilakukan. Data BPS (2012) menyatakan DIY tercatat menjadi salah satu dari 9 provinsi dengan areal perkebunan tebu terbesar pada tahun 2010 sampai tahun 2012. Delapan provinsi lainnya yakni Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Gorontalo, dan Sulawesi Selatan. Luas areal penanaman komoditas tebu di DIY mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai tahun 2012 (tahun 2012 dengan angka sementara). Pada tahun 2010 dengan luas area 6.598 hektar produksi tebu sebesar 23.715 ton, kemudian pada tahun 2011 luas area 6.682 hektar produksi 27.108 ton, dan data sementara pada tahun 2012 luas area tanam 7.000 hektar produksi 38.217 ton. Kabupaten Bantul merupakan wilayah dengan potensi pengembangan komoditi tebu di DIY, selain Kabupaten Gunungkidul, Kulonprogo, dan Sleman. Menurut data Badan Koordinasi Investasi Indonesia atau BKII (Indonesia Invesment Coordinating Board) (2013), lahan tanam tebu di Kabupaten Bantul yang sudah digunakan dalam pengembangan tebu yakni 1.365 hektar dengan potensi produksi tahun 2012 sebesar 7.664 ton.

3 Salah satu wilayah yang strategis dalam budidaya tanaman tebu terletak di daerah Kecamatan Kasihan, yang juga merupakan lokasi dari pabrik gula Madukismo. Lokasi yang berada di Kabupaten Bantul dengan Kecamatan Kasihan sebagai wilayah sampel yang dianalisis bentuk kesesuaian lahan pertanaman tebunya dapat menjadi bahan rekomendasi perbaikan pengembangan pertanaman tebu, juga mempertimbangan jarak angkut dari lahan ke lokasi proses pembuatan gula. Dengan demikian pengembangan terhadap budidaya tanaman tebu dalam bentuk studi kesesuaian lahan di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul perlu dilakukan untuk meningkatkan produktifitas hasil tebu dalam mencukupi kebutuhan konsumsi gula masyarakat Indonesia yang terus meningkat, sementara produksi gula dalam negeri tidak mencukupi, khususnya mengetahui potensi optimal sumber daya lahan di Pulau Jawa dalam pengembangan budidaya tanaman tebu. B. Perumusan Masalah DIY merupakan salah satu Provinsi dengan area pertanaman tebu terbesar di Indonesia. Kecamatan Kasihan merupakan wilayah di Kab. Bantul DIY yang mengalami pemekaran luas area untuk permukiman dibandingkan digunakan untuk area tanam komoditas pertanian dan kenaikan jumlah penduduk setiap tahunnya yang mengakibatkan penurunan luas areal pertanaman tebu. Masalah tersebut menjadikan evaluasi lahan dalam perencanaan tata guna lahan penting dilakukan mempertimbangkan aspek teknis, lingkungan, hukum, sosial, ekonomi dan politik (Sarwono Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2011). Evaluasi lahan

4 memberikan data karakteristik untuk menyajikan kualitas lahan tebu di Kecamatan Kasihan. Sumberdaya lahan yang memiliki potensi menghasilkan produksi tebu berkualitas mengalami penurunan produktivitas dan daya dukungnya terhadap pertanaman tebu. Kegagalan lahan untuk berfungsi sebagai medium tumbuh atau turunnya fungsi lahan sebagai lumbung hara dan air terlihat dari menurunnya kualitas nira. Nira merupakan 87,5 % bagian tanaman tebu yang nantinya diproses menjadi produk konsumsi berupa gula. Kualitas nira yang baik yakni dengan persentase rendemen sekitar 8-9%. Rendemen adalah kadar kandungan gula di dalam batang tebu yang dinyatakan dengan persen. Kualitas nira paling baik yang pernah dicapai dari produksi pertanaman tebu di wilayah Kecamatan Kasihan yakni dengan persentase rendemen 7% (misal: tebu dengan persentase rendemen 7%, dalam 100 kg tanaman tebu akan menghasilkan 7 kg gula) (KPP BUMN, 2015). Sedangkan beberapa tahun terakhir persentase rendemen hanya mencapai 6,1% (Kantor Lurah Desa Tirtonirmolo Bagian Ekonomi dan Pembangunan, 2014), bahkan lebih rendah dari angka tersebut. Atas permasalahan tersebut diperlukan upaya untuk mengevaluasi lahan tebu dengan menetapkan karakteristik lahan sebagai dasar penentuan kesesuaian untuk evaluasi lahan pertanaman tebu di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

5 C. Tujuan Penelitian 1. Menetapkan karakteristik lahan bagi pertanaman tebu di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul DIY. 1. Mengevaluasi tingkat kesesuaian lahan bagi pertanaman tebu di Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul DIY. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai karakteristik dan tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman tebu, dan mengetahui bagaimana evaluasi terhadap pembatas kesesuaian lahan tebu di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Sehingga potensi produksi tebu dalam mengatasi kebutuhan konsumsi tebu dalam bentuk gula dapat tercukupi. E. Batasan Studi Penelitian dilakukan di lingkup Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, DIY, yang terdiri dari 4 desa yakni Bangunjiwo, Ngestiharjo, Tamantirto, dan Tirtonirmolo sebagai salah satu daerah penyumbang produksi tebu, yaitu daerah dengan penggunaan lahan budidaya komoditi tebu cukup besar. Populasi dalam penelitian ini adalah 4 satuan bentuk lahan sesuai jumlah desa dan pedukuhan sebagaimana disajikan dalam Tabel 1 sampai dengan 4. 1. Bangunjiwo, 19 Pedukuhan Pedukuhan Petung, Kenalan, Bangen, Bibis, Jipangan, Kalangan, Kalipucang, Gedongan, Kajen, Tirto, Sembungan, Gendeng, Kalirandu, Sribitan, Sambikerep, Salakan, Lemahdadi, Ngentak dan Donotirto.

6 Tabel 1. Daftar Areal Tanaman Tebu di Desa Bangunjiwo Tahun 2014 No Kebun Luas Satuan Pedukuhan 1 Petung 6,50 Hektar Petung 2 Ngasinan 6,50 Hektar Donotirto 3 Wtn.Ngentak 1,50 Hektar Ngentak 4 Lor Ngentak 1,10 Hektar Ngentak 5 Giling 1,20 Hektar Gendeng 6 Jagan 0,50 Hektar Gedongan 7 Kdl Ngasinan 3,23 Hektar Donotirto 8 Kebun Sokka 3,19 Hektar Lemahdadi 9 Donotirto 1,50 Hektar Donotirto 10 Kebun Ngiser 0,48 Hektar Ngentak 11 Sribitan 0,50 Hektar Sribitan 12 Gayam 0,46 Hektar Lemahdadi 13 Kalangan 0,50 Hektar Kalangan 14 Kaliasem 0,50 Hektar Petung Total 27,66 Hektar Sumber Data: Monografi Desa Bangunjiwo, 2014 2. Tirtonirmolo, 12 Pedukuhan Pedukuhan Beton, Glondong, Mrisi, Padokan Kidul, Jogonalan Kidul, Jogonalan Lor, Tegal Senggotan, Padokan Lor, Plurugan, Jeblog, Kersan, Kalipakis. Tabel 2. Daftar Areal Tanaman Tebu di Desa Tirtonirmolo Tahun 2014 No Kebun Luas Satuan Pedukuhan 1 Serut 4,5140 Hektar Kalipakis 2 Gempal 3,0720 Hektar Kersan 3 Mojopahit 5,3705 Hektar Padokan Kidul 4 Bedog 0,8235 Hektar Padokan Kidul 5 Bangtar 1,4800 Hektar Beton 6 Nayu 0,9130 Hektar Jeblog 7 Rupale 3,8815 Hektar Beton 8 Serut 0,7265 Hektar Kalipakis 9 Serut 1,5415 Hektar Kalipakis 10 Mojopahit 0,9305 Hektar Padokan Kidul Total 23,2530 Hektar Sumber Data: Monografi Desa Tirtonirmolo, 2014

7 3. Tamantirto, 10 pedukuhan Pedukuhan Geblagan, Gatak, Ngebel, Ngrame, Jetis, Jadan, Brajan, Gonjen, Kasihan, dan Kembaran. Tabel 3. Daftar Areal Tanaman Tebu di Desa Tamantirto Tahun 2014 No Kebun Luas Satuan Pedukuhan 1 Bulak Ngrame 7,5750 Hektar Ngrame 2 Kulon Gangin 8,7435 Hektar Jetis 3 Wetan Gangin 8,0875 Hektar Jetis Total 24,4060 Hektar Sumber Data: Monografi Desa Tamantirto, 2014 4. Ngestiharjo, 12 pedukuhan Pedukuhan Tambak, Sumberan, Soragan, Onggobayan, Cunguk, Kadipiro, Sonosewu, Jomegatan, Janten, Sonopakis Lor, Sonopakis Kidul dan Sidoreja. Tabel 4. Daftar Areal Tanaman Tebu di Desa Ngestiharjo Tahun 2014 No Kebun Luas Satuan Pedukuhan 1 Romawi I 0,06 Hektar Jomegatan 2 Romawi II 0,18 Hektar Jomegatan 3 Romawi III 0,295 Hektar Janten 4 Romawi IV 0,15 Hektar Janten 5 Romawi VI 0,6 Hektar Jomegatan 6 Romawi VII 1,250 Hektar Jomegatan 7 Romawi XI 0,3 Hektar Onggobayan 8 Kabag. Umum 0,33 Hektar Janten 0,06 Hektar Jomegatan 9 Kabag. Pemerintahan 0,74 Hektar Jomegatan 10 Kabag. Kesra 0,3 Hektar Janten 11 Kabag. Keuangan 0,15 Hektar Janten 12 Lurah Desa 0,15 Hektar Jomegatan 0,15 Hektar Onggobayan Total 4,715 Hektar Sumber Data: Monografi Desa Ngestiharjo, 2014 F. Kerangka Pikir Gunawan Budiyanto (2014) menyatakan lahan merupakan bentang tanah yang dimanfaatkan dan merupakan modal dasar proses produksi biomassa. Selain

8 sebagai medium tumbuh tanaman, dalam bahasan yang lebih luas, lahan merupakan komponen lingkungan yang dapat menciptakan dan memberikan daya dukung proses kehidupan di permukaan bumi. Dalam hubungannya sebagai medium tumbuh tanaman dan vegetasi pada umumnya, lahan memainkan peran penting dalam daur hara, air, udara, dan penjagaan kualitas sistem lingkungan (ekosistem). Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta segenap faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi, dan hidrologi yang terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia (Undang-undang Nomor 41 Tahun 2009, Pasal 1 ayat (1). Berdasarkan pemahaman tersebut, maka sumberdaya lahan adalah hamparan tanah yang merupakan bagian daratan dan faktor fisik yang melingkupinya seperti iklim, relief atau topografi, aspek geologi, dan hidrologi yang dapat dimanfaatkan manusia untuk berbagai keperluan. Oleh karenanya jika dimanfaatkan untuk pertanian, sumberdaya lahan masuk dalam kriteria lahan pertanian. Tanaman tebu merupakan satu jenis tanaman yang mempunyai ciri khas tersendiri dibandingkan dengan tanaman jenis rumput-rumputan lainnya (Suwanto dan Yuke, 2012). Ciri khas karena kekuatan dan kemewahan inilah yang membuat tanaman tebu memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga banyak petani yang melakukan pembudidayaan tanaman tebu baik secara konvensional maupun secara vegetatif. Tanaman tebu dapat diolah menjadi gula. Tubuh manusia memerlukan asupan gula cukup yang dirombak dalam bentuk energi. Gula

9 merupakan salah satu hasil pertanian bermanfaat sebagai sumber energi yang dibutuhkan oleh manusia untuk melakukan kerja. Dalam budidaya tebu tentu tidak terlepas dari suatu resiko, seperti penggunaan pupuk berlebih akan mengurangi kualitas tanah dan dalam budidaya tebu akan menyebabkan pencemaran udara, tanah, dan limbah cair, untuk mengurangi resiko tersebut maka perlu diadakannya evaluasi kesesuaian lahan terhadap suatu wilayah untuk tanaman tebu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesesuaian lahan tanaman tebu di daerah penelitian. Hasil dari evaluasi lahan tersebut akan memberikan suatu alternatif penggunaan lahan dan batas-batas kemungkinan penggunaannya serta tindakan-tindakan pengelolaan yang diperlukan agar dapat dipergunakan secara lestari sesuai dengan hambatan dan pembatas yang ada. Kecocokan atau kesesuaian lahan dipengaruhi oleh sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, topografi serta ketinggian tempat. Untuk kesesuaian lahan pada kategori sub kelas bagi tanaman tebu harus diketahui syarat tumbuh tanaman terlebih dahulu, persyaratan tersebut terdiri dari temperatur rata-rata tahunan, tekstur tanah, kedalaman perakaran, ph tanah, salinitas serta kemiringan lereng. Pengamatan dan pengukuran di lapangan serta dilengkapi dengan analisis sampel tanah di laboratorium dilakukan untuk memperoleh data tentang sifat tanah pada setiap satuan lahan. Sehingga dengan data yang diperoleh tersebut maka dapat diketahui kualitas lahan pada masing-masing satuan lahan. Untuk suatu penggunaan lahan tertentu maka harus dilakukan pembandingan antara kesesuaian lahan dengan persyaratan tingkat kesesuaian

10 lahan untuk tanaman yang akan dibudidayakan, dalam penelitian ini tanaman yang akan diteliti adalah tanaman tebu sehingga akan didapatkan kelas kesesuaian lahannya, sebagaimana disajikan dalam Gambar 1. Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, DIY. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Kondisi Eksisting Lahan Pertanaman Tebu Persyaratan Tumbuh Pertanaman Tebu Analisis Kondisi Fisiografi Wilayah Analisis Sampel Tanah Evaluasi Lahan Penyajian Hasil dan Rekomendasi Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Kegiatan evaluasi guna kesesuaian lahan dilakukan dengan mengacu pada karakteristik fisiografi wilayah Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul, DIY, kondisi eksisting lahan pertanaman tebu, dan persyaratan tumbuh pertanaman tebu. Acuan tersebut dilakukan analisis data dan analisis sampel yang kemudian dicocokkan dengan persyaratan tumbuh pertanaman tebu. Produktivitas

11 pertanaman tebu ideal dibandingkan dengan produktivitas lahan tebu aktual untuk kemudian dijadikan lahan potensial dan diketahui kelas kesesuaian guna evaluasi lahan pertanaman tebu.