HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSHARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir (Hasan & Alatas, 2005).

GAMBARAN SIKAP IBU TENTANG PENANGANAN IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura

BAB I PENDAHULUAN. usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

HUBUNGAN UMUR, PARITAS, DAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan...

Gambaran Sikap Ibu Tentang Penanganan Ikterus ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. bulan, 80% anak meninggal terjadi saat umur 1-11 bulan. 1 Menurut profil

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Children's Emergency Fund (WHO dan UNICEF 2004), berat badan lahir

BAB I PENDAHULUAN. perlu diperhatikan untuk ketahanan hidupnya (Muslihatun, 2010; h. 3).

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN Husin :: Eka Dewi Susanti

HUBUNGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL TERHADAP KEJADIAN KALA II LAMA DI RSUD dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2015 ABSTRAK

PENGARUH PERAWATAN BAYI LEKAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sama. Angka tersebut yang akan menjadi indikator penilaian derajat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal sesuai usianya, baik sehat secara fisik, mental,

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA AWAL KEHAMILAN DENGAN BERAT BADAN LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI JINGAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

Rendah. Veronica Magdalena Pinontoan 1, Sandra G.J Tombokan 2, 1. RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado 2,3, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

BAB I PENDAHULUAN. angka mortalitas tertinggi di negara-negara yang sedang berkembang.

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

HUBUNGAN USIA IBU DENGAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN

UMUR DAN PENDIDIKAN IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BBLR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

HUBUNGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Hasil Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi September hingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian bayi di negara ASEAN dan SEARO tahun 2009 berkisar 2

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang lainnya. Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi

Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Tingkat Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Plered, Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. minggu atau berat badan lahir antara gram. Kejadiannya masih

BAB I PENDAHULUAN gram pada waktu lahir (Liewellyn dan Jones, 2001). Gejala klinisnya

PENILAIAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN PENGUKURAN LILA DI PUSKESMAS KALAMPANGAN, KOTA PALANGKA RAYA

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

BAB 1 PENDAHULUAN. calon ibu dan bayi yang dikandung harus mendapatkan gizi yang cukup banyak

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA BBLR PERIODE JANUARI SAMPAI DESEMBER 2012 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN TAHUN 2012

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

HUBUNGAN MOBILISASI DINI DENGAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM DI BLUD RS H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU HAMIL DI BPM NENENG MAHFUZAH, S.Si.T.,M.,M.Kes BANJARMASIN

Prevalensi Kejadian Asfiksia Neonatorum Ditinjau Dari Faktor Risiko Intrapartum Di PONEK RSUD Jombang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI. NY. N DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI KAMAR BAYI RESIKO TINGGI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

PENGARUH KEHAMILAN USIA REMAJA DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DAN BBLR DI RSUD Dr. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2014 ABSTRAK

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

HUBUNGAN USIA GESTASI DAN JENIS PERSALINAN DENGAN KADAR BILIRUBINEMIA PADA BAYI IKTERUS DI RSUP NTB. Syajaratuddur Faiqah

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DENGAN KEJADIAN IKTERUS PADA BAYI BARU LAHIR 0-7 HARI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hubungan antara Apgar Score Dengan Ikterus Neonatorum Fisiologis di RSUD Al-Ihsan Kabupaten Bandung Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian Gambaran umum lokasi penelitian Karakteristik sampel

HUBUNGAN PARTUS LAMA DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUANG VK BERSALIN RSUD. DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

Relationship of Age, Parity And Maternal Education With Intra Uterin Fetal Death In Maternity RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin In 2013

BAB I PENDAHULUAN. kematian anak. Derajat kesehatan suatu negara dapat diukur dari berbagai

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN KEHAMILAN GANDA DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

KASUS FENOMENA ASFIKSIA PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) (Di RSUD Kota Semarang Tahun )

Transkripsi:

HUBUNGAN BERAT LAHIR DENGAN KEJADIAN IKTERIK PADA NEONATUS TAHUN 2015 DI RSUD. DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Aunida Hasyyati*,Dwi Rahmawati 1,Mustaqimah 1 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin *Korepondensi Penulis.Telepon: 081347177892,E-mail : aunidahasyyati@gmail.com ABSTRAK Latar Belakang: Kejadian ikterus sering dijumpai pada bayi dengan BBLR (Berat Badan Bayi Lahir Rendah). Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah. Di Kalimantan selatan khususnya di daerah Banjarmasin ditemukan pada salah satu rumah sakit yaitu kasus ikterik pada tahun 2013 sebanyak 72 bayi, tahun 2014 sebanyak 177 bayi dan pada tahun 2015 sebanyak 249 dimana kasus ikterik dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dimana masih banyak wanita khusunya pada wanita yang baru melahirkan tidak mengetahui tentang ikterik. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan berat lahir dengan kejadian ikterik pada neonatus tahun 2015 di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Metode: Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian anallitik melalui pendekatan Case Control. Pengumpulan data melalui data sekunder dengan mengambil data buku register. Analisa yang digunakan adalah univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Square dengan derajat kemaknaan (ɑ) 0,05. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi dengan berat lahir rendah lebih berisiko terkena ikterik daripada bayi dengan berat lahir normal. Dari analisis bivariate didapatkan hasil ada hubungan bermakna antara berat lahir dengan kejadian ikterik pada neonatus dengan p =0,000,<0,05. Simpulan: Bayi dengan berat lahir rendah lebih berisiko mengalami ikterik daripada bayi dengan berat lahir normal atau lebih. Kata Kunci: Berat Lahir, Ikterik, Neonatus 1

PENDAHULUAN Menurut laporan United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF) pada tahun 2012 Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia 34 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi (AKB) di negaranegara ASEAN seperti Singapura memiliki angka kejadian 3 per 1000 kelahiran hidup, Malaysia memiliki angka kejadian 5 per 1000 kelahiran hidup, Thailand memiliki angka Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010, penyebab kematian bayi baru lahir 0 hari sampai 6 hari di Indonesia adalah gangguan pernafasan (36,9%), prematuritas (32,4%), sepsis (12%), hipotermi (6,8%), kelainan darah atau ikterik (6,6 %) dan lain-lain. Penyebab kematian bayi 7 hari sampai 28 hari adalah sepsis (20,5%), kelainan kongenital (18,1%), Pneumonia (15,4%), prematuritas dan Bayi Berat Lahir Rendah kejadian 17 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam (BBLR) (12,8%) dan Respiratory Distress memiliki angka kejadian 18 per 1000 kelahiran hidup dan Philipina memiliki angka kejadian 26 per 1000 kelahian hidup, sedangkan di Indonesia cukup tinggi yaitu 26,9 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2011). Menurut data dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 29 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di daerah Kalimantan Selatan pada tahun 2012 sebanyak 44 per 1000 kelahiran hidup (BPS, 2012). Syndrome (RDS) (12,8%) (Depkes RI, 2011). Untuk angka kejadian ikterik bayi di Indonesia sekitar 50% pada bayi cukup bulan yang mengalami perubahan warna kulit, mukosa dan mata menjadi kekuningan (ikterik) dan pada bayi kurang bulan (prematur) kejadiannya lebih sering 75 % (Depkes RI, 2011). Angka kejadian ikterik di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh pada tahun 2013 berjumlah 72 bayi dari 2.167 Kelahiran Hidup (3,32%), pada tahun 2014 berjumlah 177 bayi dari 2.666 Kelahiran Hidup (6,63%) dan pada tahun 2015 berjumlah 249 bayi dari 2.785 Kelahiran hidup 1

(8,94%). Insiden Ikterik di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh tahun 2015, menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 11% (Diklat RSUD. Ansari Saleh, 2016). Kejadian ikterik sering dijumpai pada bayi dengan BBLR (Berat Badan Bayi Lahir Rendah) (Rustam Mochtar, 2010). Dalam batas normal timbul pada hari kedua sampai ketiga dan menghilang pada hari ke sepuluh (Manuaba, 2011). Pada neonatus cukup bulan, kadar bilirubin tidak melebihi 10 mg/dl dan bayi kurang bulan kurang dari 12 mg/dl. Ikterik fisiologis baru dapat dinyatakan sesudah diobservasi dalam minggu pertama sesudah kelahiran (Asrining, 2010). dan akhirnya kejang, Pada umur yang lebih lanjut, bila bayi ini bertahan hidup dapat terjadi spasme (kekakuan) otot, kejang, tuli, gangguan bicara dan keterbelakangan mental (Asrining, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan yang saya lakukan di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin diperoleh data dari ruang bayi terdapat angka kejadian ikterik pada neonatus pada tahun 2015 sebanyak 249 bayi, dimana neonatus dengan ikterik sebanyak 63 bayi dan ikterik yang disertai dengan sepsis sebanyak 186 neonatus. Dimana setiap tahunnya terjadi peningkatan kejadian ikterik di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Dampak dari ikterik ini adalah Kern Berdasarkan studi pendahuluan yang ikterik. Kern ikterik adalah suatu kerusakan telah dilakukan di RSUD Dr.H.Moch Ansari otak akibat perlengketan bilirubin indirek Saleh pada tanggal 16 Mei 2016 didapatkan (bilirubin yang tak terkonjugasi atau bilirubin yang tidak berada dalam kondisi bebas yang terjadi akibat hemolisis atau kerusakan darah) pada otak. Gejalanya antara lain mata yang berputar, kesadaran menurun, tak mau minum angka kejadian ikterik pada neonatus tahun 2015 sebanyak 249 bayi, dimana neonatus dengan ikterik sebanyak 63 bayi dan ikterik yang disertai dengan sepsis sebanyak 186 neonatus. atau menghisap, ketegangan otot, leher kaku, 2

METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan Case Control. Sasaran penelitian ini adalah semua bayi baru lahir di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin sejak Januari tahun 2015- Desember 2015 dengan jumlah 2.785 bayi dan dengan menggunakan rumus Slovin maka didapat sampel sebanyak 350 bayi. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari buku register ruang bayi yang lahir pada tahun 2015. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan berat lahir dengan kejadian ikterik pada neonatus di RSUD H. Dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Hasil penelitian yang diperoleh dari data buku register bayi tahun 2015 yang dengan sampel sebanyak 350 neonatus, kemudian dikumpulkan kemudian diolah a. Berat Lahir Berdasarkan dari hasil penelitian yang didapat, berat lahir di ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1 Distribusi frekuensi berat lahir pada Neonatus di ruang bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2015. No. Berat Lahir N % 1. Berisiko 139 40 2. Tidak Berisiko 211 60 Total 350 100 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah bayi dengan berat lahir yang berisiko terkena ikterik berjumlah 139 bayi (40%), dan bayi dengan berat lahir yang tidak berisiko terkena ikterik berjumlah 211 bayi (60%). b. Kejadian Ikterik Berdasarkan dari hasil penelitian yang didapat, kejadian ikterik pada neonatus di ruang bayi RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, dapat dilihat pada tabel berikut: dan dianalisis menggunakan komputer. 3

Tabel 2 Distribusi kejadian ikterik pada neonatus di ruang bayi RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2015. No. Berat Lahir N % 1. Ikterik 180 51 2. Tidak Ikterik 170 49 Total 350 100 Sumber : Buku register bayi tahun 2015. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 350 sampel, bayi dengan ikterik memiliki jumlah terbesar yaitu 180 bayi (51,4%) dan bayi yang tidak ikterik memiliki jumlah terkecil yaitu 170 bayi (48,6%). 2. Analisa Bivariat Analisa bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabelvariabel penelitian, dianalisis menggunakan bantuan komputerisasi dengan tingkat kemaknaan a =0,05. Pada analisa bivariat ini yang menjadi variabel independen adalah berat lahir di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin yang akan dihubungkan dengan variabel dependen yaitu kejadian ikterik pada neonatus. Diharapkan pada analisis ini variabel independen atau variabel bebas mempunyai hubungan dengan variabel dependen atau variabel terikat. Adapun Berat Lahir Berisiko Tidak berisiko hubungan berat lahir dengan kejadian ikterik pada neonatus dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 3 Distribusi berat lahir dengan kejadian ikterik pada neonatus di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2015. Ya Ikterik Jumlah PValue Tidak N % N % N % 107 59 32 19 139 40 73 41 138 81 211 60 Jumlah 180 100 170 100 350 100 Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa bayi dengan berat lahir berisiko disertai ikterik berjumlah 107 (59,4%) bayi dan bayi yang berat lahir tidak berisiko disertai ikterik berjumlah 73 (40,6%) bayi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut telah mengambarkan bahwa bayi dengan berat lahir yang berisiko (< 2500 gram) lebih rentan untuk terkena ikterik daripada bayi dengan berat lahir yang tidak berisiko (>2500 gram < 4000 gram). Dapat dilihat dari jumlah bayi dengan berat lahir berisiko lebih besar daripada bayi dengan berat lahir tidak berisiko. Dengan menggunakan Uji Chi Square diperoleh p value = 0,000 nilai p<α dengan p=0,000 dan α=0,05, maka p<α didapatkan 0,000 4

bahwa Ha diterima dan Ho ditolak berarti ada hubungan berat lahir dengan kejadian ikterik pada neonatus tahun 2015 di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. PEMBAHASAN Di lapangan pada tahun 2015 didapatkan jumlah bayi dengan berat lahir yang berisiko dengan berat lahir yang paling rendah adalah 1300 gram dan terbesar 2500 gram, pada bayi dengan berat Berdasarkan hasil penelitian yang lahir 1300 gram hal ini disebabkan karena dilakukan pada tanggal 20 Juni 30 Juni 2016 dengan sampel berjumlah 350 bayi, tentang Hubungan berat lahir dengan kejadian ikterik pada neonatus tahun 2015 di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, maka didapatkan hasil sebagai berikut : 1. Berat Lahir usia ibu yang terlalu muda ( < 20 tahun) dimana jika usia ibu hamil terlalu muda maka aliran darah menuju serviks dan uterus masih belum sempurna sehingga penyaluran nutrisi ke janin tidak adekuat dan menyebabkan janin terdorong untuk keluar keadaan ini juga disertai dengan Berdasarkan hasil penelitian yang Kekurangan Energi Kronis (KEK) sebagai peneliti dapatkan di lapangan, dari 139 bayi dengan berat lahir yang berisiko terdapat 1 bayi yang memiliki berat lahir paling kecil yaitu 1300 gram dan 211 bayi dengan yang berat lahir tidak berisiko dengan berat lahir terbesar yaitu 3800 gram. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah bayi dengan berat lahir tidak berisiko lebih banyak daripada jumlah bayi dengan berat lahir tidak berisiko. faktor pendukung. Hal ini sesuai dengan teori yang ada dimana salah satunya faktor penyebab BBLR adalah usia ibu (< 20 tahun > 35 tahun) bayi yang dilahirkan berisiko mengalami BBLR. Faktor fisik dan psikis ibu tersebut juga berpengaruh pada kejadian BBLR, karena usia ibu hamil yang berusia < 20 tahun faktor fisik sepeti alat reproduksi ibu masih belum matang dalam proses 5

kehamilan, faktor psikis seperti emosional ibu masih belum stabil dan ibu mudah tegang yang akan menyebabkan adanya rasa penolakan secara emosional ketika ibu mengandung bayinya. Selain faktor fisik dan psikis ibu, BBLR juga dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi dan pemeriksaan kehamilan (ANC) yang kurang. Hal ini sesuai teori yang ada dimana faktor penyebab BBLR adalah faktor fisik, faktor psikologi, pengetahuan, riwayat penyakit ibu, dsb (Prove rawati, 2010). 2. Kejadian Ikterik Ikterik pada neonatus adalah salah satu keadaan menyerupai penyakit hati yang terdapat pada bayi baru lahir akibat terjadinya hiperbilirubinemia. Ikterik merupakan kegawatan yang sering terjadi pada bayi baru lahir, sebanyak 25%-50% pada bayi cukup bulan dan 80% pada bayi berat lahir rendah (Nanny, 2011). Ada ikterik fisiologi, ikterik patologi dan kern ikterus. Ikterik dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah immatur hati, immatur hati dapat memudahkan terjadinya ikterik, hal ini dapat terjadi karena belum maturnya atau matangnya fungsi hepar. Karena kurangnya enzim glukorinil tranferase sehingga konjugasi bilirubin indirect menjadi bilirubin direct belum sempurna dan kadar albumin darah yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar juga berkurang. Immatur hati berkaitan dengan BBLR, pada BBLR dapat terjadi imaturitas hepar, sehingga menyebabkan konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk di hepar tidak sempurna. Faktor resiko ikterik pada neonatus meliputi faktor maternal yaitu masa gestasi, komplikasi kehamilan (DM, hepatitis B), Air Susu Ibu (ASI), faktor perinatal yaitu jenis persalinan, komplikasi (asfiksia, beberapa klasifikasi tentang ikterik yaitu : 6

sepsis, cefalhematom), dan faktor neonatus yaitu jenis kelamin dan berat lahir. 3. Hubungan berat lahir dengan kejadian Ikterik pada Neonatus Berdasarkan tabel 3 distribusi terdapat 1 bayi yang memiliki berat lahir paling kecil yaitu 1300 gram bayi tersebut mengalami ikterik yang disertai beberapa komplikasi misalnya sepsis, hal ini terjadi karena disebabkan oleh bayi dengan berat hubungan berat Lahir dengan kejadian lahir yang rendah (< 2500 gram) rentan ikterik pada neonatus di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2015. Didapatkan hasil bahwa bayi dengan berat lahir berisiko disertai ikterik berjumlah 107 (59%) bayi dan bayi yang berat lahir tidak berisiko disertai ikterik berjumlah 73 (41%) bayi. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa bayi dengan berat lahir berisiko (BB < 2500 gram) lebih berisiko terkena ikterik daripada bayi dengan berat lahir tidak berisiko. Karena pada BBLR dapat terjadinya immatur hati yang menyebabkan terganggunya proses konjugasi bilirubin, hal ini sejalan dengan beberapa teori yang telah ada. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti dapatkan di lapangan, dari 139 bayi dengan berat lahir yang berisiko untuk mengalami berbagai infeksi karena organ-organ dalam tubuhnya masih belum sempurna salah satunya ikterik dimana hal ini sesuai dengan teori yang ada. Dilapangan juga didapatkan pada tahun 2015 bayi dengan berat badan lahir normal mengalami ikterik hal ini disebabkan karena ibunya saat hamil ada yang mengalami DM dan kebanyakannya ibu pada bayi tersebut menolak memberikan ASI pada minggu-minggu pertama pada bayinya dan langsung memberikan susu formula karena takut nanti persediaan ASI-nya tidak cukup untuk bayinya tersebut hal ini sesuai dengan teori yang ada. Berdasarkan Tabel 3 Data Di Uji Chi-Square diperoleh nilai p value 0,000, 7

artinya p < ɑ 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan antara berat lahir dengan kejadian ikterik tahun 2015 di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh. Selain itu sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rosa Mutianingsih dengan judul Hubungan Berat Lahir Rendah Dengan Kejadian Hiperbilirubinemia Neonatorum Pada Bayi Bari Lahir di RSUP. NTB Tahun 2012 dengan hasil ada hubungan yang bermakna antara berat lahir rendah dengan kejadian ikterik dimana bayi dengan berat lahir < 2500 gram 2 kali lebih besar menyebabkan ikterik daripada bayi dengan berat lahir normal 2500 gram-4000 gram. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada Kepala RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, kepada kepala ruang Bayi RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dan beserta seluruh petugas kesehatan yang telah mengizinkan dan membantu peneliti untuk melakukan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin. 2015. Panduan Tugas Akhir. Banjarmasin. Asrining Surasmi. 2010. Ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. BPS. 2012. Indonesia Demographic and Health Survey. Jakarta: BPS. Depkes RI. 2011. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Jakarta. Pencegahan dan Penanganan Ikterus pada Bayi Baru Lahir. Jakarta: DEPKES RI. Diklat RSUD. ANSAL. 2016. Angka Kejadian Ikterik di RSUD. Dr. H. Moch. Ansari Saleh. Banjarmasin: Diklat. Nanny, 2011. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika. Proveawati. 2010. Buku Asuhan Neonatus Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha Medika. Riskesdas. 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI. Rustam Mochtar. 2010. ASI Panduan Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta: Banyu Media. 8