BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Ilyas,2002 dan Suryadi, 1999). 2.1.1Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Menurut Ilyas (2002), faktor yang berhubungan dengan kinerja adalah : 1. Faktor Psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan pegawai seperti minat, intelegensi, pendidikan, sikap terhadap kerja, bakat dan keterampilan. 2. Faktor Sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial antara tenaga kerja dengan atasan maupun sesama pegawai. Secara teoritis ada tiga kelompok variabel yang memengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu yaitu variabel individu, variabel organisasi dan variabel psikologis (Gibson, et al, 1996). Kelompok variabel individu terdiri dari variabel kemampuan dan keterampilan, latar belakang pribadi dan demografis. Variabel kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang memengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu sedangkan variabel demografis mempunyai pengaruh yang
tidak langsung. Kelompok variabel psikologis terdiri dari variabel persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis. Kelompok variabel organisasi terdiri dari variabel sumber daya, kepemimpinan, imbalan struktur dan desain pekerjaan. 2.1.2 Indikator Kinerja Rumah Sakit Penerapan suatu indikator harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : nama indikator,dimensi kinerja,tujuan indikator,rational,definisi terminologi yang digunakan dan standar,periode dilakukan analisis,numerator,denominator,sumber data numeratoe dan denimerator. Ke 12 indikator kinerja yang disepakati telah memenuhi persyaratan tersebut menurut Depkes RI (2005) : 1. Rerata jam pelatihan per karyawan pertahun 2. Persentase tenaga terlaatih di unit khusus 3. Kecepatan penanganan penderita gawat darurat 4. Waktu tunggu sebelum operasi efektif 5. Angka kematian ibu karena persalinan (Perdaharan,preeklamsia/eklampsia dan sepsis, khusus untuk kasus nonrujukan) 6. Angka infeksi nosokomial 7. Kelengkapan pengisian rekam medis 8. Prosentase kepuasan pasien (survei) 9. Prosentase kepuasan karyawan (survei) 10. Baku mutu limbah cair
11. Status keuangan rumah sakit 12. Status keuangan rumah sakit 13. Prosentase penggunaan obat generik Berdasarkan beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai pegawai dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan organisasi dalam upaya mencapai visi, misi, dan tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. 2.2 Rumah Sakit 2.2.1 Pengertian Rumah Sakit Menurut Aditama (2006), Rumah sakit adalah organisasi unik karena merupakan paduan antara organisasi padat karya dan padat modal sehingga pengelolaan rumah sakit menjadi disiplin ilmu tersendiri yang mengedepankan dua hal sekaligus yaitu teknologi dan perilaku manusia di dalam organisasi. Rumah sakit juga merupakan suatu institusi yang fungsi utamanya memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Untuk menjalankan dan menyelenggarakan upaya-upaya tersebut dan mengelola rumah sakit agar tetap dapat memenuhi kebutuhan pasien dan masyarakat yang dinamis, maka setiap komponen yang ada di rumah sakit harus terintegrasi dalam satu sistem. Aditama mengemukakan terdapat tiga ciri khas rumah sakit yang membedakannya dengan industri lainnya yaitu :
1. Kenyataan bahwa bahan baku dari industri jasa kesehatan adalah manusia. Dalam industri rumah sakit seyogyanya tujuan utamanya adalah melayani kebutuhan manusia bukan semata-mata menghasilkan produk dengan proses dan biaya yang seefien mungkin. Perbedaan ini mempunyai dampak penting dalam manajemen khususnya menyangkut pertimbangan etika dan nilai kehidupan manusia. 2. Pada industri rumah sakit yang disebut sebagai pelanggan tidak selalu mereka yang menerima pelayanan. Pasien adalah mereka yang diobati di rumah sakit. Akan tetapi kadang-kadang bukan mereka sendiri yang menentukan di rumah sakit mana mereka harus dirawat, contohnya pada karyawan di tentukan oleh kebijaksanaan kantornya. Jenis tindakan medis yang akan dilakukan dan pengobatan yang diberikan juga tidak tergantung pada pasiennya tetapi tergantung dari dokter yang merawatnya. Ini sangat berbeda dengan bisnis restoran dimana pelangganlah yang menentukan menunya yang akan dibeli. 3. Kenyataan menunjukan bahwa pentingnya profesional tenaga kesehatan termasuk dokter, perawat, ahli farmasi, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain. Para profesional ini sangat banyak sekali jumlahnya di rumah sakit. Hal yang perlu mandapat perhatian adalah kenyataan bahwa para profesional cenderung sangat otonom dan berdiri sendiri. Tidak jarang misi kerjanya tidak sejalan dengan misi kerja manajemen organisasi secara keseluruhan tetapi bekerja dengan standar profesi yang dianutnya. Akibat ada kesan bahwa fungsi manajemen dianggap kurang penting.
Adapun yang menjadi fungsi rumah sakit adalah : menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan,tempat pendidikan dan pelatihan tenaga medik dan paramedik serta tempat penelitiaan dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan. Dalam menjalankan fungsinya pencatatan proses pelayanan kepada pasien merupakan aktivitas yang melekat dalam setiap kegiatan pelayanan di rumah sakit. Pencatatan yang saat ini dikenal dengan rekam medis merupak aktivitas yang sangat penting untuk mengingatkan kembali dokter dan keadaan, hasil pemeriksaan dan pengobatan yang telah diberikan bila pasien datang kembali untuk berobat pulang. Sejalan dengan perkembangan peranan rekam medis tidak lagi terbatas pada asumsi yang digunakan lebih luas dari catatan atau jembatan untuk mengingat kembali (Hanafiah dan Amir, 1999). Sesuai dengan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 pembedaan tingkatan menurut kemampuan unsur pelayanan kesehatan yang disediakan, ketenagaan, fisik dan peralatan maka rumah sakit umum pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi : 1. Rumah Sakit Umum Klas A adalah rumah sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan subspesialistik luas. 2. Rumah Sakit umum Klas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik luas dan subspesialistik terbatas.
3. Rumah Sakit umum Klas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar. 4. Rumah Sakit umum Klas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis dasar. Berdasarkan klasifikasi rumah sakit yang diukur dari kemampuan unsur pelayanan kesehatan yang dapat disediakan ketenagaan, fisik, peralatan maka RSU H Sahudin Kutacane termasuk dalam Rumah Sakit Umum Klas C. 2.3 Rekam Medis Rekam medis merupakan kumpulan fakta tentang kehidupan seseorang dan riwayat penyakitnya, termasuk keadaan sakit, pengobatan saat ini dan saat lampau yang ditulis oleh para praktisi kesehatan dalam upaya mereka memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien (Hatta,2003). Menurut Hanafiah dan Amir (1999), rekam medis adalah kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan dan catatan segala kegiatan para pelayanan kesehatan atas pasien dari waktu ke waktu. Catatan ini dapat berupa tulisan maupun gambar, rekaman elektronik seperti komputer, mikrofilm dan rekaman suara. Secara sederhana pengertian rekam medis adalah kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan dan catatan segala kegiatan petugas kesehatan atas pasien dari waktu ke waktu. Dalam PERMENKES No.269/MenKes/PER/III/2008 tentang rekam medis disebut pengertian rekam medis
adalah : berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, permeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan. Untuk mendapatkan catatan data medis yang baik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh dokter dan ahli-ahli dibidang kesehatan lainnya, yaitu mencatat data tepat waktu, mencatat data yang up to date, mencatat data secara cermat dan lengkap, membuat catatan yang dapat dipercaya dan menurut kenyataan, memilih data yang berkaitan dengan masalahnya dan mencatat data secara obyektif (Samil, 1994). Sesuai dengan pasal 5 Peraturan Menteri Kesehatan RI No.269/MenKes/ PER/III/2008 tersebut dinyatakan, setiap dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran wajib membuat rekam medis, setelah pasien mendapatkan pelayanan. Pembuatan rekam medis dilaksanakan melalui pencatatan dan pendokumentasian hasil pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Setiap pencatatan ke dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan secara langsung. Selanjutnya dalam pasal 6 dikatakan, dokter, dokter gigi dan / atau tenaga kesehatan tertentu bertanggung jawab atas catatan dan/ atau dokumen yang dibuat pada rekam medis. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/MenKes/Per/III/2008 merupakan peraturan pelaksana dari UU RI No. 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran, berdasarkan UU tersebut, dokter dan dokter gigi diwajibkan membuat rekam medis
dengan sanksi pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp 50 Juta jika tidak mengindahkannya dengan sengaja. 2.3.1 Tujuan Rekam Medis Menurut Hanafiah dan Amir (1999), ada delapan kegunaan rekam medis di rumah sakit yang disebut sebagai CIALFRED, yaitu : C : Comunication use Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut ambil bagian dalam memberikan pelayanan, pengobatan dan perawatan pasien. I : Information use Merupakan dasar untuk perencanaan pengobatan dan perawatan yang harus diberikan kepada pasien. Segala instruksi kepada perawat atau komunikasi sesama dokter ditulis agar rencana pengobatan dapat dilaksanakan. A : Administrative use Adanya nilai administrasi dalam suatu rekam medis dikarenakan bahwa isinya menyangkut tindakan-tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga medis dengan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan. L : Legal use Hal ini menyangkut masalah adanya jaminan kesehatan hukum (legal) atas dasar keadilan dalam rangka usaha menegakkan serta persediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan keadilan.
F : Financial use Rekam medis ini mempunyai nilai keuangan (financial) karena isinya dapat dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan medis di rumah sakit, tanpa adanya catatan tindakan pelayanan maka pembayaran tidak dapat dipertanggungjawabkan. R : Research use Nilai penelitian dalam suatu berkas rekam medis dikarenakan bahwa isinya mengandung data atau informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. F : Education use Suatu berkas rekam medis yang mempunyai nilai pendidikan adalah isinya menyangkut data atau informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan referensi pengajaran dibidang profesi bagi di pemakai. D : Documentary use Nilai dokumentasi dalam rekam medis ini berdasarkan isi yang menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai bahan pertanggungjawaban dan pelaporan rumah sakit. Adapun tujuan utama dari rekam medis terjadi dalam 5 (lima) kepentingan, yaitu :
1. Pasien, rekam kesehatan merupakan alat bukti utama yang mampu membenarkan adanya pasien dengan identitas yang jelas dan telah mendapatkan berbagai pemeriksaan dan pengobatan disarana pelayanan kesehatan dengan segala hasil serta konsekuensi biayanya. 2. Pelayanan pasien, rekam kesehatan mendokumentasikan pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, penunjang medis dan tenaga lain yang bekerja dalam berbagai fasilitas pelayanan kesehatan. Dengan demikian rekaman itu membantu pengambilan keputusan tentang terapi, tindakan dan penentuan diagnosis pasien. Rekam medis juga sebagai sarana komunikasi antar negara lain yang sama-sama terlibat dalam menangani dan merawat pasien. Rekaman yang rinci dan bermanfaat menjadi alat penting dalam menilai dan mengelola risiko manajemen. Selain itu rekam medis setiap pasien juga berfungsi sebagai tanda bukti sah yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Oleh karena itu rekam medis yang lengkap harus setiap saat tersedia dan berisi data/ informasi tentang pemberian pelayanan kesehatan secara jelas. 3. Manajemen pelayanan, rekam medis yang lengkap memuat segala aktivitas yang terjadi dalam manajemen pelayanan sehingga digunakan dalam menganalisis berbagai penyakit, menyusun pedoman praktik, serta untuk mengevaluasi mutu pelayanan yang diberikan. 4. Menunjang pelayanan, rekam medis yang rinci akan mampu menjelaskan aktivitas yang berkaitan dengan penanganan sumber-sumber yang ada pada organisasi pelayanan di RS, mengananlisis kecenderungan yang terjadi dan mengkomunikasikan informasi di antara klinik yang berbeda.
5. Pembiayaan, rekam medis yang akurat mencatat segala pemberian pelayanan kesehatan yang diterima pasien. Informasi ini menentukan besarnya pembayaran yang harus dibayar, baik secara tunai atau melalui asuransi. 2.3.2 Isi Rekam Medis Menurut Hanafiah dan Amir (1999), di rumah sakit ada 2 jenis rekam medis : yakni rekam medis untuk pasien rawat jalan dan rekam medis untuk pasien rawat inap. Namun dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/Menkes/Per/III/2008 tentang rekam medis, selain dua rekam medis tersebut, ada rekam medis untuk pasien gawat darurat. Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan sekurang-kurangnya memuat : a. Identitas pasien ; b. Tanggal dan waktu; c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit ; d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik; e. Diagnosa; f. Rencana penatalaksanaan; g. Pengobatan dan/atau tindakan; h. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien ; i. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik ; dan j. Persetujuan tindakan bila diperlukan. Adapun isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari sekurang-kurangnya memuat :
a. Identitas pasien; b. Tanggal dan waktu; c. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit ; d. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik; e. Diagnosa; f. Rencana penatalaksanaan; g. Pengobatan dan/atau tindakan; h. Persetujuan tindakan bila diperlukan; i. Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan; j. Ringkasan pulang (discharger summary) k. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan; l. Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu; dan m. Untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odotogram klinik. Selanjutnya isi rekam medis untuk pasien gawat darurat, sekurang-kurangnya memuat : a. Identitas pasien; b. Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan; c. Identitas pengantar pasien; d. Tanggal dan waktu; e. Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit; f. Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik;
g. Diagnosis; h. Pengobatan dan/ atau tindakan; i. Ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat dan rencana tindak lanjut; j. Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan; k. Sarana trasnsportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke sarana pelayanan kesehatan lain; dan l. Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien 2.3.3 Ringkasan Pulang Ringkasan pulang merupakan ringkasan dari seluruh masa perawatan dan pengobatan pasien sebagaimana yang telah diupayakan oleh para tenaga kesehatan dan pihak terkain (Hatta, 2003). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 269/ Menkes/ Per/ III/ 2008, ringkasan pulang dibuat oleh dokter atau dokter gigi yang melakukan perawatan pasien. Isi ringkasan pulang sekurang-kurangnya memuat: a. Identitas pasien; b. Diagnosa masuk dan indikasi pasien dirawat; c. Ringkasan hasil pemeriksaaan fisik dan penunjang, diagnosa akhir, pengobatan dan tindak lanjut;dan d. Menurut Hatta (2003) Nama dan tanda tangan dokter atau dokter gigi yang memberikan pelayanan.kegunaan dari ringkasan riwayat pulang, adalah untuk :
1) Menjaga kelangsungan perawatan di kemudian hari dengan memberikan tembusannnya kepada dokter utama pasien, dokter yang merujuk dan konsultan yang membutuhkan. 2) Memberikan informasi untuk menunjang kegiatan komite telaahan staf medis. 3) Memberikan informasi kepada pihak ketiga yang berwenang. 4) Memberikan informasi kepada pihak pengirim pasien ke RS 2.4 Peran Dokter dalam Pengisian Rekam Medis Tanggung jawab utama akan kelengkapan rekam medis terletak pada dokter yang merawat. Tanpa memperdulikan ada atau tidaknya bantuan yang diberikan kepadanya dalam melengkapi rekam medis dan staf lain di rumah sakit, dia mengemban tanggung jawab terakhir akan kelengkapan dan kebenaran isi rekam medis. Disamping itu untuk mencatat beberapa keterangan medis seperti riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan ringkasan keluar (resume), kemungkinan bisa dilegalisikan pada co assisten, asisten ahli, atau dokter lainnya (Samil 1994). Data ini harus dipelajari kembali, dikoreksi dan ditandatangani juga oleh dokter yang merawat. Pada saat ini banyak rumah sakit, menyediakan staf bagi dokter untuk melengkapi rekam medis, namun demikian tanggung jawab utama dan isi rekam medis tetap berada padanya. Nilai ilmiah dari suatu rekam medis adalah sesuai dengan taraf pengobatan dan perawatan yang tercatat. Oleh karena itu ditinjau dan beberapa segi, rekam medis sangat bemilai penting karena : Bagi pasien, untuk kepentingan penyakitnya di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
1. Dapat melindungi rumah sakit maupun dokter dalam segi hukum (medicolegal). Bilamana rekam medis tidak lengkap dan tidak benar, maka kemungkinan akan merugikan bagi pasien, rumah sakit maupun dokter sendiri. 2. Dapat digunakan untuk penelitian medik maupun administratif. Personil rekam medis hanya dapat mempergunakan data yang diberikan kepadanya. Bilamana diagnosanya tidak benar dan tidak lengkap maka kode penyakit pun tidak tepat, sehingga indeks penyakit mencerminkan kekurangannya, hal ini berakibat riset akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu data statistik dan laporan hanya dapat secermat informasi dasar yang benar. Formulir yang digunakan biasanya dalam bentuk kartu pemeriksaan pasien, anamnese, diagnosa dan tindakan yang dilakukan terhadap pasien, tetapi dicatat di dalam kartu tersebut. Untuk rawat jalan periu di dalam lembar ringkasan poliklinik yang lazim disebut identitas dan ringkasan poliklinik. Lembaran ini sebagai dasar dalam menyiapkan kartu identitas utama pasien (KIUP) yang berisi data pasien serta ringkasan poliklinik (Basbeth, 2005). Rekam medis adalah catatan aiau berkas yang mengandung informasi tentang penyakit dan pengobatan pasien yang ditujukan untuk menjaga dan meningkatka". mutu pelayanan kesehatan. Rekam medis adalah milik institusi kesehatan yang membuatnya dan disimpan oleh institusi pelayanan kesehatan tersebut. Disamping kerahasiaannya serta dapat digunakan sebagai alat bukti hukum apabila terdapat penyimpangan dalam pelayanan kesehatan (Samil, 1994).
Menurut Hanafiah dan Amir (1999), akhir-akhir ini keluhan masyarakat terhadap para dokter makin sering terdengar, antara lain mengenai kurangnya waktu dokter yang disediakan untuk pasiennya, kurang lancamya komunikasi, kurangnya informasi yang diberikan dokter kepada pasien atau keluarganya, tingginya biaya pengobatan dan sebagainya. Hal ini disebabkan meningkatnya taraf pendidikan dan kesadaran hukum masyarakat, dimana masyarakat lebih menyadari akan haknya seiring dengan munculnya kepermukaan masalah-masalah hak asasi manusia diseluruh dunia, Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) sekarang ini hanya berisi kewajiban-kewajiban dokter dan belum memuat hak dokter, demikian juga belum memuat semua hak dan kewajiban pasien. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) lahir untuk memperoleh perlindungan atas kerugian yang diderita atas transaksi suatu barang dan jasa. UUPK menjamin adanya kepastian hukum bagi konsumen. Tujuan dan undang-undang tersebut adalah: 1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri. 2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari akses negatifpemakaian barang atau jasa. 3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen. 4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha. Dalam pedoman pengolahan rekam medis rumah sakit di Indonesia disebutkan bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan yang melakukan pelayanan rawatjalan maupun inap, wajib membuat atau mengisi rekam medis. Petugas yang membuat atau mengisi rekam medis adalah dokter dan tenaga kesehatan lainnya meliputi: 1. Dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis yang melayani pasien di rumah sakit. 2. Dokter tamu yang merawat pasien rumah sakit. 3. Residen yang sedang melaksanakan kepaniteraan klinik. 4. Tenaga para medis keperawatan dan tenaga para medis non keperawatan yang langsung terlibat di dalam diantara lain perawat, perawat gigi, bidan, tenaga laboratorium klinik, gizi, anestesi, penataroentgen, rehabilitasi medis dan lain sebagainya. 5. Dalam hal kedokteran luar negeri melakukan alih teknologi kedokteran, yang berupa tindakan atau konsultasi kepada pasien yang membuat rekam medis adalah dokter yang ditujukan oleh direktur rumah sakit
2.5 Landasan Teori Kinerja secara teoritis dalam penelitian ini mengacu pada teori Gibson dkk (1996) sedangkan kinerja dokter dalam penelitian ini mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008, tentang pengisian rekam medis yaitu pengetahuan,sikap,motivasi,kepemimpinan,umur,jenis kelamin,masa kerja. 2.6 Kerangka Pikir berikut: Kerangka pikir yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai Umur Jenis kelamin Lama kerja Pengetahuan Sikap Motivasi Kepemimpinan Kinerja dalam Kelengkapan RM Gambar 2.1 Kerangka Pikir