HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENDIDIKAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS YANG DITENTUKAN BERDASARKAN DISTRIBUSI IGG4 ANTIFILARIA. Biyan Maulana*, Heri Wibowo**

dokumen-dokumen yang mirip
DI DAERAH ENDEMIS FILARIASIS KECAMATAN PONDOK GEDE, KABUPATEN BEKASI, JAWA BARAT

Kata kunci: filariasis; IgG4, antifilaria; status kependudukan; status ekonomi; status pendidikan; pekerjaan

Prevalensi pre_treatment

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB I PENDAHULUAN.

ABSTRAK PREVALENSI FILARIASIS DI KOTA BEKASI PERIODE

Proses Penularan Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

ABSTRAK STUDI KASUS PENENTUAN DAERAH ENDEMIS FILARIASIS DI DESA RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT TAHUN 2008

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI RW 1 DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT TENTANG FILARIASIS TAHUN

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT FILARIASIS DI KABUPATEN BEKASI, PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Filariasis cases In Tanta Subdistrict, Tabalong District on 2009 After 5 Years Of Treatment

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada anggota badan terutama pada tungkai atau tangan. apabila terkena pemaparan larva infektif secara intensif dalam jangka

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA

FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah. penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana

ABSTRAK. Helendra Taribuka, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

RISIKO KEJADIAN FILARIASIS PADA MASYARAKAT DENGAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN YANG SULIT

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PADANG TAHUN

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB XX FILARIASIS. Hospes Reservoir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN PRIMER FILARIASIS DI DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG

PEMERIKSAAN MIKROFILARIA DI DUSUN CIJAMBAN KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS. Mei Widiati*, Ary Nurmalasari, Septi Nurizki ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi

Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah di Kelurahan Jati Sampurna

Juli Desember Abstract

ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN CARA PENCEGAHAN MALARIA DI DESA JIKO UTARA KECAMATAN NUANGAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR

5. Manifestasi Klinis

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

Analisis Nyamuk Vektor Filariasis Di Tiga Kecamatan Kabupaten Pidie Nanggroe Aceh Darussalam

Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

Faktor Risiko Kejadian Filarisis Limfatik di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

PREVALENSI MIKROFILARIA SETELAH PENGOBATAN MASAL 4 TAHUN DI WILAYAH KAMPUNG SAWAH, KECAMATAN CIPUTAT, TANGERANG SELATAN

Identification of vector and filariasis potential vector in Tanta Subdistrict, Tabalong District

HUBUNGAN RESPON IMUN ADAPTIF SELULAR DAN HUMORAL PADA IBU HAMIL DENGAN INFEKSI WUCHERERIA BANCROFTI

FAKTOR RISIKO KEJADIAN FILARIASIS DI KELURAHAN JATI SAMPURNA


ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI PUSKESMAS SUNGAI AYAK III KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN FILARIASIS DI PUSKESMAS SE-KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016

GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL JANUARI DESEMBER 2011

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

Korelasi IgG4 Antifilarial pada Ibu Hamil dan Bayi yang Dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Separuh penduduk dunia berisiko tertular malaria karena hidup lebih dari 100

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

BEBERAPA FAKTOR RISIKO LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN NANGA ELLA HILIR KABUPATEN MELAWI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN INFEKSI CACING DI PUSKESMAS KOTA KALER KECAMATAN SUMEDANG UTARA KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit kaki gajah atau dalam bahasa medis. disebut filariasis limfatik atau elephantiasis adalah

HUBUNGAN KONDISI FISIK LINGKUNGAN DAN PERILAKU MASYARAKAT DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KELURAHAN PADUKUHAN KRATON KOTA PEKALONGAN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

ANALISIS SITUASI FILARIASIS LIMFATIK DI KELURAHAN SIMBANG KULON, KECAMATAN BUARAN, KABUPATEN PEKALONGAN Tri Wijayanti* ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

Kondisi Filariasis Pasca Pengobatan Massal di Kelurahan Pabean Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Filariasis di Kabupaten Padang Pariaman Tahun

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA FILARIASIS DI DESA SANGGU KABUPATEN BARITO SELATAN KALIMANTAN TENGAH

Filariasis : Pencegahan Terkait Faktor Risiko. Filariasis : Prevention Related to Risk Factor

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENDIDIKAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS YANG DITENTUKAN BERDASARKAN DISTRIBUSI IGG4 ANTIFILARIA Biyan Maulana*, Heri Wibowo** * Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ** Staff Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Abstrak Filariasis adalah penyakit infeksi yang masih endemis pada beberapa daerah tropis khususnya pada daerah Indonesia. Filaria ditularkan oleh vektor nyamuk. Pada desa Jati Sampurna dan Jati Karya, Kecamatan Pondokgede, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat merupakan daerah endemik infeksi filaria. Diduga faktor pendidikan memiliki peran besar terhadap insiden filariasis pada daerah ini yang sampai sekarang masih tinggi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor pendidikan dengan distribusi IgG4 antifilaria pada penduduk yang berada di daerah tersebut. Penelitian ini adalah penelitian yang berbasis pada data sekunder. Sampel diperoleh dari data hasil penelitian utama yang penelitiannya menggunakan metode cross- sectional. Data tersebut digunakan untuk menilai hubungan antara faktor pendidikan dengan kejadian filariasis yang berdasarkan pada distribusi IgG4 antifilaria di kecamatan Pondok Gede Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang bermakna, pada data penelitian menunjukkan pada kelompok pendidikan rendah memiliki jumlah positif sebesar 124 (71,3%) secara signifikan (p: 0,001) lebih tinggi dibandingkan pada kejadian filariasis pada kelompok pendidikan tinggi yaitu sebesar 45 (51,1%). Kata kunci: IgG4 anti-filaria, faktor pendidikan

Abstract Filariasis, one of the contagious disease that until now still endemic at several place in Indonesia. Filaria is transmited by a vector which is mosquitoes. Jati Sampurna and Jati Karya village in Pondokgede Subdistrict, Bekasi, West Java has been known as area that endemic filariasis. Educational factor is presumed as significant factors that affect filariasis incidence in those villages that untill now still high. This study focused to determine the connection between educational factor to filariasis incidence in those villages. This study is based on the secondary data. Secondary data were obtained from primary research data that done by cross- sectional method. These data were used to assess the association of educational factor to filariasis incidence that determined by IgG4 antifilaria distribution at Pondokgede Sub- district, Bekasi District, West Java. Research shows that the corelation is real, research data shows that filarial incidence on low educational group in the amount of 124 (71,3%) significantly higher (chi- square: 0,001) than high educational group 45 (51,1%). Keywords: IgG4 anti-filaria, educational factor PENDAHULUAN Filariasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit filaria, yang infeksinya bersifat khas dan sistemik. 1 Filaria telah menginfeksi jutaan penduduk dunia. 2 Penyakit ini endemik pada 83 negara, yang terbanyak adalah Indonesia, India, Nigeria banglades; yang hampir mencapai 70% dari keseluruhan kasus. 3 Penduduk yang telah hidup lama di daerah endemis tidak menunjukkan reaksi peradangan yang berat dibandingkan penduduk daerah non-endemis atau pendatang. 4 Pada Indonesia sendiri menurut data dari departemen kesehatan Indonesia, sampai tahun 2009 penderita filariasis terdapat pada 386 kabupaten di Indonesia. Prevalensi terdapatnya mikrofilaria pada tubuh penduduk sekitar 19% atau sebanyak 40 juta orang yang dapat ditemukan adanya cacing filaria ditubuhnya yang dapat dengan mudah ditularkan. 5 Faktor pendidikan diduga mempunyai peran yang signifikan terhadap insiden filariasis. Filariasis limfatik disebabkan oleh infeksi salah satu dari 3 tipe cacing, yaitu Wuchereria Bancrofti, Brugia Malayi, dan Brugia Timori. Cacing dewasa hidup di dalam

sistem limfatik manusia kurang lebih selama 6-8 tahun dan sepanjang masa hidupnya akan memproduksi berjuta-juta mikrofilaria yang bersirkulasi dalam darah. Sedangkan cacing dewasa, menetap di saluran limfatikyang akan menyebabkan terjadinya gangguan pada saluran tersebut. 6 Filariasis ditularkan oleh vektor, dalam hal ini adalah nyamuk. Jenis nyamuk yang menjadi vektor selalu spesifik terhadap jenis dari filarianya. W. Bancrofti yang berada di daerah urban, ditularkan oleh nyamuk jenis Cx. Quinquefasciatus yang memiliki tempat perindukan pada air menggenang yang kotor dan tercemar. Sedangkan, pada daerah pedesaan ditularkan oleh bermacam spesies nyamuk. 4 Infeksi filariasis limfatik manifestasi klinisnya dapat asimptomatik sampai simptomatik dengan onset akut sampai kronik. Meskipun asimptomatik tetap terjadi kerusakan pada sistem limfatik dan ginjal bergantung dari kekuatan sistem imun hostnya. Cacing dewasa menetap di saluran limfatik, sehingga aliran limfatik terganggu yang akhirnya menyebabkan disfungsi pada sistem limfatik. Sistem imunitas tubuh merespon terhadap adanya benda asing tersebut sehingga timbullah inflamasi yang sifatnya episodik dan terjadi beberapa kali dalam setahun dan berlangsung beberapa minggu lamanya. Peradangan yang terjadi pada sistem limfatik alat kelamin laki-laki menyebabkan terjadinya funikulitis, epididimitis, dan orkitis. Pada stadium kronik, gejala klinis yang dapat dijumpai adalah hidrokel. Limfadema dan elephantiasis juga sering kali mengenai seluruh tungkai, seluruh lengan, payudara, testis, dan vulva. 6 Berbagai kondisi tersebut menyebabkan terjadinya deformitas tubuh yang mengarah pada terganggunya faktor sosial dan ekonomi. 4 Filariasis limfatik tidak selalu menampakkan gejala klinis, sampai saat ini cara yang paling terjamin untuk menentukan apakah telah terinfeksi adalah dengan tes darah. Pengumpulan darah dilakukan saat periode nokturnalnya berada di darah tepi, yaitu malam hari. 7 Teknik serologi mempunyai deteksi mikroskopis alternatif tersendiri untuk mendiagnosis filariasis limfatik. 8 Penderita yang memiliki infeksi aktif biasanya memiliki kadar IgG4-antifilaria darah yang meningkat dan dapat dideteksi dengan melalui metode assay rutin. deteksi antibodi sampai saat ini belum dapat membedakan infeksi lama dan infeksi aktif. 9

METODE Penelitian ini berbasis pada data sekunder dari data hasil penelitian utama. Penelitian utama dilakukan dengan metode cross-sectional. Data data tersebut dipakai untuk menilai adanya hubungan faktor risiko infeksi filaria pada ibu hamil yang tinggal di daerah endemik kecacingan berdasarkan distribusi IgG4 antifilaria di kecamatan Pondok Gede, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat Sampel yang dipakai pada penelitian ini adalah berasal dari sampel ibu hamil trimester ke 3 yang berdomisili di daerah endemis filaria. Besar sampel yang dipakai dihitung menggunakan rumus mencari uji hipotesis untuk dua proporsi dua kelompok independen. Dengan P1 adalah hasil perataan dengan salah satu poin diperkirakan memiliki jumlah dua kali lipat kasus filaria dan P2 adalah proporsi efek yang diteliti berdasarkan pada perbedaan hasil klinis terkecil yang dianggap penting. Didapatkan besar sampel yang dianggap signifikan menentukan kebermaknaan adalah berjumlah 131 orang. Analisa statistik yang dipakai adalah metode beda dua proporsi dengan uji Chi-square. Uji logistik bivariat dilakukan untuk mendapatkan nilai Odd ratio (OR) dari variabel pendidikan terhadap prevalensi IgG4 penduduk. Serta kemudian diketahui nilai Confident Interval untuk melihat jumlah dan faktor resiko yang nyata dari perbedaan tingkat pendidikan dibandingkan ratio IgG4 antifilaria. HASIL Penelitian ini bertempat pada desa Jati Sampurna dan Jati Karya yang termasuk kedalam kecamatan Jati Sampurna Bekasi, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih karena merupakan area suburban yang endemis Wuchereria bancrofti. Kebersihan lingkungan pada kedua kelurahan ini tergolong buruk, cocok untuk perindukan nyamuk vektor. Subjek pada penelitian ini adalah 286 ibu hamil trimester ketiga,sedangkan yang berhasil tercatat status antigen filarianya ada 284 dan yang tercatat hasil pemeriksaan IgG4anti-filarianya sebanyak 264 subjek. Poin pendidikan yang dijaring dari subyek adalah mulai dari tidak bersekolah sampai perguruan tinggi, yang kemudian dikategorikan menjadi pendidikan rendah (tidak bersekolah hingga sekolah dasar) dan pendidikan tinggi (sekolah

menengah pertama hingga perguruan tinggi). Status positif dan negatif ditentukan berdasarkan cut-of-point dari nilai kadar IgG4 antifilaria (sebesar 503,3750) yang diperoleh menggunakan analisis ROC. 100% 50% 0% 28.70% 71.30% Pendidikan Rendah 48.90% 51.10% Pendidikan Tinggi Negatif Positif Hasil analisis menunjukkan bahwa, insiden filariasis positif pada kelompok pendidikan rendah sebesar 124 (71,3%) secara signifikan (p: 0,001) lebih tinggi dibandingkan kejadian filaria pada kelompok pendidikan tinggi 45 (51,1%). Besarnya resiko infeksi di analisa menggunakan uji regresi logistik yang diketahui bahwa titer IgG4 positif pada orang pada kelompok pendidikan rendah lebih besar dibandingkan dengan yang kelompok pendidikan tinggi, dengan resiko IgG4 positif pada kelompok pendidikan rendah 2,4 kali lebih tinggi dibandingkan pada kelompok pendidikan tinggi (OR=2,4, CI 95% = 1,4-4). Dari hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan menghasilkan kontribusi signifikan terhadap kejadian filaria pada ibu hamil yang tinggal di daerah itu. Pendidikan Status Antigen Filaria Positif (+) Negatif (-) Total Pendidikan 124 (71,3%) 50 (28,7%) 174 (100%) Rendah Pendidikan 47 (51,1%) 45 (48,9%) 92 (100%) Tinggi Total 171 (64,3%) 95 (35,7%) 266 (100%) Chi Square p = 0,001 OR= 2,4 (CI 95% = 1,4 4) Dari hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan menghasilkan kontribusi signifikan terhadap kejadian filaria pada ibu hamil yang tinggal di daerah itu.

DISKUSI Infeksi filariasis pada negara Indonesia utamanya disebabkan oleh jenis filaria Wuchereria bancrofti. Filaria tersebut disebarkan oleh vektor nyamuk yang menghisap mikrofilaria dan menyalurkan larva infektif. Oleh karena penyebarannya melalui vektor, penyakit filariasis dapat disebut sebagai vector born disease, dimana salah satu cara efektif penanggulangannya adalah dengan menghambat perindukan nyamuk. Nyamuk vektor seperti halnya jenis nyamuk lainnya, tempat perindukannya adalah pada genangan air. Faktor kebersihan dapat menjadi pokok penting dalam menurunkan penyebaran infeksi filariasis oleh nyamuk ini. Selain itu, kewaspadaan terhadap perlunya menghindari gigitan nyamuk ini penting untuk di tanamkan pada warga. Khususnya pada warga yang bekerjanya diluar dan malam hari. Keseluruhan faktor tersebut dapat dilakukan dan ditanamkan pada perilaku jika memiliki pengetahuan mengenai penyakit filariasis ini. Faktor pendidikan merupakan faktor penting yang berpengaruh dalam kemampuan menganalisa dan memahami pengetahuan tersebut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan. Dengan Confident Interval 95%, orang dengan pendidikan rendah secara signifikan memiliki resiko 1,4-4 kali punya titer IgG4 antifilaria positif dibandingkan orang dengan pendidikan tinggi. Walaupun status IgG4 filaria positif tidak menunjukkan bahwa subyek sedang terinfeksi filaria (ditemukan parasit filaria dalam tubuh subyek), namun yang pasti bahwa subyek telah terpajan oleh stadium infektif cacing filarial yang dibawa oleh vector. Dari hasil ini terindikasi bahwa kelompok pendidikan rendah lebih berisiko untuk terpajan nyamuk vektor yang mengandung stadium infektif filarial, pemfokusan untuk peningkatan faktor pendidikan serta pengetahuan khususnya tentang filariasis akan menurunkan peluang tergigit oleh vektor. Peningkatan pengetahuan tentang penyakit dan cara penularan perlu diberikan baik melalui pendidikan informal seperti penyuluhan maupun dari sekolah-sekolah formal, diharap tindakan ini dapat meningkatkan sikap dan prilaku subyek untuk menurunkan resiko infeksi filaria.

KESIMPULAN Pendidikan berpengaruh secara signifikan terhadap insiden filariasis pada ibu hamil di wilayah endemik filaria. SARAN Pemberian edukasi secara berkala tentang infeksi cacing filaria dan bagaimana cara mencegahnya. Penekanan materi tentang filariasis pada pendidikan sekolah. Dilakukannya deteksi dan penanganan dini filariasis terutama pada penduduk dengan pendidikan rendah.

DAFTAR PUSTAKA 1. Ngan V. Filariasis [Internet]. New Zealand: DermNet NZ [Cited: 13 Sept 2011]. Available From: http://www.dermnetnz.org/arthropods/filariasis.html 2. Marty AM. Dermatologic Manifestation of Filariasis [Internet]. [Place Unknown]: Medscape; [Updated 8 Jul 2011; Cited 13 Sept 2011]. Available From: http://emedicine.medscape.com/article/1109642-overview#a1 3. John, David T, William A. Wuchereria Bancrofti. Medical Parasitology. 9 th Ed. St Louis, Missouri: Saunders Elsevier, 2006. 4. World Health Organization. Lymphatic Filariasis [Internet]. [Place Unknown]: WHO; [Updated: March 2011; Cited: 17 Sept 2011]. Available From: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs102/en/ 5. Penderita Filariasis Tersebar di 386 Kabupaten/Kota [Internet]. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia [Cited: 13 Sept 2011]. Available From: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/453-penderita-filariasistersebar-di-386-kabupatenkota.html 6. Sutanto I, Ismid OS, Sjarifuddin PK, Sungkar S.Buku Ajar parasitologi kedokteran. Ed 4. Jakarta: Balain Penerbit FKUI; 2009. hlm. 32-44. 7. Center for Disease Control and Prevention. Biology - Life Cycle of Wuchereria bancrofti [Internet]. [Place Unknown]: CDC; [Updated: 2 Nov 2010; Cited: 17 Sept 2011]. Available From: http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/biology_w_bancrofti.html 8. Global Alliance to Eliminate Lymphatic Filariasis. Diagnosis. [Cited: 17 Sept 2011] Available From : http://www.filariasis.org/diagnosis.html 9. Center for Disease Control and Prevention. Diagnosis [Internet]. [Updated: 2 Nov 2010; Cited: 17 Sept 2011]. Available From: http://www.cdc.gov/parasites/lymphaticfilariasis/diagnosis.html