BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

Frek = 33,5 Hz. Gambar 4.1 Grafik perpindahan massa kecepatan aliran 1.3 m/s 2. Untuk kecepatan aliran 1.5 m/s

Penguapan Tetesan Pertamax : Perbandingan antara Model Film Stagnan dan Model Modifikasi

UNIVERSITAS INDONESIA. Penguapan Tetesan Premium: Perbandingan Antara Model Film Stagnan dan Model Modifikasi SKRIPSI PUJI HARTONO

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III RANCANG BANGUNG MBG

BAB III SET-UP ALAT UJI

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

BAB III SISTEM PENGUJIAN

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

III. METODE PENDEKATAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang dimiliki oleh suatu negara menandakan majunya

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

Radiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam

Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

BAB IV METODA PENGAMBILAN dan PENGOLAHAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai bintang yang paling dekat dari planet biru Bumi, yaitu hanya berjarak sekitar

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI. 2.2 Komponen-Komponen Tabung Vortex dan Fungsinya. Inlet Udara. Chamber. Orifice (diafragma) Valve (Katup)

BAB IV EVALUASI PROTOTIPE DAN PENGUJIAN PROTOTIPE

UJI EKSPERIMENTAL OPTIMASI LAJU PERPINDAHAN KALOR DAN PENURUNAN TEKANAN PENGARUH JARAK BAFFLE

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENGUJIAN

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai

Analisis Koesien Perpindahan Panas Konveksi dan Distribusi Temperatur Aliran Fluida pada Heat Exchanger Counterow Menggunakan Solidworks


DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

III.METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kopi Tulen Lampung Barat untuk

FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS BAB II

BAB IV METODA PENGAMBILAN dan PENGOLAHAN DATA

Multiple Droplets. Studi Eksperimental tentang Visualisai Pengaruh Frekuensi terhadap Fenomena Multiple droplets yang Menumbuk Permukaan Padat

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Rumusan Masalah I.3 Tujuan Instruksional Khusus I.4 Manfaat Percobaan

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN HEAT EXCHANGER CROSS FLOW UNMIXED, FINNED TUBE FOUR PASS, UNTUK MENGERINGKAN EMPON-EMPON DENGAN VARIASI MASS FLOW RATE

BAB I. PENDAHULUAN...

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

Bab III Metode Penelitian

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Hotel Sapadia Siantar. Hotel Danau Toba International Medan. Rumah Sakit Columbia Asia Medan

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB III METODE PENELITIAN

SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE NON FIN SATU PASS, SHELL TIGA PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

PERPINDAHAN MASSA KONVEKTIF DENGAN KONTROL TURBULENSI MENGGUNAKAN GANGGUAN DINDING PADA SEL ELEKTROKIMIA PLAT SEJAJAR SKRIPSI

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sejarah Tabung Vortex

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

BAB III METODE PENELITIAN

31 4. Menghitung perkiraan perpindahan panas, U f : a) Koefisien konveksi di dalam tube, hi b) Koefisien konveksi di sisi shell, ho c) Koefisien perpi

SKRIPSI ALAT PENUKAR KALOR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB lll METODE PENELITIAN

FENOMENA PERPINDAHAN. LUQMAN BUCHORI, ST, MT JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNDIP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

BAB III RANCANG BANGUN REAKTOR SPRAY DRYING DAN SPRAY PYROLYSIS

Perpindahan Panas Konveksi. Perpindahan panas konveksi bebas pada plat tegak, datar, dimiringkan,silinder dan bola

DAFTARISI HALAMAN JUDUL LEMBARAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBARAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENTAL PENINGKATAN PERPINDAHAN PANAS PADA PENUKAR KALOR PIPA KONSENTRIK DENGAN REGULARLY SPACED HELICAL SCREW TAPE INSERT

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PITCH

V. PERCOBAAN. alat pengering hasil rancangan, berapa jenis alat ukur dan produk gabah sebagai

BAB IV METODE PENGUJIAN CIGARETTE SMOKE FILTER

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA

RANCANG BANGUN HEAT EXCHANGER TUBE FIN TIGA PASS SHELL SATU PASS UNTUK MESIN PENGERING EMPON-EMPON

SIDANG HASIL TUGAS AKHIR

III. METODE PENELITIAN. Desember 2011 di bengkel Mekanisasi Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

STUDI EKSPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR MODEL WATER HEATER KAPASITAS 10 LITER DENGAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 KOMPONEN SISTEM 3.1.1 Blower Digunakan untuk mendorong udara agar dapat masuk ke sistem. Tipe yang dipakai adalah blower sentrifugal, dengan debit 400 m 3 /jam. Blower ini dipasang sebagai penghasil kecepatan aliran pada sistem, sedangkan untuk mengatur kecepatan aliran tersebut akan digunakan inverter yang akan dijelaskan di sub-bab berikutnya. Dibawah ini adalah gambaran bentuk dari blower yang akan digunakan pada sistem Gambar 3.1 Blower 3.1.2 Orifice Digunakan agar laju udara yang mengalir dapat diukur dan dikalibrasi dengan hot-wire anemometer. Pada sisi inlet dan outlet dipasang selang yang dihubungkan ke tabung U. Tabung U diisi air dan dipasang milimeter blok, sehingga saat blower dihidupkan maka tekanan udara dapat terukur. 31

Gambar 3.2 Skema Orifice 3.1.3 Heater Untuk memberikan panas ke udara yang dialirkan ke tetesan maka dipasangkan heater. Daya maksimal yang dapat dicapai oleh heater adalah 3 kw, pada tegangan 220 VAC. Pada outlet heater dipasang termokopel sebagai feedback ke Digital Controller agar temperatur yang dihasilkan oleh heater dapat terukur dan dapat dilakukan penyesuaian dengan temperature yang diinginkan. Gambar 3.3 Skema Heater 32

3.1.4 Pyrex Test Section berupa pipa pyrex. Pyrex memiliki diameter dalam 98 mm dan panjang 1500 mm. Pipa pyrex ini dipilih karena kemampuan menahan panasnya cukup tinggi sehingga pada saat dialirkan udara panas sebagai media penguapan pada pipa pyrex tersebut diharapkan tidak menimbulkan kerusakan serta tidak menimbulkan gangguan pada saat melakukan pengambilan data uji. Untuk skema pada pipa pyrex dapat terlihat pada gambar dibawah ini, pada skema tersebut telihat di tengah tengah pyrex dibentuk lubang yang berfungsi untuk memasukkan suntikan dan wire-probe thermocouple. Pada lubang inilah yang dijadikan tempat untuk meletakkan sampel uji yang akan diuapkan. Gambar 3.4 Pyrex 3.1.5 Digital controller Komponen ini akan digunakan untuk mempermudah proses menstabilkan kondisi heater pada kondisi temperatur yang diinginkan dengan proses auto-tuning yang terintegrasi. Selain untuk membantu heater mencapai kondisi stabil, komponen ini juga digunakan untuk mengatur kerja dari heater agar tidak over heat pada saat melakukan proses pengujian, sehingga heater dapat bekerja dalam jangka waktu yang lama. Dibawah ini adalah skema dari digital Controller yang digunakan dengan merk SHIMADEN SR94 Gambar 3.5 Digital controller 33

Proses penyesuaian dengan menggunakan digital controller ini dilakukan secara otomatis pada mode auto tunning, yakni controller itu akan bekerja menstabilkan temperature sesuai dengan kondisi yang diinginkan, dengan menyesuaikan input tegangan yang diatur menggunakan sistem PID controller sehingga penyesuaian akan dilakukan secara perlahan. Oleh karena itu, prosesnya akan membutuhkan waktu yang lebih lama karena harus menyesuaikan dengan suhu yang diinginkan. Berikut ini skema pengaturan dengan mode auto tunning G ambar 3.6 Skema Auto Tunning 3.1.6 Temperature display. Komponen ini akan dihubungkan dengan Wire probe thermocouple, sehingga temperatur tetesan pada setiap aliran panas yang melaluinya dapat terukur. Untuk komponen ini akan menggunakan merk Autonics T4YI 220 VAC. Display ini hanya menampilkan pembacaan suhu dari wire probe thermocouple, tidak bisa mengatur suhu seperti digital controller. Gambar 3.7 Temperature display 34

3.1.7 Alat suntik Untuk membentuk tetesan maka diperlukan alat bantu berupa suntikan dan wire-probe thermocouple. Suntikan yang digunakan adalah jenis spinal needle 23, yang memiliki dimensi dengan panjang 90 mm dan diameter suntikan 0.6 mm. Jenis suntikan ini dipilih karena mempunyai panjang yang mencukupi untuk diletakan di pyrex yang mempunyai diameter 98 mm. Alat suntikan ini berfungsi untuk memasukkan fluida cair yang akan diukur dimensi dan suhunya. Saat suntikan yang sudah diisi fluida cair ditekan, maka pada ujung jarum akan membentuk tetesan, sehingga tetesan ini akan jatuh pada wire-probe thermocouple kemudian temperature tetesan dapat terukur dan bentuk tetesan dapat terlihat. Gambar 3.8 Alat suntik 3.1.8 Inverter Komponen inverter ini digunakan untuk mendapatkan variasi kecepatan udara dari blower. Proses untuk mendapatkan variasinya adalah dengan cara mengatur frekuensi listrik yang masuk ke blower dari frekuensi tegangan rendah sampai batas frekuensi tegangan PLN yang ditampakan dengan pengaturan frekuensi (hertz), sehingga putaran blower bisa diatur. Sebagai batas pengaturan dari inverter ini berkisar antara nilai 0 s/d 50 Hz. Tetapi yang harus diperhatikan pada saat melakukan pengaturan adalah inverter ini membutuhkan waktu pada saat menetapkan suatu frekuensi pengaturan, jadi setelah menetapkan frekuensi pengaturan jangan langsung digunakan untuk melakukan pengujian tapi harus ditunggu beberapa saat agar kondisnya mencapai stabil. ini Untuk lebih jelasnya menganai inverter ini, dapat terlihat pada gambar berikut 35

Gambar 3.9 Display Inverter SJ200 Spesifikasi Inverter : Tipe : AC Drivers Merk : Hitachi, SJ200 Range : 0.75 kw (220 VAC) Inverter tersebut bisa mengatur frekwensi tegangan input ke blower dengan ketelitian 0.1 Hz pada temperatur kerja ( 25 o C ±10 o C ). 3.2 PROSEDUR KALIBRASI DAN PENGAMBILAN DATA Data yang diperoleh adalah dimensi tetesan yang dimasukkan ke pyrex melalui suntikan. Ada beberapa tahapan sebelum akhirnya memperoleh dimensi tetesan. Penjelasannya dapat dilihat pada sub-bab berikut. Gambar 3.10 Sistem pengujian 36

3.2.1 Kalibrasi Kecepatan Langkah awal sebelum melakukan pengambilan data adalah melakukan kalibrasi kecepatan pada posisi tetesan. Tahapan - tahapannya sebagai berikut : 1. Mengukur diameter dalam pyrex, dari pengukuran tersebut didapat diameter pyrex sebesar 98 mm, kemudian ditentukan titik tengah dari pyrex tersebut (pada posisi tetesan / lubang pada pyrex). 2. Blower dihidupkan dengan mengatur frekuensi pada inverter. 3. Heater dihidupkan dan diatur pada temperatur 30 C, ditunggu sampai keadaan menjadi tunak. 4. Meletakkan hot wire anemometer di posisi tetesan (lubang pada pyrex). 5. Frekuensi pada inverter diatur dengan variasi 33,5 Hz; 37 Hz; 40 Hz; 42,3 Hz; 45 Hz; 47 Hz; 50 Hz. Harus ditunggu sampai 3 menit untuk memberikan waktu pada blower agar dapat berputar dengan stabil. 6. Pada posisi tetesan dan variasi diatas, didapatkan pembacaan kecepatan pada hot wire anemometer. Dicatat juga posisi beda ketinggian air pada manometer. 7. Lakukan langkah 3 sampai 6 dengan temperatur 35 C, 40 C, 45 C dan 50 C 3.2.2 Pengambilan Data Foto Pengambilan data dimensi tetesan dengan melakukan mengambil foto tetesan pada selang waktu tertentu. Langkah langkahnya sebagai berikut : 1. Temperatur bola basah ( twb ) dan bola kering ( tdb ) dicatat sebelum melakukan penelitian. 37

2. Meletakkan kamera digital berikut tripod di depan test section, lalu posisi kamera diatur dengan sudut pencahayaan lampu dan menetapkan agar didapatkan gambar yang lebih jelas, kemudian mengatur zoom dan fokus yang diupayakan sampai pada kemampuan maksimalnya agar gambar tersebut dapat terlihat pada pixel yang besar sehingga diharapkan kesalahan pada pixelnya lebih kecil. Kemudian layar kamera digital dihidupkan, sehingga terlihat gambar ujung jarum dan wire probe thermocouple. Gambar 3.11 Posisi jarum dan tetesan 3. Menghidupkan blower yang langsung dihubungkan dengan inverter dan mengatur kecepatan putarannya melalui frekuensi pada inverter, kecepatan blower yang menghasillkan aliran diatur dengan menetapkan frekuensi pada inverter. Gambar 3.12 Panel Sistem Listrik 38

4. Heater dihidupkan dan dengan mode auto tuning setup melalui digital controller temperatur heater akan diatur mencapai kondisi yang diinginkan. Range temperatur yang akan dicapai untuk proses pengambila data adalah : 50, 75, 100, 125 dan 150 o C. 5. Setelah temperatur digital controller menunjukkan angka yang relatif konstan sesuai dengan temperatur yang diinginkan, maka suntikan ditekan sampai terbentuk tetesan yang baik. Gambar 3.13 Tetesan. 6. Menekan shutter kamera digital dengan interval 3 kali pada interval waktu 0 sekon, 30 sekon dan 60 sekon untuk mengamati saat tetesan mulai mengecil, catat penunjukan suhu pada wire probe-thermocouple display sebagai temperatur tetesan pada saat pengujian dan kemudian catat juga waktu pengambilan foto yang ada di kamera digital. 7. Mengulangi langkah nomor 2 sampai dengan 6 untuk variasi frekuensi 33,5; 40; 45 dan 50 Hz. 8. Mengulangi langkah nomor 2 sampai dengan 7 untuk variasi temperatur 50, 75, 100, 125 dan 150 o C. 39

3.2.3 Pengolahan Foto Setelah diperoleh data dalam bentuk foto digital, maka selanjutnya dilakukan pengolahan data untuk memperoleh dimensi tetesan. Pengolahan data menggunakan software image processing (Microsoft Office Picture Manager) untuk mengukur panjang, lebar dan diameter dari tetesan (droplet). Langkah kerja sebagai berikut : Tahapan kalibrasi 1. Melakukan proses foto pada mata bor dengan ukuran 2 mm, 4 mm, 5 mm dan 6 mm 2. Proses foto dilakukan dengan memaksimalkan kemampuan dari kamera digital (pada kondisi zoom maksimal) 3. Setelah mendapatkan gambar, kemudian dilakukan image processing dengan software Microsoft Office Picture Manager untuk mendapatkan besaran pixel dari gambar mata bor tersebut. 4. Setelah didapatkan besaran pixel, selanjutnya tinggal membagi ukuran nyata dari mata bor dalam satuan milimeter (mm) dengan besaran pixel dari hasil image processing dan dicari nilai rata ratanya dari keempat variasi tersebut. Sehingga akan didapatkan konversi 1 pixel 0.01667535 mm Tahapan pengolahan foto tetesan (droplet0 1. Membuka file gambar dengan menggunakan software Microsoft Office Picture Manager. 2. Setelah file terbuka, dilakukan pembesaran bidang droplet. Kemudian dilakukan pengaturan skala untuk memperjelas batas yang akan dipilih. 3. Setelah ditentukan batasnya, pada software tersebut akan dapat terlihat besaran pixel dari gambar tetesan (droplet) yang sedang diolah 4. Kemudian tinggal mencatat besaran pixel untuk lebar dan panjang dari gambar tetesan (droplet) tersebut dan langsung dikonversikan dengan hasil kalibrasi dari mata bor untuk mendapatkan ukurannya dalam satuan millimeter (mm). 5. Menyimpan hasil pencatatan data dalam bentuk tabel excel agar dapat diolah dengan sistematik. 40

3.3 PENGOLAHAN DATA Dalam melakukan proses analisa tentang fenomena yang terjadi untuk perpindahan massa (mass transfer) dan perpindahan panas (heat transfer) pada data yang telah diambil akan menggunakan empat metode perihitungan yakni rumus model umum, stagnant film model dan pendekatan baru pada stagnant film model (E. A. Kosasih, 2006) serta pendekatan secara eksperimental. Dari keempat metode diatas mempunyai ciri khasnya masing masing sesuai dengan faktor faktor apa saja yang dapat berpeagaruh pada masing masing metode perhitungan. Untuk lebih jelasnya dapat terlihat pada penjelasan berikut ini: Mengambil satu contoh perhitungan data : H manometer 25 mm Frekuensi inverter 33,5 Hz Waktu pengambilan foto pada 30 detik., T udara T db 49, T tetesan 29 o C. Dari hasil pengukuran diperoleh dimensi droplet : o Lebar 2,2344 mm o Tinggi 2,3678 mm Selanjutnya bisa dilakukan langkah-langkah analisa perhitungan sebagai berikut : Menetukan diameter rata rata dari droplet d d d dlebar + dtinggi 2 2,2344 + 2,3678 2 2,3011mm 0,002301m Menentukan bilangan Nusselt dan Sherwood untuk mendapatkan nilai koefisien perpindahan massa (k c ) dan koefisien perpindahan panas (h) Mencari angka reynold pada aliran di droplet ρumax d 1,0894 0,8571 0,002301 Re rata rata 5 µ 1,714 10 Re 125,299 41

Dimana : ρ massa jenis udara(kg/m 3 ) U max kecepatan pada droplet (m/s) d rata rata diameter rata rata (m) µ viskositas kinematik (kg/m.s) Mencari angka prandtl dengan menggunakan interpolasi pada table dilampiran 2, maka didapatkan nilai prandtl untuk data diatas sebesar 0,7028 Dengan menggunakan persamaan RANZ MARSHALL untuk menentukan nilai Nusselt dan Sherwood Nu 2 + 0,6 Re 1/ 2 1/ 3 a. Nu 2 + ( 0,6 125.299 0,7028 ) Nu 7,9715 Sh 2 + 0,6 Re 1/ 2 Pr 1/ 3 1/ 2 1/ 3 b. Sh 2 + ( 0,6 125,299 0,6148 ) Sh 7,7109 1/ 2 Sc 1/ 3 Menghitung nilai koefisien perpindahan massa (k c ) dan koefisien perpindahan panas (h) a. b. k k k c c c Sh difusivitas P d RT 7,7109 2,903 10 0,002301 0,0035 Nu k h d rata rata rata rata kmol/m² s 7,971 0,0279 h 0,002301 h 96,7572watt / m 2 K 5 101325 8314,5 ( 49 + 273) 42

Menghitung fraksi mol uap pada permukaan droplet (X A0 ) dam fraksi mol pada uap lingkungan (X A ) a. Diperlukan komponen tekanan jenuh pada T droplet 49 0 C yakni 4004,16 Pa dan juga tekanan atmosfer 101325 Pa, jadi: X Ao P P jenuh atm 4004,16 101325 0,0395 b. Diperlukan komponen ω yakni perbandingan antara massa uap dengan massa udara kering, nilai ini biasanya didapatkan dari tabel. Untuk temperature Tdb 28 dan Twb 26 akan didapatkan nilai ω 2,03x10-2, jadi niai dari X 2,03 10 2,03 10 + 0,623 2 A 3,1 2 ω ω + 0,632 Menghitung perpindahan massa dan perpindahan panas pada rumus umum empiris a. Perpindahan Massa N AO k c A b. Perpindahan Panas ( XAo XA ) ( 1 XAo) 1,007 10 ( Td` ) 0, 0312 q h A Tdroplet watt 8 kg/s Menghitung perpindahan massa dan perpindahan panas pada rumus stagnant film model a. Perpindahan Massa ( 1 XA ) ( 1 XAo) 8 NAo kc A ln 1,003 10 kg/s b. Perpindahan Panas Menggunakan nilai Cpa udara sebesar 1,005 kj/kg.k ( Tudara Tdroplet) NAo Cpa q NAo 1 EXP h 0,03127 watt 10 2 43

Menghitung perpindahan massa dan perpindahan panas pada rumus pendekatan baru dari stagnan film model (E.A. Kosasih,2006) a. Perpindahan Massa Menggunakan komponen fluks perpindahan massa (R x ) yang didapatkan dari perhitungan XAo XA Rx 8,91 10 1 XAo Kemudian menentukan nilai dari C 1 dengan perhitungan 3 2 ( Tudara Tdroplet) 1,0082 ( XA ) 1,34 C 1 0,0011 XAo 10 Sehingga dari nilai R x dan C 1 ini yang digunakan sebagai factor koreksi pada perhitungan pendekatan ini akan didapatkan nilai perpindahan massanya sebesar 1 XA ln C1 10 1 XAo 8 NAo kc 2,513 watt b. Perpindahan Panas Menggunakan komponen factor kecepatan perpindahan panas (φ T ) yang didapatkan dari perhitungan Φ T NAo C h pa 2,61 10 10 Kemudian menentukan nilai C 2 dari perhitungan sebagai berikut C C 2 2 4,633 10 7,09 10 10 9 7 ( Tudara Tdroplet) + 1,6 10 ( XA XAo) Setelah itu menetukan nilai factor koreksi dari perpindahan panas (θ T ) untuk mendapatkan nilai (h) sesuai dengan metode pendekatan tersebut ( + Rt) ln 1 θ Rt Cpa + k Rt T C φt Dimana Rt ln( e 1), maka: 2 θ T φt Cpa + 1 ( 1) C φt φt e k e 2 1 44

sehingga dari sini akan didapatkan nilai (h) yang sesuai dengan metode pendekatannya tersebut h θ h 96,7572 watt/m 2 K st T l Jadi nilai perpindahan panasnya adalah ( Tudara ) 0, 03127 q hst A Tdroplet watt Menghitung perpindahan massa dan perpindahan panas pada rumus secara ekperimental a. Perpindahan Massa V NAo ρ t 4 ρ Π 0 3 30 3 3 ( r r ) 1 3,119 10 8 kg/s b. Perpindahan Panas Menggunakan hunbungan antara kalor laten (Q L ) dan kalor sensible (Q s ) Sehingga didapatkan: q Ql + Qs q ( NAo Hfg) + ( NAo Cp ( Tdrop1 Tdrop2) ) q 0,0758watt droplet 45