BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI Utami Widyaiswari,2013

BAB I PENDAHULUAN. Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan yang konstan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang sangat penting untuk diperoleh anak-anak ataupun

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan alam sekitar beserta permasalahan di dalamnya. Mempelajari IPA

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*)

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam dunia pendidikan dan juga dalam dunia nyata. Matematika

Dewi Ayu Kusumaningtias, Eko Setyadi Kurniawan, Ashari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Discovery-

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN Secara sederhana Flavell mengartikan metakognisi sebagai knowing

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK

BAB I PENDAHULUAN. Seyogyanya belajar IPS Terpadu menjadikan siswa lebih kreatif, komunikatif,

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESULITAN PERKULIAHAN FISIKA DASAR DAN PROFIL KECERDASAN MAJEMUK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA TINGKAT I FKIP UNSWAGATI CIREBON 2014

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan itu merupakan hal yang penting dalam pendidikan. Dengan adanya tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI. Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, ISSN:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames Of Mind: The Theory

BAB 1 PENDAHULUAN. Dr. Howard Gardner mengusulkan dalam bukunya, Frames Of Mind: The Theory Of. kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

SISWA KELAS XI.MIPA.2 SMA NEGERI 1 MAGETAN

BAB III METODE PENELITIAN

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ada harus dapat mengoptimalkan fungsi mereka sebagai agen of change. sekaligus pembimbing bagi pendidikan moral peserta didiknya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Nina Selvizia, Zainuddin, dan Abdul Salam Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin

BAB II KAJIAN TEORITIK. komunikasi matematika, multiple intillegences dan gender. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kecerdasan, tidak hanya satu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pemilihan model

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

PENERAPAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCES DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogiek. Pais artinya anak, gogos artinya

MENGGALI KEMAMPUAN AKADEMIK PESERTA DIDIK MELALUI APLIKASI MULTIPLE INTELEGENSI DALAM PROSES PEMBELAJARAN

III. METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan satu jenis kecerdasan saja, karena kecerdasan merupakan kumpulan kepingan

BAB I PENDAHULUAN. (2015:7) yang menjelaskan pengertian dari pembelajaran sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. berlaku untuk semua, mulai usia dini sampai jenjang perguruan tinggi. Usia

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

Analisis Materi IPBA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MODUL E-LEARNING SISTEM REPRODUKSI MANUSIA UNTUK MENINGKATKAN MINAT SISWA DALAM MENGOPTIMALKAN POTENSI KECERDASAN MAJEMUK

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam

Pengembangan Potensi Olahraga Anak Sekolah Dasar. Wawan S. Suherman FIK UNY 2009

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari gejala-gejala

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dengan demikian, wilayah Indonesia berada pada posisi silang, yang mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan iklim dan perekonomian (Sunardi, 2010). Oleh karena itu, para petani di Indonesia perlu mempunyai kesadaran terhadap iklim sehingga dapat memanfaatkan iklim sebagai sumberdaya pertanian. Para nelayannya perlu memahami karakteristik lautan seperti munculnya up-welling yang berkaitan dengan banyaknya ikan dan gerhana bulan yang berkaitan dengan kurangnya ikan. Namun perlu untuk digaris bawahi bahwa keberadaan Indonesia di masa mendatang terletak pada seberapa jauh masyarakat mengenali dan memahami wilayah yang kita tinggali saat ini. Sebagai negara dengan ciri geografis seperti yang dijelaskan di atas, masyarakat Indonesia sangat perlu untuk memahami Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) dengan baik supaya dapat menggali dan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang tersedia dengan upaya sendiri secara bijaksana. Di Indonesia menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), mata pelajaran untuk siswa SMP yang mempelajari tentang IPBA dipelajari dikelas VII dalam mata pelajaran IPS dengan bab pelajarannya struktur lapisan Bumi dan dikelas XI dalam mata pelajaran IPA dengan bab pelajarannya adalah Tata Surya. 1

2 Pembelajaran IPBA yang dikehendaki oleh kurikulum yang tercantum dalam tujuan KTSP IPA SMP adalah: (1) mengembangkan pemahaman tentang berbagai macam gejala alam, konsep dan prinsip IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (2) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam, dan (3) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Artinya dengan siswa dapat memahami tentang berbagai macam gejala alam, konsep, dan prinsip IPA sehingga siswa dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dan membuat mereka sadar untuk menghargai alam serta menjaga dan melestarikannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Berdasarkan studi pendahuluan di salah satu SMP di Bandung ketika diberikan soal mengenai topik tata surya dengan 20 soal pilihan ganda di kelas IX, rata-rata siswa yang menjawab benar sebesar 8,75 dengan skor maksimal 20. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan konsep IPBA siswa dikelas tersebut masih rendah. Rendahnya penguasaan konsep IPBA diduga ada kaitannya dengan proses pembelajaran yang terjadi. Proses pembelajaran yang biasa terjadi secara umum (setelah dilakukan pengamatan dilapangan) adalah siswa hanya mendengarkan, mencatat materi pelajaran dan mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Sehingga guru hanya fokus pada kecerdasan logika dan kecerdasan bahasa saja. Pola pemikiran tradisional yang menekankan pada kemampuan logika dan bahasa memang sudah mengakar dengan kuat pada diri setiap guru di dalam menjalankan proses belajar. Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup dua

3 parameter tersebut, tetapi juga harus dilihat dari aspek kinetis, musikal, visualspatial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis (Kuadrat et al., 2010: 11). Jenisjenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan sebutan kecerdasan majemuk (multiple intelligence) yang diperkenalkan oleh Howard Gardner pada tahun 1983. Gardner mengatakan bahwa kita cenderung hanya menghargai orang-orang yang memang ahli di dalam kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Kita harus memberikan perhatian yang seimbang terhadap orang-orang yang memiliki talenta di dalam kecerdasan yang lainnya seperti artis, arsitek, musikus, designer, penari, terapis, dan lain-lain. Menurut Susanto (2005 : 67) pola pemikiran tradisional yang menekankan pada kemampuan logika dan bahasa dalam proses pembelajaran di kelas sudah waktunya diubah dengan kecerdasan majemuk yang pada dasarnya adalah sinergi dari kecerdasan otak (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Diharapkan penerapan konsep kecerdasan majemuk dalam pembelajaran akan meningkatkan kemampuan siswa belajar. Berdasarkan hasil angket identifikasi kecerdasan majemuk sebelum penelitian di kelas VIII-C (yang menjadi sampel pada penelitian ini) di peroleh data bahwa sebagian besar siswa dominan dikecerdasan musikal 27,78% dan kinestetis 16,67%. Sebagian besar siswa rendah dalam kecerdasan visual-spasial 23,73% dan interpersonal 15,25%. Berdasarkan data tersebut maka seorang guru harus mengetahui karakteristik dari muridnya sendiri. Perlu diketahui, Setiap anak memiliki kecerdasan dan kemampuan berbeda dalam memahami sebuah mata pelajaran. Seorang pendidik harus bisa memahami kemampuan mereka secara

4 personal. Seorang pendidik tidak boleh memaksakan siswanya untuk memahami setiap materi dengan pemahaman yang sama dan sempurna dengan satu takaran kecerdasan, sebab keadaan anak dalam satu kelas berbeda-beda. Dari hasil penelitian terdahulu, menurut Prianto (2007) tentang penerapan pembelajaran fisika berbasis multiple intelligence dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Selain itu, dengan menerapkan pembelajaran yang berbasis MI minat siswa terhadap mata pelajaran fisika jadi lebih meningkat. Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik mengambil penelitian dengan judul PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS KECERDASAN MAJEMUK UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP IPBA SISWA SMP. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah terdapat peningkatan penguasaan konsep IPBA setelah diterapkan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk?. Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka perumusan masalah diatas diuraikan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana peningkatan penguasaan konsep IPBA setelah diterapkan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk? 2. Bagaimana profil kecerdasan pada masing-masing siswa setelah diterapkan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk?

5 3. Bagaimana profil aktivitas siswa saat diterapkan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk? C. Batasan Masalah Untuk memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu dijelaskan batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Peningkatan penguasaan konsep siswa hanya dibatasi pada ranah kognitif yaitu C 1 (pengetahuan), C 2 (pemahaman) dan C 3 (penerapan). Peningkatan penguasaan konsep siswa dapat dilihat dari gain yang dinormalisasi rata-rata skor pretest-posttest berdasarkan kriteria Hake. 2. Profil kecerdasan pada siswa setelah diterapkan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dibatasi pada kecerdasan matematik logis, kecerdasan visual spasial, kecerdasan naturalis, dan kecerdasan linguistik dengan menggunakan instrumen tes berjumlah 25 soal yang masing-masing soal terdapat satu kecerdasan yang paling dominan. 3. Profil aktivitas belajar siswa yang akan diamati yaitu aktivitas verballinguistik (berpartisipasi dalam diskusi kelas dan mencatat poin penting yang didapat), aktivitas matematik-logis (melakukan perhitungan, merepresentasikan suatu ilustrasi dan menyelesaikan soal-soal dalam LKS), aktivitas visual-spasial (menggambar di LKS), aktivitas kinestetik (mengekspresikan diri dengan gerakan dan mengikuti kegiatan simulasi), aktivitas interpersonal (bekerjasama dalam kelompok, tanggap terhadap ide dan pendapat teman satu kelompok maupun beda kelompok), aktivitas

6 intrapersonal (merefleksikan kembali materi yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran), aktivitas naturalis (mengaitkan kegiatan pembelajaran dengan peristiwa yang terjadi sehari-hari), dan aktivitas musikal (semangat belajar ketika musik diperdengarkan). 4. Konsep IPBA dalam penelitian ini dibatasi pada materi gerak edar Bumi, Bulan dan satelit buatan, standar kompetensi 5. Memahami sistem tata surya dan proses yang terjadi di dalamnya dan kompetensi dasar 5.4 Mendeskripsikan gerak edar Bumi, Bulan dan satelit buatan serta pengaruh interaksinya. D. Tujuan Penelitian Mengacu pada rumusan masalah, tujuan dalam penelitian ini secara umum ialah untuk memperoleh informasi tentang peningkatan penguasaan konsep IPBA siswa setelah diterapkan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk. Sedangkan tujuan penelitian ini secara khusus antara lain: 1. Mengetahui peningkatkan penguasaan konsep IPBA setelah diterapkan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk. 2. Untuk mengetahui profil kecerdasan pada masing-masing siswa setelah diterapkan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk. 3. Untuk mengetahui profil aktivitas siswa saat diterapkan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk.

7 E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa Melalui penelitian ini diharapkan terjadi peningkatan penguasaan konsep IPBA siswa. 2. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang penerapan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk untuk meningkatkan penguasaan konsep IPBA siswa. 3. Bagi Sekolah Penelitian ini dapat memberikan informasi dan kajian dalam pengembangan pembelajaran yang tepat untuk pembelajaran IPBA (yang menjadi bagian dari fisika). 4. Bagi peneliti Penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan wawasan dalam penulisan karya ilmiah resmi. F. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas yaitu penerapan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk. 2. Variabel terikat yaitu penguasaan konsep IPBA. G. Definisi Operasional 1. Pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah pendekatan pembelajaran yang mempertimbangkan setiap kecerdasan individual masing-masing siswa

8 (Kaya, 2008). Kecerdasan majemuk meliputi unsur-unsur kecerdasan logismatematika, verbal-linguistik, musikal, visual-spasial, kinestetik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang dirancang berdasarkan pada teori kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Gardner. Pembelajaran ini dirancang untuk dapat memfasilitasi setiap siswa dengan berbagai kecerdasannya yang beragam sehingga para siswa dapat menyerap informasi/materi yang dipelajarinya dengan berbagai kecerdasan yang sudah dimilikinya. Perencanaan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk menurut Kaya (2008) terdiri dari tujuh tahap yaitu tahap pertama adalah Focusing on a specific objective, tahap kedua adalah Asking key MI questions, tahap ketiga adalah Considering possibilities, tahap keempat adalah Brainstorming, tahap kelima adalah Selecting appropriate activities, tahap keenam adalah Setting up a sequential plan, tahap ketujuh adalah Implementing the plan. Keterlaksanaan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dipantau melalui kegiatan observasi keterlaksanaan pembelajaran. 2. Menurut Gie (1985) aktivitas belajar merupakan segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan. Aktivitas belajar siswa yang akan diamati pada penelitian ini yaitu aktivitas verbal-linguistik (berpartisipasi dalam diskusi kelas dan mencatat poin penting yang didapat), aktivitas matematik-logis (melakukan perhitungan, merepresentasikan suatu

9 ilustrasi dan menyelesaikan soal-soal dalam LKS), aktivitas visual-spasial (menggambar di LKS), aktivitas kinestetik (mengekspresikan diri dengan gerakan dan mengikuti kegiatan simulasi), aktivitas interpersonal (bekerjasama dalam kelompok, tanggap terhadap ide dan pendapat teman satu kelompok maupun beda kelompok), aktivitas intrapersonal (merefleksikan kembali materi yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran), aktivitas naturalis (mengaitkan kegiatan pembelajaran dengan peristiwa yang terjadi sehari-hari), dan aktivitas musikal (semangat belajar ketika musik diperdengarkan). Penilaian aktivitas belajar siswa dilakukan oleh observer dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Aktivitas belajar siswa diolah dengan persentase. 3. Penguasaan konsep didefinisikan sebagai kemampuan siswa untuk memahami dan menerapkan konsep (Nuryanti:2010). Indikator penguasaan konsep pada penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif Bloom yang dibatasi pada tingkatan domain pengetahuan (C 1 ), pemahaman (C 2 ), dan aplikasi (C 3 ). Bentuk tes penguasaan konsep yang akan diberikan kepada siswa yaitu soal pilihan ganda. Peningkatan penguasaan konsep dapat dilihat dari gain yang dinormalisasi rata-rata skor pretest-posttest.