BAB I PENDAHULUAN. dengan obyek benda tetap berupa tanah dengan atau tanpa benda-benda yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. satu dari sepuluh kebutuhan pokok atau kebutuhan primer manusia.

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun akan menimbulkan berbagai macam problema. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh bank, salah satunya dengan memberikan fasilitas kredit untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik materiil maupun spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. yang dibuat oleh pihak bank. Salah satu persyaratan yang wajib dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

STANDAR PROSEDUR OPERASI PENGATURAN DAN PELAYANAN PEMERIKSAAN (PENGECEKAN) SERTIPIKAT DASAR HUKUM PERSYARATAN BIAYA WAKTU KETERANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber daya alam yang mempunyai nilai batiniah yang mendalam

Oleh Dhevi Nayasari Sastradinata Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan

BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang yang tidak dapat menjalankan suatu urusan, maka alternatifnya

BERBAGAI PERMASALAHAN YANG BERKAITAN DENGAN TAKE OVER KREDIT & PENGIKATAN JAMINAN ATAS TANAH & BANGUNAN SERTA SATUAN RUMAH SUSUN

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB II. A. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT). Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan adalah kuasa yang diberikan

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lainnya, pengaturan mengenai Notarisdiatur dalamundangundang

TINJAUAN YURIDIS KEDUDUKAN SURAT KUASA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN MOH. REZAH / D

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) YANG BERSIFAT KHUSUS DAN UNDANG-

Pengertian Perjanjian Kredit

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah persoalan hak atas tanah. Banyaknya permasalahan-permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ttd. JOYO WINOTO, Ph.D. KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ttd. JOYO WINOTO, Ph.

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. indikator pertumbuhan ekonomi negara yang bersangkutan. Semakin tinggi

PEMBAHASAN RESPONSI UAS HUKUM AGRARIA SEMESTER GENAP TAHUN 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. itu, kebijakan pembangunan pertanahan haruslah merupakan bagian yang tidak

Dimyati Gedung Intan: Prosedur Pemindahan Hak Atas Tanah Menuju Kepastian Hukum

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I. Kepastian Hukum Pengaturan Tata Cara Pengisian Blanko Akta Pejabat. Pembuat Akta Tanah di Indonesia

PRINSIP=PRINSIP HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG

Hak Tanggungan. Oleh: Agus S. Primasta 2

BAB II LAHIRNYA HAK KEBENDAAN PADA HAK TANGGUNGAN SEBAGAI OBYEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

CONTOH SURAT PERJANJIAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

KOMPARASI ANTARA SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN SEBAGAI AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH DENGAN AKTA NOTARIS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN. hutang menggunakan kelembagaan jaminan hipotik, karena pada waktu itu hak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses pencatatan secara sistematis atas setiap bidang tanah baik

BAB I PENDAHULUAN. Gejolak ekonomi di Negara Republik Indonesia yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016. PROSES PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN Oleh : Naomi Meriam Walewangko 2

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Negara Indonesia adalah negara hukum. Semua Warga Negara

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

10. KETENTUAN TENTANG KE-PPAT-AN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB II. A. Tinjauan Umum Hak Tanggungan. 1. Pengertian Hak Tanggungan. Pengertian Hak Tanggungan secara yuridis yang diatur dalam ketentuan Pasal

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. 1. Bagaimana pandangan Notaris terhadap kedudukan Hukum Surat Kuasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan tanah dalam rangka pembangunan bagi pemenuhan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Akta Tanah (PPAT) yang berlaku saat ini adalah Peraturan Pemerintah (PP)

Mengenai Hak Tanggungan. Sebagai Satu-Satunya Lembaga Hak Jaminan atas Tanah

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut pihak-pihak sebaiknya dituangkan dalam suatu surat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH. guna membantu menguatkan atau mengukuhkan setiap perbuatan hukum atas

LEMBARAN-NEGARA Republik Indonesia No.42 Tahun 1996

8. PENDAFTARAN KARENA PERUBAHAN DATA YURIDIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Kekuatan Eksekutorial Hak Tanggungan dalam lelang

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

PERANAN NOTARIS DALAM PENGIKATAN AGUNAN DENGAN HAK TANGGUNGAN ( STUDI KASUS PADA KSPPS BMT BAHTERA KOTA PEKALONGAN )

BAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk. Inovasi yang berkembang akhir-akhir ini adalah. dikenal dengan istilah rumah susun.

(SKMHT NOTARIS DALAM BENTUK/FORMAT IN ORIGINALI UNTUK PERBANKAN KOVENSIONAL) KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN 1 Nomor :

Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017. PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN ATAS PEMILIKAN RUMAH OLEH ORANG ASING DI INDONESIA 1 Oleh: Winerungan Julio 2

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan. Peranan bank dalam perekonomian yaitu sebagai lembaga

HAK TANGGUNGAN TANAH & BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN PELUNASAN UTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam pelaksanaan administrasi pertanahan data pendaftaran tanah yang

B AB I PENDAHULUAN. peraturan bank tersebut. Sebelumnya, calon nasabah yang akan meminjam

FUNGSI SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN DITINJAU DARI KETENTUAN PASAL 15 UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

AULIA RACHMAN AMIRTIN. Keywords: Power of Attorney Imposing Collateral Right.

I. PENDAHULUAN. kegiatannya manusia selalu berhubungan dengan tanah. Sehubungan dengan hal

ialah sebagai Negara yang berdasarkan pancasila, sila pertamanya ialah

BAB I PENDAHULUAN. spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup adalah dengan mengembangkan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bisnis perbankan, penyaluran kredit merupakan kegiatan utama. Dana yang dihimpun dari para penabung dan para deposan disalurkan kepada penerima kredit. Bank sebagai lembaga intermediasi berkewajiban untuk memastikan bahwa kredit yang disalurkan kepada penerima kredit akan kembali. Untuk memastikan dana yang disalurkan melalui kredit akan kembali, salah satu hal yang dilakukan oleh Bank adalah meminta jaminan kepada penerima kredit. Salah satu bentuk jaminan yang lazim dalam pemberian kredit perbankan adalah Hak Tanggungan. Hak Tanggungan merupakan jaminan dengan obyek benda tetap berupa tanah dengan atau tanpa benda-benda yang melekat di atasnya. Ketentuan mengenai cara pemasangan Hak Tanggungan diatur secara khusus di dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah (untuk selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Hak Tanggungan). Dengan demikian, dilihat dari cara lahirnya, Hak Tanggungan merupakan perjanjian formil. Menurut ketentuan di dalam Undang-Undang Hak Tanggungan, pemasangan Hak Tanggungan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pembuatan akta pembebanan Hak Tanggungan, yaitu pembuatan Akta

2 Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang dilakukan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan tahap pendaftaran, yaitu pendaftaran Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) di Kantor Pertanahan setempat. Tahap pembuatan akta pembebanan Hak Tanggungan dapat dilakukan dengan cara langsung membuat Akta Pemberian Hak Tanggungan atau dibuat melalui Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT). Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) merupakan akta otentik yang dibuat oleh Notaris atau Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dengan syarat-syarat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 15 Undang-Undang Hak Tanggungan yang berbunyi : (1) Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan wajib dibuat dengan Akta Notaris atau Akta P.P.A.T dan memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Tidak memuat kuasa untuk melakukan perbuatan hukum lain dari pada membebankan Hak Tanggungan; b. Tidak memuat kuasa substitusi; c. Mencantumkan secara jelas objek Hak Tanggungan, jumlah utang dan nama serta identitas kreditornya, nama dan identitas debitor, apabila debitor bukan pemberi Hak Tanggungan. (2) Kuasa untuk Membebankan Hak Tanggungan tidak dapat ditarik kembali atau tidak dapat berakhir oleh sebab apapun juga, kecuali karena kuasa tersebut telah dilaksanakan atau karena telah habis jangka waktunya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4). (3) Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan mengenai hak atas tanah yang sudah terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sesudah diberikan. (4) Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan mengenai hak atas tanah yang belum terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah diberikan. (5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) tidak berlaku dalam hal Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan diberikan untuk menjamin kredit tertentu yang ditetapkan dalam perundang-undangan yang berlaku.

3 (6) Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan yang tidak diikuti dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan dalam waktu yang ditentukan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4), atau waktu yang ditentukan menurut ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (5) batal demi hukum. Sebagai akta otentik maka Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) mempunyai kekuatan pembuktian sempurna. Pasal 1868 KUHPerdata menyebutkan bahwa yang dimaksud akta otentik adalah akta yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pejabat Umum yang berwenang di tempat di mana akta itu dibuat.dari pengertian tentang akta otentik tersebut dapat diketahui bahwa suatu akta dapat disebut dan dikualifikasi sebagai akta otentik, apabila: a. Bentuknya ditentukan oleh undang-undang; b. Dibuat oleh atau di hadapan Pejabat Umum yang berwenang, dan c. Kewenangan Pejabat Umum tersebut meliputi kewenangan atas: Objek, wilayah, Orang, dan Waktu. Berdasarkan ketentuan di atas maka akta yang dibuat oleh Notaris dan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dapat disebut dan dikualifikasi sebagai akta otentik jika memenuhi masing-masing syarat yang ditentukan oleh peraturan perundangan. Oleh karena dasar pengaturan Notaris dan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) berbeda, maka syarat-syarat untuk menentukan otentisitas akta juga berbeda. Jabatan Notaris tunduk pada ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris jo. Undang-Undang Nomor 30

4 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, sedangkan jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah tunduk pada Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta peraturan turunannya. Perbedaan dasar pengaturan dua pejabat yang berwenang membuat Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) ini membawa implikasi yuridis yang tidak sederhana ketika muncul Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Di dalam Pasal 96 disebutkan : (1) Bentuk Akta yang dipergunakan di dalam pembuatan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) dan ayat (2), dan tata cara pengisian dibuat sesuai dengan Lampiran Peraturan ini yang terdiri dari : a. Akta Jual Beli b. Akta Tukar Menukar c. Akta Hibah d. Akta Pemasukan Ke Dalam Perusahaan e. Akta Pembagian Hak Bersama f. Akta Pemberian Hak Tanggungan g. Akta Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai di atas Tanah Hak Milik h. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (2) Dihapus (3) Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) dan ayat (2) tidak dapat dilakukan berdasarkan akta yang pembuatannya tidak sesuai dengan ketentuan pada ayat (1). Berdasarkan ketentuan Pasal 96 ayat (3) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional, maka Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

5 (SKMHT) yang dibuat tidak sesuai dengan Lampiran Peraturan tersebut sebagaimana Pasal 96 ayat (1), tidak dapat dijadikan dasar pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT).Ketentuan ini menjadi dilema bagi Notaris dalam membuat Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan. Bentuk Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) sebagaimana Lampiran Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional tidak memenuhi kualifikasi sebagai akta otentik sesuai ketentuan Undang-Undang Jabatan Notaris. Oleh karena itu jika Notaris membuat Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) sesuai dengan Lampiran Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2012, maka akta tersebut tidak dapat dikualifikasi sebagai akta otentik, namun jika tidak mengikuti bentuk sebagaimana diatur dalam Lampiran, maka terancam tidak dapat dijadikan dasar pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Implementasi SKMHT Dalam Akta Notaris Dikaitkan Dengan Peraturan Kepala BPN Nomor 8 Tahun 2012. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dalam penelitian ini diajukan permasalahan sebagai berikut :

6 1. Bagaimana implementasi Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) dalam akta Notaris sehubungan dengan terbitnya Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2012? 2. Bagaimana implikasi yuridis terhadap Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) yang dibuat oleh Notaris yang tidak mengikuti ketentuan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2012? C. Tujuan Penelitian Penelitian tentang Implementasi SKMHT Dalam Akta Notaris Dikaitkan Dengan Peraturan Kepala BPN Nomor 8 Tahun 2012 bertujuan untuk : 1. Mengetahui implementasi Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) dalam akta Notaris dikaitkan dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2012. 2. Mengetahui implikasi yuridis atau akibat hukum terhadap Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) yang dibuat oleh Notaris yang tidak sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2012.

7 D. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran yang dilakukan di perpustakaan, ada beberaapa penelitian tentang Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) yang telah dilakukan. Berikut ini adalah penelitian-peneliatian yang telah dilakukan : 1. Bambang S. Setiadi (2009) meneliti tentang Analisis Yuridis Perpanjangan Masa Berlaku Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) dengan permasalahan : a. Apa dasar dan alasan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) diperpanjang masa berlakunya? b. Apa akibat hukum dari perpanjangan masa berlaku Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan? 2. Rusmawati (2010) meneliti tentang Pemasangan Hak Tanggungan Melalui Mekanisme Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan Dalam Pembiayaan Syariah dengan permasalahan : a. Bagaimana efektifitas Surat Kuasa Membebanan Hak Tanggungan (SKMHT) dalam pemasangan Hak Tanggungan dalam pembiayaan Syariah? b. Mengapa Bank Syariah hanya bersedia membuat Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) dengan Akta Notaris?

8 Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, maka peneliti menyatakan bahwa penelitian tentang Implementasi SKMHT Dalam Akta Notaris Dikaitkan Dengan Peraturan Kepala BPN Nomor 8 Tahun 2012 adalah asli. E. Faedah Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis, sebagai bahan masukan dan kontribusi pemikiran di bidang ilmu hukum untuk lebih memahami masalah kenotariatan, khususnya dalam hal regulasi. 2. Untuk kalangan praktisi, diharapkan hasil penelitian ini memberikan kontribusi dalam tataran praktis yang akan membuat para praktisi lebih hati-hati dan teliti dalam memandang keberlakuan suatu peraturan. 3. Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih mendalam dan valid tentang Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) yang dibuat oleh Notaris setelah keluarnya Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2012.