Penentuan Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kabupaten Sumedang Menggunakan Pemodelan Spasial

dokumen-dokumen yang mirip
TATA CARA PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH SNI

DAFTAR ISI. Halaman. Daftar Isi... BAB I DESKRIPSI Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Pengertian... 1

BAB III METODE PENELITIAN. ditentukan sesuai dengan SNI nomor :1994 yang dianalisis dengan

BAB III METODOLOGI. 3.1 Prinsip Pemilihan TPA

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB IV METODE PENELITIAN

Penentuan Lokasi Terpilih Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kota Jambi Selected Location Determination of landfill in the City of Jambi

KONDISI GEOGRAFIS. Luas Wilayah (Ha)

Penentuan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Kota Prabumulih Determining The Location of Landfill (TPA) Kota Prabumulih

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

APLIKASI SIG DALAM MENENTUKAN LOKASI TPA DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

OP-014 STUDI KELAYAKAN LOKASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN PADANG PARIAMAN

PEMILIHAN LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH KABUPATEN BANGKALAN DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Pemetaan Potensi Rawan Banjir Berdasarkan Kondisi Fisik Lahan Secara Umum Pulau Jawa

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

Syarat Penentuan Lokasi TPA Sampah

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

STUDI UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (UKL) EKSPLORASI GEOTHERMAL DI KECAMATAN SEMPOL, KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ASPEK GEOHIDROLOGI DALAM PENENTUAN LOKASI TAPAK TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH (TPA)

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

Pemanfaatan Citra landsat 8 dan SIG untuk Pemetaan Kawasan Resapan Air (Lereng Barat Gunung Lawu)

TOMI YOGO WASISSO E

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya jumlah penduduk Indonesia diikuti oleh tingkat pertumbuhan

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

DAFTAR ISI. II. LINGKUP KEGIATAN PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Kerangka Alur Pikir Penelitian... 22

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan untuk mencapai

Aplikasi Sistem Informasi Geografi untuk Penetapan Potensi Lahan Budidaya Perikanan di Kabupaten Sumedang *)

KESESUAIAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DENGAN LINGKUNGAN DI DESA KALITIRTO YOGYAKARTA ABSTRAK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

LOGO Potens i Guna Lahan

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LAHAN PERUMAHAN. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjabaran analisis berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 3 (2015)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Geodesi Undip Januari 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pemetaan Potensi Sumber Daya Perkebunan untuk Komoditas Strategis di Provinsi Jawa Barat

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS STUDI KASUS KABUPATEN BONDOWOSO

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

BAB I PENDAHULUAN I-1

ANALISIS DAERAH RAWAN BENCANA TANAH LONGSOR BERDASARKAN ZONA WATER CONTENT DI DESA OLAK ALEN KECAMATAN SELOREJO, BLITAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

STUDI PEMANTAUAN LINGKUNGAN EKSPLORASI GEOTHERMAL di KECAMATAN SEMPOL KABUPATEN BONDOWOSO dengan SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

III. METODOLOGI PENELITIAN

ARAHAN PEMANFAATAN LOKASI PERUMAHAN BERDASARKAN FAKTOR KEBENCANAAN (Wilayah Studi Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah)

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN LOKASI TEMPAT PENGOLAHAN AKHIR (TPA) SAMPAH KOTA BANJARBARU MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Andy Mizwar

BAB III METODE PENELITIAN. Secara astronomi Kecamatan Cipanas terletak antara 6 o LS-6 o LS

Gambar 3 Peta lokasi penelitian

PROPOSAL PROYEK AKHIR. Yayuk Tri Wahyuni NRP Dosen Pembimbing Endang Sri Sukaptini, ST. MT

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN LAHAN BERBASIS MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA MANADO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI TEORI DAN APLIKASI

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian di DAS Ciliwung bagian hulu

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa,

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

PERENCANAAN MITIGASI BENCANA LONGSOR DI KOTA AMBON Hertine M. Kesaulya¹, Hanny Poli², & Esli D. Takumansang³

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR xiii BAB I PENDAHULUAN... 1

PENATAAN RUANG KAWASAN SUMBER AIR JERUK DAN MARON KABUPATEN MALANG

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB IV ANALISIS. 1. keberadaan dan ketersediaan data 2. data dasar 3. hasil 4. rancangan IDS untuk identifikasi daerah rawan banjir

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masyarakat yang terkena harus menanggapinya dengan tindakan. aktivitas bila meningkat menjadi bencana.

: ROSMAWATI SITOMPUL / MANAJEMEN HUTAN

BAB III METODE PENELITIAN. dalam pelaksanaan penelitian (Juliansyah Noor, 2011: 108). menggunakan metode penelitian sampling. Berdasarkan keterkaitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI PEMILIHAN LOKASI TPA REGIONAL BREGASMALANG (BREBES, TEGAL, SLAWI, PEMALANG) Abstrak

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

Contents 11/11/2012. Variabel-variabel Kemampuan Lahan. Land Capability

ARAHAN PENANGANAN LAHAN KRITIS DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI LESTI KABUPATEN MALANG

TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR

Transkripsi:

Reka Geomatika No. Vol. 207 2- ISSN 28-0X Maret 207 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan Teknik Geodesi Penentuan Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kabupaten Sumedang Menggunakan Pemodelan Spasial HARY NUGROHO, MELAN NANO FIRMANSYAH Jurusan Teknik Geodesi FTSP - Institut Teknologi Nasional, Bandung Email: hary@itenas.ac.id ABSTRAK Jumlah penduduk Kabupaten Sumedang saat ini mencapai.2.2 jiwa dengan tingkat buangan sampah per hari pada tahun 204 mencapai.270 m. Adapun volume sampah yang tertangani per hari oleh pemerintah Kabupaten Sumedang melalui Badan Lingkungan Hidup baru mencapai 0 m. Kondisi ini terjadi sebagai akibat akumulasi berbagai permasalahan penanganan sampah. Salah satu di antaranya adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah. TPA yang saat ini digunakan, yaitu TPA di Kecamatan Cimalaka Desa Cibeureum Wetan, sudah tidak layak. Oleh karena itu perlu dilakukan pencarian lahan yang dapat dijadikan lokasi tempat pembuangan sampah akhir yang dapat menampung sampah dalam kurun waktu yang lama. Penentuan lokasi TPA baru harus mengikuti kriteria standar seperti yang tertulis dalam SNI No. 0-24-994 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor /PRT/M/20. Dalam penelitian ini, lokasi TPA terbaik ditentukan melalui analisis kesesuaian dengan menggunakan pemodelan spasial. Adapun parameter yang digunakan dalam pemodelan terdiri atas: jenis tanah, jenis batuan, tata guna lahan, kemiringan tanah, kepadatan lalu lintas, hidrogeologi, curah hujan, dan batas administrasi. Hasil pemodelan menunjukkan terdapat 4 titik sebaran lokasi yang berpotensi untuk dijadikan TPA Sampah dengan waktu pengoperasian lebih dari tahun. Kata kunci: TPA Sampah, Pemodelan Spasial, SNI ABSTRACT The population of Sumedang Regency currently reaches,2,2 people with waste disposal in 204 reached,270 m. The volume of waste which can be handled daily by the district government through the Environment Agency has only reached 0 m. This condition occurs as a result of the accumulation of various problems of waste management. One of them is the Final Disposal Site (TPA) of Garbage. The TPA currently used, TPA in Cimalaka Village Cibeureum Wetan Village, is no longer feasible. Therefore it is necessary to search for the land that can be used as the location of the final waste disposal that can accommodate the waste in a long time. The determination of new TPA location must follow the standard criteria as written in SNI no. 0-24-994 and Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor /PRT/M/20. In this study, the best TPA sites were determined through conformity analysis using spatial modeling. The parameters used in this modelling includes soil type, rock type, land use, land slope, traffic density, hydrogeology, rainfall, and administrative boundaries. The modelling result shows that there are 4 spots of potential location to be used as TPA of garbage with operating time more than years. Keywords: TPA Garbage, Spatial Modelling, SNI Reka Geomatika 2

Hary Nugroho dan Melan Nano Firmansyah. PENDAHULUAN Penduduk Kabupaten Sumedang, tahun 204, berjumlah.2.2 jiwa (BPS Sumedang, 204). Perkiraan volume sampah yang dihasilkan adalah.270 m, sedangkan volume sampah yang dapat ditangani oleh pemerintah kabupaten melalui Badan Lingkungan Hidup baru mencapai 0 m (Bappeda Sumedang, 204). Angka tersebut dihasilkan dari Tempat Penampungan Sementara (TPS) yang tersebar, yaitu TPS Gajah Agung, TPS Regol Wetan, TPS Kota Kulon, TPS Darangdan, dan TPS Kota Kaler/Pasar Sumedang Kota ditambah dengan tempat penampungan yang ada di Pasar Jatinangor, Cimanggung, Tanjungsari, Darmaraja, Wado, Ujungjaya, Conggeang, Cimalaka dan Buahdua serta dari lokasi-lokasi tertentu seperti perumahan. Seluruh sampah yang berhasil dikumpulkan selanjutnya ditempatkan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di TPA Cibeureum Wetan, Kecamatan Cimalaka. Dalam penanganan sampah ini banyak permasalahan yang dihadapi, mulai dari kurangnya gerobak dan truk pengangkut, terbatasnya lahan tempat pembuangan sampah, baik TPS maupun TPA, dan hal lainnya. Di lain pihak Pemerintah Kabupaten Sumedang sendiri sesungguhnya telah memiliki Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 204 tentang Pengelolaan Sampah. Dalam Perda tersebut tercantum mengenai kebijakan dan strategi pengelolaan sampah yang memuat program pengurangan dan penanganan sampah. Dalam Perda tersebut dijelaskan bahwa TPA seharusnya dilengkapi dengan berbagai fasilitas dasar seperti jalan masuk, listrik, drainase, pagar, kantor dan fasilitas perlindungan lingkungan, fasilitas operasi, dan fasilitas penunjang. Namun, dalam penerapannya Perda ini belum sepenuhnya dapat terlaksana sehingga berakibat pada sedikitnya sampah yang dapat ditangani oleh pemerintah daerah. Dari berbagai persoalan yang ada, lokasi TPA memegang peranan yang cukup penting. Hal ini dikarenakan kondisi TPA yang saat ini digunakan dianggap sudah tidak layak lagi. Dengan demikian perlu dilakukan penanganan permasalahan TPA ini segera melalui pencarian lahan yang dapat menampung sampah sesuai dengan volume sampah yang ada dan dapat bertahan dalam kurun waktu yang lama. Penetapan lokasi TPA Sampah harus mengikuti kriteria standar seperti yang tertulis dalam SNI No. 0-24-994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor /PRT/M/20 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (BSN, 994). Dalam standar ini disebutkan bahwa TPA harus memenuhi kriteria yang meliputi kriteria regional dan kriteria penyisih. Kriteria regional meliputi kondisi geologi, hidrologi, kemiringan, jarak dari lapangan terbang, dan bukan cagar alam atau daerah banjir. Adapun kriteria penyisih meliputi kriteria regional ditambah dengan kriteria iklim, kondisi tanah, demografi, batas administrasi, kebisingan, bau, estetika dan aspek ekonomi. Dalam penelitian ini dilakukan penentuan lokasi TPA yang paling sesuai melalui analisis kesesuaian dengan menerapkan kriteria yang tertulis dalam SNI No. 0-24-994 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor /PRT/M/20. Analisis spasial dilakukan menggunakan pemodelan spasial dalam sistem informasi geografis. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menentukan dimana lokasi TPA sampah yang paling sesuai serta berapa lama jangka waktu penggunaannya. Reka Geomatika 24

Penentuan Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kabupaten Sumedang Menggunakan Pemodelan Spasial 2. METODOLOGI PENELITIAN Penentuan area TPA diperoleh dari pemodelan spasial yang dilakukan berdasarkan kriteria standar pada SNI No. 0-24-994 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor /PRT/M/20. Kedua aturan ini telah menetapkan besaran nilai dan bobot untuk parameter yang akan digunakan. Kriteria standar yang dimaksud meliputi kriteria regional dan kriteria penyisih. Kriteria regional meliputi: a. kondisi geologi; b. kondisi hidrogeologi; c. kemiringan zona harus kurang dari 20%; d. jarak dari lapangan terbang harus lebih besar dai.000 meter untuk penerbangan turbo jet dan harus lebih besar dari.00 meter untuk jenis lain; dan e. tidak boleh pada daerah lindung/cagar alam dan daerah banjir dengan periode ulang 2 tahun. Adapun kriteria penyisih adalah kriteria regional ditambah dengan kriteria iklim, kondisi tanah, demografi, batas administrasi, kebisingan, bau, estetika, dan aspek ekonomi. Dalam SNI dan Peraturan Menteri PU secara jelas telah ditetapkan nilai dan bobot dari masingmasing parameter. Dari keseluruhan parameter standar yang harus dipenuhi, maka ditetapkan beberapa parameter yang terkait dengan parameter fisik yang selanjutnya dipenuhi dari peta-peta yang diperoleh dari dinas-dinas terkait. Parameter-parameter, bobot, nilai serta sumber data yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel. Data, Parameter, dan Sumber Data No. Data dan Parameter Bobot Nilai A. Batas Administrasi - Dalam batas administrasi - Diluar batas administrasi namun tetap dalam satu sistem pengelolaan TPA Sampah - Diluar batas dan diluar pengelolaan TPA Sampah Terpadu - Diluar batas administrasi B. Jalan (Kepadatan Lalu Lintas) - = 00 m dari jalan umum (Jalan Desa) - < 00 m pada lalu lintas rendah (Jalan Kecamatan) - < 00 m pada lalu lintas sedang (Jalan Kabupaten) - Terletak pada lalu lintas tinggi (Jalan Provinsi) 2 Bahaya Banjir: - Tidak Ada Banjir (Zona Aman) - Kemungkinan Banjir > 2 tahunan (Bahaya Sedang) Curah Hujan: - < 00 mm/thn - 00.000 mm/thn - >.000 mm/thn 4 Tata Guna Lahan: - Hutan, Belukar, Rumput, Tegalan - Sawah - Permukiman, Kebun, Air Tawar (Sungai) Hidrogeologi: - Discharge Area (Daerah Peluahan) - Discharge Area dan Recharge Area 2 0 0 8 0 0 0 0 Sumber Data Peta Rupa Bumi Indonesia Peta Bahaya Banjir Peta Curah Hujan Peta Tata Guna Lahan Peta Hidrogeologi Reka Geomatika 2

Hary Nugroho dan Melan Nano Firmansyah - Recharge Area regional (Daerah Hulu) 6 Jenis Tanah: - Grumosol 0 - Latosol 8 - Alluvial - Andosol, Regosol 7 Jenis Batuan: - Alluvium - Andesit - Breksi 8 Kemiringan Tanah - < 20% - > 20% 0 7 0 Peta Jenis Tanah Peta Geologi Peta DEM SRTM Res. 0m Catatan: a. Peta Kepadatan Lalu Lintas merupakan gabungan dari data jalan yang diperoleh dari Peta Rupa Bumi yang diberi tambahan informasi kelas jalan yang merepresentasikan kepadatan lalu lintas dari Dinas Perhubungan b. Data Kemiringan Tanah diperoleh dari analisis kemiringan yang diperoleh dari peta Digital Elevation Model (DEM) Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM) yang bersumber dari United States Geological Survey (USGS) resolusi 0 meter. Selanjutnya ditetapkan metodologi penelitian yang dapat dilihat pada gambar. Peta yang digunakan dalam pemodelan spasial ini seluruhnya bersumber dari dinas-dinas di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang dengan skala peta yang bervariasi (Tabel 2). Tabel 2. Jenis Peta dan Skala Peta yang Digunakan No Nama Data Skala Instansi Pemilik Data Peta Tata Guna Lahan : 2.000 Dinas Kehutanan dan Perkebunan 2 Peta Jenis Tanah : 00.000 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Peta Hidrogeologi : 20.000 Dinas Sumber Daya Energi dan Mineral 4 Peta Geologi : 20.000 Dinas Sumber Daya Energi dan Mineral Peta Rupa Bumi Indonesia : 2.000 Badan Informasi Geospasial (BIG) 6 Peta Curah Hujan : 20.000 Dinas Sumber Daya Energi dan Mineral 7 Peta Bahaya Banjir : 00.000 Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) 8 DEM SRTM Arc 0 m - USGS Dalam analisis spasial yang dilakukan digunakan teknik overlay peta yang dinyatakan dalam diagram alir tahap dan 2 yang dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar. Proses analisis dan overlay peta dilakukan menggunakan Sistem Informasi Geografis, dimana hasil pembobotan dan skoring diperoleh dengan menggunakan persamaan. Nilai Total = (W_GL x S) + (W_SL x S) + (W_HG x S) + (W_GL_ x S) + (W_CH x S) + (W_BJ x S) + (W_JL x S) + (W_JT x S) + (W_BTS x S) () Keterangan: W_GL = Bobot Geologi W_BJ = Bobot Bahaya Banjir W_SL = Bobot Slope (Lereng) W_JL = Bobot Jalan W_HG = Bobot Hidrogeologi W_JT = Bobot Jenis Tanah W_GL_ = Bobot Tata Guna Lahan W_BTS = Bobot Batas Administrasi W_CH = Bobot Curah Hujan S = Skor Reka Geomatika 26

Penentuan Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kabupaten Sumedang Menggunakan Pemodelan Spasial Studi Literatur Pengumpulan Data Peta Rupa Bumi Indonesia Peta Geologi Peta Hidrogeologi Peta Jenis Tanah Peta Curah Hujan Peta Rawan Banjir Peta Tata Guna Lahan DEM SRTM 0m Survey Lapangan Digitasi & Rektifikasi Pembobotan & Skoring Analisis Spasial (Overlay Peta) Peta Kesesuaian Lahan TPA Sampah Gambar. Metodologi Penelitian Untuk penentuan kelas tingkat kesesuaian dibuat dengan metode equal interval dengan persamaan 2 berikut. di mana: - Nilai maks adalah nilai tertinggi dari hasil perkalian bobot dan skor - Nilai min adalah nilai terendah dari hasil perkalian bobot dan skor - Jumlah kelas adalah jumlah kelas kesesuaian (2) Reka Geomatika 27

Hary Nugroho dan Melan Nano Firmansyah PETA BATAS ADMINISTRASI PETA KELAS JALAN PETA TATA GUNA LAHAN PETA JENIS TANAH PETA GEOLOGI Dalam Batas Adm = 0 Diluar Batas Adm Namun satu Sistem Pengelolaan = Diluar Batas Adm, Diluar Pengelolaan = Diluar Batas Adm = 00m dr jalan umum = 0 <00m dr jalan dg lalulintas rendah = 8 <00m dr jalan dg lalulintas sedang = <00m dr jalan dg lalulintas tinggi = Hutan, Belukar, Padang Rumput, Tegalan = 0 Sawah = Permukiman, Kebun = Grumosol = 0 Latosol = 8 Alluvial = Andosol, Regosol = Alluvium = 0 Andesit = 7 Breksi = PETA A PETA B PETA D Gambar 2. Diagram Alir Kriteria dan Overlay Peta Tahap PETA D PETA CURAH HUJAN PETA HIDROGEOLOGI PETA BAHAYA BANJIR DEM SRTM PETA KEMIRINGAN <00mm/thn = 0 00-000mm = > 000mm = Discharge Area = 0 Discharge & Recharge Area = Recharge Area = Zona Aman = 0 Kemungkinan Banjir >2 thn = < 20% = 0 >20% = PETA C PETA F PETA E PETA G Gambar. Diagram Alir Kriteria dan Overlay Peta Tahap 2 Dalam penelitian ini jumlah kelas dibagi menjadi 4 kelas yaitu Sangat Sesuai, Sesuai, Cukup Sesuai, dan Tidak Sesuai. Adapun hasil dari perhitungan pembobotan diperoleh nilai dan luasan seperti yang tertera dalam tabel 2 di bawah ini. Reka Geomatika 28

Penentuan Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kabupaten Sumedang Menggunakan Pemodelan Spasial Tabel 2. Analisis Hasil Secara Kuantitatif No. Range Analisis Luasan (Ha) 2 4 222. - 28.0 62.0-222. 0. - 62.0 4.0-0. Sangat Sesuai Sesuai Cukup Sesuai Tidak Sesuai.06,02 8.289,94 9.742,70.97,647 Jumlah 64.00,86 Untuk mengetahui kepemilikan lahan yang diperoleh, hasil analisis selanjutnya diajukan ke Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Sumedang guna mengetahui status kepemilikan tanahnya apakah merupakan tanah negara atau bukan.. HASIL DAN ANALISIS. Hasil Pada gambar diperlihatkan peta hasil analisis. Peta ini memperlihatkan lokasi-lokasi yang memenuhi kriteria standar SNI. Seluruh wilayah yang memenuhi kriteria sangat sesuai berjumlah 4.79 lokasi dengan luasan yang bervariasi. Namun dengan merujuk pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. /PRT/M/20 yang menyebutkan bahwa TPA Sampah harus memiliki luas minimal 2 Ha, maka hasil analisis ini memberikan 4 lokasi yang sangat sesuai. Gambar 4. Peta Hasil Analisis TPA Sampah Reka Geomatika 29

Hary Nugroho dan Melan Nano Firmansyah.2 Analisis Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh hasil bahwa lahan yang memenuhi kriteria standar yang telah ditetapkan dengan luas minimal 2 Ha adalah 4 lokasi. Namun perlu diketahui bahwa skala peta yang digunakan dalam proses analisis ini sangat bervariasi, sehingga ditetapkan bahwa luasan minimal yang dianggap sangat sesuai harus memiliki luas di atas Ha. Hal ini berdasarkan perhitungan kesalahan terkecil pada proses digitasi peta skala terkecil yaitu skala :00.000. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa luasan 2 Ha atau lebih kecil adalah luasan yang kemungkinan besar merupakan luasan yang diperoleh akibat kesalahan pada saat pendigitasian peta. Mengacu pada hal tersebut maka dapat diperoleh jumlah lokasi dengan luasan minimal ha adalah 242 lokasi. Terkait dengan lama waktu beroperasi TPA, SNI telah menetapkan bahwa lama waktu beroperasi untuk sebuah TPA minimal adalah tahun. Hal ini diperoleh dari waktu tampung TPA yang merupakan hasil perkalian antara luasan dan kedalaman galian dibagi dengan suplai sampah di Kabupaten Sumedang yaitu.270 m. Kedalaman galian sampah dibuat dalam meter. Dengan asumsi lapisan sampah mencapai, m dan penutupan mencapai 0 cm. Dengan demikian jika dibuat 7 lapisan maka akan diperoleh 2.6 meter. Hal ini dianggap cukup moderat, mengingat para perencana dapat menetapkan sampai dengan 0 lapisan dengan masing-masing ketebalan mencapai 2 meter (Astono dkk., 20). Kedalaman ini selanjutnya dibulatkan menjadi meter. Berdasarkan hal ini maka dapat diketahui bahwa terdapat 4 lokasi yang memiliki lama waktu operasi lebih dari tahun, dengan luasan terendah terdapat di Desa Wanasari dengan luas 49,7 Ha dan lama waktu operasi, tahun. Adapun lokasi dengan luasan tertinggi terdapat di Desa Genderah dengan luas 976,7 Ha dan waktu operasi 06 tahun. Namun hal ini ditetapkan dengan catatan, produksi sampah di Kabupaten Sumedang berjalan dengan konstan, sehingga apabila produksi sampah semakin meningkat, maka waktu operasi pun akan semakin berkurang. Berikut ini tabel yang memperlihatkan sepuluh lokasi TPA terluas berikut lama waktu operasinya. No. Luas (Ha) Tabel. Sepuluh Lokasi TPA Terluas Desa Kecamatan X Y Lama Operasi (Tahun) 976,7 Desa Genderah Buahdua 82,79,98 9,26,74,97 06 2 90,022 Desa Genderah Buahdua 826,824,90 9,262,,92 99 70,6 Desa Ungkal Congeang 87,7,246 9,27,97,20 76 4 9,9 Desa Cibitung Buahdua 828,02,67 9,2,727,42 9 4,79 Desa Sukaraja Cibugel 86,,27 9,228,077,74 6 6,0 Desa Cipasang Cibugel 88,88,28 9,227,220,9 4 7 28,6 Desa Cibubuan Congeang 8,4,627 9,28,8,88 8 282,848 Desa Karanglayung Congeang 8,27,664 9,26,9,244 9 267,47 Desa Cacaban Congeang 84,69,6 9,2,96,742 29 0 260,826 Desa Ciranggem Jatigede 84,20,822 9,2,922,947 28 Reka Geomatika 0

Penentuan Tempat Pembuangan Akhir Sampah di Kabupaten Sumedang Menggunakan Pemodelan Spasial 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 lokasi yang sangat sesuai untuk dijadikan TPA Sampah di wilayah Kabupaten Sumedang, dengan luasan 49-976 Ha, dan lama waktu operasi antara - 06 tahun. Waktu operasi ini akan menjadi semakin pendek apabila produksi sampah di Kabupaten Sumedang semakin meningkat. Sebaliknya pula, waktu operasi ini pun dapat menjadi semakin panjang apabila Pemerintah Kabupaten Sumedang belum dapat mengelola dan mentransport seluruh timbulan sampah setiap harinya. Seluruh lokasi potensial ini telah dikonfirmasikan ke Badan Pertanahan Nasional dan dinyatakan merupakan tanah milik Negara, sehingga hal ini akan memudahkan bagi Pemerintah Kabupaten Sumedang untuk pemanfaatannya. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada para pimpinan dan staf Bappeda, BPS, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Sumber Daya Energi dan Mineral Kabupaten Sumedang serta Badan Informasi Geospasial atas bantuan data dan informasinya. DAFTAR PUSTAKA Astono, W., Purwaningrum, P., dan Wahyudyanti, R. (20). Perencanaan Tempat Pembuangan Akhir Sampah dengan Menggunakan Metode Sanitary Landfill, Studi Kasus: Zona 4 TPA Jatiwaringin, Kabupaten Tangerang, Jurnal Teknik Lingkungan, 7(), 7-6. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang (BPS Sumedang) (204). Kabupaten Sumedang Dalam Angka Tahun 204: BPS Kabupaten Sumedang. Dipetik Mei 206, dari <http://bappeda.sumedangkab.go.id/berita-204-permasalahan-sampah-di-kabupatensumedang.html> Badan Standardisasi Nasional (BSN) (994). SNI No. 0-24-994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah. Jakarta. Badan Perencaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sumedang (Bappeda Sumedang) (204). Tentang Permasalahan Sampah Di Kabupaten Sumedang. Dipetik Mei 206, dari <http://bappeda.sumedangkab.go.id/berita-204-permasalahan-sampah-di-kabupatensumedang.html> Pemerintah Kabupaten Sumedang. (204). Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 204 tentang Pengelolaan Sampah. Dipetik Mei 206, dari <http://jdih.sumedangkab.go.id/prodhuk/perda/204/ Peraturan.Daerah_ 204_2.pdf> Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor /PRT/M/20. (20). Dipetik Mei 206, dari <http://ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/permen_pu_no Tahun_20_- _Penyelenggaraan_PS_Persampahan.pdf> United States Geological Survey. (206). DEM SRTM Arc second - 0m. Dipetik 7 Mei 206, dari <https://lta.cr.usgs.gov/srtmarc> Reka Geomatika