BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

dokumen-dokumen yang mirip
PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL MELALUI DINAS SOSIAL DAN TENAGA KERJA KOTA PADANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan buruh sebagai tenaga kerja yang menyokong terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat melepaskan diri dari berinteraksi atau berhubungan satu sama lain

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Perburuhan antara Serikat Buruh dengan Pengusaha/Majikan, Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan kerja yang dianut di Indonesia adalah sistem hubungan industrial yang

PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Yati Nurhayati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. asasi tenaga kerja dalam Undang-Undang yang tegas memberikan. bahkan sampai akhirnya terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

PPHI H. Perburuhan by DR. Agusmidah, SH, M.Hum

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia merupakan proses dari kelangsungan hidup yang. uang yang digunakan untuk memenuhi tuntutan hidup mereka akan

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pertentangan tersebut menimbulkan perebutan hak, pembelaan atau perlawanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang berkembang dengan jumlah penduduk yang

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Pasal 33 ayat (3) UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

UU No. 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. masa kerja maupun karena di putus masa kerjanya. Hukum ketenagakerjaan

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

Oleh: Marhendi, SH., MH. Dosen Fakultas Hukum Untag Cirebon

III. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial Pancasila. Dasar Hukum Aturan lama. Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan industrial menurut Undang Undang Ketenagakerjaan No. 13

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015

PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB III UPAYA HUKUM YANG DAPAT DILAKUKAN PEKERJA KONTRAK YANG DI PHK SEBELUM MASA KONTRAK BERAKHIR

BAB I PENDAHULUAN. sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini kebutuhan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari semakin

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

Lex et Societatis, Vol. III/No. 9/Okt/2015

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Pasal 1 Angka 4 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Oleh Helios Tri Buana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang KKL

MEDIASI ATAU KONSILIASI DALAM REALITA DUNIA BISNIS

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

I. PENDAHULUAN. pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk mewujudkan masyarakat yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

III. METODE PENELITIAN. metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan guna

BAB III PERAN DAN FUNGSI LEMBAGA KERJASAMA (LKS) BIPARTIT DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi bangsa Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kemudian diiringi juga dengan penyediaan produk-produk inovatif serta. pertumbuhan ekonomi nasional bangsa Indonesia.

Lex Et Societatis Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB I PENDAHULUAN. dalam konsep kesejahteraan (welfare) dalam Pembukaan Undang-Undang

Anda Stakeholders? Yuk, Pelajari Seluk- Beluk Penyelesaian Sengketa di Pengadilan Hubungan Industrial

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemikiran Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 01 TAHUN 2008 (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Boyolali) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Berdasarkan bunyi Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan sebagai badan yang dibentuk untuk melakukan upaya

SILABUS. A. Identitas Mata Kuliah. 1. Nama Mata Kuliah : Perselisihan Hubungan Industrial. 2. Status Mata Kuliah : Wajib Konsentrasi

PROSES PELAKSANAAN GUGATAN INTERVENSI DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. umum. Diantaranya pembangunan Kantor Pemerintah, jalan umum, tempat

BAB I PENDAHULUAN. saling membutuhkan satu sama lainnya. Dengan adanya suatu hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan daya tawar. Oleh karena itu sangatlah dibutuhkan adanya undang-undang yang

Setiap karyawan dapat membentuk atau bergabung dalam suatu kelompok. Mereka mendapat manfaat atau keun-tungan dengan menjadi anggota suatu kelompok.

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan suatu. dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan. Pihak ini disebut penggugat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hubungan Industrial adalah kegiatan yang mendukung terciptanya

Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

file://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm

PROSES MEDIASI DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN ANTARA PEKERJA DENGAN PENGUSAHA PADA DINAS SOSIAL TENAGA KERJA KOTA PADANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. OLEH : Prof. Dr. H. Gunarto,SH,SE,Akt,M.Hum

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara yang sedang giat-giatnya membangun

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaiannya diperlukan institusi yang mendukung mekanisme penyelesaian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

Lex Administratum, Vol. II/No.1/Jan Mar/2014

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

BAB I PENDAHULUAN. membuat manusia mampu menjalani kehidupannya. Contoh kecil yaitu manusia tidak bisa

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktidak tidak baik (Pasal 17 ayat 3).

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak cukup pesat bagi perkembangan pertumbuhan dan perekonomian dunia usaha

BAB I PENDAHULUAN. selalu berkebutuhan dan selalu memiliki keinginan untuk dapat memenuhi

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Oleh : Gunarto, SH, SE, Akt,MHum

BAB I PENDAHULUAN. Wakaf merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum Islam. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini banyak terjadi sengketa baik dalam kegiatan di

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

Christian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI

Lex Administratum, Vol. V/No. 9/Nov/2017

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai sifat, watak dan kehendak sendiri-sendiri. Namun di dalam masyarakat manusia mengadakan hubungan satu sama lain, mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk memperoleh keperluan hidupnya. Akan tetapi keperluan tersebut sering pula berlainan bahkan bertentangan, sehingga dapat menimbulkan pertikaian yang mengganggu keserasian hidup bersama. Dalam hal ini orang yang kuat menindas orang yang lemah untuk menekankan kehendaknya dan akan menimbulkan perselisihan. Oleh karena itu dalam masyarakat yang teratur, manusia itu harus memperhatikan kaedah-kaedah, norma-norma ataupun peraturan-peraturan yang ada dan hidup dalam masyarakat dimana ia berada. 1 Indonesia merupakan suatu Negara hukum berdasarkan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, oleh karena itu setiap manusia ataupun subjek hukum yang ada di Indonesia harus mematuhi segala peraturan yang berlaku dalam menjalankan kehidupannya. Hubungan hukum antara pekerja dan pengusaha di Indonesia diatur sedemikian rupa oleh pemerintah melalui peraturan perundang-undangan dengan tujuan agar tercipta hubungan yang harmonis di antara mereka. Namun dalam 1 C.S.T. Kansil, 1984, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, PN Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 33. 1

kenyataannya walaupun sudah diatur tetap saja ada kemungkinan terjadi perselisihan antara pekerja dengan pengusaha tersebut. 2 Dalam UUD 1945 Pasal 28D ayat (2) disebutkan bahwa dalam rangka memenuhi hak asasi warga negaranya tersebut pemerintah memerlukan perencanaan yang matang di bidang ketenagakerjaan. Untuk menjamin dan melindungi hak asasi tersebut, maka pemerintah melakukan berbagai upaya, antara lain melalui kebijakan dan instrumen hukum, menerbitkan berbagai peraturan perundang-undangan, agar setiap warga negara terlindung haknya untuk mendapatkan kesempatan dan perlakuan yang sama, dalam mencari dan memilih kesempatan kerja yang ada. Selama bekerja, mereka mendapatkan jaminan perlindungan dari kehilangan pekerjaan semena-mena. 3 Bekerja dalam konsepsi bangsa Indonesia, tidak saja mempunyai dimensi ekonomis, namun juga berdimensi sosial, bahkan sebagai ibadah. Apabila seseorang bekerja untuk orang lain karena adanya pekerjaan yang harus di lakukan, dimana ada perintah, upah dan waktu, maka disitu ada hubungan kerja. Hubungan kerja ini terjadi antara pekerja/buruh dengan pemberi kerja yang sifatnya individual. 4 Berdasarkan Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang dimaksud dengan Hubungan Industrial adalah 2 Khairani, 2009, Hukum Perburuhan /Ketenagakerjaan, Fakultas Hukum Universitas Andalas, Padang, hlm. 162. 3 Mohd. Syaufii Syamsuddin, 2005, Hukum Acara Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Sarana Bhakti Persada, Jakarta, hlm. 1. 4 Suwarto, 2003, Hubungan Industrial dalam Praktek, Asosiasi Hubungan Industrial Indonesia, Jakarta, hlm. 1. 2

Suatu sistem hubungan yang terbentuk antara pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Di dalam hubungan industrial tidak dibenarkan tindakan-tindakan di luar batas kemanusiaan dalam konteks hubungan kerja. Hal ini sesuai dengan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan setiap pekerja/buruh berhak memperoleh perlakuan yang sama tanpa diskriminasi dari pengusaha akan tetapi dalam pelaksanaannya, ternyata masih sering terjadi pergesekan nilai-nilai hubungan industrial yang memungkinkan timbulnya konflik di dalam pelaksanaan hubungan kerja. Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI), yang dimaksud dengan perselisihan hubungan industrial adalah Perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang PPHI bahwa proses penyelesaian perselisihan hubungan industrial dapat ditempuh melalui dua jalur yaitu melalui jalur pengadilan dan diluar pengadilan. 3

Ada satu hal yang menggembirakan dalam pengaturan penyelesaian perselisihan menurut Undang-Undang PPHI ini yakni diberikannya peluang kepada masyarakat untuk membantu penyelesaian perselisihan yang terjadi antara pengusaha dengan pekerja baik secara perorangan maupun secara kolektif. Hal ini agaknya sebagai implementasi ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Masyarakat disini adalah pihak dari luar ditunjuk oleh salah satu pihak yang bersengketa sebagai fasilitator dalam menyelesaikan perselisihan, yakni berasal dari orang perorangan atau lembaga yang mempunyai kapasitas di bidang perburuhan/ketenagakerjaan. 5 Pada prinsipnya jika terjadi perselisihan hubungan industrial menurut Undang-Undang PPHI mengharuskan penyelesaian setiap perselisihan melalui perundingan bipartit terlebih dahulu secara musyawarah untuk mencapai mufakat. Perundingan Bipartit merupakan perundingan antara pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial (Pasal 3 Undang-Undang No.2 Tahun 2004). 6 Apabila upaya penyelesaian perselisihan secara bipartit gagal, maka perselisihan hak harus diselesaikan melalui mediasi (dimana yang menjadi mediator merupakan pegawai dari instansi pemerintah). Setiap penyelesaian perselisihan melalui perundingan mediasi, haruslah dibuat risalahnya dan ditandatangani para pihak. Dalam hal mediasi tidak mencapai kesepakatan 5 Khairani, 2009, Op. Cit., hlm. 171. 6 Ibid, hlm. 173. 4

yang dituangkan dalam perjanjian bersama, maka salah satu pihak dapat mengajukan gugatan ke pengadilan hubungan industrial berada pada lingkungan peradilan umum dan dibentuk pada Pengadilan Negeri secara bertahap dan pada Mahkamah Agung. 7 Dalam rangka mewujudkan proses sederhana, cepat dan murah, Pasal 154RBG/130 HIR yang mengatur upaya perdamaian masih dapat diintensifkan. Caranya, mengintegrasikan proses mediasi ke dalam prosedur perkara. Mediasi merupakan bagian dari hukum acara perdata yang dapat memperkuat dan mengoptimalkan fungsi lembaga peradilan dalam penyelesaian sengketa. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang prosedur mediasi di pengadilan, mewajibkan terlebih dahulu ditempuh upaya perdamaian dengan bantuan mediator. Paling lama sehari setelah sidang pertama para pihak harus memilih mediator yang dimiliki oleh Pengadilan dan yang tidak tercantum dalam daftar Pengadilan. Apabila tidak tercapai kesepakatan mengenai mediator tersebut maka wajib menunjuk mediator dari daftar yang disediakan oleh Pengadilan saja. Apabila hal tersebut tidak juga berhasil, dalam jangka satu hari kerja berdasarkan penetapan, Ketua majelis berwenang menunjuk seorang mediator. Proses mediasi harus selesai dalam jangka waktu paling lama 30 hari kerja sejak pemilihan atau penetapan penunjukan mediator. Apabila mediasi berhasil, kesepakatan lengkap dengan klausula pencabutan perkara atau pernyataan perkara telah selesai disampaikan dalam 7 Della Feby, dkk, 2007, Praktik Pengadilan Hubungan Industrial : Panduan Bagi Serikat Buruh, TURC, Jakarta, hlm. 4. 5

sidang. Majelis Hakim kemudian akan mengkukuhkan kesepakatan itu sebagai akta perdamaian. Tetapi apabila gagal adalah tugas mediator untuk melaporkannya secara tertulis kepada Majelis Hakim. Konsekuensi kegagalan tersebut memaksa Majelis Hakim melanjutkan proses perkara. 8 Penyelesaian sengketa hubungan industrial melalui jalur pengadilan proses beracaranya sama seperti hukum acara perdata yang berlaku di lingkungan peradilan umum. Perbedaannya hanya pada pokok gugatan dan tingkat pemeriksaan/persidangan di pengadilan. Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Pasal 1 angka 11 disebutkan bahwa mediasi hubungan Industrial yang selanjutnya disebut mediasi adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah ditengahi oleh seorang atau lebih mediator. Penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui jalur mediasi memiliki beberapa keuntungan yaitu penyelenggara proses mediasi tidak diatur secara rinci dalam undang-undang, sehingga para pihak memiliki keleluasaan dan tidak terperangkap dalam bentuk formalism, diselenggarakan secara tertutup dan rahasia, para pihak dapat membahas berbagai aspek dari hlm. 62. 8 Krisna Harahap, 2008, Hukum Acara Perdata, PT Grafiti Budi Utami, Bandung, 6

perselisihan mereka, mediasi bersifat mufakat dan kolaboratif yang menghasilkan penyelesaian win-win solution. 9 Meskipun penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui jalur mediasi memiliki beberapa keuntungan, namun tidak jarang juga menemui jalan buntu. Karena pada dasarnya penyelesaian perselisihan hubungan industrial merupakan hukum privat yang tergantung berdasarkan kemauan antara pihak-pihak yang berselisih untuk menyelesaikan sengketa tersebut. Dinas Sosial Tenaga Kerja Kota Padang adalah instansi terkait yang menangani penyelesaian perselisihan hubungan industrial di Kota Padang. Disini dapat dilihat bagaimana proses pelaksanaan penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui jalur mediasi mulai dari awal pendaftaran kasus sampai akhir putusan yang diambil kedua belah pihak yang bersengketa. Berdasarkan uraian yang telah penulis kemukakan pada latar belakang masalah diatas menimbulkan minat dan keinginan penulis untuk membahas dan menuangkannya dalam sebuah penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul: MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA DINAS KETENAGAKERJAAN KOTA PADANG. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut: 9 Takdir Rahmadi, 2010, Mediasi Penyelesaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 23-24. 7

1. Bagaimanakah Proses Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Hubungan Industrial Pada Dinas Ketenagakerjaan Kota Padang? 2. Kendala-kendala apa yang ditemukan dalam Pelaksanaan Mediasi Pada Dinas Sosial Tenaga Kerja Kota Padang dan Bagaimana upaya mengatasi kendala-kendala tersebut? C. Tujuan Penelitian Setiap penelitian dan penulisan ilmiah, mempunyai tujuan yang di inginkan dari dilakukannya penelitian tersebut, oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui Proses Pelaksanaan Mediasi Pada Dinas Sosial Tenaga Kerja Kota Padang dalam Penyelesaian Sengketa Hubungan Industrial. 2. Untuk mengetahui kendala yang timbul dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dalam Proses Pelaksanaan Mediasi Pada Dinas Sosial Tenaga Kerja Kota Padang. D. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini manfaat yang diharapkan bukan hanya bagi peneliti secara pribadi, namun juga diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkaitan dengan materi penelitian ini. Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan oleh penulis ini sendiri adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis a. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum khusus mengenai mediasi. 8

b. Memberikan masukan terhadap penyempurnaan perangkat peraturan mengenai Perselisihan Hubungan Industrial. c. Diharapkan dapat menjadi pedoman dan literatur bagi pembaca yang ingin mendalami permasalahan penyelesaian perselisihan hubungan industrial dalam hal ini berkaitan dengan pelaksanaan mediasi dalam hubungan industrial. 2. Manfaat praktis a. Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian secara ilmiah dan merumuskan hasil-hasil penelitian dalam bentuk lisan. b. Menerapkan teori-teori yang diperoleh di bangku perkuliahan dan menghubungkan dengan praktek di lapangan. c. Bagi praktisi hukum dan pihak yang terkait dalam Pelaksanaan Mediasi. d. Bagi pemerintah dapat mengefektifkan pengaturan mengenai peraturan perundang-undangan khususnya mengenai pelaksanaan mediasi. e. Bagi Masyarakat dapat menjadi salah satu sumber informasi hukum khususnya dalam Pelaksanaan Mediasi Pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang. E. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode pendekatan yuridis empiris, yaitu penelitian yang menekankan pada ilmu hukum dan 9

berusaha menelaah kaedah-kaedah hukum yang berlaku dengan kehidupan nyata dalam masyarakat. 2. Sifat penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang memberikan data yang tepat serta menggambarkan keadaan yang terjadi sebagaimana mestinya yaitu dalam pelaksanaan mediasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial 10 3. Sumber Data dan Jenis Data a. Sumber Data 1) Penelitian Kepustakaan Penelitian kepustakaan atau library research, yakni penelitian yang dilakukan dengan mencari literatur yang ada, seperti buku-buku, Peraturan Perundang-undangan, dan peraturan lainnya yang terkait. 2) Penelitian Lapangan Penelitian lapangan atau field research merupakan sumber data yang diperoleh melalui penelitian yang dilakukan di lapangan. 11 Berdasarkan topik yang penulis angkat maka penelitian lapangan dilakukan pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang. b. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Data Primer 10 Zainudin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 98. 11 Ibid, hlm. 107. 10

Data yang didapat langsung dari lapangan (field research) dengan melakukan wawancara di lingkungan terkait yaitu Dinas Sosial dan Tenaga Kerja di Kota Padang. 2) Data Sekunder Merupakan data yang diperoleh dari buku-buku dan dokumendokumen. Data hukum yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer yang dapat membantu, menganalisis, memahami dan menjelaskan bahan hukum primer, antara lain hasil-hasil penelitian, karya tulis dari ahli hukum serta teori dan para sarjana yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. 12 Dalam data sekunder ini terdapat tiga bahan hukum yaitu : a) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum mengikat yang terdiri dari : (1) Undang-Undang Dasar 1945. (2) KUHPerdata. (3) UU No. 30 Tahun 1990 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. (4) UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. (5) UU No. 2 Tahun 2004 tentang PPHI. (6) PERMA No. 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan Jakarta, hlm. 55. 12 Soejono dan H. Abdurrahman, 1997, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, 11

b) Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa berbagai literatur yang relevan, hasil-hasil penulisan, Teori-teori dan pendapat ahli hukum. c) Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan dalam tulisan penulis, seperti kamus hukum, yang di gunakan untuk menjelaskan istilah-istilah yang ada. 4. Teknik Pengambilan Sampel Dalam tulisan ini penulis mengambil cara non-probability sample secara purposive sampling yakni penarikan sampel dengan cara mengambil subjek berdasarkan atas alasan tertentu karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga sehingga tidak dapat mengambil sampel yang lebih banyak jumlahnya, dengan pertimbangan sampel yang diambil dapat mewakili populasi yang ada. Sampel yang diambil pada kasus ini diambil dua contoh kasus yaitu kasus yang selesai melalui mediasi dan contoh kasus yang tidak selesai melalui proses mediasi. 5. Alat Pengumpul Data a. Studi dokumen Penulis memperoleh data dengan mempelajari dokumen dari bukubuku, peraturan perundang-undangan, dan dokumen-dokumen dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja berkaitan dengan masalah yang diteliti. b. Wawancara 12

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab secara lisan dengan responden. Pada saat wawancara ini penulis menggunakan wawancara semi struktur, dimana setiap pertanyaan akan disiapkan oleh pewawancara dan nantinya dapat timbul pertanyaan baru setelah responden memberikan jawabannya. Wawancara ini penulis lakukan bersama dengan Ibu Yeni Kasim, S.Sos, Bapak Berto Ivan, SE dan Ibu Yusmalinda Y, S.Kom selaku Mediator pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Padang. 6. Pengolahan dan Analisis Data a. Pengolahan data Merupakan suatu proses dimana setelah memperoleh data, kemudian ditentukan materi-materi apa saja yang diperlukan sebagai bagian dari penulisan. Melalui proses editing, yakni pengeditan seluruh data yang terkumpul dan disaring menjadi suatu kumpulan data yang benarbenar dapat dijadikan suatu acuan akurat dalam penarikan kesimpulan nantinya. 13 b. Analisis data Setelah semua data terkumpul, baik data primer maupun data sekunder dilakukan analisis data secara kualitatif, yaitu tidak menggunakan angka-angka (tidak menggunakan rumus matematika), tetapi menggunakan kalimat, pandangan para pakar, peraturan perundang-undangan, termasuk data yang penulis peroleh di lapangan 13 Amiruddin, dkk, 2003, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 163. 13

yang memberikan gambaran secara detail mengenai permasalahan sehingga memperlihatkan sifat penelitian yang deskriptif. 14 F. Sistematika Penulisan Untuk memahami materi yang dibahas dalam skripsi ini, maka penulisan penyusunannya dalam bentuk sistematis, dengan mengelompokannya ke dalam 4 (empat) bab. Bab-bab yang dimaksudkan terdiri atas : BAB I : PENDAHULUAN Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN Dalam bab ini ini materi yang dibahas merupakan tinjauan kepustakaan yang mempunyai relevansi dengan permasalahan yang diteliti secara umum mengenai : Tinjauan Umum Tentang Mediasi, yang meliputi Pengertian Mediasi, Proses Mediasi, Keunggulan dan Kelemahan Mediasi, Prinsip-prinsip Mediasi, Tinjauan Umum Tentang Tenaga Kerja yang meliputi Pengertian Tenaga Kerja, Perselisihan dalam Hubungan Ketenagakerjaan, Tinjauan Umum Tentang Sengketa yang meliputi Pengertian Sengketa Jenis-jenis Perkara dan Bentukbentuk Penyelesaian Sengketa. 14 Ibid 14

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Menguraikan lebih lanjut tentang apa yang diperoleh dalam kegiatan penelitian, untuk mengetahui Proses Pelaksanaan Mediasi Pada Dinas Ketenagakerjaan Kota Padang dalam Penyelesaian Sengketa Hubungan Industrial dan untuk mengetahui Kendala-kendala apa saja yang ada dalam Pelaksanaan Mediasi Pada Dinas Ketenagakerjaan kota Padang dalam Penyelesaian Sengketa Hubungan Industrial dan Bagaimana upaya mengatasi kendala-kendala tersebut. BAB IV : PENUTUP Bab ini berisikan Kesimpulan dan Saran mengenai permasalahan yang diteliti berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dari data lainnya. DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN 15