BAB III LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
3. BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gempa Bumi

BAB III LANDASAN TEORI. dan pasal SNI 1726:2012 sebagai berikut: 1. U = 1,4 D (3-1) 2. U = 1,2 D + 1,6 L (3-2)

BAB III LANDASAN TEORI. Kuat perlu dihitung berdasarkan kombinasi beban sesuai dengan SNI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE ANALISIS BEBAN GEMPA. meramalkan respons struktur akibat gempa. Tetapi untuk melakukan analisis time

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. literatur-literatur dan pedoman perencanaan bangunan sesuai dengan kaidah

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Analisis Perencanaan Terhadap Gempa (SNI ) Faktor Keutamaan dan Kategori Resiko Struktur Bangunan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN 2013

BAB V ANALISIS BEBAN GEMPA Analisis Beban Gempa Berdasarkan SNI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Perencanaan Struktur Tahan Gempa. digunakan untuk perencanaan struktur terhadap pengaruh gempa.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Statik Ekivalen

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR & TEKNIK GEMPA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Termasuk di dalamnya berat sendiri struktur dan beban mati. jenis material yang digunakan adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

8/22/2016. : S-2 : Earthquake Engineering, GRIPS-Tokyo

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Perhitungan Balok Existing WI = WF-400x200x8x13 (tabel baja) mm mm

BIDANG STUDI STRUKTUR DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK USU MEDAN 2013

KINERJA STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA DENGAN METODE RESPON SPEKTRUM DAN TIME HISTORY

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TESIS EVALUASI KINERJA STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM GANDA DENGAN ANALISIS NONLINEAR STATIK DAN YIELD POINT SPECTRA O L E H

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Denah Lantai Dua Existing Arsitektur II-3. Tegangan dan Gaya pada Balok dengan Tulangan Tarik

Perbandingan perencanaan struktur berdasarkan SNI dan SNI 1726:2012 (Studi Kasus : Apartemen Malioboro City Yogyakarta) 1

BAB IV ANALISIS STRUKTUR

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR & TEKNIK GEMPA

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

TUGAS AKHIR PERENCANAAN ULANG SISTEM STRUKTUR FLAT PLATE GEDUNG PERLUASAN PABRIK BARU PT INTERBAT - SIDOARJO YANG MENGACU PADA SNI

Peraturan Gempa Indonesia SNI

ABSTRAK. Kata kunci: perkuatan, struktur rangka beton bertulang, dinding geser, bracing, pembesaran dimensi, perilaku. iii

ϕ b M n > M u ϕ v V n > V u

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP)

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

ANALISIS STRUKTUR TERHADAP BEBAN GEMPA (SNI )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

Peraturan Gempa Indonesia SNI

RESPON SPEKTRA GEMPA DESAIN BERDASARKAN SNI UNTUK WILAYAH KOTA PALEMBANG

UCAPAN TERIMA KASIH. Jimbaran, September Penulis

ANALISA PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR PADA GEDUNG DENGAN VARIASI BENTUK PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswandi Imran (2014) konsep dasar perencanaan struktur

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APLIKASI SAP2000 UNTUK PEMBEBANAN GEMPA STATIS DAN DINAMIS DALAM PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BAJA

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

PERHITUNGAN SIMPANGAN STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT (STUDI KOMPARASI MODEL PEMBALOKAN ARAH RADIAL DAN GRID)

BAB I PENDAHULUAN. adalah struktur portal beton bertulang dengan dinding bata. Pada umumnya

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur

KOMPARASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BEDASARKAN SNI 1726:2002 DENGAN SNI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

BAB II STUDI PUSTAKA. Pada Studi Pustaka ini akan membahas mengenai dasar-dasar dalam merencanakan

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN STRUKTUR SHEARWALL PADA BANGUNAN GARDU INDUK TINJAUAN TERHADAP PERATURAN GEMPA SNI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

STUDI KOMPARASI PERENCANAAN GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN SNI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR GEDUNG DUA TOWER YANG TERHUBUNG OLEH BALOK SKYBRIDGE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

Gambar 4.1 Bentuk portal 5 tingkat

GAYA GESER DASAR SEISMIK BERDASARKAN SNI DAN SNI PADA STRUKTUR GEDUNG GRAND EDGE, SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Denah Eksisting dan Denah Per Lantai

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

Gambar 2.1 Spektrum respons percepatan RSNI X untuk Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan analisis statik ekivalen, analisis spektrum respons, dan

PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR BANGUNAN TANPA DAN DENGAN DINDING GESER BETON BERTULANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X

ABSTRAK. Kata kunci : baja hollow tube, kolom beton bertulang, displacement, base shear.

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

BAB III LANDASAN TEORI Analisis Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. itu sendiri adalah beban-beban baik secara langsung maupun tidak langsung yang. yang tak terpisahkan dari gedung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Konsep SNI Gempa X. Prof.Dr.Ir. Bambang Budiono, M.E Ketua Tim Struktur SNI X Seminar HAKI 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. yaitu dari beban hidup, beban mati, dan beban gempa. 1. U = 1,4D (3-1) 2. U = 1,2D + 1,6L (3-2)

PERENCANAAN ULANG STRUKTUR GEDUNG TUNJUNGAN PLAZA V SURABAYA DENGAN METODE SISTEM GANDA. Huriyan Ahmadus ABSTRAK

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI A. Gempa Bumi 1. Pengertian Gempa bumi didefinisikan sebagai getaran yang bersifat alamiah, yang terjadi pada lokasi tertentu, dan sifatnya tidak berkelanjutan. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi) secara tiba-tiba (sudden slip). Pergeseran secara tiba-tiba terjadi karena adanya sumber gaya (force) sebagai penyebabnya, baik bersumber dari alam maupun dari bantuan manusia (artificial earthquakes). Terdapat dua jenis gempa yaitu gempa bumi tekntonik dan gempa bumi vulkanik. Gempa bumi tektonik merupakan gempa bumi yang disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan disebabkan oleh lempengan yang bergerak. Gempa ini terjadi karena besarnya tenaga yang dihasilkan akibat adanya tekanan antar lempeng batuan dalam perut bumi. Gempa vulkanik adalah gempa yang diakibatkan oleh pergerakan magma pada gunung berapi. Gempa ini sering terjadi ketika gunung berapi sedang aktif atau akan erupsi. Terjadinya gempa vulkanis ini karena adanya tekanan gas yang sangat besar pada sumbatan kawah sehingga menimbulkan getaran dan meletusnya gunung berapi. Gempa ini hanya dirasakan pada daerah sekitar kaki gunung berapi. Untuk bahanya lebih kecil dibandingkan gempa tektonik. 2. Energi Gelombang Gempa Gelombang gempa (seismic wave) adalah rambatan energi yang disebabkan karena adanya gangguan di dalam kerak bumi, misalnya adanya patahan atau adanya ledakan. Energi ini akan merambat ke seluruh bagian bumi melalui sebuah media (padat atau cair). Efek yang ditimbulkan oleh adanya gelombang seismik dari gangguan alami seperti: pergerakan lempeng (tektonik), bergeraknya patahan, aktivitas gunung api (vulkanik). Semua gelombang gempa dideteksi oleh pencatat gempa baik seismograph maupun eccelerograph. Data rekaman ini yang menjadi data primer dalam analisis Time History 9

10 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0-0.1 0 10 20 30 40 50 60 70-0.2-0.3-0.4 Gambar 3.1 Accelogram rekaman gempa Sumber : peer.berkeley.edu 3. Macam fault model a. Stike Slip Faults Strike Slip adalah patahan yang mana massa batuan menggeser secara horizontal, patahan ini terjadi akibat dua lempeng tektonik atau dua massa batuan yang bergerak horizontal secara berlawanan. Gambar 3.2 Lateral Strike-Slip arah kanan dan kiri Sumber : Seismologi Teknik & Rekayasa Kegempaan, Widodo. P (2012) 2) Dip-Slip Fault Apabila strike-slip, slipnya massa batuan searah dengan strike vector (mendatar), maka pada dip-slip, slipnya massa batuan akan searah dengan dip vector (slip ke

11 atas/kebawah). Slip jenis ini dikategorikan menjadi dua hal pokok yaitu slip akibat gaya desak (compression stress) dan slip akibat gaya tarik (tension stress). Gambar 3.3 Reverse, Thrust dan Normal Fault Sumber : Seismologi Teknik & Rekayasa Kegempaan, Widodo. P (2012) 3) Dip-Strike Slip Fault Fault jenis ini merupakan kombinasi antara strike-slip fault dengan dip-slip fault. Patahan kombinasi ini umumnya disebut oblique fault (OF). Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa suatu fault kadang-kadang tidak murni satu jenis tetapi dapat kombinasi diantaranya. Gambar 3.4 Dip-Strike Model Sumber : Seismologi Teknik & Rekayasa Kegempaan, Widodo. P (2012) B. Degree of Freedom (DOF) Derajat kebebasan (degree of freedom) adalah derajat independensi yang diperlukan untuk menyatakan posisi suatu system pada setiap saat. Pada masalah dinamika, setiap titik atau massa pada umumnya hanya diperhitungkan berpindah tempat dalam satu arah saja yaitu arah horizontal. Karena simpangan yang terjadi hanya terjadi dalam satu bidang atau dua dimensi, maka simpangan suatu massa pada setiap saat hanya mempunyai posisi atau ordinat tertentu baik bertanda negative ataupun bertanda positif. Pada kondisi dua dimensi tersebut, simpangan

12 suatu massa pada saat t dapat dinyatakan dalam koordinat tunggal yaitu Y(t), struktur seperti itu dinamakan struktur dengan derajat kebebasan tunggal / SDOF ( Single Degree of Freedom ) system. Sistem massa yang berpindah dalam satu arah saja yaitu arah horizontal dinamakan sistem berderajat kebebasan tunggal (single degree of freedom, SDOF). Gambar 3.5 Model Matematis SDOF Sumber : Dynamics of Structure, Mario Paz (1993) Pada sistem SDOF, struktur dimodelkan dengan massa tunggal dan koordinat perpindahan tunggal. Suatu struktur memiliki frekuensi natural sebanyak derajat kebebasan yang dimilikinya dan jika beban dinamik yang diterima struktur memiliki frekuensi yang mendekati frekuensi natural dari struktur maka akan terjadi resonansi yang akan mengakibatkan keruntuhan atau collapse pada struktur. C. Sistem Struktur Ada dua sistem struktur yang dapat diterapkan yaitu sistem struktur rangka terbuka (open frame) dan system struktur rangka berdinding pengisi (infilled frame). Open frame adalah sistem struktur yang terdiri dari rangka balok kolom untuk menahan beban dari gempa, dimana dinding pengisi tak diperhitungkan memikul beban gempa.sedangkan infilled frame adalah sistem struktur yg terdiri dari rangka balok kolom untuk menahan beban gempa, dimana dinding pengisi diperhitungkan kekakuannya dalam memikul beban gempa.

13 Gambar 3.6 Sketsa Inffiled Frame Model Gambar 3.7 Sketsa Open Frame Model D. Analisis Beban Seismic 1. Metode Dinamik Respon Spektra Respon spektra adalah suatu altematif single-parameter lain yang dapat dipakai untuk menyatakan daya rusak gempa terhadap struktur. Respon sprektrum adalah plot antara nilai-nilai maksimum percepatan, kecepatan maupun simpangan massa struktur dengan derajat kebebasan tunggal akibat gempa lawan periode getarnya. Faktor respons gempa dinyatakan dalam bentuk percepatan gravitasi yang nilainya bergantung pada waktu getar alami struktur gedung dan kurvanya ditampilkan dalam respon spektra desain

14 a. Faktor keutamaan dan kategori resiko struktur, Ie Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan non gedung ditentukan sesuai Tabel 3.1 berdasarkan jenis pemanfaatan struktur tersebut. Pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan Ie menurut Tabel 3.2 Tabel 3.1 Kategori Resiko Jenis pemanfaatan Kategori risiko Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk, antara lain: - Fasilitas pertanian, perkebunan, perternakan, dan perikanan - Fasilitas sementara - Gudang penyimpanan - Rumah jaga dan struktur kecil lainnya I Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam kategori risiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk: - Perumahan - Rumah toko dan rumah kantor - Pasar - Gedung perkantoran - Gedung apartemen/ rumah susun - Pusat perbelanjaan/ mall - Bangunan industri - Fasilitas manufaktur - Pabrik II

15 Jenis pemanfaatan Gedung dan non gedung yang memiliki risiko tinggi terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk: - Bioskop - Gedung pertemuan - Stadion - Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit gawat darurat - Fasilitas penitipan anak - Penjara - Bangunan untuk orang jompo Kategori risiko III Gedung dan non gedung, tidak termasuk kedalam kategori risiko IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan dampak ekonomi yang besar dan/atau gangguan massal terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk: - Pusat pembangkit listrik biasa - Fasilitas penanganan air - Fasilitas penanganan limbah - Pusat telekomunikasi Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori risiko IV, (termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran. III

16 Jenis pemanfaatan Gedung dan non gedung yang ditunjukkan sebagai fasilitas yang penting, termasuk, tetapi tidak dibatasi untuk: - Bangunan-bangunan monumental - Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan - Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki fasilitas bedah dan unit gawat darurat - Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi, serta garasi kendaraan darurat - Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai, dan tempat perlindungan darurat lainnya - Fasilitas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan fasilitas lainnya untuk tanggap darurat - Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang dibutuhkan pada saat keadaan darurat - Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi, tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin, struktur stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran atau struktur rumah atau struktur pendukung air atau material atau peralatan pemadam kebakaran ) yang disyaratkan untuk beroperasi pada saat keadaan darurat Kategori risiko IV Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke dalam kategori risiko IV. Sumber : SNI 1726-2012, Tabel 1 Tabel 3.2 Faktor Keutamaan Gempa Kategori risiko Faktor keutamaan gempa, I atau II 1,0 Ie III 1,25 IV 1,50 Sumber : SNI 1726-2012, Tabel 2

17 b. Koefisien Modifikasi Respon Sistem yang digunakan masing-masing nilai R dan Cd harus dikenakan pada setiap sistem, termasuk batasan sistem struktur yang termuat dalam Tabel 3.2 Tabel 3.3 Faktor R, C d untuk sistem penahan gaya gempa Sistem penahan-gaya seismik D. Sistem ganda dengan rangka pemikul momen khusus yang mampu menahan paling sedikit 25 persen gaya gempa yang ditetapkan 1. Rangka baja dengan bresing eksentris 2. Rangka baja dengan bresing konsentris khusus 3. Dinding geser beton bertulang khusus 4. Dinding geser beton bertulang biasa 5. Rangka baja dan beton komposit dengan bresing eksentris Sumber : SNI 1727:2012, Tabel 9 c. Parameter Percepatan Spektral Desain Koefisien modifikasi respons, R a Faktor Kuat Lebih Sistem, Ω0 g Faktor pembesaran defleksi, Ca b 8 2½ 4 7 2½ 5½ 7 2½ 5½ 6 2½ 5 8 2½ 4 Parameter percepatan spektral desain untuk periode pendek, SDS dan pada periode 1 detik SD1 ditentukan melalui persamaan 3.1 dan 3.2. Respon spektra desain yang direpresentasikan ke dalam grafik dapat dibuat dengan mengacu pada nilai parameter respon spektra yang telah dihitung (Sa, SDS, SD1, T0,TS) S DS = 2 3 x F a x S s (3.1) SD1 = 2 3 x F v x S1 (3.2)

18 Tabel 3.4 Koefisien Situs, Fa Kelas Situs Parameter respons spektral percepatan gempa (MCEr) terpetakan pada perioda pendek, T = 0,2 detik, Ss Ss 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1,0 Ss 1,25 SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0 SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0 SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9 SF SS b Sumber : SNI-1726-2012, Tabel 4 Tabel 3.5 Koefisien Situs, F1 Kelas Situs Parameter respons spektral percepatan gempa (MCEr) terpetakan pada perioda pendek, T = 1 detik, S1 S1 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1 0,5 SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5 SE 2,5 3,2 2,8 2,4 2,4 SF SS b Sumber : SNI-1726-2012, Tabel 5 d. Spektrum Respon Desain Bila spektrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan prosedur gerak tanah dari spesifik-situs tidak digunakan, maka kurva spektrum respons desain harus dikembangkan dengan mengacu Gambar 3.8 dan mengikuti ketentuan di bawah ini: 1. Untuk perioda yang lebih kecil dari diambil dari persamaan T 0, spektrum respons percepatan desain, S a, harus diambil dari persamaan S a = S DS [0,4 + 0,6 T T0 ] (3.3) 2. Untuk perioda lebih besar atau sama dengan T 0 dan lebih kecil dari atau sama dengan Ts, spektrum respon percepatan desain Sa sama dengan SDS 3. Untuk perioda lebih besar T s, spektrum respon percepatan desain, S a diambil berdasarkan persamaan : Sa = SD1 T (3.4)

Persamaan respon spektra, Sa 19 0.90 0.80 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 0 1 2 3 4 5 T, detik Gambar 3.8 Kurva respon spectrum desain 2. Metode Statik Ekuivalen Analisis statik ekuivalen merupakan salah satu metode menganalisis struktur gedung terhadap pembeban gempa dengan menggunakan beban gempa nominal statik ekuivalen. Analisis statik ekuivalen merupakan salah satu metode menganalisis struktur gedung terhadap pembeban gempa dengan menggunakan beban gempa nominal statik ekuivalen a. Periode Fundamental Pendekatan Struktur Berdasarkan SNI 1726-2012 perioda fundamental struktur T tidak boleh melebihi hasil koefisien untuk batas atas pada perioda yang dihitung (Cu) dan perioda fundamental pendekatan Ta yang harus ditentukan dari persamaan yang telah ditentukan Tabel 3.6 Koefisien untuk batas atas pada periode yang dihitung Parameter percepatan respons spektral desain pada 1 detik, S D1 Koefisien C u 0,4 1,4 0,3 1,4 0,2 1,5 0,15 1,6 0,1 1,7 Sumber : SNI-1726-2012, Tabel 14

20 Tabel 3.7 Nilai parameter perioda pendekatan Ct dan x Tipe struktur C x Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100 persen gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa: Rangka baja pemikul momen 0,0724 a 0,8 Rangka beton pemikul momen 0,0466 a 0,9 Rangka baja dengan bresing eksentris 0,0731 a 0,75 Rangka baja dengan bresing terkekang terhadap tekuk 0,0731 a 0,75 Semua sistem struktur lainnya 0,0488 a 0,75 Sumber : SNI-1726-2012, Tabel 15 b. Geser Dasar Seismik, V Geser dasar seismik, V dalam arah yang ditetapkan harus ditentukan sesuai dengan persamaan persamaan : dimana: V : Geser dasar seismik V= Cs. W (3.5) Cs : Koefisien respons seismik W : Berat seismik efektif Beban geser pada nominal (V) tersebut harus dibagikan sepanjang tinggi struktur gedung menjadi beban gempa nominal statik ekuivalen (Fx) pada pusat massa tiap lantai dengan persamaan : Fx = Cvx. V (3.6) dan (3.7)

21 dimana: Cvx V Wi dan wx hi dan hx k : Faktor distribusi vertikal : Gaya lateral desain total atau geser di dasar struktur : Bagian berat seismik efektif total struktur (W ) yang ditempatkan atau dikenakan pada tingkat i atau x : Tinggi dari dasar sampai tingkat i atau x : Eksponen terkait periode Untuk T sebesar 0.5s maka k = 1 Untuk T sebesar 2.5s maka k = 2 Untuk T antara 0.5 2.5s k = 2 atau interpolasi antara 1 dan 2 c. Koefisien Respons Seismik, CS Koefisien respons seismik (CS) dihitung dengan 3.8, dimana nilai koefisien respons seismik (CS) tidak boleh melebihi koefisien respons seismik maksimum (Csmax) yang dihitung menurut Persamaan 3.9 dan tidak kurang dari koefisien respons seismik minimum (CSmin) yang dihitung menurut Persamaan 3.10. (3.8) (3.9) (3.10) d. Pusat Massa Struktur Titik pusat massa struktur ditinjau dari eksentrisitas strutkur tiap lantai, pusat massa struktur didefinisikan dengan bantuan software ETABS 3. Metode Dinamik Time History Metode ini menggunakan akselogram gempa. Akselogram gempa harus memiliki kemiripan dari rekaman gerakan tanah akibat gempa yang terjadi pada suatu lokasi tempat struktur yang sedang ditinjau. Menurut Faizah, R (2015) Untuk perencanaan struktur gedung melalui analisis dinamik Time History terhadap pengaruh Gempa Rencana pada taraf pembebanan gempa nominal, percepatan

22 muka tanah asli dari gempa masukan harus diskalakan ke taraf pembebanan gempa nominal tersebut. a. Koefisien Situs Nilai PGA dapat diperoleh dari situs desain spektra Indonesia, nilai ini yang menjadi acuan dalam penentuan nilai koefisien situs FPGA, yang diperoleh dari Tabel 8 SNI 1726:2012. Percepatan tanah puncak yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs (PGAM) dihitung dengan Persamaan 3.11 PGA M F PGA x PGA (3.11) dengan : PGAM : MCEG percepatan tanah puncak yang disesuaikan dengan pengaruh klasifikasi situs PGA : percepatan tanah puncak terpetakan FPGA : koefisien situs dari Tabel Tabel 3.8 Koefisien Situs, FPGA Kelas Situs PGA 0,1 PGA = 0,2 PGA = 0,36 PGA = 0,4 PGA 0,5 SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8 SB 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 SC 1,2 1,2 1,1 1,0 1,0 SD 1,6 1,4 1,2 1,1 1,0 SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9 SF Lihat 6.9 Sumber : SNI 1726:2012, Tabel 8 b. Akselogram Gempa Masukan Data rekaman percepatan tanah yang sesuai harus diambil dari rekaman peristiwa gempa yang memiliki magnitudo, jarak patahan, dan mekanisme sumber gempa yang konsisten dengan hal-hal yang mengontrol ketentuan gempa maksimum yang dipertimbangkan. Setiap data rekaman tersebut harus diskalakan sedemikian rupa sehingga pada rentang perioda dari 0,2T hingga 1,5T. Percepatan gempa yang dipilih dimodifikasi dengan program bantu SeismoMatch agar respon spektrumnya konvergen dengan respon spektrum elastik desain.

23 Percepatan gempa untuk analisis time history dalam penelititan ini dipilih 3 data rekaman gempa. E. Evaluasi Batas Kinerja Struktur Simpangan antar lantai tingkat desain ( ) tidak boleh melebihi simpangan antar lantai tingkat ijin ( a) seperti pada Tabel 3.7. Tabel 3.9 Batas ijin simpangan tiap lantai Struktur Struktur, selain dari struktur dinding geser batu bata, 4 tingkat atau kurang dengan dinding interior, partisi, langit-langit dan sistem dinding eksterior yang telah didesain untuk mengakomodasi simpangan antar lantai tingkat. Kategori risiko I atau II III IV 0,025hsx 0,020 h sx 0,015 h sx Struktur dinding geser kantilever batu bata 0,010 h sx 0,010 h sx 0,010 h sx Struktur dinding geser batu bata lainnya 0,007 h sx 0,007 h sx 0,007 h sx Semua struktur lainnya 0,020 h sx 0,015 h sx 0,010 h sx dengan : h sx adalah tinggi tingkat di bawah tingkat h sx. Sumber : SNI 2012-1726 Tabel 16 Berdasarkan SNI 2012:1726 Pasal 7.8.6 Penentuan simpangan antar tingkat desain ( ) harus dihitung sebagai perbedaan defleksi pada pusat massa di tingkat teratas dan terbawah yang ditinjau. Defleksi pusat massa di tingkat (δx) (mm) ditentunkan sesuai dengan persamaan berikut : δx = Cd x δ xe Ie (3.12) dengan: Cd : faktor amplifikasi defleksi δxe : defleksi pada lokasi yang ditinjau Ie : faktor keutamaan gempa yang ditentukan