BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. 86%-nya menderita penyakit periodontal (Arif, 2013). Menurut (Carranza, dkk., 2006), actinomycetemcomitans merupakan

DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT BUAH NANAS (Ananas comosus) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Aggregatibacter actinomycetemcomitans

BAB III METODE PENELITIAN. reaksi, piring kultur sel atau di luar tubuh makhluk hidup, syarat penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

PENGARUH DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT NANAS (Ananas comosus) TERHADAP BAKTERI Fusobacterium nucleatum PENYEBAB GINGIVITIS (in vitro)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama di daerah sekitar khatulistiwa antara 30 o LU dan 30 o LS. makanan seperti jelly, selai dan sirup (Samadi, 2014).

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit periodontitis (Asmawati, 2011). Ciri khas dari keadaan periodontitis yaitu gingiva kehilangan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dijumpai pada masyarakat dengan prevalensi mencapai 50% (Wahyukundari,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering

BAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan

BAB III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berdasarkan ada atau tidaknya deposit organik, materia alba, plak gigi, pelikel,

BAB I PENDAHULUAN. maupun anaerob. Bakteri Streptococcus viridans dan Staphylococcus aureus

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari harapan. Hal ini terlihat dari penyakit gigi dan mulut masyarakat Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. iskemik jaringan pulpa yang disertai dengan infeksi. Infeksi tersebut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dunia setelah Brazil (Hitipeuw, 2011), Indonesia dikenal memiliki tanaman-tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat keparahan penyakit periodontal di Indonesia menduduki. urutan kedua utama setelah karies yang masih merupakan masalah

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman alami sebagai bahan dasar pembuatan obat. (Adiguzel et al.

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

A. Nanas (Ananas comosus (L) Merr.)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus mutans merupakan bakteri gram positif golongan

BAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. diisolasi dari saluran akar yang terinfeksi dengan pulpa terbuka adalah obligat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab terbesar kehilangan gigi di usia 30 tahun. (Situmorang,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang perbedaan derajat keasaman ph saliva antara sebelum

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Aggregatibacter Actinomycetemcomitans adalah bakteri gram negatif, nonmotile,

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan dari alam tersebut dapat berupa komponen-komponen biotik seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan alam banyak dimanfaatkan sebagai obat-obatan, termasuk dalam

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat kedua setelah karies (Amalina, 2011). Periodontitis

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

BAB I PENDAHULUAN. kualitas dan kesejahteraan hidup, sehingga diperlukan metode perawatan kebersihan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah dengan menggunakan obat kumur antiseptik. Tujuan berkumur

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini perhatian masyarakat untuk kembali memakai bahan alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Rongga mulut manusia tidak pernah terlepas dari bakteri. Dalam rongga mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir

BAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus meningkat,

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditemukan pada plak gigi dan sekitar 10 spesies telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

AKTIVITAS POLIFENOL EKSTRAK SELEDRI (Apium graveolens) TERHADAP BAKTERI PENYEBAB INFEKSI ACNE. Khoirin Maghfiroh*)

PERBANDINGAN EFEK ANTIBAKTERI JUS NANAS. (Ananas comosus L.merr) PADA BERBAGAI. KONSENTRASI TERHADAP Streptococcus mutans

LAMPIRAN 1. Skema Alur Pikir

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terutama disebabkan oleh kurangnya kebersihan. Penanganan penyakit yang

dan jarang ditemukan di Indonesia (RISTEK, 2007).

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit buah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi pada jaringan keras gigi yang bermula dari ke dentin berlanjut ke

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak kulit nanas pada pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dengan cara in vitro. Metode dilusi cair dan dilusi padat yang digunakan untuk menentukan kadar hambat minimal dan kadar bunuh minimal. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobioligi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Percobaan daya hambat ekstrak kulit nanas pada pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans yang telah didapatkan dideskripsikan dalam tabel 1. Tabel 1. Hasil Pengujian Kadar Hambat Minimal (KHM) Ekstrak Kulit Nanas (Ananas comosus) Terhadap Pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans Konsentrasi Percobaan I Percobaan II Percobaan III 100% TT TT TT 50% TT TT TT 25% TT TT TT 12,5% TT TT TT 6,25% 3,125% 1,56% 0,78% 0,39% Kontrol negatif Kontrol positif + + + 34

35 Keterangan: (positif) : ada kekeruhan pada media cair yang menandakan terdapat pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans (negatif) : tidak ada kekeruhan pada media cair yang menandakan tidak terdapat pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans TT : hasil tidak dapat diamati karena terlalu keruh dan pekat Berdasarkan Tabel 1, kesimpulan yang didapatkan yaitu pengujian dengan metode dilusi cair ekstrak kulit nanas mampu menghambat pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada konsentrasi 6,25%. Percobaan daya hambat ekstrak kulit nanas pada pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans yang telah didapatkan dideskripsikan dalam tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengujian Kadar Bunuh Minimal (KBM) Ekstrak Kulit Nanas (Ananas comosus) Terhadap Pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans Konsentrasi Percobaan I Percobaan II Percobaan III 100% 50% 25% 12,5% 6,25% 3,125% 1,56% 0,78% 0,39% Kontrol negatif Kontrol positif

36 Keterangan: (positif) : terdapat pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada media agar. (negatif) : tidak terdapat pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada media agar. Berdasarkan Tabel 2, pada konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25% menunjukan tidak terdapat pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada ketiga media agar, kesimpulan yang dapat diambil yaitu kadar bunuh minimal ekstrak kulit nanas terhadap pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans adalah pada konsentrasi 6,25%. Berdasarkan kedua tabel di atas, kesimpulan yang dapat diambil yaitu pengujian dengan metode dilusi cair, konsentrasi minimal ekstrak kulit nanas yang mampu menghambat pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans dan pengujian dengan metode dilusi padat, konsentrasi minimal ekstrak kulit nanas yang mampu membunuh Aggregatibacter actinomycetemcomitans yaitu pada konsentrasi 6,25%. B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa, titik/kadar hambat minimal ekstrak kulit nanas terhadap pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans dengan menggunakan uji dilusi cair yaitu konsentrasi 6,25%. Tingkat kekeruhan dari setiap larutan dalam tabung reaksi merupakan penentuan kadar hambat minimal (KHM). Kekeruhan tersebut disebabkan

37 terdapat pertumbuhan bakteri. Tetapi hasil yang didapatkan pada tabung reaksi ketika penelitian, Kadar hambat minimal sulit untuk diamati karena warna ekstrak terlalu keruh dan pekat. Oleh sebab itu, dilakukan uji dilusi padat dengan melakukan penggoresan larutan dengan menggunakan ose steril pada media agar untuk memastikan ada tidaknya pertumbuhan bakteri. Metode uji dilusi padat adalah uji untuk menentukan titik/kadar bunuh minimal dan untuk menguatkan hasil dari dilusi cair. Kadar bunuh minimal (KBM) yang didapatkan dari ekstrak kulit nanas terhadap pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans dengan uji dilusi padat yaitu pada konsentrasi 6,25%. Hasil tersebut didapatkan dengan melakukan penanaman pada media padat di cawang petri dengan mengambil larutan dari hasil uji dilusi cair. Pengeraman dan Penanaman Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada media Triton Soya Agar (TSA) dengan suhu kamar akan terbentuk koloni-koloni bulat yang membentuk rantai berwarna putih. Pada konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25% dan kontrol negatif tidak terdapat pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans, sedangkan pada konsentrasi 3,125%, 1,56%, 0,78%, 0,39% dan kontrol positif terdapat pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada sepanjang hasil penanaman. Berdasarkan pengamatan tersebut, menunjukan bahwa nilai kadar bunuh minimal (KBM) yang didapatkan yaitu pada konsentrasi 6,25%. Metode dilusi merupakan uji aktivitas antibakteri yang digunakan pada penelitian ini. Menurut Brooks dkk. (2005), metode tersebut mempunyai

38 kelebihan yaitu lebih peka dan terjamin homogenitas di antara bahan uji, media, suspensi bakteri. Suspensi bakteri dapat tersebar secara merata disebabkan oleh bahan uji dengan bakteri lebih mudah berinteraksi. Tabung yang berisi suspensi pengenceran ekstrak kulit nanas merupakan kontrol negatif dan tabung yang berisi suspensi bakteri Aa merupakan kontrol positif. Pada kontrol negatif tidak diperbolehkan adanya pertumbuhan bakteri, jika terdapat pertumbuhan maka bahan uji dan media terkontaminasi. Sedangkan pada kontrol positif harus didapatkan pertumbuhan bakteri pada tabung sebab menunjukan bahwa bakteri tersebut pada media uji dapat tumbuh. Aggregatibacter actinomycetemcomitans merupakan bakteri anaerob gram-negatif yang paling sering menginfeksi jaringan periodontal, bakteri Aa merupakan salah satu penyebab penyakit periodontitis agresif dan biasanya terjadi pada individu yang muda (Sriraman, dkk, 2014). Progresifitas penyakit didukung oleh sejumlah faktor virulensi dari Bakteri Aa (Carranza, dkk., 2006). Faktor virulensi dari Aa diantaranya leukotoxin (toksin), vesikel, lipopolisakarida (kerusakan jaringan), fimbrae (perlekatan) (Raja,dkk., 2014). Aa mengeluarkan racun proteinnya dan leukotoxin, yang membantu bakteri menghindari respon imun host selama infeksi (Kachlany, 2010). Leukotoxin pada bakteri mempunyai fungsi menurunkan respon imun pada gingiva dan mendegradasi perlekatan epitel pada jaringan periodontal. (Newman, dkk., 2012). Lipopolisakarida atau endotoksin gram negatif didapatkan dari dinding sel yang lisis. Aliran darah yang dimasuki oleh lipopolisakarida akan terjadi

39 ikatan dengan protein yang bersirkulasi kemudian berinteraksi dengan monosit dan makrofag. (Brooks, dkk., 2005). Penggunaan obat tradisional di Indonesia sudah berlangsung sejak ribuan tahun lalu, sebelum obat modern ditemukan dan dipasarkan (Pringgoutomo cit Dewoto, 2007). Pada dekade belakangan ini ditengah jenis obat modern yang banyak dipasaran, terdapat kecenderungan global untuk kembali ke alam (Pramono S, 2002). Bidang kesehatan telah lama menggunakan bahan alam sebagai kebutuhan kuratif, preventif, rehabilitatif (WHO, 2000). Pengembangan tumbuhan sebagai sumber bahan obat banyak diteliti dalam beberapa tahun ini. Obat tradisional selain efek samping kecil, memiliki keuntungan harga lebih terjangkau, memperbaiki keseluruhan sistem tubuh, dan efek pada penyakit kronis yang sulit diatasi obat kimia, sedangkan obat kimia sering mempunyai efek samping pengobatan, harga relatif mahal, dan relatif kurang efektif untuk penyakit kronis. Obat kimia lebih banyak bertujuan untuk mengobati gejala penyakitnya dan hanya memperbaiki beberapa sistem tubuh, tetapi tidak menyembuhkan sumbernya (Siregar H, 2012). Pengobatan dengan menggunakan tumbuhan perlu diperdalam kembali, terutama pada sumber daya nabati Indonesia yang keanekaragaman hayatinya dikenal kaya. Upaya tersebut dilaksanakan seiring dengan anjuran pemerintah dalam memperdayakan dan mengelola sumber daya alam secara lestari dan berkelanjutan (WHO, 2000). Beberapa tahun terakhir ini terdapat peningkatan ketertarikan pada tanaman buah nanas yang menandakan bahwa terdapat efek antibakteri.

40 Bonggol, buah, dan kulit buah nanas memiliki khasiat sebagai obat tradisional. Kulit buah nanas sangat banyak kandungan zat aktif diantaranya adalah flavonoid, vitamin C, antosianin, dan enzim bromelin, tanin. Penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnnya membuktikan bahwa ekstrak buah nanas dapat melawan bakteri Streptococcus mutans pada konsentrasi 25%, Staphylococcus aureus pada konsentrasi 100% dan pada ekstrak kulit nanas dapat melawan bakteri Streptococcus mutans dengan konsentrasi 50%. Namun, belum ada penelitian yang menyebutkan bahwa ekstrak kulit nanas mampu menghambat pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans. Penelitian ini menggunakan metode maserasi untuk memperoleh ekstrak kulit nanas. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana (Voigh cit Istiqomah, 2013). Maserasi yaitu proses pengekstrakan simplisia memakai pelarut dengan beberapa kali pengadukan dan pengocokan pada temperature ruangan (Depkes RI, 2000). Senyawa dari tumbuhan didapatkan dengan menarik senyawa organik dalam suatu bahan padat melalui penggunaan pelarut organik, pelarut yang digunakan adalah etanol (Nurcahyati, 2010). Berdasarkan penelitian sebelumnya buah nanas memliki kemanjuran terapeutik yang dapat mengobati penyakit periodontal (Khosropanah dkk, 2012). Kulit buah nanas memiliki efek menekan pertumbuhan bakteri baik secara bakteriostatik maupun bakteriosida yang berasal dari enzim bromelin (Rakhmanda, 2008). Enzim bromelin selain mempunyai efek antibakteri juga memilki efek anti inflamasi (Khosropanah dkk, 2012). Bromelin mengerahkan

41 efek antibakteri yang ampuh terhadap penyakit periodontal (Nc. Praveen dkk, 2014). Proses kerja enzim tersebut yaitu menurunkan tegangan permukaan bakteri dengan cara menghidrolisis glikoprotein dan protein saliva yang merupakan mediator bakteri untuk melekat pada permukaan gigi (Rakhmanda, 2008). Dinding sel tidak selektif dalam meloloskan zat terlarut dan zat lainnya disebabkan karena penurunan tegangan permukaan dinding sel bakteri. Zat tersebut mampu mengubah sifat kimiawi dan fisik selaput sel serta fungsi normalnya dapat dihalangi sehingga mampu menghambat dan membunuh bakteri (Brooks, 2005). Menurut Ilyas (2005), Flavonoid, iodium dan klor memiliki efek sebagai antiseptik. Flavonoid adalah senyawa fenol berfungsi sebagai antijamur dan antibakteri. Mekanisme kerjanya dengan denaturasi protein sel bakteri sehingga sifat khasnya hilang (Rakhmanda, 2008). Denaturasi protein dapat merusak sel permanen yang tidak dapat diperbaiki (Pelczar dan Chan, 2005). Iodium bekerja dengan cepat dan hampir semua kuman patogen dapat terbunuh, zat tersebut merupakan salah satu zat bactericidal terkuat. Klor membentuk hipoklorit yang bersifat bactericidal apabila bereaksi dengan air, dan pada konsentrasi rendah mampu dengan cepat membunuh kebanyakan bakteri (Rakhmanda, 2008). Toksisitas dari tanin mampu merusak membran sel bakteri. cara kerja tanin dalam menghambat sel bakteri dengan menghambat fungsi selaput sel (transpor zat dari sel satu ke sel lain), denaturasi protein sel bakteri dan menghambat sintesis asam nukleat sehingga pertumbuhan bakteri dapat

42 terhambat. Tanin mampu membentuk komplek dengan protein dan interaksi hidrofobik, jika terbentuk ikatan hidrogen antara protein enzim pada bakteri dengan tanin maka akan terdenaturasi sehingga metabolisme bakteri terganggu, selain itu tanin dapat menghambat metabolisme sel, mengganggu sintesa dinding sel dan protein dengan mengganggu aktivitas enzim (Roslizawaty dkk, 2013). Setelah mendapatkan besar konsentrasi yang dapat menghambat dan membunuh bakteri penyebab periodontitis, selanjutnya untuk mendapatkan efek antibakteri yang maksimal perlu juga diketahui waktu kontak yang dibutuhkan kulit nanas, sebab kecepatan menghambat atau membunuh yang dimiliki setiap zat kimia berbeda-beda terhadap bakteri. upaya tersebut dilakukan agar pemanfaatan kulit buah nanas sebagai antiseptik mulut lebih efektif. Aggregatibacter actinomycetemcomitans yaitu bakteri yang sering berkaitan dengan kedokteran gigi sebab bakteri tersebut salah satu yang menyebabkan penyakit periodontal yaitu periodontitis agresif. Berdasarkan hasil penelitian ini membuktikan bahwa kulit nanas dapat menjadi salah satu bahan herbal yang memiliki kemampuan sebagai antibakteri terhadap Aggregatibacter actinomycetemcomitans, maka hipotesis awal terbukti bahwa ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) mampu menghambat dan membunuh pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans.