KAJIAN MODEL TANAM DAN WAKTU TANAM DALAM SISTEM TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BENIH JAGUNG

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 3 JULI-2013 ISSN :

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.

PRODUKSI TUMPANGSARI KACANG MERAH (VIGNA ANGULARIS) DAN BAWANG MERAH (ALLIUM CEPA) DI ATAP (ROOFTOP CULTURE) PENDAHULUAN

GROWTH AND YIELD RESPONSE SWEET CORN (Zea mays L. saccharata) IN INTERCROPPING SYSTEM WITH MUNG BEAN (Vigna radiata L.)

THE EFFECT OF SPACING AND PLANTING TIME SOYBEAN OF GROWTH AND YIELD SOYBEAN (Glycine max) ON SUGAR CANE (Saccharum officinarum L.

UPAYA PENINGKATAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN PEMUPUKAN BOKASHI DAN Crotalaria juncea L.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

PENGARUH WAKTU PENYIANGAN DAN POPULASI TANAMAN TERHADAP HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PADA KONDISI TANPA OLAH TANAH

PENGARUH WAKTU PENGENDALIAN GULMA DAN DOSIS PEMUPUKAN NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

PENGARUH PENGAPLIKASIAN ZEOLIT DAN PUPUK UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. saccharata Sturt.)

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

PENGARUH MULSA ORGANIK PADA GULMA DAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) VAR. GEMA

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

APPLICATION OF MANURE AND Crotalaria juncea L. TO REDUCE ANORGANIC FERTILIZER ON MAIZE (Zea mays L.)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Usaha budidaya telah dilakukan untuk mendapatkan hasil produksi

RESPONS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea Mays L.) TERHADAP BEBERAPA PENGATURAN TANAM JAGUNG PADA SISTEM TANAM TUMPANGSARI

Jimy Eko Julianto. 1) Prof. Dr. Ir. Bambang Guritno. 2) Dr. Ir. Agung Nugroho, SU. 2)

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

GROWTH AND YIELD OF BLACK SOYBEAN (Glycine max (L.) Merr) SEED OF MALLIKA PLANTED BY INTERCROPPING WITH SWEET CORN (Zea mays Saccharata group)

Pertumbuhan dan Produktivitas Jagung Manis pada Beberapa Sistem Tanam

PENGARUH TUMPANG SARI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.)

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

PENGARUH APLIKASI PUPUK KANDANG DAN TANAMAN SELA (Crotalaria juncea L.) PADA GULMA DAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

PERTUMBUHAN DAN DAYA HASIL TUMPANG SARI JAGUNG (Zea mays L.) DAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) TERHADAP WAKTU DAN POSISI PEMANGKASAN JAGUNG

Pertumbuhan dan Hasil Dua Klon Ubijalar dalam Tumpang Sari dengan Jagung. Growth and Yield of Two Sweetpotato Clones in Intercropping with Maize

PENGARUH WAKTU TANAM BAWANG PREI (Allium porum L.) PADA SISTEM TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DENGAN BEBERAPA PENGATURAN WAKTU TANAM KACANG TANAH PADA SISTEM TUMPANGSARI

THE INFLUENCE OF COVER CROPS UTILIZATION OROK-OROK (CROTALARIA JUNCEA L.) TOWARD WEED CONTROL ON MAIZE (ZEA MAYS L.) IN RAIN SEASON ABSTRAK

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) PENDAHULUAN

PENGARUH WAKTU DAN METODE PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

PENGARUH VARIETAS KACANG TANAH DAN WAKTU TANAM JAGUNG MANIS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADA SISTEM TUMPANGSARI

THE EFFECT OF THE KINDS OF FERTILIZER AND WEED CONTROL TIME ON GROWTH AND YIELD OF SWEET CORN (Zea mays saccharata)

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Upaya Peningkatan Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max) Melalui Aplikasi Mulsa Daun Jati Dan Pupuk Organik Cair.

PENGARUH LAMA PENGGUNAAN MULSA DAN PUPUK KANDANG PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS POTRE KONENG

PENGARUH INTERVAL PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR JAGUNG (Zea mays L.)

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

THE EFFECT OF DAY HARVEST AND APLICATION DOSAGE OF POTASSIUM FERTILIZER ON GROWTH AND QUALITY OF SWEET CORN (Zea mays saccharata Sturt)

STUDY OF BROCCOLI (Brassica oleracea L.) AND LEEK (Allium porrum L.) INTERCROPPING SYSTEM IN VARIOUS PLANT SPACING

OPTIMALISASI PRODUKSI KACANG TANAH DAN JAGUNG MANIS PADA POLA TANAM TUMPANGSARI DENGAN PERLAKUAN DEFOLIASI JAGUNG

PENGARUH PENGGUNAAN PUPUK KANDANG DAN NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH

PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS NUTRISI TANAMAN OROK-OROK DAN JAGUNG MANIS SEBAGAI BAHAN PAKAN YANG DITANAM SECARA TUMPANGSARI SKRIPSI.

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.)

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

PENGARUH PUPUK KANDANG DAN Crotalaria juncea L. PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.)

PENGARUH JARAK TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum)

PENGARUH JARAK TANAM DAN DEFOLIASI DAUN PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.)

OPTIMALISASI PRODUKSI KACANG TANAH DAN JAGUNG PADA POLA TANAM TUMPANGSARI DENGAN PERLAKUAN DEFOLIASI JAGUNG

KAJIAN WAKTU TANAM DAN KERAPATAN TANAMAN JAGUNG SISTEM TUMPANGSARI DENGAN KACANG TANAH TERHADAP NILAI LER DAN INDEKS KOMPETISI

EFEK KOMBINASI DOSIS PUPUK N P K DAN CARA PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS. Jumini, Nurhayati, dan Murzani

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN MULSA ORGANIK PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

AGROVIGOR VOLUME 2 NO. 2 SEPTEMBER 2009 ISSN

PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH DAN JARAK TANAM PADA GULMA DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

THE EFFECT OF AZOLLA AND N FERTILIZER APLICATION ON RICE FIELD (Oryza sativa L.) VARIETY INPARI 13

PYRACLOSTROBIN ROLE IN IMPROVING EFFICIENCY NITROGEN FERTILIZER AND EFFECT ON QUALITY OF YIELD SEEDS CORN (Zea mays L.)

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KUALITAS BENIH KACANG HIJAU (Vigna radiata (L.) R. Wilczek) PADA PERTANAMAN MONOKULTUR DAN TUMPANG SARI DENGAN JAGUNG (Zea mays L.

KAJIAN INTERSEPSI CAHAYA MATAHARI PADA KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DIANTARA TANAMAN MELINJO MENGGUNAKAN JARAK TANAM BERBEDA

PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DI LAHAN KERING PADA BERBAGAI INTENSITAS PENYIANGAN. Wafit Dinarto dan Dian Astriani

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI PADA BERBAGAI JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH SISTEM PERTANAMAN SISIPAN TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG Bunyamin Z dan M. Aqil Balai Penelitian Tanaman Serealia PENDAHULUAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UTILIZATION OF THERMAL UNIT FOR DETERMINING HARVEST TIME OF THE KAILAN (Brassica oleracea L. var. alboglabra) ON DIFFERENT ROW SPACES AND VARIETY

Vol 3 No 1. Januari - Maret 2014 ISSN :

PENGARUH KERAPATAN TANAMAN DAN KOMBINASI PUPUK NITROGEN ANORGANIK DAN NITROGEN KOMPOS TERHADAP PRODUKSI GANDUM. Yosefina Mangera 1) ABSTRACK

PERBEDAAN UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L)

PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) PADA BERBAGAI FREKUENSI DAN WAKTU PENYIANGAN GULMA PENDAHULUAN

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda ABSTRAK

Nerty Soverda dan Yulia Alia Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi Jalan Raya Mendalo Darat.

STUDY TENTANG TIGA VARIETAS TERUNG DENGAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

SKRIPSI HASIL KACANG TANAH

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

KAJIAN PENAMBAHAN PUPUK KANDANG KAMBING DAN KERAPATAN TANAMAN YANG BERBEDA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

PENGARUH PUPUK HIJAU Crotalaria mucronata DAN C. juncea PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merril)

The Growth and Production of Hybrid Corn at Various Manure Cow Mixture and N, P, K, Mg

RESPON LIMA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) PADA APLIKASI PYRACLOSTROBIN. RESPONSE OF FIVE MAIZE VARIETIES (Zea mays L.) ON PYRACLOSTROBIN APPLICATION

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Tidar Berdasarkan Dosis Pupuk Organik Padat

I. PENDAHULUAN. Adalah penting bagi Indonesia untuk dapat mewujudkan ketahanan pangan

Transkripsi:

JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 3 JULI-2013 ISSN : 2338-3976 KAJIAN MODEL TANAM DAN WAKTU TANAM DALAM SISTEM TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BENIH JAGUNG THE STUDY OF MODEL AND PLANTING TIME ON INTERCROPPING SYSTEM OF MAIZE TO ITS GROWTH AND PRODUCTION Ariya Tri Sektiwi 1*), Nurul Aini, Husni Thamrin Sebayang *) Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jln. Veteran, Malang 65145, Jawa Timur, Indonesia. 59 ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mempelajari pengaruh model tanam tanaman jagung dengan waktu tanam kacang tanah sebagai tanaman sela terhadap pertumbuhan dan produksi benih jagung pada sistem tumpangsari. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2012 di kebun percobaan Jatikerto, Malang. Metode percobaan yang digunakan ialah Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan model tanam tanaman jagung (Petak utama): P 1 : Model tanam barisan tunggal (75 x 25 cm), P 2 : Model tanam barisan ganda (190 x 40/25 cm) dan waktu tanam kacang tanah (Anak petak): W 1 : ditanam 10 hari sebelum jagung, W 2 : ditanam bersamaan jagung, W 3 : ditanam 10 hari setelah jagung serta perlakuan kontrol P 0 : monokultur jagung dan W 0 : monokultur kacang tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi yang tidak nyata antara perlakuan model tanam tanaman jagung dan waktu tanam tanaman kacang tanah dalam sistem tumpangsari. Pada perlakuan model tanam dan waktu tanam tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap semua variabel pertumbuhan dan hasil pada tanaman jagung dan tanaman kacang tanah. Pada perlakuan waktu tanam kacang tanah 10 hari sebelum tanam jagung dengan model tanam barisan tunggal memiliki nilai LER 1,94 yang artinya semakin cepat penanaman kacang tanah maka akan semakin efisien dalam penggunaan lahan. Kata kunci: jagung, kacang tanah, model tanam, waktu tanam, tumpangsari ABSTRACT The aim of the research was to learn the effect of maize planting model and in case combined with the peanut planting time on the growth and production of corn yield on intercropping system. The research started from Mei to September 2012 on Jatikerto experimental farm, Malang. The method used in this experiment was Split Plot Design with the planting model of maize as a main plot consist of P 1 : Planting model of single row (75 x 25 cm) and P 2 : Planting model of double row (190 x 40/25 cm), and the planting time of peanut as a sub plot consist of W 1 : planted 10 days before maize, W 2 : Planting with maize, W 3 : Planted 10 days after maize, also control treatments consist of P 0 : monoculture maize, W 0 : monoculture peanut. The result of research showed that there is no significant interaction between the planting models of maize and planting time of peanut in intercropping systems. There are no significant differences of both treatments in all variables of plant growth and yield of maize and peanut. The peanut that planted 10 days before maize in single row model resulted the LER value at 1.94, means that the use of land was more efficient if the peanut was planted earlier. Keywords: maize, peanut, planting model, planting time, intercropping PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) ialah komoditas pangan penting setelah beras yang tingkat kebutuhannya terus meningkat. Permintaan

60 Ariya Tri Sektiwi: Kajian dan... jagung pada tahun 2010 sebesar 19,86 juta ton pipilan kering dan pada tahun 2011 sebesar 19,93 juta ton (Anonymous, 2012 a) sedangkan produksi jagung tahun 2010 adalah 18,33 juta ton dan tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 17,93 juta ton (BPS, 2011). Upaya meningkatkan produksi jagung, dibutuhkan benih yang mempunyai daya tumbuh dan vigor benih yang tinggi di lapangan (tumbuh cepat dan merata) dalam kondisi lingkungan yang optimal. Hal tersebut yang menentukan daya kecambah benih dan kemampuan benih untuk dapat tumbuh dengan optimal. Cara yang paling sering digunakan petani untuk meningkatkan produktivitas lahannya ialah menanam dengan sistem tumpangsari yaitu tanaman jagung ditanam bersamaan dengan tanaman kacang tanah. Tumpangsari ialah suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Tujuan tumpangsari ialah pemanfaatan faktor lingkungan seefisien mungkin sehingga tidak ada yang terbuang percuma (Sugito, 1994). Penanaman tumpangsari dengan mengatur model tanam dan waktu tanam akan memperkecil kompetisi terhadap pengambilan unsur hara, air, dan sinar matahari. Model tanam tanaman jagung yang diterapkan petani ialah model tanam satu barisan (single row). Cara tanam yang lain yaitu cara tanam double row. Sistem atau cara tanam double row adalah membuat baris ganda. Penjarangan barisan ini ditujukan agar tanaman lebih banyak mendapatkan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Hal ini disebabkan ruang antar barisan pada model barisan lebih meningkatkan intersepsi cahaya matahari. Pengaturan waktu tanam dalam sistem tumpangsari mempunyai peran yang sangat penting, karena akan sangat berpengaruh terhadap hasil tanaman.. Pengaturan waktu tanam pada dasarnya untuk memperkecil persaingan cahaya dan faktor tumbuh lainnya (Poespodarsono, 1996). Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mempelajari pengaruh model tanam tanaman jagung dengan waktu tanam kacang tanah sebagai tanaman sela terhadap pertumbuhan dan produksi benih jagung pada sistem tumpangsari. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2012. Bertempat di kebun percobaan Fakultas Pertanian, desa Jatikerto, kecamatan Kromengan, kabupaten Malang. Alat-alat yang digunakan ialah cangkul, sekop, timbangan, label, meteran, leaf area meter (LAM), kamera. Bahan- bahan yang digunakan ialah benih jagung ketan (Zea mays L. var. ceritina Kulesh), benih kacang tanah varietas jerapah, serta sarana produksi berupa pupuk kandang, pupuk Urea, SP-36, KCL, fungisida, insektisida. Metode percobaan yang digunakan ialah Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan model tanam tanaman jagung sebagai petak utama yang terdiri dari P 1 : Model tanam barisan tunggal (75 x 25 cm), P 2 : Model tanam barisan ganda (190 x 40/25 cm) dan waktu tanam kacang tanah sebagai anak petak terdiri dari W 1 : Kacang tanah ditanam 10 hari sebelum jagung, W 2 : Kacang tanah ditanam bersamaan jagung, W 3 : Kacang tanah ditanam 10 hari setelah jagung serta perlakuan kontrol K 0 : monokultur jagung dengan model tanam barisan tunggal (75 x 25 cm) dan W 0 : monokultur kacang tanah (20 x 25 cm). Pengamatan tanaman jagung dan kacang tanah dilakukan pada umur 14 hst, 28 hst, 42 hst dan 56 hst. Pengamatan tanaman jagung dan kacang tanah dilakukan secara destruktif meliputi luas daun dan bobot kering total tanaman (tanpa tongkol). Pengamatan panen pada jagung meliputi bobot 100 biji, bobot pipilan per tanaman, produksi per hektar dan pada tanaman kacang tanah meliputi bobot 100 biji, bobot polong kering isi, produksi per hektar. Data penunjang meliputi bobot kering gulma per petak dan Land Equivalent Rasio (LER). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (uji F dengan taraf 5%). Untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5 %.

Ariya Tri Sektiwi: Kajian dan... 61 Hasil HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tanaman jagung a. Luas daun Pada parameter luas daun, perlakuan monokultur memiliki hasil yang tinggi pada umur 14 hst, 28 hst dan 42 hst dan 56 hst dibandingkan dengan perlakuan tumpangsari (Tabel 1). Hasil analisis ragam menunjukkan hasil keseluruhan perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pengamatan 14 hst, 28 hst, 42 hst, 56 hst (Tabel 2). b. Bobot kering total tanaman Rerata bobot kering total tanaman jagung dengan perlakuan monokultur memiliki hasil yang tinggi pada umur 14 hst, 28 hst, 42 hst dan 56 hst dibandingkan dengan perlakuan tumpangsari (Tabel 3). Hasil analisis ragam menunjukkan hasil keseluruhan perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pengamatan 14 hst, 28 hst, 42 hst, 56 hst (Tabel 4). c. Bobot 100 biji Rerata bobot 100 biji tanaman jagung dengan perlakuan monokultur memiliki hasil yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan tumpangsari (Tabel 5). Hasil analisis ragam menunjukkan menunjukkan perlakuan model tanam jagung dan waktu tanam kacang tanah tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot 100 biji tanaman jagung (Tabel 6). d. Bobot pipilan per tanaman Rerata bobot pipilan per tanaman jagung dengan perlakuan monokultur memiliki hasil yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan tumpangsari (Tabel 7). Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan model tanam jagung dan waktu tanam kacang tanah tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot pipilan per tanaman jagung (Tabel 8). Tabel 1 Rerata luas daun tanaman jagung (cm 2 ) antara monokultur dengan tumpangsari Luas daun tanaman jagung (cm2) Monokultur (M) 119.12 1147.68 3518.49 3792.06 Tumpangsari (T) 114.90 1047.60 3449.51 3659.05 Perbandingan M > T M > T M > T M > T Keterangan: M= Monokultur; T= Tumpangsari; hst= hari setelah tanam. Tabel 2 Rerata luas daun tanaman jagung (cm 2 ) akibat perlakuan model tanam jagung dan waktu tanam kacang tanah Rata-rata luas daun jagung (cm 2 ) pada umur tanaman Single Row (P1) 110.20 1093.07 3418.03 3663.88 Double Row (P2) 119.60 1002.14 3480.98 3654.21 10 hari sebelum jagung (W1) 114.97 1032.54 3443.45 3639.19 Bersamaan tanam jagung (w2) 118.35 1067.89 3467.07 3656.32 10 hari setelah jagung (w3) 111.38 1042.38 3438.00 3681.63 Keterangan: = tidak berbeda nyata; hst = hari setelah tanam.

62 Ariya Tri Sektiwi: Kajian dan... e. Produksi per hektar monokultur dengan tumpangsari tanaman jagung memiliki hasil produksi per hektar yang sama (Tabel 9). Berdasarkan Tabel 10 dapat dijelaskan bahwa hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan model tanam jagung dan waktu tanam kacang tanah tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi per hektar tanaman jagung. 2. Tanaman kacang tanah a. Luas daun Rerata luas daun tanaman kacang tanah antara monokultur dengan luas daun tanaman kacang tanah dengan perlakuan monokultur memiliki hasil yang tinggi pada umur 28 hst, 42 hst dan 56 hst dibandingkan dengan perlakuan tumpangsari (Tabel 11). Hasil analisis ragam menunjukkan hasil keseluruhan perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pengamatan 14 hst, 28 hst, 42 hst, 56 hst (Tabel 12). b. Bobot kering total tanaman Rerata bobot kering total tanaman kacang tanah dengan perlakuan monokultur memiliki hasil yang tinggi pada umur 28 hst, 42 hst dan 56 hst dibandingkan dengan perlakuan tumpangsari, sedangkan pada umur 14 hst memiliki bobot kering total tanaman yang sama antara perlakuan monokultur dengan tumpangsari (Tabel 13). Hasil analisis ragam menunjukkan hasil keseluruhan perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata pada pengamatan 14 hst, 28 hst, 42 hst, 56 hst (Tabel 14). Tabel 3 Rerata bobot kering total tanaman jagung (g) antara monokultur dengan tumpangsari Bobot kering total tanaman jagung (g) Monokultur (M) 1.08 14.92 49.95 70.75 Tumpangsari (T) 0.87 11.60 43.11 62.70 Perbandingan M > T M > T M > T M > T Keterangan: M= Monokultur; T= Tumpangsari; hst= hari setelah tanam. Tabel 4 Rerata bobot kering total tanaman jagung (g) akibat perlakuan model tanam jagung dan waktu tanam kacang tanah Rata-rata bobot kering jagung (g) pada umur tanaman Single Row (P1) 0.83 11.24 43.37 62.47 Double Row (P2) 0.91 11.95 42.84 62.93 10 hari sebelum jagung (W1) 0.75 11.82 43.03 62.63 Bersamaan tanam jagung (w2) 0.91 11.56 42.43 63.32 10 hari setelah jagung (w3) 0.95 11.39 43.87 62.18 Keterangan: = tidak berbeda nyata; hst = hari setelah tanam.

Ariya Tri Sektiwi: Kajian dan... Tabel 5 Rerata bobot 100 biji tanaman jagung (g) antara monokultur dengan tumpangsari Bobot 100 biji tanaman jagung (g) Monokultur (M) 28.00 Tumpangsari (T) 26.56 Perbandingan M > T Keterangan : M= Monokultur; T= Tumpangsari; hst= hari setelah tanam. Tabel 6 Rerata bobot 100 biji tanaman jagung (g) akibat perlakuan model tanam jagung dan waktu tanam kacang tanah Rata-rata bobot 100 biji (g) Single Row (P1) 26.56 Double Row (P2) 26.56 10 hari sebelum jagung (W1) 26.33 Bersamaan tanam jagung (w2) 26.17 10 hari setelah jagung (w3) 27.17 Keterangan: = tidak berbeda nyata; hst = hari setelah tanam. Tabel 7 Rerata bobot pipilan per tanaman jagung (g) antara monokultur dengan tumpangsari. Bobot pipilan per tanaman tanaman jagung (g) Monokultur (M) 93 Tumpangsari (T) 83.88 Perbandingan M >T Keterangan : M= Monokultur; T= Tumpangsari; hst= hari setelah tanam. Tabel 8 Rerata bobot pipilan per tanaman jagung (g) akibat perlakuan model tanam jagung dan waktu tanam kacang tanah. Rata-rata bobot pipilan per tanaman (g) Single Row (P1) 84.47 Double Row (P2) 83.29 10 hari sebelum jagung (W1) 83.52 Bersamaan tanam jagung (w2) 83.44 10 hari setelah jagung (w3) 84.69 Keterangan: = tidak berbeda nyata; hst = hari setelah tanam. 63

64 Ariya Tri Sektiwi: Kajian dan... Tabel 9 Rerata produksi per hektar tanaman jagung (ton/ha) antara monokultur dengan tumpangsari Produksi per hektar (ton/ha) Monokultur (M) 4.95 Tumpangsari (T) 4.46 Perbandingan M = T Keterangan : M = Monokultur; T= Tumpangsari; hst= hari setelah tanam. Tabel 10 Rerata produksi per hektar tanaman jagung (ton ha -1 ) akibat perlakuan model tanam jagung dan waktu tanam kacang tanah Rata-rata hasil produksi per hektar (ton ha -1 ) Single Row (P1) 4.48 Double Row (P2) 4.45 10 hari sebelum jagung (W1) 4.51 Bersamaan tanam jagung (w2) 4.37 10 hari setelah jagung (w3) 4.51 Keterangan: = tidak berbeda nyata; hst = hari setelah tanam. Tabel 11 Rerata luas daun tanaman kacang tanah (cm 2 ) antara monokultur dengan tumpangsari Luas daun tanaman kacang tanah (cm 2 ) Monokultur (M) 67.91 398.47 695.90 864.65 Tumpangsari (T) 68.16 308.88 566.62 758.49 Perbandingan M < T M > T M > T M > T Keterangan : M = Monokultur; T= Tumpangsari; hst= hari setelah tanam. Tabel 12 Rerata luas daun tanaman kacang tanah (cm 2 ) akibat perlakuan model tanam jagung dan waktu tanam kacang tanah. Rata-rata luas daun kacang tanah (cm 2 ) pada umur tanaman Single Row (P1) 68.23 300.55 541.76 727.17 Double Row (P2) 68.09 317.21 591.47 789.81 10 hari sebelum jagung (W1) 68.67 315.85 596.16 794.33 Bersamaan tanam jagung (w2) 68.33 305.53 561.83 777.78 10 hari setelah jagung (w3) 67.48 305.21 541.87 703.35 Keterangan: = tidak berbeda nyata; hst = hari setelah tanam.

Ariya Tri Sektiwi: Kajian dan... Tabel 13 Rerata bobot kering total tanaman kacang tanah (g) antara monokultur dengan tumpangsari Bobot kering total tanaman kacang tanah (g) Monokultur (M) 0.70 4.24 7.87 11.70 Tumpangsari (T) 0.64 2.63 6.74 10.48 Perbandingan M = T M > T M > T M > T Keterangan : M = Monokultur; T= Tumpangsari; hst= hari setelah tanam. Tabel 14 Rerata bobot kering total tanaman kacang tanah (g) akibat perlakuan model tanam jagung dan waktu tanam kacang tanah Rata-rata bobot kering kacang tanah (g) pada umur tanaman Single Row (P1) 0.65 2.47 6.53 10.00 Double Row (P2) 0.64 2.78 6.95 10.95 10 hari sebelum jagung (W1) 0.6 3.28 7.96 10.90 Bersamaan tanam jagung (w2) 0.7 2.44 6.21 10.74 10 hari setelah jagung (w3) 0.64 2.16 6.05 9.79 Keterangan: = tidak berbeda nyata; hst = hari setelah tanam. Tabel 15 Rerata bobot 100 biji tanaman kacang tanah (g) antara monokultur dengan tumpangsari Bobot 100 biji tanaman kacang tanah (g) Monokultur (M) 45.61 Tumpangsari (T) 44.89 Perbandingan M > T Keterangan : M= Monokultur; T= Tumpangsari; hst= hari setelah tanam. 65 c. Bobot 100 biji Rerata bobot biji per tanaman kacang tanah dengan perlakuan monokultur memiliki hasil yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan tumpangsari (Tabel 15). Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan model tanam jagung dan waktu tanam kacang tanah tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot 100 biji tanaman kacang tanah (Tabel 16). model tanam jagung dan waktu tanam kacang tanah tidak memberikan pengaruh terhadap bobot 100 biji tanaman kacang tanah. d. Bobot biji per tanaman Bobot biji per tanaman kacang tanah dengan perlakuan monokultur memiliki hasil yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan tumpangsari (Tabel 17). Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan model tanam jagung dan waktu tanam kacang tanah tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot polong biji per tanaman kacang tanah (Tabel 18). model tanam jagung dan waktu tanam kacang tanah tidak memberikan pengaruh terhadap bobot biji per tanaman kacang tanah.

66 66 JURNAL Ariya Tri Sektiwi: PRODUKSI Kajian TANAMAN Vol. 1 dan No. Waktu 3 Tanam... JULI-2013 ISSN : 2338-3976 Tabel 16 Rerata bobot 100 biji tanaman kacang tanah (g) akibat perlakuan model tanam jagung dan waktu tanam kacang tanah Rata-rata bobot 100 biji (g) Single Row (P1) 44.67 Double Row (P2) 45.11 10 hari sebelum jagung (W1) 46.17 Bersamaan tanam jagung (w2) 43.33 10 hari setelah jagung (w3) 45.17 Keterangan: = tidak berbeda nyata; hst = hari setelah tanam. Tabel 17 Rerata bobot biji per tanaman kacang tanah (g) antara monokultur dengan tumpangsari Bobot pipilan per tanaman kacang tanah (g) Monokultur (M) 12.63 Tumpangsari (T) 11.59 Perbandingan M > T Keterangan: M = Monokultur; T= Tumpangsari; hst= hari setelah tanam. Tabel 18 Rerata bobot biji per tanaman kacang tanah (g) akibat perlakuan model tanam jagung dan waktu tanam kacang tanah Rata-rata bobot biji per tanaman (g) Single Row (P1) 11.75 Double Row (P2) 11.43 10 hari sebelum jagung (W1) 12.98 Bersamaan tanam jagung (w2) 11.17 10 hari setelah jagung (w3) 10.12 Keterangan: = tidak berbeda nyata; hst = hari setelah tanam. Tabel 19 Rerata produksi per hektar tanaman kacang tanah (ton/ha) antara monokultur dengan tumpangsari Produksi per hektar (ton/ha) Monokultur (M) 2.35 Tumpangsari (T) 2.32 Perbandingan M = T Keterangan: M= Monokultur; T= Tumpangsari.

67 Ariya JURNAL Tri Sektiwi: PRODUKSI Kajian TANAMAN Vol. 1 dan No. Waktu 3 Tanam... JULI-2013 ISSN : 2338-3976 e. Produksi per hektar Rerata produksi per hektar tanaman kacang tanah antara monokultur dengan tumpangsari memiliki hasil produksi per hektar yang sama (Tabel 19).Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan model tanam jagung dan waktu tanam kacang tanah tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi per hektar tanaman kacang tanah (Tabel 20). 3. Land Equivalent Ratio (LER) Hasil perhitungan nilai Land Equivalent Ratio (LER) digunakan untuk mengevaluasi efisiensi penggunaan lahan. Berdasarkan Tabel 21, dapat dijelaskan bahwa penundaan penanaman kacang tanah akan menyebabkan penurunan LER baik pada model tanam single row dan double row pada tumpangsari tanaman jagung dan kacang tanah. LER tertinggi dicapai apabila penanaman kacang tanah lebih awal, baik pada model tanam single row dan double row pada tumpangsari tanaman jagung dan kacang tanah. Dengan demikian semakin cepat penanaman kacang tanah pada tumpangsari jagung dan kacang tanah berakibat penggunaan lahan akan semakin efisien. 4. Bobot kering gulma Rerata bobot kering gulma dengan perlakuan monokultur memiliki hasil yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan tumpangsari (Tabel 22). Hasil analisis ragam menunjukkan hasil keseluruhan perlakuan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering gulma (Tabel 23). Tabel 20 Rerata produksi per hektar tanaman kacang tanah (ton/ha) akibat perlakuan model tanam jagung dan waktu tanam kacang tanah Rata-rata hasil produksi per hektar (ton ha -1 ) Single Row (P1) 2.35 Double Row (P2) 2.28 10 hari sebelum jagung (W1) 2.59 Bersamaan tanam jagung (w2) 2.35 10 hari setelah jagung (w3) 2 Keterangan: = tidak berbeda nyata; hst = hari setelah tanam. Tabel 21 Nilai Land Equivalent Ratio (LER) Rata-rata produksi perhektar (ton) Jagung Kacang tanah Monokultur Tumpangsari Rasio Monokultur Tumpangsari Rasio P1W1 4.95 4.38 0.88 2.53 2.68 1.06 1.94 P1W2 4.95 4.55 0.92 2.53 2.31 0.91 1.83 P1W3 4.95 4.56 0.92 2.53 2.04 0.81 1.73 P2W1 4.95 4.63 0.94 2.53 2.5 0.99 1.92 P2W2 4.95 4.19 0.85 2.53 2.26 0.89 1.74 P2W3 4.95 4.45 0.90 2.53 1.95 0.77 1.67 Keterangan: LER (Land Equivalent Ratio). LER

68 Ariya Tri Sektiwi: Kajian dan... Table 22 Rerata bobot kering gulma antara monokultur dengan tumpangsari Bobot kering gulma (g) Monokultur (M) 562.9 Tumpangsari (T) 368.86 Perbandingan M >T Keterangan: M = Monokultur; T= Tumpangsari. Table 23 Rerata bobot kering gulma akibat perlakuan model tanam jagung dan waktu tanam kacang tanah Bobot kering gulma (g) Single Row (P1) 383.29 Double Row (P2) 354.43 10 hari sebelum jagung (W1) 418.77 Bersama tanam jagung(w2) 375.2 10 hari setelah jagung (w3) 312.6 Keterangan: = tidak berbeda nyata. Pembahasan Pertumbuhan tanaman adalah proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga yang menentukan hasil tanaman. Pertumbuhan berfungsi sebagai proses yang mengolah masukan substrat-substrat tertentu yang sesuai untuk menghasilkan produk pertumbuhan (Sitompul dan Gurio, 1995). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak berpengaruh nyata terhadap luas daun tanaman jagung dan kacang tanah pada semua perlakuan tumpangsari namun terjadi interaksi yang tidak nyata pada luas daun tanaman jagung dan kacang tanah. model tanam dan waktu tanam memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap bobot kering total tanaman. Hal ini erat hubungannya dengan luas daun sebagai penghasil fotosintat yang akan berpengaruh pada berat kering tanaman. Luas daun berpengaruh pada proses fotosintesis untuk menghasilkan asimilat yang digunakan sebagai sumber energi pertumbuhan dalam membentuk organ-organ vegetatif tanaman yang berakibat pada peningkatan biomassa tanaman (Kuntohartono, 1999). Pada hasil rata rata perbandingan monokultur dan tumpangsari bahwa bobot kering total tanaman jagung dengan perlakuan monokultur memiliki hasil yang tinggi pada keseluruhan interval pengamatan dibandingkan dengan perlakuan tumpangsari. Komponen hasil tanaman jagung dan kacang tanah terjadi interaksi yang tidak nyata antara perlakuan dua model tanam dan waktu tanam. model tanam dan waktu tanamdalam sistem tumpangsari memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap selruh parameter pengamatan. Hal ini disebabkan karena dalam sistem tumpangsari dapat memanfaatkan sumberdaya lahan yang ada dengan optimum. Sesuai dengan pernyataan Gurio (2011) bahwa sistem tanam tumpangsari dapat memanfaatkan lingkungan yang ada semaksimal mungkin dan adanya perbedaan permukaan kanopii daun dan sistem perakaran antara tanaman yang diusahakan akan dapat menggunakan lingkungan sekitarnya secara optimal. Pada hasil rata rata perbandingan monokultur

Ariya Tri Sektiwi: Kajian dan... 69 dan tumpangsari bahwa seluruh varibel perlakuant anaman jagung dengan perlakuan monokultur memiliki hasil yang tinggi dibandingkan dengan perlakuan tumpangsari. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Li et al., 2011) bahwa ruang tumbuh akar yang luas dapat mengurangi persaingan tanaman dan dapat maksimal dalam penyerapan unsur hara. Evaluasi keberhasilan suatu bentuk pola tanam tumpangsari dapat dilihat dengan cara mengevaluasi effisiensi penggunaan lahan (Land Equivalent Ratio/LER). Berdasarkan nilai Land Equivalent Ratio (LER) (Tabel 21) menunjukkan bahwa sistem tumpangsari tanaman jagung dan kacang tanah mampu meningkatkan produktivitas lahan. Nilai LER berdasarkan produksi per hektar memiliki hasil tinggi terdapat pada perlakuan model tanam single row dan waktu tanam 10 hari sebelum tanam jagung (P1W1), yaitu sebesar 1,94 (Tabel 21). Nilai 1,94 menunjukkan bahwa untuk mendapatkan hasil yang setara dengan tumpangsari maka membutuhkan lahan seluas 1.94 kali lebih besar untuk penanaman monokultur jagung dan kacang tanah. Dari nilai Land Equivalent Ratio (LER) tersebut sesuai dengan literatur bahwa hasil perhitungan nilai LER semakin mendekati angka 2 menujukkan bahwa pola tanam tumpangsari semakin efisiensi dalam penggunaan lahan (Gurio, 2011). Menurut Hiebsch et al., (1995) nilai LER >1 menunjukkan pertanaman monokultur memerlukan lahan yang lebih luas daripada tumpangsari agar diperoleh hasil yang sama dengan yang diperoleh pada tumpangsari. Dari hasil penelitian menunjukkan hasil perbandingan bobot kering gulma total pada perlakuan monokultur dan tumpangsari didapatkan bahwa perlakuan monokultur hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tumpangsari. Karena pada sistem tumpangsari dapat menekan pertumbuhan gulma. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa penanaman kacang tanah menyebabkan bobot kering gulma lebih rendah disebabkan peningkatan kepadatan tanaman yang dapat menghasilkan naungan sehingga keberadaan gulma dapat berkurang (Akobundu, 1979). Ditambahkan oleh pernyataan Widaryanto (1994) bahwa pola tanam tumpangsari dengan peningkatan kepadatan tanaman perlubang tanam mampu menekan pertumbuhan gulma. Pertumbuhan gulma pada monokultur lebih banyak karena mendapatkan ruang tumbuh yang luas. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa semakin luas ruang tumbuh gulma maka pertumbuhan gulma akan semakin cepat (Amaliah, 2012). KESIMPULAN model tanam tanaman jagung dengan waktu tanam tanaman kacang tanah berpengaruh terhadap variabell pertumbuhan dan hasil yang diamati dalam sistem tumpangsari. Pada perlakuan model tanam (single row dan double row) dan waktu tanam (10 hari sebelum tanam jagung, bersamaan tanam jagung, 10 hari setelah tanam jagung) tidak berpengaruh terhadap semua variabel pertumbuhan dan komponen hasil pada tanaman jagung dan tanaman kacang tanah. Pada perlakuan waktu tanam kacang tanah 10 hari sebelum tanam jagung memiliki nilai LER 1,94 yang artinya semakin cepat penanaman kacang tanah maka akan semakin efisien dalam penggunaan lahan. Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk penelitian selanjuya jarak tanam kacang tanah diperlebar sehingga tanaman kacang tanah tidak terlalu dekat dan dapat dilakukan pembumbunan. DAFTAR PUSTAKA Akobundu, I. 1979. Weed control in Nigeria. Pesticide articles and news summaries. 25:287-298. Amaliah, R. 2012. Pengaruh olah tanah dan tanaman penutup tanah orokorok (Crotalaria juncea L.) pada gulma dan tanaman jagung (Zea mays L.). Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang. Anonymous, 2012a. Peran teknologi pertanian dalam meningkatkan

70 Ariya Tri Sektiwi: Kajian dan... produktivitas tanaman jagung. Available at: http://www.seeg.go.id/2010/12/19. Badan Pusat Statistik. 2011. Produksi dan luas lahan jagung di Indonesia. Available at: http://www.badanpusatstatistik.com. Gurio, B. 2011. Pola Tanam Di Lahan Kering. Universitas Brawijaya Press. Malang. Hiebsch, C. K.,F. Tetio-Kagho, A. M. Chirembo, and F.P. Gardner. 1995. Plant Density and Soybean Maturity in a Soybean-Maize Intercrop. Agron. J. R-03527. Kuntohartono, T. 1999. Pertunasan Tanaman Tebu. Gula Indonesia. Li, L., J. Sun dan F. Zhang. 2011. Intercropping with Wheat to Greater Root Weight Density and Larger below-ground Space of Irrigated Maize at Late Growth Stages. Soil Science and Plant Nutrition.57:61-67. Poespodarsono, S. 1996. Pola tanam tumpangsari dan pengolahannya. Lembaga penerbitan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. Sitompul, S. M dan B. Gurio. 1995. Analisa Pertumbuhan Tanaman. FP. Universitas Brawijaya. Sugito, Y. 1994. Dasar-dasar agronomi. Fakultas Pertanina Universitas Brawijaya. Malang. Widaryanto, E. 1994. Pengaruh dosis herbisida pratumbuh oksifluofen (Goal 2e) dan kepadatan populasi kacang tanah terhadap penekanan gulma serta pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tanah di lahan kering. Agrivita 17(2): 65-70.