II. TINJAUAN PUSTAKA. tanaman. Pengolahan tanah semacam ini dikenal dengan olah tanah konservasi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

I. PENDAHULUAN. dan jagung. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein 30-50%, lemak

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Polypetales, Famili:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu (monoecious) yaitu letak

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) leguminoseae yang banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah dikenal luas oleh masyarakat.

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

PENDAHULUAN. krim, susu kedelai, tepung kedelai, minyak kedelai, pakan ternak,dan bahan baku

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tebu ( Saccharum officinarum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman kedelai adalah : Kingdom : Plantae, Divisio :

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Sawi

TINJAUAN PUSTAKA. berikut Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Sub-Divisi : Angiospermae,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tomat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. green bean dan mung. Di Indonesia, kacang hijau juga memiliki beberapa nama

akan muncul di batang tanaman (Irwan, 2006).

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

TINJAUAN PUSTAKA. Perakaran kedelai akar tunggangnya bercabang-cabang, panjangnya

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. dari 190 juta hektar luas daratan Indonesia. Kelemahan- kelemahan yang terdapat pada

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

TINJAUAN PUSTAKA. Reaksi tanah menyatakan tingkat kemasaman suatu tanah. Reaksi tanah dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya kedelai pada tingkat petani di Indonesia, belum diusahakan pada

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :

TINJAUAN PUSTAKA. kedalaman tanah sekitar cm (Irwan, 2006). dan kesuburan tanah (Adie dan Krisnawati, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung Manis. Tanaman jagung manis diklasifikasikan ke dalam Kingdom Plantae (Tumbuhan),

TINJAUAN PUSTAKA. pertama adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar- akar cabang yang lurus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Caisim diduga berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Rosales, Famili: Leguminosae, Genus: Glycine, Species: Glycine max (L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas tanaman

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai adalah tanaman tahunan yang termasuk dalam famili leguminosae.

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman sawi dalam Sharma (2007) adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biotani Sistimatika Sawi. Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah dapat diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom: Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Botani

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Olah Tanah A.1 Sitem Olah Tanah Konservasi Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah semacam ini dikenal dengan olah tanah konservasi. Pengolahan tanah yang ditujukan untuk menyiapkan tempat persemaian (seed bed), memberantas gulma, memperbaiki kondisi tanah untuk penetrasi akar, infiltrasi air dan peredaran udara (aerasi), dan menyiapkan tanah untuk irigasi permukaan. Pengolahan tanah juga ditujukkan secara khusus seperti pengendalian hama, menghilangkan sisa-sisa tanaman yang mengganggu permukaan tanah, pengendalian erosi, dan penyampuran pupuk, kapur, dan pestisida ke dalam tanah (Hakim dkk., 1986). Dalam interaksi pertaniaan, komponen penting dalam kegiatan budidaya adalah olah tanah intensif. Makin meningkatnya perhatian masyarakat dunia terhadap konsevasi energi dan sumber daya alam pada tahun 1970-an telah membawa pemikiran baru tentang konsep pengolahan tanah. (Mahboubl dkk., 1993). Pengolahan tanah berlebihan (intensif) untuk jangka panjang telah terbukti memacu degradasi sumberdaya tanah dan menurunkan produktivitas tanah. Untuk menjawab permasalahan tersebut, telah dikembangkan konsep olah tanah

konservasi yang bukan hanya mampu meningkatkan prouktivitas tanah tetapi juga mampu melestarikan sumber daya tanah (Lal, 1989., Utomo., 1989; Phillips dan phillips, 1984). Tujuan pengolahan tanah adalah untuk menyiapkan tempat persemaian, mengontrol gulma, memperbaiki kondisi tanah untuk penetrasi akar, infiltrasi dan peredaran udara, atau menyiapkan tanah irigasi permukaan (Hakim dkk., 1986). Pengolahan tanah konvensional secara temporer dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah, tetapi pengolahan tanah konvensional yang dilakukan secara berulang kali dalam jangka waktu yang panjang dapat menimbulkan masalah kerusakan tanah. Hal ini disebabkan (1) struktur tanah yang terbentuk secara alami oleh penetrasi akar, pelapukan bahan organik dan aktivitas fauna tanah menjadi rusak akibat pengolahan tanah yang terlalu sering, (2) turunnya kandungan bahan organik tanah akibat aerasi terlalu sehingga perombakan bahan organik dipercepat, (3) putusnya akar-akar tanaman yang dangkal apa bila pengolahan tanah dilakukan disaat penyiangan, dan (4) meningkatnya kepadatan tanah kedalaman 15-25 cm akibat pengolahan tanah dengan alat berat yang berlebihan (Hakim dkk., 1986). Menurut Utomo (1995) sistem olah tanah konservasi (OTK) adalah sistem olah tanah yang berwawasan lingkungan. Pada percobaan jangka panjang pada tanah Ultisol di Lampung menunjukkan bahwa sistem OTK (olah tanah minimum dan tanpa olah tanah) mampu memperbaiki kesuburan tanah lebih baik daripada sistem olah tanah intensif.

Pada sistem olah tanah konservasi prasyarat utama yang diperlukan adalah mulsa yang berasal dari sisa-sisa tanaman musim sebelumnya. Mulsa dibiarkan menutupi permukaan tanah untuk melindungi tanah dari benturan langsung butiran hujan dan untuk menciptakan iklim makro yang mendukung pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah secara mekanik tidak dilakukan secukupnya atau secara kimia. Sistem olah tanah yang memenuhi kriteria olah tanah konservasi di Indonesia antara lain adalah system tanpa olah tanah, olah tanah minimum, dan olah tanah bermulsa. Sistem olah tanah konservasi (OTK) pada dasarnya merupakan teknologi olah tanah tradisional yang dipadukan dengan teknologi pertaniaan mutahir. Dalam budidaya olah tanah konservasi, tanah diolah seminimal mungkin agar sumber daya tanah dan air tetap lestari, sementara produktivitas lahannya ditingkatkan (Utomo, 1989). A.2 Olah Tanah Intensif (OTI) Sistem olah tanah intensif dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas lahan yang diusahakan. Hal ini sesuai dengan tujuan pengolahan tanah secara umum yang diungkap oleh Hakim dkk. (1986) yaitu pengolahan tanah merupakan manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman. Penerapan pengolahan tanah intensif akan menurunkan produktifitas lahan dan mendegradasi tanah. Menurut Utomo (1994) besarnya erosi di Indonesia yang beriklim tropis bukan hanya karena agroekosistem yang kondusif terhadap

degradasi tetapi juga karena pengolahan tanah yang dilakukan tidak memperhatikan kaidah konservasi. Pengolahan tanah secara temporer dapat memperbaiki sifat fisik tanah, tetapi pengolahan tanah yang dilakukan berulang kali dalam setiap tahun dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan tanah, karena (a) pelapukan bahan organik dan aktifitas tanah (mikroorganisme tanah) menjadi rusak (b) pengolahan tanah sewaktu penyiangan banyak memutuskan akar-akar tanaman yang dangkal, (c) mempercepat penurunan kandungan bahan organik tanah, (d) meningkatkan kepadatan tanah pada kedalaman 15-25 cm akibat pengolahan tanah dengan alatalat berat yang berlebihan yang dapat menghambat perkembangan akar tanaman serta menurunkan laju infiltrasi, dan (e) lebih memungkinkan terjadinya erosi (Hakim dkk., 1986). B. Deskripsi Tanaman Kedelai B.1 Taksonomi Menurut Hidajat (1992) dan Adisarwanto (2002) kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Famili : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneacae : Rosales : Leguminoceae

Sub-Famili Genus Spesies : Papilionacae : Glycine : Glycine max (L.) B.2 Morfologi Tanaman kedelai berbatang pendek (30-100cm), memiliki 3-6 percabangan, berbentuk tanaman perdu, dan berkayu. Batang tanaman kedelai biasanya kaku dan tahan rebah, kecuali yang dibudidayakan di musim hujan atau tanaman yang hidup di tempat yang ternaungi (Pitojo, 2005). Adisarwanto (2005), menambahkan bahwa pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe determinate dan indeterminate, keduanya dibedakan berdasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sedangkan pertumbuhan indeterminate dicirikan dengan pucuk batang tetap tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Daun kedelai mempunyai ciri-ciri antara lain helai daun (lamina) oval dan tata letaknya pada tangkai daun bersifat majemuk berdaun tiga (Trifoliolatus) (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik (Adisarwanto, 2005). Perakaran kedelai terdiri akar tunggang dan sejumlah akar cabang yang tumbuh dari akar sekunder atau serabut. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpuhnya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, perakaran kedelai juga mempunyai kemampuan untuk membentuk

nodul yang berfungsi untuk menambah nitrogen bebas (N2) dari udara (Hidajat, 1993). Tanaman kedelai mulai berbunga pada umur antara 30-50 hari setelah tanam, tumbuh berkelompok pada ruas batang, berwarna putih atau ungu, dan memiliki kelamin jantan dan betina. Penyerbukan terjadi pada saat bunga masih tertutup sehingga kemungkinan penyerbukan silang amat kecil (Hidajat, 1993). Menurut Pitojo (2003); Rukmana dan Yuniarsih (1996), buah kedelai berbentuk polong, pada umumnya polong ini berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Polong yang telah kering mudah pecah dan bijinya keluar. Sedangkan untuk biji kedelai umumnya berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong, biji berkeping dua dan terbungkus oleh kulit tipis. B.3 Syarat Tumbuh Kedelai a. Iklim Menurut Rukmana dan Yuniarsih (1996), di Indonesia tanaman kedelai dapat tumbuh dan berreproduksi dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 900 m diatas permukaan laut (dpl). Meskipun demikian telah banyak varietas kedelai dalam negeri ataupun kedelai introduksi yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi (pegunungan) ±1200 m dpl. Di Indonesia, kondisi iklim yang paling cocok adalah daerah-daerah yang mempunyai suhu antara 250-270 0 C, kelembaban udara (rh) rata-rata 65%, penyinaran matahari 12 jam/hari atau minimal 10jam/hari dan curah hujan paling optimum antara 100-200 mm/bulan. b. Keadaan Tanah

Kedelai memerlukan tanah yang memiliki airasi, drainase, dan kemampuan menahan air cukup baik, dan tanah yang cukup lembab. Jenis tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kedelai misalnya: tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Sedangkan keadaan ph yang sesuai adalah bagi pertumbuhan tanaman kedelai berkisar antara 5,5-6,5 (Pitojo, 2003) C. Unsur-unsur Hara Tanah Pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat menentukan lajunya pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman adalah tersedianya unsur-unsur hara yang cukup di dalam tanah. Banyak unsur-unsur esensial, yang ada di dalam tanah, yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, diantaranya unsur nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). (Pulung, 2005). Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro bagi pertumbuhan tanaman yang sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan seperti daun, batang, dan akar (Hakim, 1986). Nitrogen diserap oleh tanaman dengan kuantitas terbanyak dibandingkan dengan unsur lain yang didapatkan dari tanah (Krisna, 2002). Sumber nitrogen di dalam tanah adalah dari fiksasi oleh mikroorganisme, air irigasi dan hujan, absorpsi amoniak, perombakan bahan organik, dan pemupukan (Delwice diacu dalam Chapman, 1975). Nitrogen di dalam tanah mempunyai dua

bentuk utama, yaitu nitrogen organik dan nitrogen anorganik berupa amonium (NH + 4 ), amoniak (NH 3 ), nitrit (NO - 2 ), dan nitrat (NO - 3 ) (Stevenson, 1982). Mineralisasi merupakan proses konversi nitrogen bentuk organik menjadi bentuk mineral (Krisna, 2002). Menurut Soepardi (1996) ion-ion nitrat, nitrit, dan amonium jumlahnya bergantung pada jumlah pupuk yang diberikan dan kecepatan dekomposisi bahan tanah. Laju mineralisasi nitrogen bergantung pada suhu, rasio C/N, ph tanah, dan susunan mineral lempung (Sanchez, 1992). Menurut Havlin dkk. (1999), proses mineralisasi melibatkan dua reaksi yaitu reaksi aminisasi dan amonifikasi yang terjadi melalui aktivitas mikroorganisme heterotrofik. Aminisasi adalah pemecahan protein dan akan menyebabkan masalah lingkungan yang disebabkan oleh pencucian nitrat setelah masa panen tanaman. Tidak semua fosfor tanah dapat segera tersedia bagi tanaman terutama pada tanaman pangan. Pertambahan fosfor dalam tanah hanya bersumber dari deposit atau batuan dan mineral yang mengandung fosfor dalam tanah oleh karena itu kadar fosfor tanah juga ditentukan oleh banyak sedikitnya cadangan mineral yang mengandung fosfor dan tingkat pelapukannya dan sukar larut dalam air. Tanaman akan menyerap fosfor dalam bentuk (H 2 PO - 4, HPO 2-4, dan PO4 2- ) jumlah masingmasing bentuk sangat tergantung pada ph tanah, tetapi umumnya bentuk H 2 PO 4 banyak dijumpai pada ph tanah 5,0-7,2 (Madjid, 2009). Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah nitrogen dan fosfor yang diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K +. Muatan positif dari kalium akan membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif nitrat, fosfat, atau

unsur lainnya. Hakim dkk. (1986), menyatakan bahwa ketersediaan Kalium merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya penambahan dari kaliumnya sendiri. Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung sedikit Kalium Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti Magnesium dan Belerang. Ca 2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman, diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci (Leiwakabessy, 1988). Adapun manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim (Pulung, 2005). Unsur hara magnesium diperlukan tanaman dalam jumlah relatif banyak, lebih sedikit dibanding N dan K, serupa jumlah dengan P, S dan Ca, umumnya Mg lebih kecil dari Ca jumlahnya. Ketersedian magnesium dapat terjadi akibat proses pelapukan dari mineral-mineral yang mengandung magnesium. Akibat proses tadi

maka magnesium akan terdapat bebas didalam tanah, menyebabkan magnesium hilang bersama air, magnesium diserap oleh tanaman atau berbagai organisme hidup lainnya, diabsropsikan oleh partikel liat, dan diendapkan menjadi mineral skunder. Ketersediaan tanah-tanah yang mempunyai kemasaman tinggi. Hal ini disebabkan karena adanya dalam jumlah yang besar mineral liat. Kehilangan magnesium, seperti juga kalsium adalah disebabkan oleh erosi, akibat pencucian, dan diangkut tanaman/ organisme hidup lainnya. Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna yang khas pada daun. Kadangkadang pengguguran daun sebelum waktunya merupakan akibat dari kekurangan magnesium (Hanafiah, 2005). D. Peranan Pupuk Nitrogen dalam Pertumbuhan Tanaman Kedelai Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar (Sutejo, 2002). Nitrogen yang pada umumnya diberikan sebagai pupuk, dapat memberikan efek yang menguntungkan bagi tanaman, sebagai contoh nitrogen dapat menstimulir pertumbuhan di atas tanah yaitu batang, dan memberikan warna hijau pada daun serta memperbesar butir-butir dan prosentasi protein pada serealia (Buckman dkk., 1992). Nitrogen merupakan urutan unsur yang terbanyak terdapat dalam tumbuhan. Nitrogen ini dalam tumbuhan terdapat dalam bentuk antara lain sebagai asam amino, protein, amida, klorofil,alkaloida dan basa nitrogen (purin dan pirimidin).

Nitrogen terutama terdapat dalam atmosfir bumi yaitu kurang lebih 80%, walaupun demikian bagi organisme terutama tumbuhan sering kurang hal ini karena hanya mikroorganisme tertentu saja yang dapat mengasimilasi molekul nitrogen dan mengubahnya menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh tumbuhan (Sastramihardja dan Siregar, 1990). Menurut Buckman dan Brady (1992) defisiensi nitrogen pada tanaman antara lain tanaman kerdil, sistem perakaran terbatas, daun menjadi kuning atau hijau kekuning-kuningan dan cepat rontok (senesens). Selain kekurangan, kelebihan nitrogen juga dapat merugikan misalnya, tanaman akar berwarna hijau gelap, lemas, daun tebal berair, dan dapat memperpanjang masa pertumbuhan tanaman dan menangguhkan kemasakan. Kadar nitrogen dalam Urea 43% yang mudah terhidrolisa menjadi ammonium dalam tanah. Nitrat mudah larut dalam air dan bersifat mobil dalam tanah sehingga mudah tercuci. Urea dalam tanah mengalami hidrolisa dalam tanah dengan cepat asalkan cukup lembab dan hangat sehingga membentuk ammonium karbonat. Ammonium karbonat dapat diserap langsung leh tanaman atau dapat diubah menjadi nitrat (NO - 3 ) dan baru diserap oleh akar tanaman (Sumarno, 1981). Fungsi nitrogen bagi tanaman adalah sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman; 2. dapat menyehatkan pertumbuhan daun; 3. Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman; 4. Meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan;

5. Meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah yang penting sekali bagi kelangsungan pelapukan bahan organic (Sutejo, 2002). Selain itu menurut Istianti dan Triastono (1999), nitrogen merupakan komponen yang penting dalam protein. Protein berfungsi sebagai protein struktural yang menyusun bagian tubuh makhluk hidup maupun protein fungsional yang berupa hormon atau berbagai enzim. Nitrogen juga penting untuk kelangsungan hidup makhluk hidup yaitu untuk pertumbuhan dan perkembangan. Tanaman kedelai umumnya membutuhkan pemupukan yang berimbang untuk produktivitas kedelai. Pemupukan adalah suatu usaha pemberian pupuk yang bertujuan untuk menambahkan unsur hara dan mempertahankan kesuburan tanah dengan prinsip konservasi kesuburan tanah atau pemupukan adalah suatu usaha untuk menambahkan unsur hara guna mempertahankan kesuburan tanah dengan prinsip konservasi kesuburan tanah (Prihatna, 2000). Unsur hara makro lebih banyak digunakan dibandingkan unsur hara mikro digunakan dalam jumlah sedikit. Unsur hara makro antara lain C, H, O, N, P, K, S, Ca, dan Mg. Sedangkan yang termasuk unsur hara mikro adalah Fe, B, Mn, Cu, Zn, Mo, dan Cl. Beberapa unsur ada yang esensial bagi tanaman tertentu, misalnya Na, Si dan Co (Hakim dkk., 1986). Nitrogen sering merupakan unsur penentu pertumbuhan. Walaupun gas N 2 menyusun 78 % atmosfir bumi, tumbuhan tidak dapat menggunakannya secara langsung. Nitrogen dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, umumnya menjadi faktor penentu pada tanah-tanah yang tidak dipupuk. Nitrogen di dalam

tanah berasal dari bahan organik, hasil pengikatan N dari udara oleh mikroba, pupuk, dan air hujan. Nitrogen yang dikandung tanah pada umumnya rendah, sehingga harus selalu ditambahkan dalam bentuk pupuk atau sumber lainnya pada setiap awal pertanaman. Selain rendah, nitrogen di dalam tanah mempunyai sifat yang dinamis (mudah berubah dari satu bentuk ke bentuk lain seperti NH 4 menjadi NO 3, NO, N 2 O dan N 2 ) dan mudah hilang tercuci bersama air drainase (Taufan, 2003). Kedelai memerlukan N dalam jumlah banyak. Kedelai dapat menyediakan N sendiri melalui fiksasi oleh bakteri yang hidup dalam akar. Di bawah kondisi yang menguntungkan, bintil akar terbentuk dalam waktu 1 minggu setelah biji ditanam. Tetapi bakteri bintil akar baru mulai aktif mengikat N setelah 2 minggu berikutnya. Oleh karena itu, kedelai sering memberikan respon terhadap pemupukan N pada saat masih kecil. Namun, seringkali kedelai dijumpai kurang memberikan respon terhadap pemupukan N yang berlebihan. Hal ini sering mengakibatkan kemalasan bakteri di dalam bintil akar dalam proses pengikatan N dari udara (Suprapto, 1998). Pemupukan nitrogen sebagai starter pada awal pertumbuhan kedelai perlu dilakukan untuk pertumbuhan dalam 1 minggu pertama. Pada keadaan tersebut, akar tanaman belum berfungsi sehingga tambahan nitrogen diharapkan dapat merangsang pembentukan akar. Hal ini akan membuka kesempatan pembetukan bintil akar. Selain itu, sistem perkecambahan kedelai digunakan persediaan makanan di dalam kotiledon lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan awal vegetatif dan seringkali nitrogen yang dibutuhkan tidak tercukupi. Namun

demikian, bila penggunaan pupuk nitrogen terlalu banyak, akan menekan jumlah dan ukuran bintil akar sehingga akan mengurangi efektivitas pengikatan N 2 dari atmosfer. Oleh karena itu, pemupukan dasar nitrogen sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, namun setelah tanaman tumbuh penambahan nitrogen ke dalam tanah tidak memberikan keuntungan apapun (Jumin, 1992).