PERAN DPRD KOTA MEDAN DALAM PENGAWASAN APBD KOTA MEDAN T.A BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 32 TAHUN 2004

dokumen-dokumen yang mirip
STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH MUCHAMAD ALI SAFA AT

EKSPOSE POKOK POKOK PIKIRAN DPRD KABUPATEN KAMPAR MUSYAWARAH RENCANA PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR TAHUN 2017

ABSTRAK (RINGKASAN PENELITIAN)

Pemerintahan Desa diselenggarakan oleh Pemerintah Desa

BAB I PENDAHULUAN. pusat atau disebut pemerintah dan sistem pemerintahan daerah. Dalam praktik

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku, yang mana bertujuan agar masyarakat dalam menjalani

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD KABUPATEN/KOTA Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 22 April 2016

Prodi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Asahan Kata Kunci : Pengawasan DPRD, Pemerintah Daerah, Harmonisasi Hubungan Kepala Daerah dan DPRD

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2005

BAB 1 PENDAHULUAN. pulau yang dibatasi oleh lautan, sehingga di dalam menjalankan sistem pemerintahannya

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

Kata Kunci : Pengawasan DPRD, dan Harmonisasi Hubungan Kepala Daerah serta DPRD.

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

TENTANG TATA PEMERINTAHAN DESA BUPATI DOMPU,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG

Kinerja rendah, DPRA harus berbenah!

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun Dalam rangka penyelenggaraan

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi-fungsi tersebut. Sebagaimana lembaga legislatif DPRD berfungsi

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan otonomi daerah yang digulirkan dalam era reformasi dengan. dikeluarkannya ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 adalah tentang

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009

PROVINSI SULAWESI SELATAN

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BUPATI TAKALAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAKALAR NOMOR 04 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

BAB III PERAN BADAN ANGGARAN DPRD KOTA SURABAYA DALAM MELAKSANAKAN BUDGETING MENURUT UU NO 27 / 2009 TENTANG SUSUNAN KEDUDUKAN. MPR,DPR, DPD, dan DPRD

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA. Akuntabilitas Kinerja Sekretariat DPRD Kota Bandung. merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja selama tahun

Pendahuluan. Latar Belakang

APA ITU DAERAH OTONOM?

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

PERATURAN KEPALA DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR : 64 TAHUN 2017

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DAN KELEMBAGAAN DESA

Kinerja Pengawasan DPRD Dalam Pelaksanaan APBD Tahun 2013 Di Kabupaten Halmahera Barat. Nama : Risal Hady Nim :

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Metro

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

POKOK-POKOK PIKIRAN DPRD PROVINSI RIAU

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2002 SERI : D NOMOR : 8 PEMERINTAH KOTA SRAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2002

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 6/E 2006 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN

H. TOTOK DARYANTO, SE A-489 / FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Sekretariat DPRD Kota Bandung adalah. Dokumen perencanaan untuk periode Tahun 2015, dengan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB III PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA DAN PROSES PEMBENTUKAN PERATURAN DI KABUPATEN SUMBAWA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. berdasarkan analisa dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa :

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

... LAPORAN PELAKSANAAN RESES FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DPRD PROVINSI JAWA TENGAH MASA PERSIDANGAN II TAHUN SIDANG 2017 SEMARANG 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG TRANSPARANSI PENYELENGGARAAN PEMERINTAH KABUPATEN GOWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PERAN DPRD KOTA MEDAN DALAM PENGAWASAN APBD KOTA MEDAN T.A. 2011 BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR. 32 TAHUN 2004 Oleh : Elfa Sahrani Yusna Melianti ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran DPRD Kota Medan dalam pengawasan terhadap penggunaan APBD Kota Medan T.A. 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota DPRD Kota Medan yang berjumlah 50 orang. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anggota DPRD Kota Medan yaitu 50 orang. Metode penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, penyebaran angket dan wawancara. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan rumus Tabel Frekuensi. Berdasarkan hasil temuan dari penelitian, peran DPRD Kota Medan dalam melakukan pengawasan terhadap penggunaan APBD Kota Medan T.A. 2011 yang digunakan untuk mengatasi kemiskinan di Kota Medan yaitu DPRD Kota Medan melakukan pengawasan terhadap APBD Kota Medan di Pemko Medan yang dilakukan dalam rapat komisi-komisi secara rutin. DPRD Kota Medan juga melakukan kunjungan lapangan yang dilakukan untuk memastikan kondisi yang sebenarnya. Kemudian anggota DPRD melakukan reses ke daerahdaerah pemilihannya untuk menampung aspirasi masyarakat dan memperjuangkannya pada APBD. Masalah mengatasi kemiskinan menjadi pembahasan utama dan sebagai anggarannya di utamakan di bidang pendidikan, permodalan, infrastruktur dan kesehatan. Dalam mengatasi kemiskinan di Kota Medan, peran yang telah DPRD Kota Medan lakukan adalah dengan mensahkan Perda Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yaitu Perda Nomor. 13 Tahun 2009 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), dan menganggarkan bantuan permodalan melalui Bank Sumut. DPRD Kota Medan juga mendorong Pemerintah Kota Medan untuk menarik para investor baik Nasional maupun Internasional guna menanamkan investasinya di Kota Medan, agar terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat di Kota Medan. DPRD Kota Medan terus berupaya untuk memfungsikan dan membangun Sarana Rumah Susun Milik Pribadi (Rusunami). DPRD Kota Medan terus mendorong Pemko Medan agar dapat membuat asuransi kesehatan bagi masyarakat Kota Medan secara menyeluruh tanpa melihat latar belakang dari masyarakat tersebut. Dalam mengatasi kemiskinan di Kota Medan, DPRD Kota Medan juga mengalami beberapa faktor hambatan yang salah satunya yaitu Elfa Sahrani adalah Mahasiswa Jurusan PP-Kn FIS Universitas Negeri Medan Dra. Yusna Melianti, M.H adalah Dosen Pada Jurusan PP-Kn FIS Universitas Negeri Medan Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 53

kurangnya kesadaran masyarakat Kota Medan terkait dengan program pembangunan yang di buat Pemko Medan yang sering disalahgunakan oleh masyarakat Kota Medan. Dengan cara merusak asset-asset yang ada di Kota Medan, dan masih banyak oknum aparatur-aparatur pemerintahan di daerah Kota Medan yang melakukan tindakan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN). Kata Kunci: Peran, DPRD, UU No. 32 Tahun 2004 A. PENDAHULUAN Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Penyelenggara Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah dan DPRD. DPRD merupakan lembaga perwakilan yang berkedudukan di daerah dan sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. DPRD memiliki fungsi Peraturan Daerah, anggaran, dan pengawasan. Alat kelengkapan DPRD terdiri atas pimpinan, komisi, panitia musyawarah, panitia anggaran, badan kehormatan, dan alat kelengkapan lain yang diperlukan. Dalam Undang-undang Nomor. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 46 ayat 1, dikatakan bahwa: Alat kelengkapan DPRD terdiri atas: a. pimpinan; b. komisi; c. panitia musyawarah; d. panitia anggaran; e. badan kehormatan; dan f. alat kelengkapan lain yang diperlukan. DPRD Provinsi ataupun Kota terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum. Pelaksanaan hak rakyat ini dilakukan lewat pemilihan umum yang diselenggarakan pada periode tertentu. DPRD mempunyai kedudukan ganda yaitu sebagai wakil rakyat dan sebagai unsur penyelenggara negara. Sebagai wakil rakyat, anggota DPRD dipilih oleh rakyat melalui proses pemilihan umum dengan fungsi menampung aspirasi masyarakat, dan memperjuangkan kepentingan rakyat dalam proses berpemerintahan dan bernegara. Sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah, DPRD adalah mitra yang berkedudukan sejajar dengan Kepala Daerah. Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 54

Pengikutsertaan rakyat untuk bertanggungjawab di dalam pemerintahan diwujudkan dengan adanya lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang melaksanakan fungsi Peraturan Daerah dan tugas pengawasan serta pengawasan atas pelaksanaan tugas Kepala Daerah dalam melaksanakan tugasnya. Penyertaan rakyat didalam Pemerintah Daerah melalui wakil-wakilnya adalah sejalan dengan asas demokrasi yang dianut oleh Negara Republik Indonesia. Ciri demokratis lembaga perwakilan adalah kemampuan mereka untuk menangkap simpul dari berbagai gerakan-gerakan partisipatif dan kritis masyarakat. Oleh sebab itu, selama proses pembahasan produk Peraturan Daerah atau sebelum sebuah produk Peraturan Daerah disahkan, para wakil harus membuka akses informasi kepada publik. Dengan demikian akan terhindar ruang bagi warga untuk menciptakan sumber daya politik alternatif yang bisa dimobilisasi saat mereka merasa yakin bahwa para wakil telah melanggar aspirasi mereka. Dalam konteks Peraturan Daerah, DPRD berkesempatan untuk membuka ruang komunikasi dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Tanggapan kritis yang diberikan oleh para konstituen akan memperkaya alternatif-alternatif putusan yang dibuat sehingga bagi publik keputusan itu merupakan artikulasi dari kepentingan mereka. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam melaksanakan tugasnya mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan rumusan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hak dan kewajiban tersebut yaitu agar dapat mengemban tugasnya sebagai wakil rakyat, penyambung pikiran dan semangat rakyat yang diwakilinya. DPRD merupakan tempat masyarakat untuk menumpahkan harapan dan mimpimimpinya secara langsung atau tidak langsung kepada wakilnya. Sehingga di dalam menjalankan pemerintahan anggota DPRD mempunyai suatu hak dan kewajibannya dalam menjalankan tugas. DPRD dalam menjalankan tugasnya untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat, maka yang menjadi titik perhatian dan pembahasan penelitian ini adalah menyangkut peran anggota DPRD Kota Medan dalam pengawasan terhadap penggunaan APBD Kota Medan T.A. 2011. Dengan dasar pemikiran ini maka pihak anggota DPRD Kota Medan merupakan pihak terdepan yang berperan di dalam pengawasan terhadap penggunaan APBD Kota Medan T.A. 2011, hal ini disebabkan Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 55

karena pihak anggota DPRD Kota Medan merupakan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan yang berfungsi untuk penyambung aspirasi masyarakat Kota Medan. DPRD Kota Medan berperan dalam pengawasan terhadap penggunaan APBD Kota Medan T.A. 2011 yaitu pengawasan DPRD Kota Medan terhadap penggunaan APBD Kota Medan yang digunakan untuk mengatasi kemiskinan di Kota Medan yang dapat dilihat dari penggunaan APBD untuk bidang pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan infrastruktur. Atas dasar pemikiran tersebut penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Peran DPRD Kota Medan Dalam Pengawasan APBD Kota Medan T.A. 2011 Berdasarkan Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2004. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini di lokasi Kantor DPRD Kota Medan, dimana anggota DPRD Kota Medan beraktivitas sehari-harinya tepat di Jalan. Kapt. Maulana Lubis No. 1 Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anggota DPRD Kota Medan yang berjumlah 50 orang. jumlah sampel dalam penelitian ini adalah seluruh anggota DPRD yang berjumlah 50 orang. Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu peran DPRD Kota Medan dalam pengawasan terhadap penggunaan APBD Kota Medan T.A. 2011. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpensi istilah dalam judul penelitian ini, maka definisi operasional dari penelitian ini adalah bahwa Peran DPRD Kota Medan dalam melakukan pengawasan terhadap penggunaan APBD Kota Medan T.A. 2011. C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Observasi yang dilakukan dengan cara mengamati mengamati langsung ke lokasi penelitian untuk melihat situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan sehingga nantinya dapat memperoleh data-data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Angket digunakan untuk memperoleh informasi dengan bantuan faktor berupa daftar pertanyaan tertulis yang disebarkan kepada responden terpilih. Berisikan pertanyaan dan telah diberikan alternatif jawaban terhadap item (soal) yang dipertanyakan. Wawancara yang dilakukan dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan yang ditanyakan kepada pihak-pihak yang terkait ( bersangkutan ) yang dianggap mampu memberikan informasi Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 56

yang tepat dibutuhkan tentang objek yang akan diteliti untuk memperkuat data-data yang diperoleh dari angket. Teknik analisis data yang digunakan teknik analisis, melakukan perhitungan persentase dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek yang diteliti. Dengan menganalisis data yang diperoleh penulis menggunakan data deskriptif kualitatif. Untuk mencari persentase dari jawaban responden, penulis menggunakan rumus Tabel Frekuensi: Keterangan: P f N berikut: P f N x 100% = Persentase Jawaban = Jumlah Jawaban Responden = Jumlah Responden Analisis data dalam penelitian ini, penulis menempuh langkah-langkah sebagai a. Analisis data tentang jabatan sebagai anggota DPRD b. Analisis data tentang pengawasan penggunaan APBD c. Analisis data tentang kinerja DPRD dalam pembuatan kebijakan Tujuan analisis data adalah menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipersentase. Untuk lebih jelasnya pengolahan data dari setiap pertanyaan mempunyai masing - masing satu tabel yakni sebagai berikut : 1. Perasaan Senang Ketika Menjadi Anggota DPRD Di Kota Medan Dari analisis angket poin ini menunjukkan bahwa para anggota DPRD di Kota Medan merasa senang ketika terpilih menjadi anggota DPRD Kota Medan sebanyak 43 orang (86%), hal ini dikarenakan para anggota DPRD suka bekerja di bidang politik dan mereka juga merasa senang dihargai ataupun dihormati di kalangan masyarakat. Sedangkan yang menjawab biasa saja sebanyak 7 orang (14%), hal ini dikarenakan para anggota DPRD kurang merasa bangga akan jabatan yang dimilikinya, dan yang menjawab tidak (0%). Sebagian besar responden merasa senang ketika menjadi anggota DPRD di Kota Medan, yang dapat dibuktikan berdasarkan persentase jawaban responden yang menjawab option (a) yaitu sebanyak 43 orang (86%). Hal ini Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 57

dikarenakan para anggota DPRD suka bekerja di bidang politik dan mereka juga merasa senang dihargai ataupun dihormati di kalangan masyarakat. 2. Alasan Menjadi Anggota DPRD Di Kota Medan Responden yang menjawab alasan menjadi anggota DPRD adalah untuk menyampaikan aspirasi masyarakat sebanyak 47 orang (94%), hal ini dikarenakan menyampaikan aspirasi masyarakat merupakan tugas dan peran dari anggota DPRD untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat dan anggota DPRD terpilih tidak hanya mementingkan partainya tetapi memperjuangkan kesejahteraan masyarakat Sedangkan yang menjawab mempunyai kedudukan tidak ada (0%). Dan yang menjawab berperan dalam pemerintahan sebanyak 3 orang (6%), hal ini dikarenakan lembaga DPRD merupakan lembaga legislatif daerah yang ada di dalam Pemerintahan Daerah. Hampir seluruh responden mempunyai alasan menjadi anggota DPRD di Kota Medan adalah untuk menyampaikan aspirasi masyarakat di Kota Medan, yang dapat dibuktikan berdasarkan persentase jawaban responden menjawab option (a) yaitu sebanyak 47 orang (94%). Hal ini dikarenakan menyampaikan aspirasi masyarakat merupakan tugas dan peran dari anggota DPRD untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat dan anggota DPRD terpilih tidak hanya mementingkan partainya tetapi memperjuangkan kesejahteraan masyarakat 3. Kehadiran Dalam Rapat Pembentukan Perda Responden menjawab sering menghadiri rapat pembentukan perda sebanyak 41 orang (82%). Hal ini berdasarkan Amanat Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah Pasal 42 mengenai tugas dan wewenang anggota DPRD terutama DPRD Kota Medan. Sedangkan yang menjawab sesekali sebanyak 9 orang (18%), hal ini dikarenakan anggota DPRD ada kalanya mereka menghadiri kegiatan dari forum eksternal. Dan yang menjawab tidak pernah (0%). Sebagian besar responden adalah termasuk rajin dalam menghadiri rapat pembentukan Perda, yang dapat dibuktikan berdasarkan persentase jawaban responden yang menjawab option (a) yaitu sebanyak 41 orang (82%). Hal ini dikarenakan menghadiri rapat pembentukan Perda merupakan tugas dan wewenang DPRD yang berdasarkan Amanat Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah Pasal 42 mengenai tugas dan wewenang anggota DPRD terutama DPRD Kota Medan. 4. Membahas Rancangan Tentang APBD Bersama Dengan Kepala Daerah Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 58

Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebanyak 40 orang (80%) responden menyatakan anggota DPRD selalu membahas rancangan tentang APBD bersama dengan Kepala Daerah. Hal ini berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 42 mengenai tugas dan wewenang anggota DPRD terutama DPRD Kota Medan. Kemudian sebanyak 10 orang (20%) menjawab hanya sesekali membahas rancangan tentang APBD bersama dengan Kepala Daerah, hal ini dikarenakan posisinya sebagai anggota dalam badan anggaran, karena pembahasan rancangan tentang APBD bersama Kepala Daerah merupakan kajian dari kelompok badan anggaran pada DPRD Kabupaten/Kota, sedangkan yang menjawab tidak pernah (0%). Sebagian besar anggota DPRD selalu membahas rancangan tentang APBD bersama dengan Kepala Daerah, yang dapat dibuktikan berdasarkan persentase jawaban responden yang menjawab option (a) yaitu sebanyak 40 orang (80%). Hal ini berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 42 mengenai tugas dan wewenang anggota DPRD terutama DPRD Kota Medan. 5. Pengawasan Terhadap Penggunaan APBD Dari data yang diperoleh menunjukkan sebanyak 50 orang (100%) responden menyatakan mereka selalu mengawasi penggunaan APBD Kota Medan, hal ini dikarenakan DPRD Kota Medan berhak melakukan pengawasan terhadap penggunaan APBD Kota Medan yang dijalankan oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang sesuai dengan intruksi Wali Kota Medan. Pengawasan APBD Kota Medan di Pemerintah Kota Medan dilakukan dalam rapat rapat komisi secara rutin. Kunjungan lapangan juga dilakukan untuk memastikan kondisi sebenarnya. DPRD melakukan reses untuk menampung aspirasi dan memperjuangkannya pada APBD. Masalah pengentasan kemiskinan menjadi pembahasan utama sebagai anggarannya diutamakan yaitu di bidang pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, dan permodalan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara pada tanggal 26 Juni 2011 oleh Bapak Ikrimah Hamidy, ST. M.Si mengenai peran DPRD Kota Medan dalam melakukan pengawasan terhadap penggunaan APBD Kota Medan T.A 2011 yang digunakan untuk mengatasi kemiskinan di Kota Medan. DPRD melakukan peran dan fungsinya sebagai pengawasan terhadap penggunaan APBD tersebut, sehingga penggunaan anggaran tersebut sesuai dengan keinginan Pemerintah Kota Medan Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 59

terutama untuk pelayanan publik Kota Medan. Kemudian yang menjawab sesekali (0%). Dan yang menjawab tidak pernah mengawasi tidak ada (0%). Seluruh anggota DPRD melaksanakan pengawasan terhadap penggunaan APBD, yang dapat dibuktikan berdasarkan persentase jawaban responden yang menjawab option (a) yaitu sebanyak 50 orang (100%). Hal ini dikarenakan DPRD Kota Medan berhak melakukan pengawasan terhadap penggunaan APBD Kota Medan yang dijalankan oleh masingmasing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang sesuai dengan intruksi Wali Kota Medan. Pengawasan APBD Kota Medan di Pemerintah Kota Medan dilakukan dalam rapat rapat komisi secara rutin. Kunjungan lapangan juga dilakukan untuk memastikan kondisi sebenarnya. DPRD melakukan reses untuk menampung aspirasi dan memperjuangkannya pada APBD. Masalah pengentasan kemiskinan menjadi pembahasan utama sebagai anggarannya diutamakan yaitu di bidang pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, dan permodalan. Dan disini DPRD melakukan peran dan fungsinya sebagai pengawasan terhadap penggunaan APBD tersebut, sehingga penggunaan anggaran tersebut sesuai dengan keinginan Pemerintah Kota Medan terutama untuk pelayanan publik Kota Medan. 6. Pengawasan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan Lainnya, Peraturan Kepala Daerah, dan PERDA Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebanyak 50 orang (100%) responden menyatakan mereka selalu mengawasi peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan Kepala Daerah dan Perda. Hal ini dikarenakan pengawasan terhadap peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan Kepala Daerah, dan Perda harus dilakukan seluruh anggota dewan yang duduk di DPRD Kota Medan karena berkaitan dengan sistem penegakan peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota Medan dan DPRD Kota Medan, yang diterapkan oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pengawasan itu dapat dilakukan melalui masing-masing komisi terkait, karena setiap komisi membidangi bidang kerjanya masing-masing. Kemudian yang menjawab sesekali (0%) dan yang menjawab tidak pernah tidak ada (0%). Seluruh anggota DPRD melaksanakan pengawasan terhadap peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan Kepala Daerah dan Perda, yang dapat dibuktikan berdasarkan persentase jawaban responden yang menjawab option (a) yaitu sebanyak 50 orang (100%). Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 60

7. Pengawasan Terhadap Kebijakan Pemerintahan Daerah Dan Kerja Sama Internasional Di Daerah Sebanyak 32 orang (64%) responden menyatakan mereka selalu mengawasi kebijakan Pemerintahan Daerah dan kerja sama Internasional di daerah. Hal ini merupakan salah satu fungsi dan tugas dari DPRD karena DPRD memiliki hak untuk melakukan hak Interpelasi kepada Pemerintah Daerah apabila kebijakan yang diambil Pemerintah Daerah tersebut tidak menguntungkan dan merugikan bagi masyarakat di daerah tersebut, terlebih apabila dapat mengganggu stabilitas pelayanan publik di daerah tersebut. Dan kerjasama Internasional merupakan sebuah program yang seharusnya di jalankan oleh Pemerintah Daerah guna menjalin kerjasama yang baik dan menumbuhkan semangat investasi dari dunia Internasional dan hal ini disebut juga dengan Program Kota Bersaudara. Kemudian yang menjawab sesekali sebanyak 16 orang (32%), hal ini dikarenakan dengan tidak ikutnya anggota dewan tersebut dalam kelompok pembahasan mengenai kebijakan Pemerintahan Daerah dan kerjasama Internasional di daerah. Dan yang menjawab tidak pernah sebanyak 2 orang (4%), hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman dan wawasan dari anggota dewan tersebut yang seharusnya ini merupakan tugas pokok dan fungsi dari anggota dewan tersebut. Sebagian besar responden selalu mengawasi kebijakan pemerintahan daerah dan kerjasama Internasional di daerah, yang dapat dibuktikan berdasarkan persentase jawaban responden yang menjawab option (a) yaitu sebanyak 32 orang (64%). 8. Penyaluran Aspirasi Masyarakat Kota Medan Oleh Anggota DPRD Tentang Kesejahteraan Masyarakat Di Depan Forum Rapat Sebanyak 35 orang (70 %) responden menyatakan mereka selalu menyalurkan aspirasi masyarakat tentang kesejahteraan masyarakat di depan forum rapat. Hal ini harus lebih optimal dilakukan sehingga hak-hak masyarakat Kota Medan yang terkait dengan kesejahteraan dapat lebih dirasakan terutama di bidang kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan akan gizi bagi masyarakat Kota Medan. Kemudian yang menyatakan sesekali sebanyak 13 orang (26%), hal ini dapat terjadi dikarenakan daerah asal pemilihan anggota Dewan tersebut kurang memiliki permasalahan kesejahteraan yang begitu kompleks terjadi sebagaimana dengan daerahdaerah pemilihan yang lainnya, yang dikarenakan kondisi kesejahteraan yang ada di Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 61

Kota Medan tidak memiliki variabel yang sama dengan Kota lain. Hal ini dikarenakan ada daerah-daerah tertentu yang belum teratasi masalah kesejahteraan yang dihadapi daerah tersebut. Sedangkan yang menyatakan tidak pernah sebanyak 2 orang (4%), hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman dan wawasan dari anggota Dewan tersebut. Dan hal ini tidak seharusnya terjadi karena permasalahan kesejahteraan di Kota Medan belum teratasi secara keseluruhan di masing-masing daerah pemilihannya, oleh sebab itu seharusnya anggota Dewan tersebut harus lebih proaktif dalam melihat kesejahteraan masyarakat Kota Medan. Sebagian besar responden selalu menyalurkan aspirasi masyarakat Kota Medan tentang kesejahteraan masyarakat di depan forum rapat, yang dapat dibuktikan berdasarkan persentase jawaban responden yang menjawab option (a) yaitu sebanyak 35 orang (70%). 9. Anggota DPRD Sering Menyalurkan Aspirasi Masyarakat Kota Medan Ke Dalam Rapat Sebanyak 26 orang (52%) responden menyatakan setiap rapat anggota DPRD selalu menyalurkan aspirasi masyarakat. Terkait dengan penyaluran aspirasi masyarakat Kota Medan oleh anggota DPRD Kota Medan ini merupakan kewajiban dari anggota Dewan dalam menampung aspirasi masyarakat dalam kegiatan reses di setiap daerahdaerah pemilihannya. Kegiatan reses tersebut guna menyaring aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada Wali Kota Medan dalam rapat-rapat Paripurna. Penyampaian laporan kegiatan reses yang dilakukan anggota DPRD pada setiap daerah pemilihannya dan selanjutnya agar Wali Kota dapat menindak lanjuti dan merumuskannya kepada masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada pada Pemerintahan Daerah tersebut. Sedangkan yang menyatakan sesekali sebanyak 24 orang (48%), hal ini seharusnya seluruh anggota Dewan memiliki peran dan fungsi yang sama dalam menyerap atau menampung aspirasi masyarakat di daerah Kota pemilihannya guna adanya pemerataan pembangunan di daerah Kota Medan. Kemudian yang menyatakan tidak pernah (0%). Dengan demikian berdasarkan tabel diatas, dapat dikatakan bahwa sebagian responden mengatakan bahwa para anggota DPRD sering menyalurkan aspirasi Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 62

masyarakat di dalam rapat, yang dapat dibuktikan dengan persentase jawaban responden yang menjawab option (a) yaitu sebanyak 26 orang (52%). 10. Peran Anggota DPRD Dalam Mengatasi Kemiskinan Di Kota Medan Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebanyak 32 orang (64%) responden menyatakan mereka telah berperan dalam mengatasi kemiskinan di Kota Medan, peran yang dilakukan oleh DPRD yaitu salah satunya dengan mensahkan Perda Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yaitu Perda Nomor.13 Tahun 2009 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Dengan adanya Peraturan Daerah ini diharapkan kegiatan usaha-usaha mikro masyarakat dapat berjalan dengan lancar guna membangkitkan perekonomian masyarakat di Kota Medan. Selain itu DPRD Kota Medan terus mendorong Pemerintah Kota Medan untuk menarik para investor baik Nasional maupun Internasional guna menanamkan investasinya di Kota Medan agar terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kota Medan. Sedangkan yang menyatakan belum sebanyak 18 orang (36%), dalam hal ini seharusnya setiap anggota DPRD harus berperan mendorong Pemerintah Kota Medan guna mengatasi kemiskinan di Kota Medan sehingga seluruh lapisan masyarakat Kota Medan dapat terhindar dari dampak kemiskinan, oleh karena itu di tuntut bagi setiap anggota DPRD untuk berupaya berfikir dan menghasilkan kebijakan-kebijakan yang mampu mengatasi kemiskinan dari Kota Medan secara berkelanjutan. Kemudian yang tidak pernah tidak ada (0%). Sebagian besar anggota DPRD telah berperan dalam mengatasi kemiskinan di Kota Medan, yang dapat dibuktikan berdasarkan persentase jawaban responden yang menjawab option (a) yaitu sebanyak 32 orang (64%). Peran tersebut salah satunya yaitu dengan mensahkan Perda Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yaitu Perda Nomor. 13 Tahun 2009 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), sehingga kegiatan-kegiatan usaha mikro masyarakat dapat berjalan dengan lancar guna membangkitkan perekonomian masyarakat Kota Medan. 11. Seringnya Peranan Yang Dilakukan Anggota DPRD Untuk Mengatasi Kemiskinan Di Kota Medan Sebagian besar responden sering melakukan peranan untuk mengatasi kemiskinan di Kota Medan, yang dapat dibuktikan berdasarkan persentase jawaban responden yang menjawab option (a) yaitu sebanyak 28 orang (56%). Hal ini merupakan sebuah cita-cita dan harapan baik Pemerintah Kota Medan maupun DPRD Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 63

Kota Medan, yang dapat dilihat dengan adanya beberapa pembangunan sarana prasarana untuk mengatasi kemiskinan di Kota Medan, sebagai contoh dengan dibuatnya program Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang berfungsi untuk membangkitkan perekonomian masyarakat Kota Medan. 12. Bidang Peranan Yang Telah Dilakukan Anggota DPRD Untuk Mengatasi Kemiskinan Di Kota Medan Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebanyak 25 orang (50%) responden menyatakan telah mengatasi kemiskinan dalam bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan pendidikan yang menjadi prioritas utama dalam mengatasi kemiskinan di Kota Medan, dapat di lihat dari program yang dilakukan DPRD Kota Medan yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Medan dalam bidang pendidikan, sebagai contoh salah satunya adalah dengan adanya penyaluran dana BOS ke sekolah-sekolah di Kota Medan. Sedangkan 16 orang (32%) responden menyatakan mengatasi kemiskinan dalam bidang kesehatan. Hal ini dikarenakan masalah kesehatan sangat erat kaitannya dengan sebab akibat timbulnya kemiskinan di Kota Medan, dapat dilihat dari program DPRD Kota Medan yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Medan dalam bidang kesehatan, sebagai contoh salah satunya adalah dengan di buatnya asuransi kesehatan bagi masyarakat Kota Medan secara menyeluruh tanpa melihat latar belakang dari masyarakat tersebut. Kemudian sebanyak 9 orang (18%) responden menyatakan telah mengatasi kemiskinan dalam bidang pekerjaan umum. Di dalam bidang pekerjaan umum dapat dilihat salah satu contoh dari program DPRD Kota Medan yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Medan yaitu dengan adanya perbaikan sistem drainase serta adanya perbaikan jalan-jalan di sejumlah daerah di Kota Medan. Dengan demikian berdasarkan tabel diatas, dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden mengatasi kemiskinan di Kota Medan yaitu dalam bidang pendidikan, yang dapat dibuktikan berdasarkan persentase jawaban responden yang menjawab option (a) sebanyak 25 orang (50%). Hal ini dikarenakan pendidikan yang menjadi prioritas utama dalam mengatasi kemiskinan di Kota Medan, dapat di lihat dari program yang dilakukan DPRD Kota Medan yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Medan Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 64

dalam bidang pendidikan sebagai contoh salah satunya adalah dengan adanya penyaluran dana BOS ke sekolah-sekolah di Kota Medan. 13. Perlu Dirumuskan Kebijakan Untuk Mengatasi Kemiskinan Di Kota Medan Sebanyak 49 orang (98%) responden menyatakan perlu dirumuskan kebijakan untuk mengatasi kemiskinan di Kota Medan. Hal ini merupakan sebuah langkah yang harus menjadi tujuan utama bagi DPRD Kota Medan sebagai Lembaga Perwakilan masyarakat Kota Medan, hal ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah yaitu DPRD Kota Medan dapat bekerjasama dengan Pemerintah Kota Medan dalam menetapkan program-program kesejahteraan bagi masyarakat Kota Medan dengan upaya menciptakan lapangan kerja, dengan cara mengundang para investor dari luar baik Nasional maupun Internasional. Kemudian DPRD Kota Medan bersama-sama dengan Pemerintah Kota Medan melakukan pengawasan terhadap jalannya peraturan yang telah di tetapkan oleh Pemerintah Kota Medan sehingga tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan sebuah tindakan yang merugikan masyarakat Kota Medan pada umumnya, seperti sistem pemungutan liar yang sering terjadi di beberapa wilayah Kota Medan. Sedangkan yang menjawab kurang perlu sebanyak 1 orang (2%), hal ini menunjukkan bahwa kurang perdulinya anggota dewan tersebut terhadap kondisi masyarakat yang ada di Kota Medan, hal ini seharusnya tidak terjadi karena anggota DPRD merupakan perwakilan rakyat yang seharusnya melindungi rakyatnya. Kemudian yang menyatakan tidak perlu tidak ada (0%). Dengan demikian berdasarkan table diatas, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh responden menyatakan perlu merumuskan kebijakan untuk mengatasi kemiskinan di kota Medan, yang dapat dibuktikan dengan persentase jawaban responden yang menjawab option (a) yaitu sebanyak 49 orang (98%). Kemudian DPRD Kota Medan bersama-sama dengan Pemerintah Kota Medan melakukan pengawasan terhadap jalannya peraturan yang telah di tetapkan oleh Pemerintah Kota Medan sehingga tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan sebuah tindakan yang merugikan masyarakat Kota Medan pada umumnya, seperti sistem pemungutan liar yang sering terjadi di beberapa wilayah Kota Medan. Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 65

14. Kebijakan Yang Dibuat Anggota DPRD Harus Berpihak Kepada Masyarakat Di Kota Medan Sebanyak 47 orang (94%) responden menyatakan kebijakan yang dirumuskan anggota DPRD haruslah berpihak kepada masyarakat Kota Medan, hal ini dikarenakan memiliki pengaruh yang positif bagi kemajuan masyarakat di Kota Medan oleh karena setiap kebijakan yang di buat harus memiliki faktor latar belakang setiap masyarakat yang ada di Kota Medan. Sedangkan yang menyatakan sesekali adalah sebanyak 3 orang (6%), ini menunjukkan bahwa anggota dewan tersebut tidak memahami dari mana mereka berasal dan apa fungsi mereka dipilih oleh masyarakat di daerah pemilihannya untuk duduk di DPRD Kota Medan. Kemudian yang menyatakan tidak perlu tidak ada (0%). Hampir seluruh responden merasa bahwa kebijakan yang dirumuskan haruslah berpihak kepada masyarakat Kota Medan, yang dapat dibuktikan berdasarkan jawaban responden yang menjawab option (a) yaitu sebanyak 47 orang (94%). Hal ini dikarenakan memiliki pengaruh yang positif bagi kemajuan masyarakat di Kota Medan oleh karena setiap kebijakan yang di buat harus memiliki faktor latar belakang setiap masyarakat yang ada di Kota Medan. 15. Kebijakan Yang Dirumuskan Harus Relevan Dengan Pelaksanaan Kebijakan Yang Dibuat Sebanyak 48 orang (96%) responden menyatakan kebijakan yang dirumuskan harus relevan dengan pelakasanaan kebijakan yang dibuat. Hal ini harus bersesuaian agar ketidak pastian dalam menyalurkan kebijakan tersebut dapat dihindarkan. Sedangkan yang menjawab sesekali sebanyak 2 orang (4%), hal ini di karenakan terkadang ada beberapa kebijakan yang sudah dirumuskan tidak relevan dengan pelaksanaan kebijakan tersebut di karenakan kurang mendukungnya oknum aparatur pemerintahan dalam menyalurkan kebijakan yang telah dibuat oleh Pemerintah Kota Medan bersama DPRD Kota Medan. Kemudian yang menyatakan tidak harus (0%). Dapat dikatakan bahwa hampir seluruh responden merasa kebijakan yang dirumuskan harus relevan dengan pelaksanaan kebijakan yang dibuat, yang dapat dibuktikan dengan persentase jawaban responden yang menjawab option (a) yaitu sebanyak 48 orang (96%). Hal ini harus bersesuaian agar ketidak pastian dalam menyalurkan kebijakan tersebut dapat dihindarkan. Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 66

16. Relevansi Kebijakan Yang Dirumuskan Dengan Pelaksanaan Kebijakan Yang Dibuat Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebanyak 20 orang (40%) responden menyatakan kebijakan yang dirumuskan telah relevan dengan pelaksanaan kebijakan yang dibuat. Hal ini terkadang sangat relevan bagi masyarakat Kota Medan karena kebijakan tersebut di buat sesuai dengan kondisi yang ada pada masyarakat Kota Medan. Sedangkan 17 orang (34%) responden menyatakan bahwa kebijakan yang dirumuskan sesekali relevan dengan pelaksanaan kebijakan yang dibuat. Hal ini dikarenakan terkadang ada beberapa hal yang kurang relevan bagi lapisan masyarakat yang ada di Kota Medan yang disebabkan faktor daerah tersebut tidak sesuai dengan kebijakan yang di buat Pemerintah Kota Medan. Kemudian yang menyatakan belum relevan sebanyak 13 orang (26%), hal ini dikarenakan ada beberapa kebijakan Pemerintah Kota Medan yang dibuat tidak sesuai dengan kondisi masyarakat Kota Medan, dikarenakan dalam pembuatan kebijakan tersebut kurangnya Pemerintah Kota Medan melihat kondisi masyarakat yang ada di Kota Medan. Seharusnya dalam pembuatan kebijakan tersebut harus dilakukan pengkajian yang lebih mendalam sehingga terciptanya kebijakan yang diharapkan masyarakat Kota Medan. Kebijakan yang dirumuskan telah relevan dengan pelaksanaan kebijakan yang dibuat, yang dapat dibuktikan dengan persentase jawaban responden yang menjawab option (a) yaitu sebanyak 20 orang (40%). Hal ini terkadang sangat relevan bagi masyarakat Kota Medan karena kebijakan tersebut di buat sesuai dengan kondisi yang ada pada masyarakat Kota Medan. 17. Pembangunan Di Kota Medan Sudah Berjalan Dengan Lancar Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa sebanyak 3 orang (6%) responden menyatakan pembangunan di Kota Medan sudah berjalan dengan lancar. Terkait dengan pembangunan di Kota Medan sudah berjalan dengan lancar. Sedangkan yang menyatakan belum adalah sebanyak 47 orang (94%), hal ini sangat banyak terlihat bahwa pembangunan di Kota Medan tidak sesuai dengan kondisi masyarakat di Kota Medan. Hal ini di dasari oleh kepentingan-kepentingan perorangan Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 67

dalam melakukan pembangunan tersebut. Kemudian yang menyatakan tidak sama sekali tidak ada (0%). Sebagian besar responden menyatakan pembangunan di Kota Medan belum berjalan dengan lancar, yang dapat dibuktikan dengan persentase jawaban responden yang menjawab option (b) yaitu sebanyak 47 orang (94%). Hal ini terjadi karena di dasari oleh kepentingan-kepentingan perorangan dalam melakukan pembangunan tersebut. 18. Hambatan Dalam Mengatasi Kemiskinan Di Kota Medan Dari data yang diperoleh sebanyak 31 orang (62%) menyatakan terdapat hambatan dalam mengatasi kemiskinan di Kota Medan. Beberapa faktor yang menyebabkan terkendalanya pengentasan kemiskinan di Kota Medan yang salah satunya yaitu kurangnya kesadaran masyarakat Kota Medan terkait dengan program pembangunan Pemerintah Kota Medan yang sering disalahgunakan oleh masyarakat Kota Medan itu sendiri dengan cara merusak asset-asset yang ada di Kota Medan. Sedangkan yang menyatakan sesekali sebanyak 19 orang (38%), hal ini dikarenakan akibat kurang aktifnya aparatur pemerintahan di Pemerintahan Kota Medan terkait dengan program yang telah diberikan Wali Kota Medan. Kemudian yang menyatakan tidak ada (0%). Sebagian besar responden menyatakan hambatan dalam mengatasi kemiskinan dapat diatasi, yang dapat dibuktikan dengan jawaban responden yang menjawab option (a) yaitu sebanyak 31 orang (62%). Beberapa faktor yang menyebabkan terkendalanya pengentasan kemiskinan di Kota Medan yang salah satunya yaitu kurangnya kesadaran masyarakat Kota Medan terkait dengan program pembangunan Pemerintah Kota Medan yang sering disalahgunakan oleh masyarakat Kota Medan itu sendiri dengan cara merusak asset-asset yang ada di Kota Medan. 19. Hambatan Dapat Diatasi Sebanyak 14 orang (28%) responden menyatakan hambatan yang datang dapat diatasi. Hambatan dapat diatasi jika DPRD Kota Medan bersama-sama dengan Pemerintah Kota Medan dapat bekerjasama dalam menciptakan Visi Kota Medan yang maju, sejahtera, religius dan berwawasan lingkungan serta didukung oleh semua oknum aparatur pemerintahan yang ada di dalam masyarakat Kota Medan pada umumnya. Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 68

Sedangkan yang menyatakan sesekali dapat diatasi adalah sebanyak 30 orang (60%), hal ini dikarenakan terkadang kurang sejalannya antara DPRD Kota Medan yang dalam hal ini sebagai wakil masyarakat Kota Medan dengan Wali Kota Medan yang dalam hal ini sebagai pimpinan Pemerintahan Kota Medan, dalam menerapkan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan kemajuan dan perkembangan Kota Medan. Kemudian yang menyatakan bahwa hambatan tidak dapat diatasi sebanyak 6 orang (12%). Hal ini dikarenakan tidak adanya solusi yang dapat dihasilkan dalam forum-forum rapat yang diselenggarakan antara DPRD Kota Medan dengan Pemerintah Kota Medan. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden menyatakan hambatan yang datang dalam mengatasi kemiskinan di Kota Medan sesekali dapat diatasi, yang dapat dibuktikan dengan persentase jawaban responden yang menjawab option (b) yaitu sebanyak 30 orang (60%). Hal ini dikarenakan terkadang kurang sejalannya antara DPRD Kota Medan yang dalam hal ini sebagai wakil masyarakat Kota Medan dengan Wali Kota Medan yang dalam hal ini sebagai pimpinan Pemerintahan Kota Medan, dalam menerapkan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan kemajuan dan perkembangan Kota Medan. 20. Masyarakat Di Kota Medan Sudah Sejahtera Baik Materil Maupun Moril Sebanyak 5 orang (10%) responden menyatakan masyarakat di Kota Medan sudah sejahtera baik materil maupun morilnya. Masyarakat yang sejahtera baik materil maupun moril di Kota Medan jumlahnya sangat terbatas, hal ini hanya dapat dirasakan oleh sebagian lapisan masyarakat saja yang pada umumnya dari kalangan pengusaha yang memiliki tingkat penghasilan yang baik. Sedangkan yang menyatakan belum sejahtera adalah sebanyak 43 orang (86%), yang dikarenakan pada umumnya masyarakat di Kota Medan memiliki kesejahteraan yang buruk. Hal ini disebabkan masih banyak oknum aparaturaparatur pemerintahan di daerah Kota Medan yang melakukan tindakan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang merugikan masyarakat Kota Medan, yang pada akhirnya dapat berdampak buruk bagi masyarakat Kota Medan. Kemudian yang menyatakan tidak sejahtera sama sekali sebanyak 2 orang (4%), hal ini dikarenakan ada sebagian lapisan masyarakat yang belum tersentuh baik materil Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 69

maupun moril yang terjadi di daerah-daerah pinggiran di Kota Medan, dan ini terjadi dikarenakan kurangnya pemerataan yang dilakukan Pemerintah Kota Medan. Sebagian besar responden menyatakan masyarakat di Kota Medan belum sejahtera baik materil maupun morilnya, yang dapat dibuktikan dengan persentase jawaban responden menjawab option (b) yaitu sebanyak 43 orang (86%). Hal ini disebabkan masih banyak oknum aparatur-aparatur pemerintahan yang melakukan tindakan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang merugikan masyarakat Kota Medan, yang pada akhirnya dapat berdampak buruk bagi masyarakat Kota Medan. D. Pembahasan Anggota DPRD di Kota Medan merasa senang ketika terpilih menjadi anggota DPRD Kota Medan. Hampir seluruh anggota DPRD mempunyai alasan menjadi anggota DPRD di Kota Medan adalah untuk menyampaikan aspirasi masyarakat di Kota Medan. Hal ini dikarenakan menyampaikan aspirasi masyarakat merupakan tugas dan peran dari anggota DPRD untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat dan anggota DPRD terpilih tidak hanya mementingkan partainya tetapi memperjuangkan kesejahteraan masyaraka. Sebagian besar anggota DPRD termasuk rajin dalam menghadiri rapat pembentukan Perda. Hal ini berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 42 mengenai tugas dan wewenang anggota DPRD terutama DPRD Kota Medan. Anggota DPRD selalu membahas rancangan tentang APBD bersama dengan Kepala Daerah. Artinya bahwa sebagian besar anggota DPRD selalu membahas rancangan tentang APBD bersama dengan Kepala Daerah. Hal ini berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 42 mengenai tugas wewenang anggota DPRD terutama DPRD Kota Medan. Selain itu, seluruh anggota DPRD selalu mengawasi penggunaan APBD Kota Medan. Hal ini dikarenakan DPRD Kota Medan berhak melakukan pengawasan terhadap penggunaan APBD Kota Medan yang dijalankan oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang sesuai dengan intruksi Wali Kota Medan. Pengawasan APBD Kota Medan di Pemerintah Kota Medan dilakukan dalam rapat rapat komisi secara rutin. Kunjungan lapangan juga dilakukan untuk memastikan kondisi sebenarnya. DPRD melakukan reses untuk menampung aspirasi dan memperjuangkannya pada APBD. Masalah pengentasan kemiskinan menjadi Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 70

pembahasan utama sebagai anggarannya diutamakan yaitu di bidang pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, dan permodalan. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara pada tanggal 26 Juni 2011 oleh Bapak Ikrimah Hamidy, ST. M.Si mengenai peran DPRD Kota Medan dalam melakukan pengawasan terhadap penggunaan APBD Kota Medan T.A 2011 yang digunakan untuk mengatasi kemiskinan di Kota Medan. Dan disini DPRD melakukan peran dan fungsinya sebagai pengawasan terhadap penggunaan APBD tersebut, sehingga penggunaan anggaran tersebut sesuai dengan keinginan Pemerintah Kota Medan terutama untuk pelayanan publik Kota Medan. Seluruh anggota DPRD juga selalu mengawasi peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan Kepala Daerah dan Perda. Demi kesejahteraan masyarakat di Kota Medan. Hal ini dikarenakan pengawasan terhadap peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan Kepala Daerah, dan Perda harus dilakukan seluruh anggota dewan yang duduk di DPRD Kota Medan karena berkaitan dengan sistem penegakan peraturan-peraturan yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Medan dan DPRD Kota Medan yang diterapkan oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan pengawasan itu dapat dilakukan melalui masing-masing komisi terkait, karena setiap komisi membidangi bidang kerjanya masing-masing. Salah satu fungsi dan tugas dari DPRD karena DPRD memiliki hak untuk melakukan hak Interpelasi kepada Pemerintah Daerah apabila kebijakan yang diambil Pemerintah Daerah tersebut tidak menguntungkan dan merugikan bagi masyarakat di daerah tersebut, terlebih apabila dapat mengganggu stabilitas pelayanan publik di daerah tersebut. Dan kerjasama Internasional merupakan sebuah program yang seharusnya di jalankan oleh Pemerintah Daerah guna menjalin kerjasama yang baik dan menumbuhkan semangat investasi dari dunia Internasional dan hal ini disebut juga dengan Program Kota Bersaudara. Sebagian besar anggota DPRD selalu menyalurkan aspirasi masyarakat terutama untuk kesejahteraan masyarakat di Kota Medan. Hal ini harus lebih optimal dilakukan sehingga hak-hak masyarakat Kota Medan yang terkait dengan kesejahteraan dapat lebih dirasakan terutama di bidang kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan akan gizi bagi masyarakat Kota Medan. Terkait dengan penyaluran aspirasi masyarakat Kota Medan oleh anggota DPRD Kota Medan ini merupakan kewajiban dari anggota Dewan dalam menampung aspirasi Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 71

masyarakat dalam kegiatan reses di setiap daerah-daerah pemilihannya. Kegiatan reses tersebut guna menyaring aspirasi masyarakat yang disampaikan kepada Wali Kota Medan dalam rapat-rapat Paripurna. Penyampaian laporan kegiatan reses yang dilakukan anggota DPRD pada setiap daerah pemilihannya, dan selanjutnya agar Wali Kota dapat menindak lanjuti dan merumuskannya kepada masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada pada Pemerintahan Daerah tersebut. Anggota DPRD telah berperan dalam mengatasi kemiskinan di Kota Medan. Peran tersebut salah satunya adalah dengan mensahkan Perda Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yaitu Perda Nomor. 13 Tahun 2009 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), sehingga kegiatan-kegiatan usaha Mikro masyarakat dapat berjalan dengan lancar guna membangkitkan perekonomian masyarakat Kota Medan. Selain itu DPRD Kota Medan terus mendorong Pemerintah Kota Medan untuk menarik para investor baik Nasional maupun Internasional guna menanamkan investasinya di Kota Medan agar terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kota Medan. Kemudian DPRD juga berusaha mengupayakan setiap laporan-laporan masyarakat terkait dengan keluhan di bidang ketenagakerjaan sehingga hak-hak normatif di bidang ketenagakerjaan dapat diperoleh tanpa ada pihak yang dirugikan terutama di kalangan pekerja. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara pada tanggal 26 Juni 2011 oleh Bapak. Ikrimah Hamidy, S.T. M.Si mengenai peran yang telah anggota DPRD lakukan dalam mengatasi kemiskinan di Kota Medan. Sebagian besar anggota DPRD sering melakukan peranan untuk mengatasi kemiskinan di Kota Medan. Hal ini merupakan sebuah cita-cita dan harapan baik Pemerintah Kota Medan maupun DPRD Kota Medan, yang dapat dilihat dengan adanya beberapa pembangunan sarana prasarana untuk mengatasi kemiskinan di Kota Medan, sebagai contoh dengan dibuatnya Program Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang berfungsi untuk membangkitkan perekonomian masyarakat Kota Medan. Sebagian besar anggota DPRD mengatasi kemiskinan di Kota Medan yaitu dalam bidang pendidikan. Hal ini dikarenakan pendidikan yang menjadi prioritas utama dalam mengatasi kemiskinan di Kota Medan, dapat di lihat dari program yang dilakukan DPRD Kota Medan yang bekerjasama dengan Pemerintah Kota Medan, dalam bidang pendidikan sebagai contoh salah satunya adalah dengan adanya penyaluran dana BOS Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 72

ke sekolah-sekolah di Kota Medan, dan diikuti dengan bidang kesehatan dan pekerjaan umum. Anggota DPRD menyatakan perlu merumuskan kebijakan untuk mengatasi kemiskinan di Kota Medan. Hal ini merupakan sebuah langkah yang harus menjadi tujuan utama bagi DPRD Kota Medan sebagai Lembaga Perwakilan masyarakat Kota Medan, hal ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah yaitu DPRD Kota Medan dapat bekerjasama dengan Pemerintah Kota Medan dalam menetapkan programprogram kesejahteraan bagi masyarakat Kota Medan dengan upaya menciptakan lapangan kerja dengan cara mengundang para investor dari luar baik Nasional maupun Internasional. Kemudian DPRD Kota Medan bersama-sama dengan Pemerintah Kota Medan melakukan pengawasan terhadap jalannya peraturan yang telah di tetapkan oleh pemerintah Kota Medan sehingga tidak terjadi penyimpangan yang dapat menimbulkan sebuah tindakan yang merugikan masyarakat Kota Medan pada umumnya, seperti sistem pemungutan liar yang sering terjadi di beberapa wilayah Kota Medan. DPRD Kota Medan juga mendesak Pemerintah Kota Medan agar membuat asuransi kesehatan bagi masyarakat Kota Medan secara menyeluruh tanpa melihat latar belakang dari masyarakat tersebut. Hal ini dikarenakan masalah kesehatan sangat erat kaitannya dengan sebab akibat timbulnya kemiskinan di Kota Medan. Hampir seluruh anggota DPRD menyatakan kebijakan yang dirumuskan haruslah berpihak kepada masyarakat Kota Medan. Hal ini dikarenakan memiliki pengaruh yang positif bagi kemajuan masyarakat di Kota Medan, oleh karena setiap kebijakan yang di buat harus memiliki faktor latar belakang setiap masyarakat yang ada di Kota Medan. Anggota DPRD menyatakan kebijakan yang dirumuskan harus relevan dengan pelaksanaan kebijakan yang dibuat. Hal ini harus bersesuaian agar ketidak pastian dalam menyalurkan kebijakan tersebut dapat dihindarkan. Sebagian anggota DPRD menyatakan kebijakan yang dirumuskan telah relevan dengan pelaksanaan kebijakan yang dibuat. Hal ini terkadang sangat relevan bagi masyarakat Kota Medan karena kebijakan tersebut di buat sesuai dengan kondisi yang ada pada masyarakat Kota Medan. Pembangunan di Kota Medan belum berjalan dengan lancar. Artinya bahwa hampir seluruh anggota DPRD menyatakan pembangunan di Kota Medan belum Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 73

berjalan dengan lancar. Hal ini terjadi karena di dasari oleh kepentingan-kepentingan perorangan dalam melakukan pembangunan tersebut. Seharusnya pembangunan tersebut lebih melihat tingkat kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat Kota Medan. Sehingga masyarakat Kota Medan dapat merasakan fungsi dan manfaat pembangunan yang ada di Kota Medan. Beberapa faktor yang menyebabkan terkendalanya pengentasan kemiskinan di Kota Medan yang salah satunya yaitu kurangnya kesadaran masyarakat Kota Medan terkait dengan program pembangunan Pemerintah Kota Medan yang sering disalah gunakan oleh masyarakat Kota Medan dengan cara merusak asset-asset yang ada di Kota Medan. Sebagian besar anggota DPRD menyatakan hambatan dalam mengatasi kemiskinan di Kota Medan sesekali dapat diatasi. Hal ini dikarenakan terkadang kurang sejalannya antara DPRD Kota Medan yang dalam hal ini sebagai wakil masyarakat Kota Medan dengan Wali Kota Medan yang dalam hal ini sebagai pimpinan Pemerintahan Kota Medan dalam menerapkan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan kemajuan dan perkembangan Kota Medan. Sebagian besar anggota DPRD menyatakan masyarakat di Kota Medan belum sejahtera baik materil maupun morilnya. Hal ini disebabkan masih banyak oknum aparatur-aparatur pemerintahan yang melakukan tindakan Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang merugikan masyarakat Kota Medan, yang pada akhirnya dapat berdampak buruk bagi masyarakat Kota Medan. E. Penutup Para anggota DPRD telah berperan dalam pengawasan terhadap penggunaan APBD Kota Medan T.A. 2011 Berdasarkan Undang-Undang Nomor. 32 tahun 2004, yaitu pengawasan terhadap penggunaan APBD Kota Medan yang digunakan untuk mengatasi kemiskinan di Kota Medan. Peran DPRD Kota Medan tersebut yaitu DPRD Kota Medan melakukan pengawasan terhadap APBD Kota Medan di Pemko Medan yang dilakukan dalam rapat komisi-komisi secara rutin. DPRD Kota Medan juga melakukan kunjungan lapangan yang dilakukan untuk memastikan kondisi yang sebenarnya. Kemudian anggota DPRD melakukan reses ke daerah-daerah pemilihannya untuk menampung aspirasi masyarakat dan memperjuangkannya pada APBD. Masalah pengentasan kemiskinan menjadi pembahasan utama sebagai Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 74

anggarannya diutamakan yaitu di bidang pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, dan permodalan. Dalam mengatasi kemiskinan di Kota Medan, peran yang telah DPRD Kota Medan lakukan adalah dengan mensahkan Perda Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yaitu Perda Nomor. 13 Tahun 2009 tentang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Dengan adanya Perda ini diharapkan kegiatan usaha-usaha Mikro masyarakat dapat berjalan dengan lancar guna membangkitkan perekonomian masyarakat Kota Medan. Selain itu DPRD Kota Medan terus mendorong Pemerintah Kota Medan untuk menarik para investor baik Nasional maupun Internasional guna menanamkan investasinya di Kota Medan agar terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat Kota Medan. DPRD Kota Medan juga berusaha mengupayakan setiap laporan-laporan masyarakat terkait dengan keluhan di bidang ketenagakerjaan sehingga hak-hak normatif di bidang ketenagakerjaan dapat diperoleh tanpa ada pihak yang dirugikan terutama di kalangan pekerja. Kemudian DPRD Kota Medan juga terus berupaya untuk memfungsikan dan membangun Sarana Rumah Susun Milik Pribadi (Rusunami) sehingga dapat berguna bagi masyarakat yang tinggal di daerah pemukiman kumuh, dan DPRD Kota Medan juga terus mendorong Pemerintah Kota Medan agar dapat membuat asuransi kesehatan bagi masyarakat Kota Medan secara menyeluruh tanpa melihat latar belakang masyarakat tersebut, hal ini dikarenakan masalah kesehatan sangat erat kaitannya dengan sebab akibat timbulnya kemiskinan di Kota Medan. Para anggota DPRD selalu melakukan pengawasan terhadap penggunaan APBD di Kota Medan. Kemudian mengawasi peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan Kepala Daerah dan Perda, mengawasi kebijakan Pemerintahan Daerah dan kerja sama Internasional di daerah. Para anggota DPRD selalu menyalurkan aspirasi masyarakat tentang kesejahteraan masyarakat di depan forum rapat dan setiap rapat anggota DPRD selalu menyalurkan aspirasi masyarakat. Kemudian perlu dirumuskan kebijakan untuk mengatasi kemiskinan di kota Medan dan kebijakan yang dirumuskan anggota DPRD haruslah berpihak kepada masyarakat Kota Medan agar terciptanya masyarakat yang lebih sejahtera Jurnal CITIZENSHIP Volume 00 Nomor 00 2013 75