BAB III PENUTUP. pidana pembunuhan berencana yang menggunakan racun, yaitu: b. Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang merupakan dasar

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN

BAB I PENDAHULUAN. perampokan dan lain-lain sangat meresahkan dan merugikan masyarakat. Tindak

TINJAUAN TERHADAP LANGKAH JAKSA PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUKTIKAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG MENGGUNAKAN RACUN

BAB III PENUTUP. Dari pembahasan yang telah diuraikan mengenai peranan Visum Et Repertum

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebagaimana diuraikan dalam bab sebelumnya dapat dikemukakan kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Achmad, Menguak Realitas Hukum: Rampai Kolom Dan Artikel Pilihan Dalam Bidang Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008).

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN

TINJAUAN ALUR PROSEDUR PEMBUATAN VISUM ETREPERTUM DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA TAHUN 2010

TINJAUAN YURIDIS SOSIOLOGIS PERAN PENYIDIK DALAM MELAKUKAN IDENTIFIKASI PERILAKU TINDAK PIDANA PERKOSAAN (STUDI DI POLRES KOTA MALANG)

BAB III PENUTUP. terdahulu, maka penulis menyimpulkan beberapa hal yaitu :

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Raja Grafindo Persada,

Lex Administratum, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan penelitian dan pembahasan, maka dapat dirumuskan

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

BAB III PENUTUP. pada bab-bab sebelumnya maka dapat dijabarkan kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB III PENUTUP. praperadilan, maka dapat disimpulkan bahwa: akan memeriksa tuntutan tersebut. Tata cara atau acara dalam proses pemeriksaan

BAB III PENUTUP. bersifat yuridis adalah pertimbangan yang didasarkan pada fakta - fakta yang

DAFTAR PUSTAKA. Bakhri, Syaiful, 2009, Hukum Pembuktian Dalam Praktik Peradilan Pidana, Cetakan I, P3IH FH UMJ dan Total Media, Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis diatas maka dapat ditarik kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA. Grafika, Jakarta Grafika, Anton M.Moelijono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1998

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. kepentingan itu mengakibatkan pertentangan, dalam hal ini yang

Lex Crimen Vol. IV/No. 8/Okt/2015

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan analisis terhadap data yang diperoleh dalam Penulisan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB II KEWENANGAN JAKSA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA. diatur secara eksplisit atau implisit dalam Undang-undang Dasar 1945, yang pasti

BAB III PENUTUP. bencana terhadap kehidupan perekonomian nasional. Pemberantasan korupsi

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis pembahasan, hasil penelitian yang penulis

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Hukum Acara Pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan

perundang-undangan tentang pemberantasan tindak pidana korupsi serta tugas dan wewenang Kejaksaan, maka dapat disimpulkan bahwa:

DAFTAR PUSTAKA. A. Buku-Buku Adami Chazawi, 2011, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta, Raja Grafindo Persada

DAFTAR PUSTAKA. Andi Hamzah, Asas - Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat. disimpulkan sebagai berikut:

BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM tentang Hukum Acara Pidana.

DAFTAR PUSTAKA. Adji, Indriyanto Seno. Korupsi dan Hukum Pidana. Jakarta : Kantor Pengacara & Konsultasi Hukum Prof. Oemar Seno Adji, SH&Rekan, 2001.

BAB III PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, 2008, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, Bandung, Alumni,

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi, (2008), Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Cet. Ke- I, Jakarta: Prenada Media Group.

BAB III PENUTUP. disimpulkan beberapa hal dalam penulisan ini, yaitu:

BAB III PENUTUP. sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

BAB III PENUTUP. mewujudkan rasa keadilan dalam masyarakat. dari Balai Pemasyarakatan. Hal-hal yang meringankan terdakwa yaitu :

KEDUDUKAN KETERANGAN AHLI SEBAGAI ALAT BUKTI MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA 1 Oleh : Hadi Alamri 2

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

Lex Privatum, Vol.IV/No. 5/Juni/2016. FUNGSI OTOPSI FORENSIK DANKEWENANGAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA BERDASARKAN KUHAP 1 Oleh: Indra Makie 2

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari uraian hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan oleh penulis,

DAFTAR PUSTAKA. Anwar, Desy, 2003, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Amelia, Surabaya.

BAB III PENUTUP. Berdasarkan uraian dan analisis pada bab - bab sebelumnya, maka dapat. 1. Upaya yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Sleman dalam

BAB III PENUTUP. di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB III PENUTUP. dalam penulisan hukum ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Lex Administratum, Vol. IV/No. 3/Mar/2016. PERAN ALAT BUKTI PETUNJUK DALAM TINDAK PIDANA UMUM MENURUT KUHAP 1 Oleh : Dedi Hartono Latif 2

DAFTAR KEPUSTAKAAN., Hukum Acara Pidana, Sinar Grafika, Jakarta, 2010;, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2004;

Kata kunci: Pencabutan keterangan, terdakwa. AKIBAT HUKUM TERHADAP PENCABUTAN KETERANGAN TERDAKWA DI PENGADILAN 1 Oleh: Efraim Theo Marianus 2

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

PENJATUHAN PIDANA PENJARA BAGI TERDAKWA PENYALAHGUNAAN NARKOBA

Lex Crimen Vol. VI/No. 4/Jun/2017

DASAR PERTIMBANGAN JAKSA PENUNTUT UMUM DI DALAM MENENTUKAN BERAT RINGANNYA TUNTUTAN PADA TERDAKWA TINDAK PIDANA PERKOSAAN

BAB III PENUTUP. menyimpulkan mengenai Penerapan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Upaya yang dilakukan Polisi DIY dalam Penanggulangan Tindak. pidana Kesusilaan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan sebelumnya maka penulis. menyimpulkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukan pembahasan dan analisis, disimpulkan bahwa

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Sebagaimana tertulis dalam rumusan masalah, akhirnya penulis

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis penulis yang telah dilakukan maka dapat

BAB V PENUTUP tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Informasi

DAFTAR PUSTAKA. Achmad Ali & Wiwie Heryani, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, Cetakan ke 1,

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

Lex Crimen Vol. VII/No. 1 /Jan-Mar/2018. H. Rusli Muhammad, Hukum Acara Pidana Kontemporer, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hlm. 185.

II. TINJAUAN PUSTAKA. nampaklah bahwa pembuktian itu hanyalah diperlukan dalam berperkara dimuka

KEWENANGAN PENYIDIK POLISI TERHADAP PEMERIKSAAN HASIL VISUM ET REPERTUM MENURUT KUHAP 1. Oleh : Yosy Ardhyan 2

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

BAB III PENUTUP. waktu yang lama, dilain pihak kejaksaan harus segera dapat menentukan kerugian

KAJIAN PEMBUKTIAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

PERANAN DOKTER FORENSIK DALAM PEMBUKTIAN PERKARA PIDANA. Oleh : Yulia Monita dan Dheny Wahyudhi 1 ABSTRAK

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Mahrus Dasar-Dasar Hukum Pidana dalam Sudarto, Hukum Pidana I. Semarang: Badan Penyediaan Bahan-Bahan Kuliah, FH UNDIP

Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016

GARIS-GARIS BESAR PERKULIAHAN (GBPP)

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. sumber utama dalam pembuktian. Mengatur macam-macam alat bukti yang sah

Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016. PENJATUHAN PIDANA TERHADAP PERBUATAN PERCOBAAN MELAKUKAN TINDAK PIDANA 1 Oleh: Magelhaen Madile 2

Lex Crimen Vol. V/No. 6/Ags/2016

BAB III PENUTUP. terhadap saksi dan korban serta penemuan hukum oleh hakim.

PRAPENUNTUTAN DALAM KUHAP DAN PENGARUH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA 1 Oleh: Angela A.

BAB III PENUTUP. Berdasarkan analisa kasus diatas dapat disimpulkan bahwa ada. keterkaitan antara jumlah kerugian negara dengan berat ringannya pidana

DAFTAR PUSTAKA. A. Abidin, Farid, Zainal, 1995, Hukum Pidana I, Jakarta: Sinar Grafika.

PERAN DAN KEDUDUKAN AHLI PSIKIATRI FORENSIK DALAM PENYELESAIAN PERKARA PIDANA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti

PERANAN VISUM ET REPERTUM PADA KASUS PEMBUNUHAN OLEH IBU TERHADAP ANAK (BAYI)

BAB V PENUTUP. unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : dapat diminta pertanggung jawaban atas perbuatannya.

Transkripsi:

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta analisis yang telah penulis lakukan pada bab-bab terdahulu, berikut penulis sampaikan kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Langkah-langkah Jaksa Penuntut Umum dalam membuktikan perkara tindak pidana pembunuhan berencana yang menggunakan racun, yaitu: a. Jaksa Penuntut Umum melakukan koordinasi dengan pihak penyidik (Kepolisian) untuk melengkapi berkas perkara dan alat bukti; b. Jaksa Penuntut Umum membuat surat dakwaan yang merupakan dasar dalam pemeriksaan di pengadilan. c. Jaksa Penuntut Umum harus membuktikan unsur-unsur yang didakwakan, yang meliputi unsur obyektif dan subyektif sebagaimana ketentuan dalam Pasal 340 KUHP; d. Jaksa Penuntut Umum dalam pembuktian perkara tindak pidana pembunuhan berencana yang menggunakan racun yaitu menyiapkan bukti seperti yang diatur dalam Pasal 184 KUHAP. Alat bukti yang digunakan oleh Jaksa Penuntut Umum dalam pembuktian perkara tindak pidana pembunuhan berencana yang menggunakan racun adalah kesaksian, suratsurat (BAP, surat dakwaan, visum dan lain-lain), pengakuan petunjukpetunjuk, keterangan ahli (dokter forensik, toksikologi, patologi, ahli kimia dan sebagainya) serta bukti lain (barang bukti) yang mendukung. 87

88 e. Jaksa Penuntut Umum menghadirkan para saksi untuk memperkuat pembuktiannya; f. Jaksa Penuntut Umum meminta mengajukan keterangan dokter forensik, dokter toksikologi, dokter bedah dan sebagainya sebagai ahli, sebagaimana diatur dalam Pasal 133 KUHAP; g. Jaksa Penuntut Umum mengajukan visum et repertum sebagai alat bukti petunjuk untuk mengetahui penyebab kematian korban. 2. Kendala Jaksa Penuntut Umum dalam membuktikan perkara tindak Pidana pembunuhan berencana yang menggunakan racun, yaitu: a. Berkas perkara masih kurang sempurna atau kurang lengkap; b. Kurangnya alat-alat bukti; c. Keluarga korban keberatan untuk dilakukan otopsi; d. Terbatasnya kemampuan dan keahlian yang memiliki Jaksa Penuntut Umum khusus dalam mengungkap kasus pembunuhan berencana yang menggunakan racun; e. Saksi berhalangan hadir; f. Keterbatasan fasilitas rumah sakit dan tenaga ahli (misal: ahli forensik, ahli toksikologi, ahli bedah, ahli kimia, ahli patologi) dapat menghambat dalam mengungkap dan membuktikan kasus pembunuhan berencana yang menggunakan racun. g. Perlawanan dari Pengacara / Penasehat Hukum

89 B. Saran Supaya dalam proses pembuktian kasus pembunuhan berencana yang menggunakan racun yang dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum dapat berjalan lancar, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Tindak pidana pembunuhan berencana dengan menggunakan racun termasuk dalam pembunuhan sengaja dan direncanakan yang berakibat penjatuhan hukuman yang sangat berat yaitu penghilangan nyawa, sehingga diharapkan para Jaksa Penuntut Umum ekstra hati-hati dan selalu bersikap obyektif. 2. Dalam pembuktian perkara pidana pembunuhan berencana yang menggunakan racun, Jaksa Penuntut Umum harus melakukan koordinasi dengan pihak Kepolisian dan dokter guna mendapatkan fakta dan bukti yang konkret sehingga dapat memenuhi kebenaran materiil. 3. Bagi keluarga korban seharusnya tidak menghalangi pihak penyidik, Kejaksaan dan dokter untuk melakukan otopsi, tetapi harus mendukung, sebab semua itu dilakukan untuk proses pembuktian guna mengungkap kasus pembunuhan yang ditangani. 4. Meningkatkan kualitas SDM para jaksa dengan memberikan kesempatan belajar atau sekolah lebih lanjut guna meningkatkan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang forensik 5. Jaksa dapat melakukan teleconference bagi saksi yang berhalangan hadir atau tidak dapat hadir di depan persidangan. 6. Melengkapi rumah sakit dengan fasilitas yang lengkap dan tenaga ahli (dokter) yang mendukung untuk di tempatkan di rumah sakit Polri, rumah sakit Kejaksaan maupun di rumah sakit kehakiman khususnya di daerah pedalaman.

DAFTAR PUSTAKA Abdul Manan, 2000, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, Yayasan al-hikmah, Jakarta. Adami Chazawi, 2001, Pelajaran Hukum Pidana, Bagian 1, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Adiwisastra, 1985, Keracunan, Sumber, Bahaya serta Penanggulangannya, Angkasa, Bandung. Andi Hamzah, 1984, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Ghalia: Jakarta. -------------, Hukum Acara Pidana Indonesia, Edisi revisi, CV. Sapta Artha Jaya, 1996, Jakarta Aswin Nugraha, 2012, Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan Di Persidangan, Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur, Surabaya. Chadha, P.V. 1995, Ilmu Forensik dan Toksikologi., Widya Medika, Jakarta. Darmono, 2009, Farmasi Forensik Dan Toksikologi, Penerapannya Dalam Penyidik KasuTindak Pidana Kejahatan, Universitas Indonesia Press, Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Hari Sasangka, 2007, Penyidikan, Penahanan, Penuntutan, dan Pra Peradilan, CV.Mandar Maju, Bandung. ------------ 2003, Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana, Mandar Maju, Bandung. I. Ketut Murtika dan Djoko Prakoso, 1992, Dasar-dasar Ilmu Kedokteran Kehakiman, Rineka Cipta, Jakarta. Jims Ferdinan, 2010, Makalah Toksikologi Umum, Departemen Kedokteran Kehakiman FK USU RSU H Adam Malik, Medan. Leden Marpaung, 1991, Unsur-unsur Perbuatan yang Dapat Di Hukum (Delik), Sinar Grafika, Jakarta, ----------------, 2007, Tindak Pidana Terhadap Nyawa dan Tubuh, Sinar Grafika, Jakarta. 90

91 Lamintang, 1997, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti. Bandung. ------------------, 2012, Delik-delik Khusus, Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, Sinar Grafika, Jakarta. M. Karjadi dan R. Soesilo, 1988, Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dengan Penjelasan Resmi dan Komentar, Politeia, Bogor. Majelis Eksaminasi Publik, Putusan Eksaminasi Publik Atas Proses Kasus Pembunuhan Munir, Jakarta, 14 Maret 2007 Marwan Effendy, 2005, Kejaksaan RI Posisi dan Fungsinya Dari Perspektif Hukum, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Moeljatno. 2000. Asas Hukum Pidana, PT. Rineka Cipta. Jakarta. Mun in, Idries Abdul dan Agung Legowo Tjiptomartono, 2002, Penerapan Ilmu Kedokteran Kehakiman Dalam Proses Penyidikan, Karya Unipres, Jakarta. R. Subekti, 1995, Hukum Pembuktian, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Serenity Deliver Refisis, 2010, Analisis Hukum Terhadap Putusan Dalam Tindak Pidana Pembunuhan. USU Press. Medan. Soerjono Soekanto dan Sri Mammudji, 2003, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Suharto, 2002, Hukum Pidana Materiil, Sinar Grafika, Jakarta. W.J.S. Poerwadarminta, 1982, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Waluyadi, 2007, Ilmu Kedokteran Kehakiman, Djambatan, Jakarta. Wisnubroto, 2002, Praktek Peradilan Pidana Proses Persidangan Perkara Pidana, PT. Galaxy Puspa Mega, Jakarta. Yahya Harahap, 1993, Pembahasan, Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta. Yudi Kristiana, 2006, Independensi Kejaksaan dalam Penyidikan Korupsi, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

92 WEBSITE http://id.wikipedia.org/wiki,yogyakarta 1 Maret 2013 http://teguhalexander.blogspot.com/2009.04.01archive.html,yogyakarta 1 Maret 2013 http://www.referensimakalah.com/2012/05/teori-pembuktian-dalam-hukumpidana-4293.html,yogyakarta 1 Maret 2013 http://eco-valentinorossi.blogspot.com/2012/02/normal-o-false-false-false-en-usx-none-17.html,yogyakarta 1 Maret 2013 http://notcupz.blogspot.com/2011/06/negara-hukum.html,yogyakarta,4 april 2013 http://id.wikipedia.org/wiki/racun http://lpmadilindonesia.blogspot.com/2011/01/pembuktian-system-berdasarkan KUHAP, Yogyakarta 15 april 2013 http://larascookie.wordpress.com/toxicology alias Toksikologi«Laras-Cookie Punya WeBlog.html. Diakses pada tanggal 30 april 2010 Johann Ludwig Casper,,A Handbook of the Practice of Forensic Medicine: Thanatological division, New Sydenham Society, 1991, Page 44-45, dalam http://www.id.wikipedia.org/wiki/racun, diakses tanggal 14 Mei 2012. Umar Said, Kumpulan berita Kasus Munir, dalam diakses tanggal Selasa, 8 Juli 2008 http://umarsaid.free.htm,