DATA HASIL PENDAFTARAN USAHA/PERUSAHAAN SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI DKI JAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
DATA HASIL PENDAFTARAN USAHA/PERUSAHAAN SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI BENGKULU

Daftar Isi. Kata Pengantar Pendahuluan. Potret Ekonomi Hulu Sungai Utara 1 Potensi Ekonomi Hulu Sungai Utara menurut Lapangan Usaha 5 Tabel-Tabel 32

BERITA RESMI STATISTIK

RILIS HASIL LISTING SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI JAWA TIMUR TEGUH PRAMONO

HASIL PENDAFTARAN (LISTING) USAHA/PERUSAHAAN SENSUS EKONOMI 2016

Menyediakan Informasi untuk Pengembangan Usaha dan Daya Saing Bangsa SE2016 1

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016

HASIL PENDAFTARAN (LISTING) USAHA/PERUSAHAAN SENSUS EKONOMI 2016

Hasil Pendaftaran (listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Di Kota Bekasi

BERITA RESMI STATISTIK

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Di Kabupaten Karawang

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

Sensus Ekonomi 2016 di Provinsi Jambi

BERITA RESMI STATISTIK

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016

BERITA RESMI STATISTIK

HASIL PENDAFTARAN (LISTING) USAHA/PERUSAHAAN SENSUS EKONOMI 2016 KOTA PROBOLINGGO

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK

Potret Potensi Ekonomi Nusa Tenggara Timur Tahun 2016 Hasil pendaftaran Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) Provinsi Nusa

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

BERITA RESMI STATISTIK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017

SURVEI PENYUSUNAN INDIKATOR KHUSUS

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Statistik KATA PENGANTAR

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Hasil Pendaftaran(Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

Statistik KATA PENGANTAR

BAB III PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT LAPANGAN USAHA

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I-2017

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Provinsi Kalimantan Tengah

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

BPS KABUPATEN BATU BARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

BAB III Tinjauan Perekonomian Menurut Lapangan Usaha Kabupaten/Kota Provinsi Aceh 33 Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016

BERITA RESMI STATISTIK

PEREKONOMIAN PAPUA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III-2015

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Utara Triwulan III 2017

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-2017

Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Kabupaten Serang

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2015

Transkripsi:

No. Katalog: 9102053.31 SENSUS EKONOMI ht tp :// ja ks elk ot a. bp s.g o. id DATA HASIL PENDAFTARAN USAHA/PERUSAHAAN SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA

Daftar Isi Halaman Kata Pengantar iii Pendahuluan iv Potret Ekonomi DKI Jakarta 1 Potensi Ekonomi DKI Jakarta menurut Lapangan Usaha 5 Tabel-tabel 37 B

SENSUS EKONOMI o. id DATA HASIL PENDAFTARAN USAHA/PERUSAHAAN SENSUS EKONOMI 2016 PROVINSI DKI JAKARTA s.g Distribusi Usaha/Perusahaan ht tp :// ja ks elk ot a. bp Jumlah Usaha/Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja i

The coming century is surely the century of data. David Donoho (2000) ii

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, BPS berkewajiban melaksanakan kegiatan Sensus Ekonomi setiap sepuluh tahun sekali pada tahun yang berakhiran angka enam. Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) merupakan sensus ekonomi yang ke empat. Pelaksanaan SE2016 dilakukan dalam beberapa tahapan, mulai dari persiapan, listing atau pendaftaran usaha/perusahaan, pencacahan Usaha Menengah Besar (UMB) dan Usaha Mikro Kecil (UMK), sampai dengan diseminasi hasil. Kegiatan pendaftaran usaha/perusahaan mencakup seluruh lapangan usaha di luar pertanian yang dilakukan pada Mei 2016. Kegiatan listing SE2016 menghasilkan data dasar kegiatan ekonomi khususnya mengenai jumlah usaha dan tenaga kerja. Data tersebut berguna bagi perencanaan dan evaluasi pembangunan. Booklet ini berisi ringkasan hasil listing usaha/perusahaan. Diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menyukseskan kegiatan SE2016. Semoga bermanfaat. Jakarta, Mei 2017 Kepala BPS DKI Jakarta Thoman Pardosi iii

Peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional merupakan bagian dari Sembilan Agenda Prioritas Nasional (Nawacita) tahun 2015-2019 yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Untuk mendukung agenda tersebut, diperlukan basis data yang menyeluruh dan akurat termasuk data yang menggambarkan peta perekonomian. Sensus Ekonomi Tahun 2016 (SE2016) dilaksanakan untuk mendapatkan potret utuh perekonomian bangsa. Gambaran lengkap tentang level dan struktur ekonomi nonpertanian, berikut informasi dasar dan karakteristiknya dapat tergambarkan pada tingkat nasional maupun regional. Dengan demikian, data dan informasi statistik dalam SE2016 merupakan modal penting yang dapat dijadikan sebagai salah satu landasan dalam menentukan kebijakan perekonomian. Secara umum kegiatan SE2016 dilakukan untuk memperoleh data dasar mengenai usaha/perusahaan yang bergerak di berbagai aktivitas usaha di luar usaha pertanian. Data utama yang dikumpulkan mencakup jumlah dan struktur usaha menurut wilayah, lapangan usaha, dan skala usaha. Di samping itu, informasi pendukung lainnya turut memperkaya keragaman data yang dewasa ini dibutuhkan untuk melihat perkembangan usaha masyarakat seperti jaringan usaha, penggunaan internet dalam kegiatan usaha (on-line), sistem waralaba (franchise), kepemilikan usaha (ownership) serta kendala dan prospek usaha. SE2016 juga secara khusus memotret skala usaha yang diklasifikasikan menjadi Usaha Mikro Kecil (UMK) dan Usaha Menengah Besar (UMB). Sebuah usaha atau perusahaan dianggap UMB dengan mempertimbangkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha (KBLI), badan usaha, jumlah tenaga kerja, dan kriteria sektoral lainnya serta threshold yang tertuang dalam Undang-undang no 20 Tahun 2008 tentang usaha kecil, mikro menengah, dan besar yang menyebutkan bahwa usaha atau perusahaan dikategorikan sebagai UMB jika nilai omset lebih dari 2,5 miliar rupiah. iv

Peta potensi ekonomi wilayah menurut industri dan pelaku usaha Sampling frame untuk berbagai kegiatan survei Benchmark indikator ekonomi (PDB, PDRB, ketenagakerjaan, dll) Karakteristik usaha menurut skala usaha Memberi gambaran lengkap tentang level dan struktur ekonomi Mengetahui karakteristik usaha di Indonesia S E N S U S EKONOMI Memperoleh informasi dasar yang mencakup semua sektor ekonomi diluar pertanian Mengetahui daya saing bisnis di Indonesia Basis data dan updating Integrated Business Register (IBR) Peta daya saing bisnis menurut wilayah Karakteristik usaha (unik) franchise, e-commerce/onlinebusiness, multilevel marketing, dll Prospek bisnis dan perencanaan investasi di Indonesia v

Wilayah Kota Perkotaan Perdesaan Kabupaten Perkotaan Perdesaan Konsentrasi Sensus Lengkap Sensus Lengkap Sensus Lengkap Sensus Sampel (50% Blok Sensus) Klasifikasi Desa Nonkonsentrasi Sensus Lengkap Sensus Lengkap Sensus Lengkap Sensus Sampel (25% Blok Sensus) Pendaftaran usaha/perusahaan secara lengkap dilakukan di seluruh wilayah Indonesia, kecuali di desa perdesaan yang berada di wilayah administrasi kabupaten. KRITERIA UMUM Penentuan skala usaha berdasarkan badan hukum: seluruh usaha yang berbadan hukum mayoritas dikategorikan sebagai Usaha Menengah dan Besar (UMB) kecuali Kategori Industri yang hanya mempertimbangkan jumlah tenaga kerja. Penentuan skala usaha berdasarkan UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah: a. Usaha Menengah: kekayaan bersih > 500 juta s/d 10 miliar rupiah ( tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha); atau Omset/tahun > 2,5 miliar s/d 50 miliar rupiah. b. Usaha Besar : diatas usaha menengah. KRITERIA KHUSUS BERDASARKAN KATEGORI Industri Usaha Menengah : Jumlah Tenaga Kerja 20-99 orang Usaha Besar : Jumlah Tenaga Kerja 100 orang Konstruksi Usaha Menengah : kualifikasi M1 & M2 Usaha Besar : kualifikasi B1 & B1 Kualifikasi M1, M2, B1 dan B2 mengacu pada Peraturan Nomor 10 Tahun 2014 Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Hotel UMB merupakan hotel berbintang 1 s.d. 5 vi

POTRET EKONOMI DKI JAKARTA PERDAGANGAN DAN JASA PENGGERAK UTAMA EKONOMI IBUKOTA 1

Struktur ekonomi DKI Jakarta sangat didominasi oleh kelompok sektor tersier atau jasa dengan kontribusi terhadap PDRB sebesar 73 persen. Kelompok sektor jasa tersebut dikenal dengan istilah sektor non-tradable dimana pada umumnya tidak langsung menghadapi persaingan dengan luar negeri (non-traded). Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) menjadi langkah awal untuk melihat struktur perekonomian DKI Jakarta secara lebih rinci. Listing SE2016, jumlah usaha/perusahaan di DKI Jakarta tercatat sebanyak 1,24 juta usaha/perusahaan. Angka ini meningkat dari hasil sensus ekonomi sepuluh tahun yang lalu (SE2006) yang sebanyak 1,14 juta usaha/ perusahaan. Perkembangan teknologi dan tumbuhnya usaha modern seperti bisnis online serta waralaba turut memberikan andil meningkatnya aktivitas ekonomi di DKI Jakarta beberapa tahun belakangan. Sensus Ekonomi2006 1,14 juta 2006 SENSUS EKONOMI 1,24 juta 2016 Gambar 1. Jumlah Usaha/Perusahaan, 2006 dan 2016 UMB ( 6,54%) UMK (93,46%) Di sisi lain, kategori usaha yang selama ini memberikan kontribusi cukup besar yaitu Industri Pengolahan mulai mengalami penurunan. Hal tersebut dapat terlihat dari penurunan kontribusi kategori Industri Pengolahan terhadap PDRB antara tahun 2011 dan 2015 yaitu dari 13,62 persen menjadi 12,85 persen (kontribusi menurut harga konstan). Pergeseran kontribusi lapangan usaha Industri Pengolahan dalam beberapa tahun terakhir, diakibatkan berkembangnya daerah penyangga Jakarta seperti Tangerang, Bekasi dan Kerawang yang kini banyak berdiri sentra kawasan industri. Salah satu faktor penyebabnya adalah biaya sewa lahan yang jauh lebih murah dibanding di Jakarta. Dilihat dari jumlah usahanya, aktivitas ekonomi yang paling banyak dijalankan adalah usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil & Sepeda Motor (Kategori G), dengan proporsi sebesar 36,73 persen dari total usaha SE2016. Kemudian diikuti oleh Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum (Kategori I) dan Industri Pengolahan (Kategori C) dengan proporsi masing-masing sebesar 27,97 persen dan 7,90 persen. 2

1, 93% 1,39% 4,86% M, N P 0, 82% L K 2,49% J 27,97% I 0, 68% Q 6,23% R, S, U B 0, 01% C 7,90% SENSUS EKONOMI 6,93% H D E 0, 09% 0, 65% F 1,32% G 36,73% Kategori B. Pertambangan dan Penggalian Kategori C. Industri Pengolahan Kategori D. Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas dan Udara Dingin Kategori E. Pengelolaan Air, Pengelolaan Air Limbah, Pengelolaan dan Daur Ulang Sampah, dan Aktivitas Remediasi Kategori F. Konstruksi Kategori G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Kategori H. Pengangkutan dan Pergudangan Kategori I. Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Kategori J. Informasi dan Komunikasi Kategori K. Aktivitas Keuangan dan Asuransi Kategori L. Real Estat Kategori M,N. Jasa Perusahaan Kategori P. Pendidikan Kategori Q. Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas Sosial Kategori R,S,U. Jasa Lainnya Gambar 2. Distribusi Usaha/Perusahaan Menurut Kategori Lapangan Usaha, 2016 Usaha Mikro Kecil (UMK) mendominasi aktivitas ekonomi dengan proporsi sekitar 93,46 persen. Sementara itu, Usaha Menengah Besar (UMB) tercatat ada sebanyak 81 ribu usaha/perusahaan (6,53 persen) dimana sekitar hampir 30 persennya memilih untuk beraktivitas di wilayah Jakarta Selatan. Distribusi tenaga kerja menurut kategori usaha menggambarkan hal yang agak berbeda dengan jumlah usahanya. Jumlah Usaha kategori G, C dan I yang adalah tiga terbesar bila digabungkan dapat mencapai 73 persen dari total usaha SE2016. Namun ternyata, ketiganya hanya menyerap 55 persen tenaga kerja. Diantara seluruh kategori usaha yang dicakup pada SE2016, Perdagangan (kategori G) merupakan kategori yang paling mendominasi perekonomian DKI Jakarta. Proporsi jumlah usaha kategori tersebut mencapai 36,73 persen dari total usaha, serta mampu menyerap 25,79 persen total tenaga kerja. Sejalan dengan itu, kontribusi kategori ini dalam PDRB tahun 2016 merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 16,49 persen. Berdasarkan data tersebut di atas, terlihat bahwa meskipun secara jumlah usaha kategori tersebut paling dominan, namun daya serap tenaga kerja serta produktifitasnya tidak setinggi proporsi jumlah usahanya. Hal tersebut terjadi karena 93 persen lebih usaha di kategori tersebut merupakan usaha mikro kecil atau UMK. Dilihat dari sebarannya, jumlah usaha terbanyak ada di Jakarta Barat dengan proporsi sebesar 26,06 persen dan menyerap tenaga kerja 20,32 persen. Berikutnya adalah Jakarta Timur, dengan proporsi jumlah usaha sebesar 21,59 persen dengan penyerapan 3

Gambar 3. Jumlah Usaha/Perusahaan dan Tenaga Kerja Menurut Kabupaten/Kota, 2016 s.g o. id mencapai 18,72 persen. Dari kedua wilayah tersebut terihat bahwa proporsi jumlah usaha lebih tinggi dibandingkan penyerapan tenaga kerjanya. :// ja ks elk ot a. bp Berbeda halnya di Jakarta Selatan, dimana proporsi usahanya sebesar 20,05 persen namun mampu menyerap 27,50 persen tenaga kerja. Demikian pula dengan Jakarta Pusat, dimana 13,18 persen jumlah usaha berlokasi area tengah kota serta mampu menyerap 15,41 persen tenaga kerja. Sementara, dua wilayah lainnya yaitu Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu memiliki proporsi yang relatif berimbang antara jumlah usaha dan tenaga kerja. Dominasi menurut skala usaha menjadi penyebab hal tersebut terjadi. Proporsi UMK terbesar terdapat di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Timur. ht tp Sementara, UMB sebagian besar berlokasi di Jakarta Selatan. Kegiatan ekonomi yang paling mendominasi di Jakarta Selatan dibanding wilayah lainnya adalah Kantor Pertambangan (kategori B), Kantor Pusat (kategori M) serta Badan Internasional (kategori U), yaitu sebesar 69,88 persen, 42,26 persen, dan 58,82 persen. Gambar 4. Jumlah Usaha/Perusahaan Menurut Skala Usaha dan Kabupaten/Kota, 2016 4

Potensi Ekonomi DKI Jakarta menurut Lapangan Usaha Kategori B. Kategori C. Kategori D. Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas dan Udara Dingin Kategori E. Kategori F. Kategori G. Kategori H. Kategori I. Kategori J. Pengelolaan Air, Pengelolaan Air Limbah, Pengelolaan dan Daur Ulang Sampah, dan Aktivitas Remediasi Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor Pengangkutan dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Kategori K. Kategori L. Kategori M,N. Kategori P. Kategori Q. Aktivitas Keuangan dan Asuransi Real Estat Jasa Perusahaan Pendidikan Aktivitas Kesehatan Manusia dan Aktivitas Sosial Kategori R,S,U. Jasa Lainnya 5

KEP. SERIBU Potret usaha pertambangan & Penggalian 311 (5,44%) 1 5 (1,20%) (6,02%) 90 Jumlah Usaha/Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja dki JAKARTA (1,57%) 6 (7,23%) JAKARTA BARAT 200 (3,50%) 58 (69,88%) JAKARTA SELATAN 3.539 (61,91%) JAKARTA PUSAT 83 5.716 JAKARTA UTARA JAKARTA TIMUR 1.153 (20,17%) 7 (8,43%) 423 (7,40%) 6 (7,23%) 0,01% Jumlah usaha/ perusahaan dari total usaha nonpertanian 6 68-69 ORANG / USAHA RATA-RATA TENAGA KERJA PER USAHA TERBESAR DIBANDING KATEGORI LAIN UMK Usaha Mikro Kecil 0 0 Rp UMB Usaha Menengah Besar 83 5.716 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA

KATEGORI B. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN Usaha dengan Rata-rata Penyerapan Tenaga Kerja Tertinggi Sebagai sebuah kota metropolitan, perekonomian Provinsi DKI Jakarta sangat didominasi oleh sektor tersier. Kegiatan ekonomi sektor primer yang salah satunya adalah kategori Pertambangan dan Penggalian memiliki peranan yang tidak dominan. Hal ini terlihat dari rendahnya sumbangan terhadap PDRB DKI Jakarta tahun 2016 yang hanya sebesar 0,24 persen. Hasil SE2016 menunjukkan bahwa jumlah usaha kategori Pertambangan dan Penggalian di DKI Jakarta ada sebanyak 83 usaha atau hanya 0,01 persen dari total usaha SE2016. Aktivitas pertambangan dan penggalian yang beroperasi di ibukota sebagian besar berupa kantor penunjang atau perwakilan, dimana keseluruhannya masuk ke dalam skala usaha menengah besar (UMB). Kegiatan usaha kategori Pertambangan dan Penggalian menyerap tenaga kerja hampir 6 ribu orang atau 0,12 persen. Secara rata-rata, penyerapan tenaga kerja pada kategori tersebut sebesar 69 orang per usaha. Rasio ini adalah yang terbesar diantara seluruh kategori usaha. Dilihat dari sebarannya, hampir 70 persen usaha pada kategori tersebut berlokasi di wilayah Jakarta Selatan dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 61 persen dari total tenaga kerja di kategori tersebut. Seperti diketahui bahwa di wilayah Jakarta Selatan terdapat banyak pusat perkantoran dan super blok, tempat di mana banyak kantor pusat serta kantor perwakilan memilih beroperasi di area tersebut untuk memudahkan interaksi bisnis. Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha pengambilan mineral dalam bentuk alami, yaitu padat (batu bara dan bijih logam), cair (minyak bumi) atau gas (gas alam). Kegiatan ini dapat dilakukan dengan metode yang berbeda seperti penambangan dan penggalian di permukaan tanah atau di bawah tanah, pengoperasian sumur pertambangan, penambangan di dasar laut dan lain-lain. Kategori ini juga mencakup kegiatan tambahan untuk penyiapan barang tambang dan galian mentah untuk dipasarkan seperti pemecahan, pengasahan, pembersihan, pengeringan, sortasi, pemurnian bijih logam, pencairan gas alam dan aglomerasi bahan bakar padat. 7

KEP. SERIBU 308 (0,32%) Potret usaha industri Pengolahan 607 (0,09%) Jumlah Usaha/Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja dki jakarta 46.509 (47,63%) 200.456 (29,92%) JAKARTA BARAT 152.507 (3,45%) 55.931 (8,35%) 7.998 (8,19%) JAKARTA SELATAN JAKARTA PUSAT 97.643 669.905 JAKARTA UTARA (8,82%) 43,222 (6,45%) 12.277 (12,57%) 154.337 (23,04%) JAKARTA TIMUR 215.352 (32,15%) 12.561 (12,86%) 17.990 (18,42%) 7,90% Jumlah usaha/ perusahaan dari total usaha nonpertanian Jumlah Usaha/ Perusahaan Menurut jenis tempat usaha Usaha pada Bangunan Khusus Tempat Usaha 30.562 Usaha selain pada Bangunan Khusus Tempat Usaha 67.081 UMK Usaha Mikro Kecil 94.549 274.141 Rp UMB Usaha Menengah Besar 3.094 395.764 8 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA

KATEGORI C. INDUSTRI PENGOLAHAN Lapangan Usaha Andalan Untuk Penyerapan Tenaga Kerja Industri pengolahan mempunyai peran yang sangat besar dalam perekonomian DKI Jakarta. Hal ini terlihat dari kontribusi terhadap PDRB DKI Jakarta tahun 2016 yang mencapai 13,55 persen. Dalam enam tahun terakhir, industri pengolahan selalu menempati posisi terbesar kedua sebagai penggerak perekonomian DKI Jakarta sekaligus sebagai salah satu tulang punggung dalam menciptakan nilai tambah serta penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2016, tercatat bahwa industri pengolahan mampu menciptakan nilai tambah sebesar 295 triliun rupiah. Sensus Ekonomi 2016, jumlah usaha kategori industri pengolahan mencapai hampir 100 ribu usaha. Jumlah ini menempati urutan ketiga terbesar setelah kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor (kategori G), Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum (kategori I). Meskipun secara jumlah usaha, proporsi industri pengolahan hanya sebesar 7,9 persen dari total usaha yang dicakup dalam SE2016, namun ternyata mampu menyumbangkan 13,55 persen dalam penciptaan nilai tambah. Hal tersebut dapat diartikan bahwa produktivitas usaha industri pengolahan lebih tinggi dari kategori G dan I. Usaha kategori Industri Pengolahan di DKI Jakarta sangat didominasi oleh usaha skala Mikro dan Kecil (UMK) yang mencapai 96,83 persen. Sisanya sebesar 3,17 persen adalah usaha dengan skala Menengah Besar (UMB). Namun dalam hal penciptaan lapangan kerja, usaha pada skala UMB secara rata-rata mampu menyerap 128 tenaga kerja per usaha/perusahaan, sangat jauh di atas UMK yang rata-ratanya hanya mencapai 3 tenaga kerja per usaha/perusahaan. Berdasarkan sebaran lokasi, sebanyak 47,63 persen usaha/perusahaan terkonsentrasi di Jakarta Barat, diikuti Jakarta Timur dan Jakarta Utara yang masing-masing mencapai 18,42 dan 12,86 persen dari total usaha industri pengolahan hasil SE2016. Sisanya sebanyak 14,89 persen tersebar di tiga wilayah lainnya. Kategori ini meliputi kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang perubahan secara kimia atau fisik dari bahan, unsur atau komponen menjadi produk baru. Bahan baku industri pengolahan berasal dari produk pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan atau penggalian seperti produk dari kegiatan industri pengolahan lainnya. Perubahan, pembaharuan atau rekonstruksi yang pokok dari barang secara umum diperlakukan sebagai industri pengolahan. Unit industri pengolahan digambarkan sebagai pabrik, mesin, atau peralatan yang khusus digerakkan dengan mesin dan tangan. Termasuk kategori industri pengolahan di sini adalah unit yang mengubah bahan menjadi produk baru dengan menggunakan tangan, kegiatan maklon atau kegiatan penjualan produk yang dibuat di tempat yang sama di mana produk tersebut dijual dan unit yang melakukan pengolahan bahan-bahan dari pihak lain atas dasar kontrak. 9

KEP. SERIBU 12 (1,06%) Potret usaha Pengadaan Listrik, Gas, Uap/ Air Panas dan Udara Dingin 17 (0,20%) Jumlah Usaha/Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja dki jakarta 372 (32,72%) 1.791 (20,83%) JAKARTA BARAT 152.507 (3,45%) 3.779 (43,96%) 109 (9,59%) JAKARTA SELATAN JAKARTA PUSAT 1.137 8.597 JAKARTA UTARA (8,82%) 767 (8,92%) 254 (22,34%) 959 (11,16%) JAKARTA TIMUR 149 (13,10%) 1.284 (14,94%) 241 (21,20%) 0,09% Jumlah usaha/ perusahaan dari total usaha nonpertanian Jumlah Usaha/ Perusahaan Menurut jenis tempat usaha 410 727 (ribu) UMK Usaha Mikro Kecil Rp UMB Usaha Menengah Besar 929 1.513 208 7.084 10 Usaha pada Bangunan Khusus Tempat Usaha Usaha selain pada Bangunan Khusus Tempat Usaha BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA

KATEGORI D. PENGADAAN LISTRIK, GAS, UAP/AIR PANAS DAN UDARA DINGIN Usaha yang Minim Penciptaan Nilai Tambah Namun Berperan Penting dalam Kehidupan Produk dari usaha pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin memegang peranan penting dalam menunjang kehidupan dan perekonomian. Akan tetapi peranan lapangan usaha kategori ini dalam penciptaan nilai tambah serta penyerapan tenaga kerja di DKI Jakarta masih sangat minim. SE2016 mencatat 1.137 usaha/perusahaan kategori pengadaan listrik, gas, uap/ air panas dan udara dingin (kategori D) di Provinsi DKI Jakarta. Jumlah tersebut merupakan tiga terkecil dari seluruh kategori usaha hasil sensus. Menurut tempat usahanya, sebagian besar perusahaan di kategori tersebut menempati selain bangunan khusus tempat usaha (63,94 persen). Sementara sisanya yaitu 36,06 persen diusahakan pada bangunan khusus tempat usaha. Salah satu contoh usaha di selain bangunan khusus tempat usaha (bangunan campuran yaitu tidak dapat dipisahkan dengan rumah tinggal) adalah agen token listrik yang menurut pengelompokannya termasuk dalam KBLI dimaksud. Berdasarkan skala usahanya, kategori tersebut didominasi oleh UMK dengan jumlah usaha sebanyak 929 usaha/perusahaan (81,71 persen). Sementara, untuk skala UMB ada sebanyak 208 usaha/perusahaan (18,29 persen). Hal ini sejalan dengan proporsi jumlah usaha terhadap tempat usahanya. Dilihat dari penyerapan tenaga kerjanya, kategori ini hanya mampu menyerap 0,18 persen dari total tenaga kerja. Bila dibedakan menurut skala usahanya, tenaga kerja pada skala UMK menyerap sebesar 17,6 persen, dan skala UMB mampu menyerap sebesar 82,4 persen dari total 8.597 tenaga kerja Kategori D. Sedangkan, rata-rata tenaga kerja untuk UMB mencapai 34 orang per unit usaha/perusahaan dan untuk skala UMK hanya 2 orang per unit usaha/ perusahaan. Menurut penyebarannya, Jakarta Barat adalah wilayah yang paling banyak terdapat usaha pada kategori tersebut diantara 6 Kabupaten/Kota di DKI Jakarta. Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha pengadaan tenaga listrik, gas alam, uap panas, air panas dan sejenisnya melalui jaringan, saluran atau pipa infrastruktur permanen. Dimensi jaringan/infrastruktur tidak dapat ditentukan dengan pasti, termasuk kegiatan pendistribusian listrik, gas, uap panas, dan air panas serta sejenisnya dalam lokasi pabrik atau bangunan tempat tinggal. Kategori ini juga mencakup pengoperasian mesin pembangkit listrik dan gas, yang menghasilkan, mengontrol dan menyalurkan tenaga listrik atau gas. Juga mencakup pengadaan uap panas dan udara dingin/sistem tata udara. Termasuk kegiatan produksi es baik untuk kebutuhan konsumsi maupun kebutuhan lainnya. 11

KEP. SERIBU 20 (0,25%) Potret usaha Pengelolaan Air, Pengelolaan Air Limbah, Pengelolaan & Daur Ulang Sampah, & Aktivitas Remediasi 30 (0,18%) Jumlah Usaha/Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja DKI Jakarta 1.968 (24,51%) 5.177 (30,32%) JAKARTA BARAT 152.507 (3,45%) 442 (5,50%) 17.075 (8,82%) 1.289 (7,55%) 1.245 (15,50%) 3.067 (17,96%) 8.031 2.818 (16,50%) JAKARTA SELATAN JAKARTA PUSAT JAKARTA UTARA JAKARTA TIMUR 4.694 (27,49%) 3.056 (38,05%) 1.300 (16,19%) 0,65% Jumlah usaha/ perusahaan dari total usaha nonpertanian Jumlah Usaha/ Perusahaan Menurut jenis tempat usaha 1.566 6.465 UMK Usaha Mikro Kecil Rp UMB 7.874 12.909 157 4.166 12 Usaha pada Bangunan Khusus Tempat Usaha Usaha selain pada Bangunan Khusus Tempat Usaha BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA

KATEGORI E. PENGELOLAAN AIR, PENGELOLAAN AIR LIMBAH, PENGELOLAAN DAN DAUR ULANG SAMPAH, DAN AKTIVITAS REMEDIASI Aktivitas Ekonomi Vital yang Belum Banyak Diusahakan Kategori E yang mencakup pengelolaan air, pengelolaan air limbah, pengelolaan dan daur ulang sampah, dan aktivitas remediasi merupakan kegiatan ekonomi yang sangat penting dalam menunjang aktivitas ekonomi lainnya. Namun berdasarkan hasil SE2016, usaha ini belum banyak diusahakan oleh masyarakat pelaku ekonomi di DKI Jakarta. Berdasarkan hasil Sensus Ekonomi 2016 di DKI Jakarta, kegiatan ekonomi pada kategori ini mencapai 8.031 usaha/perusahaan dengan proporsi sebesar 0,65 persen dari total usaha/perusahaan yang dicakup dalam sensus tersebut. Hanya sedikit sekali usaha kategori ini yang merupakan skala UMB yaitu 1,95 persen. Sedangkan 98,05 persen merupakan skala usaha UMK. Pada kategori tersebut, sebagian besar usahanya beraktifitas pada bangunan yang bukan khusus tempat usaha yaitu sebesar 80,50 persen, sedangkan 19,50 persen menempati bangunan khusus untuk tempat usaha. Penyerapan tenaga kerja pada kategori tersebut tergolong rendah yaitu hanya sebesar 0,35 persen dari total tenaga kerja seluruh kategori yang dicakup SE2016. Bila dibedakan menurut skala usahanya, 75,60 persen merupakan skala UMK atau menyerap 12.909 tenaga kerja. Sementara, untuk skala UMB mampu menyerap 4.166 tenaga kerja atau 24,40 persen. Dilihat dari sebarannya, hampir 40 persen usaha pada kategori tersebut berlokasi di wilayah Jakarta Utara dengan penyerapan tenaga kerja mencapai hampir 5 ribu orang. Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara yang berbatasan langsung dengan laut Jawa merupakan area dengan kondisi air tanah yang kurang baik, sehingga kegiatan usaha air isi ulang cukup banyak dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar. Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha yang berhubungan dengan pengelolaan air. Kategori ini juga mencakup pengelolaan berbagai bentuk limbah/sampah, seperti limbah/sampah padat atau bukan yang berasal dari rumah tangga dan industri, yang dapat mencemari lingkungan. Hasil dari proses pengolahan limbah/sampah dapat dibuang atau menjadi input dalam proses produksi lainnya. 13

Rp Potret usaha Konstruksi KEP. SERIBU 127 (0,04%) JAKARTA UTARA (8,82%) 40.599 (11,36%) 16 (0,10%) Jumlah Usaha/Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja DKI JAKARTA 5.281 (32,42%) 70.037 (19,60%) JAKARTA BARAT 152.507 (3,45%) 105.912 (29,65%) 1.991 (12,22%) JAKARTA SELATAN JAKARTA PUSAT 16.288 357.250 61.393 (17,18%) 3.594 (22,07%) 79.182 (22,16%) JAKARTA TIMUR 1.982 (12,17%) 3.424 (21,02%) 1,32% Jumlah usaha/ perusahaan dari total usaha nonpertanian Jumlah Usaha/ Perusahaan Menurut jenis tempat Usaha pada Bangunan Khusus Tempat Usaha 10.388 usaha UMK UMB Usaha selain pada Bangunan Khusus Tempat Usaha 5.950 Usaha Mikro Kecil 7.576 61.951 8.712 295.299 14 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA

KATEGORI F. KONSTRUKSI Usaha dengan Proporsi Tenaga Kerjanya didominasi Usaha Menengah Besar (UMB) Pembangunan infrastruktur yang semakin melengkapi fasilitas perkotaan di DKI Jakarta sangat marak dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini mengindikasikan bahwa geliat perekonomian usaha Konstruksi menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Berdasarkan data PDRB DKI Jakarta, kategori usaha tersebut menunjukkan pertumbuhan yang selalu positif setelah krisis tahun 1998. Nilai tambah yang dihasilkan di tahun 2016 mencapai 280 triliun rupiah. Kondisi ini menempatkan usaha Konstruksi pada posisi ketiga pemberi sumbangan terbesar dalam perekonomian DKI Jakarta dengan kontribusi sebesar 12,88 persen. Seiring dengan semakin maraknya pengerjaan proyek-proyek infrastruktur tersebut, baik oleh pemerintah maupun swasta, diharapkan dapat menumbuhkan iklim investasi yang dapat mendorong pertumbuhan industri terkait, membuka lapangan kerja serta menyerap tenaga kerja. Berdasarkan hasil SE2016, usaha kategori Konstruksi di DKI Jakarta mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 357 ribu orang atau 7,40 persen dari total tenaga kerja seluruh kategori yang dicakup pada SE2016. Bahkan diantara seluruh tenaga kerja pada perusahaan UMB, hampir 12 persennya bekerja pada usaha/perusahaan yang bergerak di bidang Konstruksi. Hal ini menunjukkan bahwa Konstruksi masih menjadi salah satu kategori usaha andalan dalam penciptaan lapangan kerja. Tentu saja hal tersebut harus diiringi dengan peningkatan kapasitas tenaga kerja untuk peningkatan produktifitas. Menurut sebarannya, jumlah usaha/perusahaan kategori Konstruksi terbanyak berada di Jakarta Barat yaitu sebesar 32,42 persen, kemudian diikuti Jakarta Selatan sebesar 22,07 persen. Namun berbeda halnya dengan sebaran tenaga kerja menurut wilayah, dimana penyerapan tenaga kerja terbesar justru berada di Jakarta Selatan yaitu sebanyak 106 ribu tenaga kerja (29,65 persen) diikuti Jakarta Timur 79 ribu tenaga kerja (22,16 persen). Kategori ini mencakup kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang konstruksi, yaitu kegiatan konstruksi umum dan konstruksi khusus pekerjaan bangunan gedung dan bangunan sipil. Kegiatan konstruksi mencakup pekerjaan baru, perbaikan, penambahan dan perubahan, pendirian bangunan atau struktur prafabrikasi di lokasi proyek dan juga konstruksi yang bersifat sementara. Kegiatan konstruksi umum berupa konstruksi bangunan tempat tinggal, bangunan kantor, pertokoan, dan bangunan lainnya. Sedangkan konstruksi bangunan sipil seperti jalan kendaraan bermotor, jalan raya, jembatan, terowongan, jalan rel, lapangan udara, pelabuhan dan bangunan air lainnya, sistem irigasi, sistem limbah, fasilitas olahraga, dan lain-lain. Kegiatan konstruksi khusus, seperti penyiapan lahan, instalasi gedung dan penyelesaian gedung dan lain-lain. Pekerjaan konstruksi dapat dilakukan atas nama sendiri atau atas dasar balas jasa/kontrak. Sebagian pekerjaan dan dimungkinkan keseluruhan pekerjaan konstruksi dapat disubkontrakan. Unit yang melakukan subkontrak kegiatan konstruksi diklasifikasikan di sini. Kategori ini mencakup juga kegiaan perbaikan bangunan gedung dan bangunan sipil. 15

KEP. SERIBU 1.223 (0,27%) Jumlah Usaha/Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja DKI JAKARTA Potret usaha Perdagangan Besar Dan Eceran; Reparasi Dan Perawatan Mobil Dan Sepeda Motor 1.866 (0,15%) Menurut jenis tempat usaha 2015 Usaha Selain pada Bangunan Khusus Tempat Usaha 270.342 (21,72%) 105.416 (23,23%) 222.612 JAKARTA BARAT 292.608 (23,51%) 152.507 (3,45%) 88.317 (19,46%) JAKARTA SELATAN 453.812 1.244.685 Usaha pada Bangunan Khusus Tempat Usaha 70.871 (15,62%) JAKARTA PUSAT JAKARTA UTARA JAKARTA TIMUR 241.649 (19,41%) 105.184 (23,18%) 231.200 212.074 (17,04%) 82.801 (18,25%) 226.146 (18,17%) Jumlah Usaha/Perusahaan 36,73% dari Total Usaha Nonpertanian UMK 422.735 760.284 UMB dari kategori ini memiliki rata-rata tenaga kerja SEBANYAK 16 UMB 31.077 484.401 16 orang Paling kecil dibandingkan dengan kategori lain BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA

KATEGORI G. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN; REPARASI DAN PERAWATAN MOBIL DAN SEPEDA MOTOR Usaha yang Paling Banyak Digeluti di DKI Jakarta DKI Jakarta merupakan salah satu pintu gerbang utama perdagangan Indonesia dengan luar negeri. Keberadaan pelabuhan bongkar muat internasional Tanjung Priok menjadikan DKI Jakarta memainkan peranan kunci kegiatan ekspor dan impor barang. Selama tahun 2016, tercatat 32 persen total ekspor Indonesia dikirimkan melalui pelabuhan di utara Jakarta tersebut. Budaya masyarakat perkotaan yang cukup menonjol adalah berbelanja. Belanja bukan hanya menjadi pola hidup tetapi juga menjadi salah satu sarana hiburan masyarakat kosmopolitan. Konon Jakarta dijuluki sebagai Kota dengan Mall Terbanyak di Dunia. Tercatat ada 173 unit mall di DKI Jakarta. Ini belum termasuk 150 pasar yang dikelola oleh PD Pasar Jaya. Ditambah lagi dengan begitu menjamurnya mini market yang tersebar hampir di seluruh sudut ibukota. Sementara itu, jumlah kendaraan bermotor yang tercatat pada Ditlantas Polda Metro Jaya tahun 2015 mencapai hampir 18 juta unit. Dapat dibayangkan besarnya nilai tambah yang tercipta oleh sub kategori Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor. Hal tersebut di atas menempatkan kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor sebagai kegiatan ekonomi utama dalam penciptaan nilai tambah serta penyerapan tenaga kerja. Menurut data PDRB tahun 2016, kategori tersebut mampu menciptakan nilai tambah sebesar 359 triliun rupiah serta menyumbang 16,49 persen dari total PDRB DKI Jakarta yang mencapai 2.177 triliun rupiah. Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan hasil SE2016, jumlah usaha kategori ini mencapai 450 ribu usaha lebih atau 36,73 persen dari seluruh usaha yang disensus. Penyerapan tenaga kerja pada kategori ini mencapai 25,79 persen. Kemudian, bila dilihat dari skala usahanya, kategori tersebut sangat didominasi oleh usaha dengan skala mikro dan kecil (UMK). Proporsi UMK mencapai 93,15 persen dari total usaha di kategori tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa kategori tersebut memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat. Sebaran unit usaha pada kategori tersebut relatif merata di lima wilayah Kota Administratif, di mana jumlah terbanyak ada di Jakarta Barat yaitu sekitar 23 persen dari total usaha SE2016. Kategori ini meliputi kegiatan ekonomi/lapangan usaha di bidang perdagangan besar dan eceran (yaitu penjualan tanpa perubahan teknis) dari berbagai jenis barang, dan memberikan imbalan jasa yang mengiringi penjualan barang-barang tersebut. Baik penjualan secara grosir (perdagangan besar) maupun eceran merupakan tahap akhir dalam pendistribusian barang dagangan. Kategori ini juga mencakup reparasi mobil dan sepeda motor. Penjualan tanpa perubahan teknis juga mengikutkan kegiatan yang terkait dengan perdagangan, seperti penyortiran, pemisahan kualitas dan penyusunan barang, pencampuran, pembotolan, pengepakan, pembongkaran dari ukuran besar dan pengepakan ulang menjadi ukuran yang lebih kecil, penggudangan, baik dengan pendingin maupun tidak, pembersihan dan pengeringan hasil pertanian, pemotongan lembaran kayu atau logam. Perdagangan besar adalah penjualan kembali (tanpa perubahan teknis) baik barang baru maupun barang bekas kepada pengecer, industri, komersial, institusi atau pengguna profesional, atau kepada pedagang besar lainnya, atau yang bertindak sebagai agen atau broker dalam pembelian atau penjualan barang, baik perorangan maupun perusahaan. 17

KEP. SERIBU 165 (0,19%) Jumlah Usaha/Perusahaan dki jakarta jumlah USAHA menurut jenis tempat usaha Usaha pada Bangunan Khusus Tempat Usaha Potret usaha Pengangkutan dan Pergudangan 353 (0,11%) Jumlah Tenaga Kerja 19.063 51.364 (16,66%) 23.289 (27,18%) JAKARTA BARAT 152.507 (3,45%) 60.060 (19,48%) 18.196 (21,24%) JAKARTA SELATAN 85.682 308.292 Usaha Selain pada Bangunan Khusus Tempat Usaha 11.540 (13,47%) JAKARTA PUSAT JAKARTA UTARA JAKARTA TIMUR 66.619 44.841 (14,54%) 58.945 (19,12%) 15.828 (18,47%) 92.729 (30,08%) 16.664 (19,45%) Jumlah Usaha/ Perusahaan 6,93% dari Total Usaha Nonpertanian JAKARTA 18 jumlah usaha jumlah tenaga kerja jumlah usaha jumlah tenaga kerja UMK 78.634 110.670 UMb 7.048 197.622 5-6 BARAT TENAGA KERJA / USAHA Paling BESAR dibandingkan dengan WILAYAH LAIN BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA

KATEGORI H. PENGANGKUTAN DAN PERGUDANGAN Usaha yang Makin Populer di DKI Jakarta Tingginya aktivitas ekonomi dan bisnis di DKI Jakarta memberikan dampak terusan (forward linkage) pada kegiatan ekonomi kategori Pengangkutan dan Pergudangan. Hal ini termasuk pengangkutan penumpang, barang serta aktifitas penunjang lainnya yang berhubungan, seperti fasilitas terminal dan parkir, penanganan bongkar muat barang, serta pergudangan. Salah satu usaha angkutan yang makin menjadi pilihan masyarakat DKI Jakarta adalah Transjakarta-Busway. Transjakarta dirancang sebagai moda transportasi massal yang dapat menjadi alternatif dalam mengatasi kepadatan lalu lintas yang sudah sangat parah di ibukota. Selain itu, angkutan kereta api listrik (KRL) juga sudah menjadi pilihan bagi masyarakat khsususnya yang tinggal di BODETABEK. Kategori Pengangkutan dan Pergudangan mampu menciptakan nilai tambah sebesar 51 triliun rupiah di sepanjang tahun 2016. Hal ini menempatkan kategori tersebut di urutan ke-12 dalam urutan penyumbang terbesar PDRB DKI Jakarta, dengan sumbangan sebesar 3,51 persen dari total PDRB DKI Jakarta. Berdasarkan hasil SE2016, terdapat 85,682 usaha/perusahaan bergerak di bidang pengangkutan dan pergudangan. Sekitar 91,8 persen diantaranya merupakan Usaha Mikro Kecil (UMK) dan sisanya adalah Usaha Menengah Besar (UMB). Fakta ini memperlihatkan tingginya tingkat ekstensifikasi usaha Pengangkutan dan Pergudangan pada level UMK yang menyebabkan dominasi jumlah usaha terhadap UMB. Meskipun UMB jauh lebih sedikit dari sisi jumlah, tetapi kontribusi UMB dalam penyerapan tenaga kerja lebih besar. Hal ini seperti terlihat pada hasil SE2016 yang mencatat jumlah tenaga kerja Kategori Pengangkutan dan Pergudangan sebanyak 308.292 tenaga kerja, dan 64 persen adalah tenaga kerja pada skala UMB. Secara keseluruhan, tenaga kerja pada kategori ini mencapai 6,39 persen dari total tenaga kerja diluar sektor pertanian. Dilihat dari sisi penyebaran jumlah usaha/perusahaan dari 6 wilayah yang ada di DKI Jakarta, merata dengan jumlah yang tidak terpaut jauh dari masingmasing wilayah. Jumlah usaha/perusahaan terbanyak adalah Jakarta Barat yang mencapai 27,18 persen. Kategori ini mencakup penyediaan angkutan penumpang atau barang, baik yang berjadwal maupun tidak, dengan menggunakan jalan rel, saluran pipa, darat, perairan, atau udara dan kegiatan yang berhubungan dengan itu seperti fasilitas terminal dan parkir, penanganan kargo/ bongkar muat barang, pergudangan dan lain-lain. Termasuk dalam kategori ini penyewaan alat angkutan dengan pengemudi atau operator, juga kegiatan pos dan kurir. 19

ä ã KEP. SERIBU 1.372 (0,40%) jumlah usaha jumlah tenaga kerja DKI JAKARTA jumlah USAHA Potret usaha Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum 2.706 (0,38%) menurut jenis tempat usaha 107.612 149.322 (21,11%) 82.866 (23,97%) JAKARTA BARAT 152.507 (3,45%) 185.883 (26,28%) 69.697 (20,16%) JAKARTA SELATAN 48.279 (13,97%) JAKARTA PUSAT JAKARTA UTARA JAKARTA TIMUR 345.640 707.256 238.028 74.129 (21,45%) 128.072 (18.11%) 126.297 (17,86%) 69.297 (20,05%) 114.976 (16,26%) Jumlah Usaha/Perusahaan 27,97% dari Total Usaha Nonpertanian Usaha pada Bangunan Khusus Tempat Usaha Usaha Selain pada Bangunan Khusus Tempat Usaha UMK UMb jumlah usaha 339.895 jumlah tenaga kerja jumlah usaha jumlah tenaga kerja 566.128 5.745 141.128 20 usaha pada kategori ini 98,34% berada pada skala kecil BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA

KATEGORI I. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM Aktivitas dengan Proporsi Skala Usaha Mikro Kecil Terbanyak Kategori usaha penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum di Provinsi DKI Jakarta memberikan kontribusi sebesar 5,01 persen dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta di tahun 2016. Namun demikian, dari sisi jumlah usaha, kategori ini menempati urutan kedua terbanyak setelah usaha perdagangan besar dan eceran serta reparasi dan perawatan mobil atau sepeda motor, yaitu sejumlah 345.640 usaha atau 27,97 persen dari total usaha yang ada di Jakarta. Sementara bila dilihat dari sisi jumlah tenaga kerja, kategori ini menyerap tenaga kerja sebanyak 707.256 orang, atau sekitar 14,66 persen dari keseluruhan tenaga kerja nonpertanian di Provinsi DKI Jakarta. Tinjauan menurut skala usaha menunjukkan, jumlah Usaha Menengah Besar (UMB) pada kategori ini sebanyak 5.745 usaha dan menyerap tenaga kerja sebanyak 141.128 orang. Sedangkan, untuk Usaha Mikro Kecil (UMK) pada kategori ini sebanyak 339.895 usaha atau sekitar 29.43 persen dari total usaha nonpertanian yang ada di DKI Jakarta. Yang dimaksud dengan UMB pada usaha penyediaan akomodasi adalah hotel berbintang, dan pada usaha penyediaan makan minum adalah yang memiliki omset di atas 2,5 miliar per tahun. Secara spasial, sebaran jumlah usaha kategorri ini hampir merata di seluruh kota administrasi di DKI Jakarta, kecuali di Kabupaten Kepulauan Seribu hanya 1.372 usaha. Jumlah usaha terbanyak ada di Jakarta Barat yang mencapai 82.866 usaha, diikuti Jakarta Utara yang mencapai 74.129 usaha. Namun demikian, penyerapan tenaga kerja terbesar pada kategori ini ada di Jakarta Selatan, yang mencapai 185.883 orang, meskipun jumlah usahanya hanya 69.697. Kategori ini mencakup penyediaan akomodasi penginapan jangka pendek untuk pengunjung dan pelancong lainnya serta penyediaan makanan dan minuman untuk konsumsi segera. Jumlah dan jenis layanan tambahan yang disediakan dalam kategori ini sangat bervariasi. Tidak termasuk penyediaan akomodasi jangka panjang seperti tempat tinggal utama, penyiapan makanan atau minuman bukan untuk dikonsumsi segera atau yang dijual melalui kegiatan perdagangan besar dan eceran. 21

KEP. SERIBU 65 (0,21%) jumlah usaha dki jakarta jumlah USAHA Potret usaha informasi dan komunikasi 242 (0,19%) jumlah tenaga kerja 20.133 (15,87%) 7.073 (23,01%) JAKARTA BARAT menurut jenis tempat usaha 152.507 (3,45%) 47.089 (37,13%) 6.900 (22,44%) JAKARTA SELATAN 3.362 (10,94%) JAKARTA PUSAT JAKARTA UTARA JAKARTA TIMUR 30.742 126.832 20.833 17.539 (13,83%) 7.551 (24,56%) 30.742 (24,24%) 11.087 (8,74%) 5.791 (18,84%) Jumlah Usaha/Perusahaan 2,49% dari Total Usaha Nonpertanian Usaha pada Bangunan Khusus Tempat Usaha 9.909 Usaha Selain pada Bangunan Khusus Tempat Usaha 22 UMK 9 UMb jumlah usaha jumlah tenaga kerja jumlah usaha jumlah tenaga kerja 28.558 40.443 2.184 86.389 rata-rata jakarta terbesar DISUSUL JAKARTA SELATAN DAN JAKARTA UTARA jumlah PUSAT DIBANDING WILAYAH LAIN tenaga kerja ORANG usaha BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA

KATEGORI J. INFORMASI DAN KOMUNIKASI Primadona Baru dalam Perekonomian Kategori usaha informasi dan telekomunikasi memegang peranan penting pada era globalisasi. Kontribusi kategori ini dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) DKI Jakarta pada tahun 2016 adalah sebesar 7,22 persen dari total PDRB DKI Jakarta. Sensus Ekonomi 2016 mencatat jumlah usaha yang bergerak di kategori ini di Jakarta sebanyak 30.742 usaha yang terbagi dalam skala usaha UMK sebesar 28.558 usaha dan UMB sebesar 2.184 usaha. Jika kita tinjau menurut spasial, maka sebaran jumlah usaha untuk kabupaten/kota di Jakarta menunjukkan sebanyak 65 usaha ada di Kepulauan Seribu, 6.900 usaha di Jakarta Selatan, 7.551 usaha di Jakarta Timur, 3.362 usaha di Jakarta Pusat, 7.073 usaha di Jakarta Barat dan 5.791 usaha di Jakarta Utara. Dari sisi penyerapan tenaga kerja tercatat, jumlah tenaga kerja yang bekerja di kategori ini di DKI Jakarta sebanyak 126.832 orang, yang terbagi dalam skala usaha UMK sebanyak 40.443 orang dan skala usaha UMB sebanyak 86.389 orang. Sebaran jumlah tenaga kerja menurut kabupaten/kota menunjukkan Kepulauan Seribu memiliki tenaga kerja sebanyak 242 orang, Jakarta Selatan sebanyak 47.089 orang, Jakarta Timur sebanyak 17.539 orang, Jakarta Pusat sebanyak 30.742 orang, Jakarta Barat sebanyak 20.133 orang dan Jakarta Utara sebanyak 11.087 orang. Kategori ini mencakup produksi dan distribusi informasi dan produk kebudayaan, persediaan alat untuk mengirimkan atau mendistribusikan produk-produk ini dan juga data atau kegiatan komunikasi, informasi, teknologi informasi dan pengolahan data serta kegiatan jasa informasi lainnya. Termasuk penerbitan yang mencakup perolehan hak cipta untuk isinya (produk informasi) dan membuat isinya tersedia ke masyarakat umum dengan cara atau melalui reproduksi dan distribusi dalam berbagai bentuk. Semua bentuk yang layak dari penerbitan (dalam bentuk cetakan, elektronik atau audio pada internet seperti produk multimedia seperti buku reforensi cd rom dan lain-lain) dicakup dalam kategori ini. 23

KEP. SERIBU 45 (0,44%) dki jakarta Usaha pada Bangunan Khusus Tempat Usaha Potret usaha Aktivitas Keuangan dan Asuransi 64 (0,03%) 25.293 (12,16%) 7.551 2.339 (23,11%) JAKARTA BARAT 152.507 (3,45%) 90.379 (43,46%) 2.646 (26,15%) 10.119 207.982 menurut jenis tempat usaha Usaha Selain pada Bangunan Khusus Tempat Usaha umk dan umb menurut SKALA USAHA JAKARTA SELATAN 3.362 (10,94%) JAKARTA PUSAT JAKARTA UTARA JAKARTA TIMUR jumlah USAHA 2.568 19.142 (9,20%) 1.420 (14,03%) 19.949 (9,59%) 53.155 (25,56%) Rp 2.013 (19,89%) jumlah usaha Jumlah Usaha/Perusahaan 0,82% jumlah tenaga kerja dari Total Usaha Nonpertanian UMK jumlah usaha 3.996 jumlah tenaga kerja 16.056 UMb jumlah usaha jumlah tenaga kerja 6.123 191.926 24 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA

KATEGORI K. AKTIVITAS KEUANGAN DAN ASURANSI Usaha dengan Produktifitas tenaga kerja tertinggi Aktivitas Keuangan dan Asuransi mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian DKI Jakarta. Hal ini ditandai dengan kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2016 yang mencapai 10,46 persen diantara lapangan usaha nonpertanian. Seiring dengan perkembangan bisnis dan pusat pemerintahan di DKI Jakarta, kontribusi lapangan usaha ini terlihat terus meningkat dari tahun ke tahun. Hasil Sensus Ekonomi 2016 (SE 2016) menunjukkan bahwa jumlah usaha yang termasuk pada kategori aktivitas keuangan dan asuransi sebanyak 10,12 ribu usaha, atau hanya sebesar 0,82 persen dari total usaha nonpertanian. Dan jumlah ini sebagian besar (60,51 persen) merupakan Usaha Menengah Besar (UMB) dan menyerap sekitar 92,28 persen dari total tenaga kerja kategori aktivitas keuangan dan asuransi DKI Jakarta yang sebanyak 208 ribu orang. Sementara itu, Usaha Menengah Kecil (UMK) yang secara jumlah proporsinya sekitar 40 persen, namun menyerap tidak sampai 8 persen tenaga kerja. Dilihat dari sebarannya, Usaha Aktivitas keuangan dan Asuransi terbanyak berada di Jakarta Selatan (26,15 persen), diikuti dengan Jakarta Barat (23,11 persen) dan Jakarta Utara (19,89 persen). Tinjauan terhadap sebaran penyerapan tenaga kerja menunjukkan, Jakarta Selatan menyerap sekitar 43,46 persen dari total tenaga kerja Kategori ini di Jakarta. Setelah itu diikuti oleh Jakarta Pusat yang menyerap 25,56 persen dan Jakarta Barat yang menyerap sekitar 12,16 persen dari total tenaga kerja kategori aktivitas keuangan dan asuransi di DKI Jakarta. Kategori ini mencakup jasa keuangan, termasuk asuransi, reasuransi dan kegiatan dana pensiun dan jasa penunjang keuangan. Kategori ini juga mencakup kegiatan dari pemegang aset, seperti kegiatan perusahaan holding dan kegiatan dari lembaga penjaminan atau pendanaan dan lembaga keuangan sejenis. 25

Lorem ipsum BERDASARKAN KABUPATEN KOTA 0,03% 0,07% Kep. Seribu 9,12% 19,88% Jakarta Barat Total Usaha 8,20% 7,00% 4,97% 7,00% Jakarta Pusat 64,14% 29,44% 11,51% Jakarta Selatan 15,71% Jakarta Utara 29,92% Jakarta Timur Total Tenaga Kerja 60.048 230.822 Jumlah Usaha/Perusahaan sebanyak 4,86% dari total usaha nonpertanian USAHA DAN TENAGA KERJA 176,8 rata-rata usaha skala kecil menyerap 3 tenaga kerja 26 58,4 Usaha Mikro Kecil Usaha Menengah Besar 1,6 54 rata-rata usaha skala besar menyerap 33 tenaga kerja 92,68 BERADA PADA SELAIN BANGUNAN KHUSUS TEMPAT USAHA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA

KATEGORI L. REAL ESTAT Peningkatan kebutuhan tempat tinggal dan tempat usaha atau bisnis mendorong tumbuhnya usaha pada kategori ini Aktivitas real estat merupakan salah satu lokomotif perekonomian yang mampu mendorong pertumbuhan pada kegiatan usaha lainnya, sekaligus aktivitas yang sensitif terhadap naik turunnya output barang dan jasa di sektor lainnya. Kategori ini mencakup kegiatan orang yang menyewakan, agen dan atau broker/perantara dalam penjualan atau pembelian real estat, penyewaan real estat dan penyediaan jasa real estat lainnya, seperti jasa penaksir real estat atau bertindak sebagai agen pemegang wasiat real estat. Kegiatan ini termasuk pembangunan gedung yang disatukan dengan pemeliharaan atau penyewaan bangunan. Meski distribusi usaha aktivitas real estat berada pada urutan keenam dari seluruh usaha di DKI Jakarta, namun usaha ini cukup menjadi andalan bagi pengusaha yang tidak memiliki bangunan khusus untuk usaha. Faktanya, 92,68 persen aktivitas ini dilakukan di lokasi bukan peruntukan usaha, seperti tempat tinggal pribadi, bangunan campuran dengan tempat tinggal atau peruntukan lain. Oleh sebab itu, jumlah usaha real estat berdasarkan SE2016 didominasi oleh Usaha Mikro Kecil (UMK), seperti persewaan bangunan rumah maupun tempat usaha yang dilakukan oleh perseorangan. Demikian juga penyerapan tenaga kerja pada UMK mencapai 97 persen pada kategori ini. Sementara jumlah Usaha Menengah Besar (UMB) seperti perusahaan property, apartemen, dan penyewaan ruang/lahan perkantoran/usaha hanya mencapai kurang dari 3 persen. Sentralisasi kegiatan ekonomi dan permukiman di DKI Jakarta mengakibatkan peningkatan kebutuhan tempat tinggal dan tempat usaha atau bisnis. Indikasi ini dapat terlihat pada 3 kota yang merupakan tempat permukiman dan perkantoran, yaitu di Kota Jakarta Timur sebesar 29,92 persen, kemudian di Kota Jakarta Selatan sebesar 29,44 persen dan di Kota Jakarta Barat sebesar 19,88 persen. Kategori ini mencakup kegiatan orang yang menyewakan, agen dan atau broker/perantara dalam penjualan atau pembelian real estat, penyewaan real estat dan penyediaan jasa real estat lainnya, seperti jasa penaksir real estat atau bertindak sebagai agen pemegang wasiat real estat. Kegiatan dalam kategori ini bisa dilakukan atas milik sendiri atau milik orang lain yang disewa dan bisa dilakukan atas dasar balas jasa atau kontrak. Termasuk kegiatan pembangunan gedung, yang disatukan dengan pemeliharaan atau penyewaan bangunan tersebut. Kategori ini mencakup pengelola bangunan real estat. Real estat adalah properti berupa tanah dan bangunan. 27

jasa perusahaan Terdiri dari 2 Kategori, yaitu Kategori M (Aktivitas Profesional, Ilmiah dan Teknis) dan Kategori N (Aktivitas Penyewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi, Ketenagakerjaan dan Agen Perjalanan) KABUPATEN/KOTA 1,39% 0,15% Kep. Seribu JUMLAH USAHA 23.829 Jumlah usaha ini merupakan gabungan dari 2 kategori M dan N 63,18% USAHA MIKRO KECIL dari jumlah total usaha tersebut berada di bangunan khusus tempat usaha Jumlah Usaha dan Tenaga Kerja Menurut Skala Usaha JUMLAH USAHA JUMLAH USAHA 15.430 JUMLAH TENAGA KERJA 51.122 19,96% Jakarta Barat 10,94% 13,06% 31,44% 46,02% 21,11% 14,38% Jakarta Selatan 19,77% Jakarta Pusat 1,93% Kedua sektor ini juga mampu menyerap tenaga kerja sekitar 426RIBU USAHA MENENGAH BESAR 8.399 JUMLAH TENAGA KERJA 375.366 13,04% 8,74% Jakarta Utara Jakarta Timur 23.829 426 Jumlah Usaha/Perusahaan sebanyak dari total usaha nonpertanian TENAGA KERJA 7.491 USAHA JUMLAH USAHA M+N TERBESAR BERADA DI JAKARTA SELATAN 28 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DKI JAKARTA

KATEGORI M, N. JASA PERUSAHAAN Lapangan usaha pada kategori ini memiliki kualifikasi yang spesifik yang membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan atau keahlian khusus Jasa perusahaan merupakan gabungan dari Kategori M (Aktivitas Profesional, Ilmiah dan Teknis) dan Kategori N (Aktivitas Penyewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi, Ketenagakerjaan, Agen Perjalanan dan Penunjang Usaha Lainnya). Lapangan usaha pada kategori ini memiliki kualifikasi yang spesifik yang membutuhkan tenaga kerja dengan keterampilan atau keahlian khusus. Dalam Kategori M mencakup semua kantor pusat yang mempunyai unit cabang di tempat lain, yang secara administratif melakukan pengkoordinasian kegiatandan pengawasan terhadap seluruh perusahaan cabang/perwakilan/ unit pembantu. Kategori M dan N memiliki kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di DKI Jakarta yang terus meningkat selama periode 2010 2016 meskipun jumlah usahanya tidak terlalu besar. SE 2016 mencatat jumlah usaha Kategori Jasa Perusahaan secara agregat sebesar 1,93 persen dari seluruh usaha nonpertanian di DKI Jakarta dengan proporsi yang lebih besar pada kategori N. Jika dilihat berdasarkan kabupaten/kota, usaha Kategori M dan N ini paling banyak terdapat di Kota Jakarta Selatan (31,44 persen). Sebagian besar usaha pada Kategori M dan N adalah UMK (64,75 persen). Usaha Jasa Perusahaan (Kategori M dan N) menyerap 8,84 persen tenaga kerja dari seluruh tenaga kerja di luar usaha pertanian. Sebagian besar tenaga kerja pada gabungan kategori ini bekerja di UMB, yaitu 88,01 persen untuk aktegori M. Tenaga kerja yang bekerja pada Kategori M dan N paling banyak terdapat di Kota Jakarta Selatan (46,02 persen). Kategori M : Aktivitas Profesional, Ilmiah dan Teknis. Kegiatan profesional, Ilmu pengetahuan, dan teknik, yang membutuhkan keahlian khusus atau menghasilkan ilmu pengetahuan tercakup didalam kategori ini. Kategori N : Aktivitas Penyewaan dan Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi, Ketenagakerjaan, Agen Perjalanan dan Penunjang Usaha Lainnya Aktivitas pada kategori ini mencakup kegiatan pendukung operasional bisnis secara umum, yang berbeda dari kegiatan di kategori M. 29