I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. mengenai konsep dan perkembangan politik serta bagaimana cara berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat tergantung pada budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

MODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di kota bandung

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut ( Dalam prakteknya secara teknis yang

I. PENDAHULUAN. dibagi-baginya penyelenggaraan kekuasaan tersebut, agar kekuasaan tidak

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS

I. PENDAHULUAN. proses penyelenggaraan pemerintahan. Menurut Abdulkarim (2007:15), pemerintah yang berpegang pada demokrasi merupakan pemerintah yang

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PILKADA KOTA PADANG PADA TAHUN Abstrak

I. PENDAHULUAN. suatu keputusan politik, pemerintahan atau kenegaraan. sebagai proses atau upaya penciptaan dari (1) lembaga -lembaga yang

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

I. PENDAHULUAN. pola perilaku yang berkenaan dengan proses internal individu atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara lebih Luber (Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 48 partai politik peserta Pemilu Sistem multipartai ini

BAB I PENDAHULUAN. rakyat indonesia yang berdasarkan pancasila dan undang undang dasar negara

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung. Oleh karena itu, dalam pengertian modern, demokrasi dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehadiran Partai Politik Lokal di Aceh merupakan suatu bukti

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan penelitian terhadap strategi komunikasi pemasaran

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

2015 HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP KAMPANYE DI MEDIA MASSA DENGAN PARTISIPASI POLITIK PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif.

BAB l PENDAHULUAN. Bergulirnya era reformasi yang dipicu peristiwa Mei 1998 diantaranya telah

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) merupakan sarana pesta demokrasi dalam suatu

PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG DALAM PERSPEKTIF UUD Oleh: Nopyandri, SH., LL.M Abstrak

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah (pemilukada) sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

Demokrasi & Partisipasi Publik 1 Oleh: Dwi Harsono

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, dan pola pemikiran yang berbeda. Hal inilah yang secara tidak langsung

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia telah memasuki tahapan baru berkaitan dengan

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I DEMOKRASI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH LANGSUNG

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat. Di samping itu, Kampung juga. demokrasi dalam suatu masyarakat negara. (Jurnal Humaniora Volume 14,

1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

Akuntabilitas Dana Pilkada Lampung

II. TINJAUAN PUSTAKA. pemilihan umum. Perilaku memilih dapat ditujukan dalam memberikan suara. Kepala Daerah dalam Pemilukada secara langsung.

I. PENDAHULUAN. memperoleh dan menambah dukungan suara bagi para kandidat kepala daerah. Partai politik

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB V PENUTUP. yang melibatkan birokrat masuk dalam arena pertarungan politik yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum ( rechtsstaat), dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013

Dermawan Zebua DEPARTEMEN ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

KEWARGANEGARAAN DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA DI INDONESIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM

BAB I PEDAHULUAN. Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pemilihan umum (Pemilu) dimaknai sebagai sarana kedaulatan

I. PENDAHULUAN. pemilu yang bermartabat. rangka menunaikan amanat para konstituennya dan melaksanakan tugas

DEMOKRASI : TEORI DAN PRAKTIK

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut berbagai kajiannya tentang politik, para sarjana politik sepakat bahwa demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang paling baik. Sistem ini telah memberikan ruang bebas dalam distribusi kekuasaan untuk warga negaranya serta akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga dikemukakan oleh Hertanto (2006:139), bahwa demokrasi merupakan sebuah sistem yang dianggap ideal untuk semua sistem politik. Dimana terdapat pengakuan atas hak individu didalamnya. Demokrasi dimaknai sebagai sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dimana kekuasaan tertinggi ada pada rakyat, dengan demikian pusat kekuasaan berasal dari rakyat. Hal tersebut juga disampaikan oleh Sartori, mengutip Basrowi (2006:7) bahwa demokrasi dicirikan sebagai sebuah sistem pemerintahan yang masyarakatnya memiliki partisipasi luas, adanya kompetensi politik yang sehat, sirkulasi politik yang terkelola serta terjaga, kemudian adanya pengawasan yang efektif, diakui suara mayoritas, dan adanya tata krama politik yang telah disepakati. Bentuk dari demokrasi serta pengimplementasian dari demokrasi yakni salah satunya yakni pemilihan umum. Menurut Basrowi (2006:7) demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan dimana hak-hak untuk membuat keputusan politik

2 digunakan secara langsung oleh setiap warga negara yang diaktualisasikan melalui prosedur pemerintahan mayoritas, yang biasa disebut dengan demokrasi langsung. Pemilihan umum tidak hanya sebagai pengakuan hak-hak rakyat pada wakilwakilnya yang akan menjalankan pemerintahan. Institusi ini sebagai proses rekruitmen serta cara regenerasi kekuasaan politik. Menyinggung permasalahan demokrasi, sejarah demokrasi di Indonesia cukup panjang. Indonesia pernah mengalami masa demokrasi singkat pada tahun 1955, ketika pertama kalinya diselenggarakan pemilu bebas di Indonesia. Sampai kemudian Presiden Soekarno menyatakan demokrasi terpimpin sebagai pilihan sistem pemerintahan. Setelah mengalami masa demokrasi pancasila, sebuah demokrasi semu yang diciptakan untuk melanggengkan kekuasaan Soeharto, Indonesia kembali masuk kedalam masa demokrasi pada tahun 1998 ketika pemerintahan Soeharto tumbang yang ditandai lahirnya reformasi (Heri, 2009:2). Tercatat pemilihan umum di Indonesia telah berlangsung sembilan kali dalam tiga rezim kekuasaan yang berbeda. Pemilu yang berlangsung di Indonesia pada masa orde lama yaitu pemilu tahun 1955 dan 1971. Kemudian pada masa orde baru, pemilu berlangsung selama lima kali yaitu 1977, 1982, 1987, 1992 dan 1997. Sedangkan sejak reformasi tahun 1998 pemilu telah berlangsung dua kali yaitu tahun 1999 dan 2004 (Heri, 2009:2). Pada tahun 1998, dimana saat itu gerakan mahasiswa telah berhasil menggulingkan kekuasaan orde baru yang sedang berkuasa. Kehidupan demokrasi kita telah mengalami perubahan dan kemajuan yang amat pesat seperti saat ini, yang tidak bisa kita rasakan pada masa orde baru.

3 Jatuhnya rezim Soeharto dan lahirnya reformasi, telah menandai lahirnya babak baru kehidupan politik bangsa Indonesia. Reformasi menuntut pembaharuan membuat dinamika politik masyarakat makin tinggi yang tampak melalui euforia politik yang terus menuntut reformasi disegala sendi-sendi kehidupan masyarakat kita. Masyarakat menuntut pemerintahan baru yang tidak terkontaminasi dengan rezim masa lalu (Heri, 2009:3). Kelanjutan dari proses demokratisasi, di era reformasi ini ada sesuatu hal yang baru dalam praktek ketatanegaraan kita, yakni ada pemilihan Presiden langsung sejak tahun 2004 dan pemilihan kepala Daerah langsung sejak tahun 2005. Sistem pemilihan langsung ini merupakan respon dari meluasnya harapan seluruh bangsa dalam rangka mengembalikan kedaulatan rakyat secara demokratis. Kita tahu bahwa pada masa orde baru terdahulu kehidupan demokrasi bangsa ini dapat dikatakan sebagai demokrasi yang semu, dimana sistem pemilihan umum yang memilih wakil-wakil rakyat dalam pemilu, implementasinya hanya sebagai formalitas dan untuk melanggengkan kekuasaan yang ada (Heri, 2009:3). Nampak sistem pemilihan langsung, dalam hal ini sistem pemilihan kepala daerah yang daerah yang ditandai dengan lahirnya undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah fase baru untuk menata sistem kemasyarakatan demi mewujudkan good governance dan clear governance di tingkat lokal. Hal demikian juga dikemukakan oleh Kaloh (2007:82) bahwa Pilkada dapat menjamin terciptanya check and balance dalam pemerintahan. Dimana saat ini calon Kepala Daerah dipilih langsung oleh rakyat dengan memilih calon Kepala Daerah dan

4 Wakil Kepala Daerah dalam satu pasangan calon melalui suatu sistem pemilihan langsung atau yang lebih dikenal dengan Pilkada langsung. Dalam konteks ini negara telah memberikan kesempatan kepada masyarakat daerah untuk menentukan sendiri segala bentuk kebijakan yang menyangkut harkat dan martabat masyarakat daerah. Masyarakat daerah yang selama ini hanya menjadi penonton proses pemilihan kepala daerah yang dipilih oleh anggota DPRD (parlemen), kini menjadi pelaku atau pemilih yang akan menentukan terpilihnya kepala daerah. Hal demikian dikemukakan juga oleh Asfar (2006:15) bahwa Pilkada merupakan sebuah kiat-kiat yang dilakukan untuk menciptakan pemerintahan yang representatif, sehingga responsif dalam menanggapi isu-isu yang berasal dari publik serta dengan harapan tercapainya visi, misi serta program kerja pemerintahan. Adapun pendapat yang sejalan mengenai Pilkada oleh Joko Prihatmoko dalam Pristianingsih (2007:23) yang menyebutkan beberapa kelebihan dari Pilkada langsung yakni: 1. Kepala daerah yang terpilih akan memiliki mandat serta legitimasi kuat karena didukung oleh suara rakyat yang memberikan suaranya secara langsung. 2. Kepala daerah yang terpilih tidak terikat pada konsesi partai, sebagaimana selama ini. 3. Sistem pilkada langsung lebih akuntabel dibandingkan dengan sistem lain sebelumnya, sebab rakyat tidak perlu menitipkan suaranya pada anggota legislatif.

5 4. Akan terjadinya check and balance antara legislatif dan eksekutif, serta 5. Kriteria kepala daerah dapat dinilai secara langsung oleh rakyat yang akan memberikan suaranya. Dengan demikian sistem Pilkada langsung memberikan kelonggaran serta kesempatan kepada rakyat untuk memilih kepala daerahnya secara langsung, bebas menurut hati nuraninya tanpa ada tekanan serta campur tangan dari pihak manapun. Bahkan ditinjau dari perspektif pembangunan politik, sebagai pengembangan demokrasi lokal, Pilkada langsung merupakan proses pergantian pemimpin ditingkat lokal yang diharapkan mampu memberikan pendidikan politik kepada rakyat untuk meningkatkan kedewasaan rakyat dalam berpolitik. Seperti yang dikemukakan oleh Ari Damastuti, dalam Gunawan (2006:24) bahwa tujuan utama proses pendidikan politik dalam suatu ajang pemilihan umum adalah warga masyarakat dapat memilih dengan tepat dan benar, berdasarkan pemahaman yang benar atas pilihan mereka. Sistem pemilihan langsung lebih menjanjikan dibandingkan dengan sistem yang berlaku sebelumnya. Dimana Pilkada langsung diyakini memiliki kapasitas untuk memperluas partisipasi masyarakat. Gunawan (2006:124) dalam penelitiannya tentang pengaruh pemahaman pemilih serta perubahan sistem pemilu yang tadinya hanya memilih partai saja menjadi bisa memilih partai maupun calon langsung terhadap perilaku pemilih pada pemilihan umum tahun 2004, mengungkapkan bahwa pemahaman pemilih akan sistem pemilu pada tahun 2004 berimplikasi terhadap rasionalitas pemilih dalam menentukan pilihan. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa pengaruh pemahaman pemilih yang rendah tentang sistem pemilu legislatif, mengarah pada terbentuknya pola perilaku pemilih yang belum

6 menggunakan pertimbangan rasional dalam menentukan pilihan. Hal tersebut dimaksudkan, untuk mendorong rasionalitas pemilih, maka perlunya pemahaman pemilih akan pilihan politiknya. Dimana yang tadinya pemilu 1999 hanya memilih partai saja, kemudian pada pemilu tahun 2004 terjadi perubahan sistem pemilihan, rakyat rakyat tidak hanya bisa memilih partai saja namun mereka dapat juga memilih langsung calon legislatifnya. Beranjak dari fakta ini kiranya dapat memperkuat argumentasi mengenai Pilkada bahwa Pilkada langsung merupakan momentum yang tepat bagi munculnya berbagai varian preferensi pemilih yang menjadi faktor penting dalam melakukan tindakan atau perilaku politiknya. Kita mengetahui sistem pemilihan umum sebelumnya, lebih mendorong masyarakat sebagai partisipatoris pasif saja. Hal ini dikemukakan oleh Gaffar dalam Mediastutie (2006:7) bahwa akibat budaya politik yang paternalistik, menciptakan pola perilaku masyarakat pemilih di Indonesia tidak bersifat rasional. Pemilih dalam menentukan pilihanya untuk memilih partai politik tertentu bukan atas dasar perhitungan rasional. Namun, berdasarkan kepada faktor yang lebih bersifat tradisional dan ikatan emosional yang terbangun sebagai akibat dari suatu proses internalisasi yang mereka pilih dari suatu generasi sebelumnya. Sejak tahun 2005, Pilkada langsung sudah diselenggarakan diberbagai daerah di Indonesia dan telah banyak peristiwa-peristiwa yang mewarnai pelaksanaannya. Kita dapat melihat betapa kisruhnya pemilihan Gubernur Maluku Utara yang menyeret konflik horizontal dimasyarakat yang hingga hari ini belum kunjung terselesaikan. Kemudian kita juga dapat lihat bagaimana Pilkada Gubernur Jawa Barat yang telah memenangkan pasangan Ha-De, dimana Dede Yusuf yang seorang artis tampil sebagai wakilnya. Kemudian kita dikejutkan dengan

7 perolehan suara Pilkada Gubernur oleh Sjahroedin ZP-Joko Umar Said yang memperoleh suara 43,27% suara pada pilgub Lampung September 2008 lalu. Tentu saja hal tersebut menimbulkan pertanyaan dan jawabannya hanyalah akan kita dapat dari penulusuran terhadap perilaku masyarakat itu sendiri (Heri, 2009:7). Pilkada Lampung sebelumnya banyak pengamat yang mengatakan bahwa kemungkinan tingkat partisipasi masyarakat Lampung akan sangat rendah. Namun, secara mengejutkan ternyata tingkat partisipasi masyarakat mencapai 68,8% (KPUD Lampung). Hal tersebut berbanding terbalik dengan pilkadapilkada didaerah lain. Seperti di Jawa Barat misalkan, tingkat partisipasi hanya sekitar 30%, Jawa Timur 50%, Jakarta 40%. Dengan tingkat partisipasi yang cukup tinggi tersebut ternyata kita juga dicengangkan betapa signifikannya perolehan suara pasangan Sjahroedin ZP-Joko Umar Said yang memperoleh 43,27% suara (Heri, 2009:8). Dengan demikian menarik kiranya mengangkat realitas ini dalam penelitian, dengan mencoba melihat dorongan utama pemilih dalam memberikan hak pilihnya dalam ajang Pilkada langsung. Kita tahu bahwa dengan sistem demokrasi saat ini diharapkan terjadi proses pendewasaan politik masyarakat, yang akan tergantung pada proses pembelajaran politik yang terjadi. Sehingga wujud demokrasi yang hakiki dapat tercipta. Tidak hanya keberhasilan demokrasi dilihat secara prosedural tetapi juga demokrasi secara subtansi. Dimana masyarakat sampai pada tahap benar-benar bisa memaknai demokrasi yang sesungguhnya.

8 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah penelitian ini adalah 1. Apakah pemilih dalam Pilgub Lampung tahun 2014 rasional? 2. Apakah pemilih dalam Pilgub Lampung tahun 2014 menunjuk kepada tindakan yang rasional atau tidak rasional? 3. Seberapa besar tingkat rasionalisasi pemilih dalam Pilgub Lampung tahun 2014? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk menjelaskan apakah pemilih dalam Pilgub Lampung tahun 2014 rasional. 2. Untuk memahami tindakan pemilih dalam Pilgub Lampung tahun 2014 apakah rasional atau tidak rasional dalam memilih pasangan kandidatnya. 3. Untuk mengukur seberapa besar tingkat rasionalisasi pemilih dalam memilih pasangan kandidatnya pada Pilgub Lampung tahun 2014. 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan dalam dua aspek, yaitu: 1. Aspek Teoritis, yaitu dapat memberikan sumbangan berupa khasanah pengetahuan sosiologi politik berupa pemahaman rasionalisasi pemilih. 2. Aspek Praktis, yaitu memberikan kontribusi terhadap proses perpolitikan lokal yang berupa kontribusi menjadikan pemilu lebih jujur dan baik.