BAB III LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. penggalian, muat dan pengangkutan material. Semua kegiatan ini selalu berkaitan

OPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT

PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN TEKNIS ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT DALAM UPAYA MEMENUHI SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT

METODOLOGI PENELITIAN

ALAT GALI. Backhoe dan Power Shovel disebut juga alat penggali hidrolis karena bucket digerakkan secara hidrolis.

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

KAJIAN TEKNIS PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT LIEBHERR 9400 DALAM KEGIATAN PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RAHMAN ABDIJAYA JOB SITE PT ADARO INDONESIA

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB II LANDASAN TEORI

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

LOADER Alat untuk memuat material ke dump truck, atau memindahkan material, penggalian ringan. Produksi per jam (Q)

2 Dosen Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional.

ALAT PENGANGKAT CRANE INDRA IRAWAN

BAB III LANDASAN TEORI

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN ,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012

EVALUASI PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMBONGKARAN OVERBURDEN DI PIT 4 PT DARMA HENWA SITE ASAM-ASAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Produksi dan Pentahapan Pengupasan Lapisan Penutup pada Bulan Maret - Desember 2015 di PT Cipta Kridatama Site Cakra Bumi Pertiwi

RENCANA TEKNIS PENIMBUNAN MINE OUT PIT C PADA TAMBANG BATUBARA DI PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE LAHAT SUMATERA SELATAN

BAB II EARTHMOVING DAN HAULING

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang

Jl. Raya Palembang Prabumulih KM.32 Indralaya, Sumatera Selatan, Indonesia ABSTRAK ABSTRACT

EVALUASI KINERJA ALAT CRUSHING PLANT DAN ALAT MUAT DALAM RANGKA PENINGKATAN TARGET PRODUKSI BATUBARA PADA PT MANDIRI CITRA BERSAMA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam

KESERASIAN ALAT MUAT DAN ANGKUT UNTUK KECAPAIAN TARGET PRODUKSI PENGUPASAN BATUAN PENUTUP PADA PT. ADARO INDONESIA KALIMANTAN SELATAN

EVALUASI PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RIUNG MITRA LESTARI SITE RANTAU

KAJIAN TEKNIS KERJA ALAT GALI MUAT UNTUK PENGUPASAN LAPISAN TANAH PUCUK PADA LOKASI TAMBANG BATUBARA DI PIT

EVALUASI PRODUKSI ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI PADA PT PAMA PERSADA NUSANTARA DISTRIK KCMB

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan khususnya terhadap batubara. Batubara merupakan

PRODUKTIVITAS ALAT MUAT DAN ANGKUT PADA PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PIT 8 FLEET D PT. JHONLIN BARATAMA JOBSITE SATUI KALIMANTAN SELATAN

TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI DAN PEMBAHASAN START. Identifikasi masalah. Pengolahan data stockpile hingga menjadi model. Analisa pengadaan alat berat

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT ALAT. Proyek Menara Sentraya dilakukan oleh PT. Pionir Beton Industri

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN TEKNIS BELT CONVEYOR DAN BULLDOZER DALAM UPAYA MEMENUHI TARGET PRODUKSI BARGING PADA PT ARUTMIN INDONESIA SITE ASAM-ASAM

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rezky Anisari (1) 1. PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERHITUNGAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS PADA PEKERJAAN PEMATANAGN LAHAN PERUMAHAN PANORAMA ALAM ASRI II KEC. SUNGAI KUNJANG SAMARINDA

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... Bab

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

DAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN...

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

TINJAUAN PUSTAKA. lokasi konstruksi, lokasi industri, tempat penyimpanan, bongkaran muatan dan

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN

IV. PENDEKATAN DESAIN

BAB III LANDASAN TEORI

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

USAHA DAN ENERGI. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS.

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

STANDART OPERASIONAL PROCEDURE

EVALUASI CRUSHING PLANT UNTUK PENINGKATAN TARGET PRODUKSI PADA PT INDONESIAN MINERALS AND COAL MINING KECAMATAN KINTAP KABUPATEN TANAH LAUT

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JEMBATAN PT.GUNUNG MURIA RESOURCES

PERALATAN TAMBANG BAWAH TANAH

EVALUASI KINERJA EXCAVATOR BACKHOE

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.3 Tahun 2015

Artikel Pendidikan 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA

KONSEP DASAR PERENCANAAN TAMBANG 3.1 PENGERTIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. Tujuan utama dilakukannya analisis interaksi sistem ini oleh para

BAB III ANALISA PERHITUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan

Kelompok 6. Pesawat Kerja. Belt Conveyor. Ahmad Fikri Muhamad Nashrulloh

BAB V PEMBAHASAN. perkecil ukurannya sebesar ton per bulan. Sedangkan kemampuan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

PERBAIKAN JALAN ANGKUT TAMBANG : PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR LAPIS JALAN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT ANGKUT

Metode Pelaksanaan dan Alat Berat

BAB 3 METODE PENELITIAN

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perancangan Perkerasan Jalan

BAB III PERANCANGAN CONTAINER DAN CONVEYOR ROKOK

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

MENGHITUNG HARGA SATUAN ALAT

Gophering Adalah metode penambangan yang tidak sistematis, umumnya dilakukan secara tradisional / manual. Dipakai untuk endapan tersebar dengan nilai

Transkripsi:

18 BAB III LANDASAN TEORI Kegiatan penambangan secara umum meliputi aktivitas dasar yaitu pembongkaran atau pemberaian (peledakan), pemuatan material, dan pengangkutan (transportation). Kegiatan penggalian pada penambangan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk membongkar material yang terdapat dialam untuk kemudian dipindahkan ke tempat penimbunan dengan menggunakan alat-alat mekanis. Sehingga cukup banyak faktor yang harus di analisis agar proses penambangan berjalan dengan aman dan lancar serta mencapai target produksi yang telah ditetapkan. 3.1 Bucket Wheel Excavator (BWE) Bucket Wheel Excavator (BWE) merupakan alat gali yang menggunakan rangkaian bucket yang berputar pada satu roda putar, di mana bucket penggaruk tersebut berjumlah 14 buah dengan kapasitas masing masing 0,8 m 3. Alat ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu substructure (bagian bawah), intermediate structure (bagian tengah) dan slewable superstructure (bagian atas). bucket wheel excavator juga dilengkapi dua buah lengan mekanis/ban pengangkut material dengan lebar ban 1.400 mm dan kecepatanya 4,5 m/detik. Bucket wheel excavator digerakkan dengan menggunakan tenaga listrik. Kemampuan gali bucket wheel excavator adalah 1.300 BCM/jam untuk kapasitas garansi. Pada penggalian menggunakan bucket wheel excavator faktor yang mempengaruhi kinerja alat adalah lebih kepada efisiensi kerja di mana banyaknya kehilangan waktu yang diakibatkan oleh kelalaian operator serta faktor alam. 18

19 3.1.1 Analisis Tempat Kerja Medan kerja sangat berpengaruh, karena apabila medan kerja buruk akan mengakibatkan peralatan mekanis sulit untuk dapat beroperasi secara optimal. Tempat kerja tidak hanya harus memenuhi syarat bagi pencapaian sasaran produksi tetapi juga harus aman bagi penempatan alat beserta mobilitas pekerja yang berada disekitarnya. Tempat kerja yang luas akan mempermudah alat berat untuk bekerja alat karena terdapat cukup tempat untuk berbagai kegiatan, seperti keleluasaan tempat untuk berputar, mengambil posisi sebelum melakukan kegiatan penggalian maupun untuk tempat pengangkutan yang dilanjutkan sampai ketempat penimbunan. Gambar 3.1 Bucket Wheel Excavator 3.1.2 Cara Penggalian Bucket Wheel Excavator 1. Terace Cut Adalah cara penggalian dengan ketebalan galian ditentukan melalui gerak maju bucket wheel excavator. Di mana pada awal galian gigi bucket 19

20 terhadap material adalah tipis dan pada akhir galian gigi bucket terhadap material adalah tebal. Penggalian ini juga membuat tanggga-tangga agar kesetabilan lereng dapat terjaga serta menghasilkan galian yang optimal. 2. Dropping Cut Adalah cara penggalian bucket wheel excavator di mana ketebalan galian ditentukan melalui gerak turun bucket wheel. Di mana pada awal penggalian gigi bucket terhadap material dalah tebal dan diakhir galian gigi bucket terhadap material adalah tipis. Cara penggalian ini digunakan untuk menggali tanah yang lunak dan lengket agar material hasil galian tersebut tidak mengotori landasan kerja bucket wheel excavator bagian depan. 3. Combination Cut Adalah suatu cara penggalian gabungan antara terace cut dan bagian bawahnya menggunakan dropping cut. Cara ini jarang digunakan, karena saaat menggali dropping cut, bucket akan mengalami tahanan yang besar pada saat memotong slice yang cukup tebal sehingga beresiko patahnya gigi bucket atau terjadinya vibrasi yang cukup kuat pada bodi bucket wheel excavator. 3.1.3 Spesific Production Faktor (SPF) Spesific Production Faktor (SPF) merupakan parameter kapasitas/kinerja pemindahan tanah dan batubara dari bucket wheel excavator. SPF diperoleh dari perbandingan antara volume tanah dan batubara hasil penggalian dengan waktu penggaliannya. Kapasitas efektif yang digaransikan oleh Rheinbraun Consulting sebesar 1.300 BCM/jam. Kapasitas efektif ini ditentukan dengan dua cara, yaitu: 20

21 Cara I P eff = 60 x H x n x FF x SF x Ek x Fk... (1) P eff = Kapasitas produksi efektif (BCM/jam) H n = Isi nominal bucket (LCM) = Jumlah curahan bucket (per menit) FF = Faktor pengisian bucket (%) SF = Faktor muai (swelling faktor) (%) Ek = Efisiensi kerja (%) Fk = Faktor koreksi Cara II Q eff = Q g x F m x F am... (2) Q eff = kapasitas produksi efektif (BCM/jam) Q g = kapasitas produksi garansi (BCM/jam) F m = faktor kekuatan material F am = faktor selective mining Untuk menghitung kapasitas nyata bucket wheel excavator, dapat menggunakan persamaan: Vb Q ny =... (3) Ef Q ny = kapasitas sebenarnya (BCM/jam atau BCM/menit) Vb = volume galian hasil ukur lapangan (BCM) Ef = waktu jalan efektif (jam atau menit) 3.1.4 Perhitungan Volume Galian Setiap blok galian harus diketahui jumlah volumenya. Hal ini untuk mengetahui berapa lama bucket wheel excavator/spreader menggali/menimbun 21

22 pada posisi tersebut. Syarat-syarat untuk menghitung volume galian bucket wheel excavator: 1. Situasi aktual sebelum digali 2. Gambar rencana penggalian 3. Peralatan yaitu: mistar, kalkulator dan plainmeter berikut: V = Keterangan: Cara perhitungan volume galian dengan alat plainmeter adalah sebagai x tr... (4) tr = Jumlah rata-rata titik ketinggian (meter) la = Lebar blok gali bagian atas (meter) lb = Lebar blok gali bagian bawah (meter) 3.5.1 Daya Dukung Material Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah persatuan luas untuk menahan beban diatasnya (kg/cm 2 ). Bila berat beban melebihi daya dukung tanah maka beban tersebut tersebut akan amblas ataupun terjadinya longsoran akibat dari kelebihan pembebanan pada bidang tumpu. Untuk alat bucket wheel excavator daya dukung tanah yang masih mampu menahan beratnya adalah sebesar 100 kpa. Usaha untuk mencegah amblasnya alat tersebut dilakukan dengan cara: 1. Memperlebar bidang tumpu dengan jalan meletakan balok-balok kayu daerah yang amblas, susunan balok kayu harus lebih lebar dari pada dari bidang tumpu benda 2. Menggali daerah yang daya dukungnya rendah minimal dua meter lalu diisi dengan tanah kering / keras dan dipadatkan. 22

23 Selain tersebut di atas, hal lain yang perlu juga diperhatikan saat pengawasan operasional bucket wheel excavator adalah: 1. Daerah bidang lemah (sesar) 2. Kekerasan material gali 3. Batas kualitas batubara 4. Posisi blok galian awal dan berikutnya 5. Luas blok galian 6. Batas final slope Luas blok galian bucket wheel excavator ditentukan berdasarkan ukuran peralatan, kapasitas kerja alat, sudut lereng galian dan ketinggian jenjang galian. Untuk mengukur ketinggian dan memantau kemiringan planum biasa dipakai alat Tafel. Berikut ini adalah cara penggunaan tafel untuk mengukur kemiringan planum. Pertama-tama, hitung jarak horizontal antar tafel terlebih dahulu. Kemudian hitung beda ketinggian ( h) Planum. Untuk memperoleh rasio kemiringan planum maka jarak horizontal antar tafel dibagi dengan h planum tersebut. 3.2 Belt Wagon (BW) Belt Wagon merupakan alat yang berfungsi sebagai alat transfer material dari bucket wheel excavator ke hopper car, belt wagon digunakan untuk memperpanjang jangkauan penggalian bucket wheel excavator sejauh ± 90 meter dari jalur conveyor penggalian (CE), sehingga mengurangi frekuensi Shifting (pergeseran) jalur belt conveyor di jalur penggalian. Seperti halnya bucket wheel excavator, belt wagon juga memilki dua lengan mekanis/ban dengan lebar 1.400 mm. Fungsi ban 1 belt wagon untuk mentransfer material galian dari bucket wheel excavator ke ban 2 belt wagon, sedangkan ban 2 belt wagon mentransfer material 23

24 galian ke hopper car. Dalam operasional bucket wheel excavator secara keseluruhan ban 1 belt wagon diberi nama ban 3, sedangkan ban 2 belt wagon diberi nama ban 4. Pergerakan belt wagon disesuaikan dengan pergerakan dari bucket wheel excavator. Sebagaimana bucket wheel excavator, pada belt wagon juga terdapat tiga bagian yaitu substructure (bagian bawah), intermediate structure (bagian tengah) dan slewable superstructure (bagian atas). Gambar 3.2 Belt Wagon 3.3 Hopper Car (HC) Hopper Car adalah alat yang berupa corong penerima yang digunakan untuk menyalurkan material dari belt wagon ke conveyor exavating (CE). Hopper car ini seperti gerbong yang berjalan diatas rel yang berjalan pada sisi kiri dan kanan sepanjang jalur conveyor exavating, dengan lantai berbentuk kerucut dan pada bagian bawah nya terdapat sederet roll impact yang berfungsi untuk menahan beban tumpahan material pada belt (Foto 3.3). 24

25 3.4 Cable Rail Car (CRC) Cable Rail Car adalah suatu kendaraan yang mengangkut segulungan kabel listrik bertegangan 20 KV yang memasok daya untuk bucket wheel excavator dan belt wagon, alat ini juga berfungsi untuk menggerakkan hopper car menyesuaikan arah pergerakan dari ban 2 belt wagon. cable rail car bersama dengan hopper car dapat bergerak maju mundur di atas rel yang dipasang di sepanjang jalur conveyor exavating. Pergerakan cable rail car akan disesuaikan dengan gerakan belt wagon. Konstruksi cable rail car terdiri dari kabel, rail supporting structure, dan kabin operator. Cable rail car juga dilengkapi dengan mechanical electric switch yang berguna untuk menghindari terjadinya tegangan naik pada kabel (Foto 3.4). Gambar 3.3 Hooper Car 25

26 Gambar 3.4 Cable Rail Car 3.5 Conveyor System Conveyor System merupakan alat untuk mengangkut material dari front penggalian menuju ke tempat penimbunan tanah ataupun ketempat penumpukan batubara. Belt conveyor berupa sabuk karet yang berjalan di sepanjang jalur conveyor. Pergerakan belt conveyor ini diatur oleh sebuah drive pulley (pulley penggerak) dan dibantu dengan sejumlah idler/rol yang terpasang disepanjang belt frem. Jalur belt conveyor dapat dioperasikan secara interlock (terkoneksi) ataupun not interlock (tidak terkoneksi). Interlock berarti seluruh segmen jalur belt conveyor dijalankan secara continue sebagai satu kesatuan sistem. Sedangkan secara not interlock artinya jalur conveyor dioperasikan secara terpisah (tersendiri) per segmen. Bedasarkan fungsinya, jalur belt conveyor ini terbagi atas beberapa macam, berurut-turut dari front penggalian sampai ke front penimbunan 26

27 3.5.1 Conveyor Excavating (CE) Conveyor Excavating merupakan jalur conveyor yang pertama kali mengangkut material hasil galian yang keluar dari hopper car. Posisi jalur conveyor excavating yang paling ujung bisa digeser menyesuaikan dengan kemajuan galian bucket wheel excavator. Lebar belt conveyor excavating adalah 1.200 mm. 3.5.2 Conveyor Shunting (CS) Conveyor Shunting merupakan penggabung dari conveyor excavating ke conveyor distribution point (CDP). Ujung dari conveyor shunting dapat digeser baik secara manual ataupun otomatis sesuai dengan jenis material yang digali. Lebar belt conveyor shunting adalah 1.200 mm. 3.5.3 Conveyor Distribution Point (CDP) Conveyor Distribution Point berfungsi untuk mengatur distribusi material dari conveyor shunting ke conveyor coal untuk batubara atau ke conveyor dumping untuk tanah. Pengaturan distrubusi dilakukan oleh operator yang ada di conveyor distribution point secara otomatis dan dapat juga secara manual. 3.5.4 Conveyor Dumping (CD) Conveyor Dumping berfungsi untuk meneruskan pengangkutan material tanah yang berasal dari conveyor shunting ke spreader di disposal area. Conveyor dumping dapat melayani 2 unit bucket wheel excavator sekaligus karena punya lebar belt 1.600 mm. 3.5.5 Conveyor Coal (CC) Conveyor Coal berfungsi untuk meneruskan pangangkutan batubara yang berasal dari conveyor shunting ke stacker reclaimer (SR) di stockpile area. 27

28 Conveyor coal mampu melayani pengangkutan dari dua jalur penggalian bucket wheel excavator karena lebar beltnya 1.600 mm. 3.6 Spreader Spreader merupakan alat penghampar tanah di daerah disposal area (penimbunan), Kapasitas spreader mampu melayani penghamparan material tanah yang berasal dari dua jalur penggalian bucket wheel excavator. Sama halnya dengan bucket wheel excavator, spreader juga memiliki dua ban atau lengan mekanis. Ban 1 diletakkan pada lengan topang tripper car (TC) dan berfungsi untuk menerima material dari conveyor dumping. Sedangkan ban dua berfungsi untuk menerima material dari ban satu dan selanjutnya menghampar matrial tersebut di area penimbunan. Metode penimbunan spreader 1. Deep Dump Deep Dump adalah suatu metode penimbunan di mana lantai untuk tempat penimbunan lebih rendah dari lantai kerja spreader. Pada penimbunan deep dump ini spreader bergerak maju setelah lantai yang ditimbun sebelumnya sudah sama elevasi dengan lantai kerja Spreader. 2. High Dump High Dump adalah suatu metode penimbunan di mana lantai untuk tempat penimbunan sejajar dengan lantai kerja spreader. Pada penimbunan high dump ini spreader bergerak mundur setelah lantai yang ditimbun sebelumnya sudah lebih tinggi dari lantai kerja spreader. Demi keamanan, ketinggian timbunan high dump berkisar antara 6-8 m, sedangkan kedalaman timbunan deep dump berkisar 12-15 m. Jarak maksimum penimbunan deep dump adalah 105 meter dari as conveyor dumping sedangkan 28

29 untuk high dump 100 meter, sama halnya dengan bucket wheel excavator, kemiringan planum (baik paralel maupun tegak lurus terhadap track crawler) yang diperbolehkan untuk spreader operasional adalah 1 : 20 sedangkan untuk transport boleh 1:10. Pengukurannya juga dilakukan dengan alat tafel. Gambar 3.5 Spreader Pada metode penimbunan deep dump, cara alternatif yang dapat ditempuh untuk mengatasi longsoran yakni dengan membuat support rib (tahanan penunjang) dari material kering. Support rib ini berfungsi untuk menahan kaki lereng yang longsor, bila daerah tersebut letaknya di dalam, maka cara tersebut dapat dikombinasikan dengan membuat pre dump di mana kaki lereng dibuat mendatar sementara support rib didorong ke arah lemah. 3.7 Faktor Teknis Material 3.7.1 Kapasitas Bucket (Bucket Capacity) Untuk mengetahui kapasitas bucket dari alat berat bucket wheel excavator 29

30 digunakan persamaan sebagai berikut: V Bucket = Panjang (meter) x Lebar (meter) x Tinggi (meter)... (5) 3.7.2 Faktor Isian Mangkuk (Fill Factor) Faktor Isian mangkuk merupakan perbandingan antara kapasitas nyata material yang masuk ke dalam mangkuk dengan kapasitas teoritis dari alat muat tersebut yang dinyatakan dalam persen. FF = Vn Vt x100%... (6) Keterangan : FF = Faktor isian (fill factor) (%) Vn = Volume nyata (m 3 ) Vt = Volume teoritis (m 3 ) 3.7.3 Pengukuran Kecepatan Roda Bucket Pengukuran kecepatan roda bucket dilakukan untuk mengetahui jumlah curahan atau tumpahan bucket per menit, maka digunakan persamaan berikut: Rata-rata CT =. (7) n curahan = x 14 bucket... (8) Keterangan: CT = jumlah kecepatan (detik) n (CT) = jumlah data cycle time (CT) n = jumlah curahan (tumpahan/menit) 60 = konversi waktu 3.7.4 Faktor Pengembangan (Swell Factor) Apabila material digali dari tempat aslinya, maka akan terjadi 30

31 pengembangan volume (swell). Untuk menghitung swell factor dan percent swell berdasarkan volume dapat menggunakan persamaan pada berat yang sama: Swell Factor (SF) = Volume Insitu x 100%... (9) Volume Loose % Swell (S) = Loose Volume - Bank Volume... (10) Jika pengukuran tidak dapat dilakukan dengan mengunakan volume maka dapat diganti dengan menggunakan data densitas atau masa jenis dari batuan. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut: Swell Factor (SF) = x 100%.. (11) Sebelum menentukan faktor pengembangan berdasarkan densitas, terlebih dahulu hitung nilai densitas batuan asli atau insitu dan kemudian hitung densitas loose dengan menggunakan persamaan berikut ini: Massa jenis material, ρ =.. (12) Massa jenis material kering, ρ l = (13) Keterangan: ρ = Masa jenis material atau densitas (gram/cm 3 ) ρ l = Masa jenis material kering (loose) (gram/cm 3 ) M = Masa material (gram) V = Volume material (cm 3 ) w = Kadar air (%) 3.8 Faktor Koreksi Ketinggian Dalam menetukan faktor koreksi ketinggian dari bucket wheel excavator digunakan perhitungan dengan metode tabulasi seperti pada Tabel 3.1 berikut. 31

32 Tabel 3.1 Pengaruh Kedalaman Penggalian dan Sudut Putar Kedalaman Penggalian Optimum (%) Sudut Putar (derajat) 45 o 60 o 75 o 90 o 120 o 150 o 180 o 40 0,93 0,89 0.85 0,8 0.72 0,65 0,59 60 1,1 1,03 0,96 0,91 0,81 0,73 0,66 80 1,22 1,12 1,04 0,98 0,86 0,77 0,96 100 1,26 1,16 1,07 1 0,88 0,79 0,71 120 1,2 1,11 1,03 0,97 0,86 0,77 0,7 140 1,12 1,04 0,97 0,91 0,81 0,73 0,66 160 1,03 0,96 0,9 0,85 0,75 0,67 0,62 Sumber: Pemindahan Tanah Mekanis Hal.210 (Partanto, 1993) Langkah pertama dalam menentukan faktor koreksi ketinggian adalah menentukan nilai persen ketinggian dengan menggunakan persamaan di bawah ini. Persen ketinggian = x 100%... (14) Bila persen kedalaman berada diantara nilai yang tertera pada Tabel 3.1 misalkan hasil persen ketinggian yang diperoleh adalah 42% maka digunakan perhitungan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Faktor koreksi = 0,8 + ( x (0,91 0,80) (15) 3.9 Efisiensi Kerja Efisiensi kerja adalah penilaian terhadap suatu pelaksanaan pekerjaan, merupakan perbandingan antara waktu kerja produktif dengan waktu kerja yang tersedia, dinyatakan dalam persen (%). Efisiensi kerja ini akan mempengaruhi kemampuan produksi dari suatu alat. Persamaan sebagai berikut: Ek = We x 100%... (16) Di mana, We = Wp - (Wtd + Whd)... (17) 32

33 Keterangan: Ek = Efisiensi kerja (%) We Wp Wtd Whd = Waktu kerja efektif, (menit) = Waktu produktif, (menit) = Waktu hambatan tidak dapat dihindari, (menit) = Waktu hambatan dapat dihindari, (menit) 3.10 Upaya Peningkatan Target Produksi Setelah diketahuinya target yang akan dicapai selanjutnya adalah melakukan perhitungan produksi alat per satuan waktu sehingga dari data tersebut maka akan dapat dioptimalkan produksi dari alat. Faktor yang mempengaruhi dalam produksi alat gali bucket wheel excavator adalah lebih kepada efisiensi kerja alat dan operator, untuk meningkatkan target produksi dengan mengurangi hambatanhambatan dalam kegiatan penggalian dengan menggunakan bucket wheel excavator ini. Upaya yang dilakukan dalam mencapai target produksi adalah mengoptimalkan efisiensi kerja operator dengan cara memperkecil jumlah hambatan-hambatan yang terjadi pada saat penggalian sehingga kinerja alat dapat meningkat serta produksi yang ditargertkan dapat ditingkatkan. 33