BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

Pengertian Lalu Lintas

RENCANA PENGELOLAAN TAMAN LALU LINTAS ADE IRMA SURYANI NASUTION, BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kendaraan itu harus berhenti, baik itu bersifat sementara maupun bersifat lama atau

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG ZONA SELAMAT SEKOLAH (ZoSS). Pasal 1

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rambu Peringatan Rambu Petunjuk. Rambu Larangan. Rambu Perintah dan Rambu Lokasi utilitas umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol

Rekayasa Lalu Lintas

PERANCANGAN TAPAK II DESTI RAHMIATI, ST, MT

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

BAB VI RENCANA PENGELOLAAN

1. Masuk ke dalam file explorer atau file commander pada smartphone. 2. Cari file Mojo.apk kemudian pilih file Mojo.apk.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

BAB II TATA TERTIB LALU LINTAS BAGI KENDARAAN BERMOTOR. yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

Penempatan marka jalan

Persyaratan Teknis jalan

ANALISIS KECELAKAAN LALU LINTAS DI RUAS JALAN PROF. DR. IDA BAGUS MANTRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun buatan manusia, yang merupakan total dari bagian hidup manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

BAB II TINJAU PUSTAKA. jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15

di kota. Persimpangan ini memiliki ketinggian atau elevasi yang sama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Direktorat Jendral Perhubungan Darat, 1998). Parkir merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

BAB V KONSEP Traffic-coaster

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Kecelakaan. 1. Jumlah kecelakaan dan jumlah korban kecelakaan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMBANG, NOTASI DAN SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis.

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu keadaan tidak bergerak dari suatu kendaraan yang tidak bersifat

PETUNJUK PERAMBUAN SEMENTARA SELAMA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut MKJI (1997) ruas Jalan, kadang-kadang disebut juga Jalan raya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Buku Panduan Lalu Lintas (APIL) ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APIL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi beberapa..., Annisa Putri Handayani, FKM UI, 2009

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

(1) Sebelum jalan, 2 hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah?

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

TINJAUAN PUSTAKA Karakter Lanskap Kota

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Lalu Lintas Taman Lalu Lintas merupakan wadah atau tempat bermain dan belajar berlalu lintas, baik untuk anak-anak maupun siapa saja yang peduli dan ingin mempelajari tentang lalu lintas (Anonim, 2008). Dalam taman lalu lintas, anakanak usia minimum sepuluh tahun (dalam beberapa kasus), dapat menggunakan sepeda atau mobil bertenaga pedal untuk menelusuri jalan-jalan dan beroperasi sesuai dengan hukum/peraturan lalu lintas. Orang tua, sebagai pendamping, dapat ikut berkeliling dalam kereta sambil memberikan panduan tentang taman. Taman lalu lintas merupakan miniatur jalan raya dengan jalur dan jalan yang ukurannya sebanding dengan ukuran kendaraan yang kecil. Seringkali dalam taman lalu lintas terdapat tanda lalu lintas (seperti lampu lalu lintas) dan bahkan terdapat karyawan yang berprofesi sebagai polisi lalu lintas. Salah satu tujuan dari taman lalu lintas adalah untuk meningkatkan kesadaran keselamatan lalu lintas bagi anak-anak usia sekolah. Dalam taman lalu lintas anak-anak diharapkan mendapat pengalaman menyebrangi jalan dan mengendarai sepeda atau mempelajari keselamatan pejalan kaki dalam lingkungan yang sangat terkendali tanpa kendaraan bermotor (Wikipedia, 2010). Taman lalu lintas terdapat di seluruh Asia, Eropa, dan Amerika Utara. Taman lalu lintas di Asia dan Eropa difokuskan kepada keselamatan berlalu lintas melalui kendaraan bertenaga pedal. Di Amerika Serikat dan Kanada menggunakan sepeda bertenaga listrik, yaitu kendaraan bermotor. Di Amerika Utara, taman ini disebut safety village karena penekanan yang lebih luas kepada keselamatan untuk kebakaran, listrik, makanan, dan keperluan pendidikan lainnya (Wikipedia, 2010). 2.1.1 Lalu Lintas Lalu lintas di dalam Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan, sedangkan yang dimaksud dengan ruang lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, orang,

5 dan/atau barang yang berupa jalan serta fasilitas pendukung. Tata cara berlalu lintas di jalan diatur dengan peraturan perundangan yang menyangkut arah lalu lintas, prioritas menggunakan lajur lalu lintas, jalur lalu lintas, dan pengendalian arus di persimpangan. Terdapat tiga komponen terjadinya lalu lintas, yaitu manusia sebagai pengguna, kendaraan dan jalan yang saling berinteraksi dalam pergerakan kendaraan yang memenuhi persyaratan kelayakan dan dikemudikan oleh pengemudi yang mengikuti peraturan perundangan yang menyangkut lalu lintas dan angkutan jalan (Wikipedia, 2010). 2.1.2 Rambu Lalu Lintas Rambu lalu lintas merupakan salah satu alat perlengkapan dalam bentuk tertentu yang memuat lambang, kalimat, dan atau perpaduan dari keduanya, yang digunakan untuk memberikan peringatan, larangan, perintah, dan petunjuk bagi pemakai jalan. Berdasarkan jenis pesan yang disampaikan, rambu lalu lintas dapat dikelompokkan sebagai berikut (Wikipedia, 2010). 1. Rambu Peringatan Rambu peringatan memperingatkan adanyaa bahaya agar para pengemudi berhati-hati dalam menjalankann kendaraannya, misalnya, rambu yang menunjukkan adanya lintasan kereta api atau adanya persimpangan berbahaya bagi para pengemudi (Gambar 2). Simpang 4 Simpang 3 Jalan licin Longsor Jalan bergelombang Ada persimpangan Penyempitan Jalan menyempit Gambar 2 Beberapa Contoh Rambu Peringatan (Sumber: http://id.wikipedia.com/rambu_lalu_lintas, 2010)

6 2. Rambu Petunjuk Rambu petunjuk memberikan petunjuk atau keterangan kepada pengemudi atau pemakai jalan lainnya, tentang arah yang harus ditempuh atau letak yang akan dituju lengkap dengan nama dan arah letak itu berada (Gambar 3). Gambar 3 Contoh Rambu Petunjuk (Sumber: Dok. Pribadi, 2007) 3. Rambu Larangan dan Perintah Rambu ini untuk melarang/memerintah semua jenis lalu lintas tertentu untuk memakai jalan, jurusan, atau tempat-tempat tertentu. Misalnya rambu dilarang berhenti, kendaraan harus lewat jalur tertentu, dan semua kendaraan dilarang lewat (Gambar 4 dan 5) ). Semua kendaraan dilarang masuk Dilarang masuk Mobil dan sepeda motor dilarang masuk Mobil dilarang masuk Sepeda motor dilarang Pejalan kaki dilarang Truk dilarang masuk Pesepeda dilarang masuk masuk masuk Gambar 4 Beberapa Contoh Rambu Larangan (Sumber: http://id.wikipedia.com/rambu_lalu_lintas, 2010)

7 Wajib membelok Rambu stop Beri kesempatan Wajib mengitari bundaran kekiri Gambar 5 Beberapa Contoh Rambu Perintah (Sumber: http://id.wikipedia.com/rambu_lalu lintas, 2010) 2.2 Taman Bermain Taman bermain adalah ruang-ruang dengan bentuk dan kegunaan yang khusus, tempat untuk ikut serta dalam permainan aktif dan kegiatan-kegiatan yang teratur atau menonton penampilan-penampilan khusus melalui pilihan yang bebas sesuai dengan tingkat dan jenis keikutsertaannya (Eckbo, 1964). Menurut Gold (1980), tujuan keseluruhan taman bermain adalah meningkatkan kualitas hidup manusia di daerah perkotaan. Tujuan lainnya adalah memaksimalkan kesejahteraan masyarakat dengan menciptakan lingkungan yang lebih baik, lebih sehat, lebih menyenangk kan, dan lebih menarik di perkotaan. Menurut Chiara dan Koppelman (1989), taman bermain terdiri dari (1) petak bermain untuk anak prasekolah, (2) daerah perangkat berpasir, (3) ruang terbuka berumput untuk permainann aktif, (4) daerah teduh untuk kegiatan yang memerlukan ketenangan, (5) daerah serbaguna yang diperkeras, (6) daerah untuk permainan lapangan, dan (7) ruang sirkulasi dan penyekat. Menurut Eckbo (1964), taman bermain dan area bermain meliputi segala macam ukuran: satu atau dua petak tanah kosong; neighborhood park 2 4 hektar; community dan district park 4 20 hektar; city dan regional park dengan luas ratusan bahkan ribuan hektar. Chiara dan Koppelman (1989) menyarankan taman bermain seluas minimum 2 4 hektar. 2.2.1 Bermain Bermain dan belajar untuk anak merupakan suatu kesatuan dan suatu proses yang terus-menerus terjadi dalam kehidupannya. Bermain merupakan tahap awal dari proses belajar pada anak yang dialami hampir semua orang. Melalui

8 kegiatan bermain yang menyenangkan, seorang anak berusaha untuk menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang banyak, baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan di sekitarnya. Melalui bermain anak dapat mengorganisasikan berbagai pengalaman dan kemampuan kognitifnya dalam upaya menyusun kembali gagasan yang cemerlang. Terdapat lima karakteristik bermain, yaitu 1. merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai yang positif bagi anak; 2. berasal dari motivasi yang muncul dari dalam diri si anak, atas kemauannya sendiri, tanpa disuruh atau diberi imbalan oleh orang lain; 3. bersifat spontan dan sukarela, atas pilihan sendiri, bukan merupakan kewajiban; 4. senantiasa melibatkan peran aktif anak, baik secara fisik maupun mental; 5. memiliki hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain seperti kemampuan berkreasi, memecahkan masalah, berbahasa, dan bersosialisasi dengan teman sebaya (IDAI, 2009). 2.2.1 Perangkat Bermain Menurut Chiara dan Koppelman (1989), perangkat mainan dasar termasuk di dalamnya ayunan, papan luncur, karosel, berbagai tipe panjatan, perangkat keseimbangan seperti balok keseimbangan, pipa, tiang loncatan, dan kotak-kotak, perangkat gantung seperti batang sejajar, batang horizontal, dan tangga, dinding dan rumah-rumahan, dan beberapa bentuk patung untuk bermain. Tipe perangkat mainan yang berbeda harus disediakan untuk anak-anak prasekolah dan untuk anak-anak sekolah dasar untuk memenuhi kebutuhan perkembangan dan rekreasi dari kedua kelompok umur itu. Menurut Chiara dan Koppelman (1989), lahan bermain yang lebih kecil dapat dibangun untuk melayani lingkungan yang berjumlah kurang lebih 30 anak dengan memanfaatkan keterbatasan pilihan perangkat mainan dengan persyaratan ruang bermain seluas kira-kira 1.200 kaki persegi (1 m 2 = 10.7639 kaki persegi).

9 2.3 Rekreasi Rekreasi adalah berbagai aktivitas atau pengalaman yang biasanya dipilih secara sukarela oleh seseorang, baik itu disebabkan oleh keinginan untuk mendapat kesenangan sesaat atau karena orang tersebut menginginkan atau mencapai sesuatu yang lebih bersifat personal atau memiliki nilai sosial tertentu. Biasanya aktivitas ini dilakukan pada waktu luang dan tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Aktivitas tersebut biasanya juga bersifat menyenangkan, dan jika kegitan tersebut merupakan bagian dari komunitas yang tersusun dengan baik atau suatu agen perjalanan, kegiatan tersebut akan bersifat membangun dari segi sosial bagi seseorang yang mengikuti kegiatan tersebut (Kraus, 1977). Menurut Laurie (1986), rekreasi menurut sifat kegiatannya dibedakan menjadi rekreasi pasif dan aktif. Rekreasi pasif merupakan rekreasi yang dilakukan seseorang untuk menghilangkan keletihan fisik setelah bekerja keras, sehingga rekreasi ini hanya sedikit membutuhkan energi. Contoh rekreasi pasif adalah menikmati matahari terbit di tepi pantai, duduk di rumput taman kota atau menikmati pagelaran musik. Rekreasi aktif adalah rekreasi yang dilakukan untuk hiburan, memerlukan tantangan dan perlibatan penuh makna. Untuk melakukan rekreasi ini biasanya dibutuhkan banyak energi, misalnya, berkuda, bersepeda, dan jogging. Kegiatan rekreasi dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori berdasarkan kesamaan pengalaman dan sumber daya. Selain itu, perlu dianalisis hubungan antara aktivitas yang berbeda, dampaknya terhadap lingkungan atau daya dukung, standar kesesuaian lahan, dan elemen-elemen pendukung seperti pengelolaan dari tiap-tiap kategori. Di bawah ini merupakan jenis aktivitas yang dikategorikan berdasarkan pengalaman yang akan didapat, yaitu sebagai berikut: 1. rekreasi fisik, mengutamakan kegiatan fisik sebagai pengalaman utama dari suatu aktivitas; 2. rekreasi sosial, mengutamakan interaksi sosial sebagai pengalaman utama dari suatu aktivitas; 3. rekreasi kognitif, mengutamakan budaya, pendidikan, dan kreativitas sebagai pengalaman utama dari suatu aktivitas; 4. rekreasi yang berhubungan dengan alam, mengutamakan kegunaan sumber

10 daya alam seperti air, pepohonan, pemandangan alam, dan kehidupan liar sebagai fokus utama dari suatu aktivitas (Gold, 1980). 2.4 Pengelolaan dan Pemeliharaan Taman Menurut Stoner dan Freeman (1992), pengelolaan atau manajemen adalah suatu proses merencanakan (planning), mengorganisasikan (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling) anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pengelolaan suatu lanskap umum perkotaan seyogyanya melibatkan aparat pemerintah kota atau daerah, pembimbing ahli, masyarakat pengguna atau yang tinggal di sekitar taman kota, serta sponsor (Arifin et al., 2007). Dalam suatu taman, diperlukan suatu pengelolaan untuk 1. menjaga dan merawat areal taman dengan segala fasilitasnya tetap sesuai dengan tujuan desain dan fungsi semula; 2. memperjelas kepemilikan (individu atau lembaga); 3. membuat program pengelolaan yang meliputi organisasi, tenaga kerja, jadwal, ketersediaan alat dan bahan, serta pendanaan; 4. membuat taman yang berkelanjutan (Arifin, 2009). Pemeliharaan lanskap dimaksudkan untuk menjaga dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisinya tetap baik atau sedapat mungkin terpertahankan pada keadaan yang sesuai dengan tujuan rancangan atau desain semula. Pemeliharaan merupakan upaya untuk menjaga dan merawat taman beserta elemen taman dan fasilitas di dalamnya. Pemeliharaan lanskap meliputi pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Tingkat pemeliharaan taman dapat dibedakan menjadi pemeliharaan intensif, pemeliharaan semiintensif, dan pemeliharaan ekstensif (Arifin dan Arifin, 2005). Prinsip-prinsip pemeliharaan taman (Arifin dan Arifin, 2005) adalah sebagai berikut. 1. Tujuan dan standar pemeliharaan harus ditetapkan. 2. Pemeliharaan harus dilakukan secara ekonomis, baik waktu, tenaga kerja, peralatan, maupun bahan. 3. Operasional pemeliharaan hendaknya didasarkan pada rencana pemeliharaan

11 tertulis yang logis. 4. Jadwal pekerjaan pemeliharaan taman harus didasarkan pada kebijaksanaan dan prioritas yang benar. 5. Pemeliharaan pencegahan perlu ditekankan. 6. Pengelola pemeliharaan taman harus diorganisasi dengan baik. 7. Dana harus cukup tersedia untuk mendukung program pemeliharaan yang telah ditetapkan. 8. Tenaga kerja hendaknya cukup tersedia untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemeliharaan. 9. Program pemeliharaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan alami. 10. Pengelola pemeliharaan taman harus bertanggung jawab terhadap keamanan umum dan para operator pemelihara taman. 11. Para operator pemeliharaan harus bertanggung jawab terhadap pengelola pemelihara taman.