BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan, UU Nomor 10 Tahun 1998, LN No. 182 Tahun 1998, TLN No. 3790, Psl. 1 angka 11.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 19 /PBI/2003 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT ATAU PEMBIAYAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PASCA TRAGEDI BALI

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terencana dan terarah yang mencakup aspek politis, ekonomi, demografi, psikologi, hukum, intelektual maupun teknologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. satu faktor penentu dalam pelaksanaan pembangunan. pelaku pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat sebagai orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Bank

BAB IV PENUTUP. 1. Latar belakang pihak kreditur membuat perjanjian kredit dalam bentuk akta

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengeluarkan produk pemberian kredit untuk keperluan konsumtif.

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 4/ 11 /PBI/2002 TENTANG PERLAKUAN KHUSUS TERHADAP KREDIT BANK UMUM PASCATRAGEDI BALI GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA TAKE OVER PEMBIAYAAN DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan terssebut diperoleh melalui pinjaman-pinjaman atau

BAB I PENDAHULUAN. dan sejahtera berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

A B S T R A K S I. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Negara Republik Indonesia ditujukan bagi seluruh

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk berlomba-lomba untuk terus berusaha dalam memajukan ekonomi masingmasing.

HALAMAN PENGESAHAN. PENANGANAN RESTRUKTURISASI UTANG PADA PT BANK BRI (Persero)Tbk CABANG KUDUS

PENANGANAN KREDIT BERMASALAH. Vegitya Ramadhani Putri, SH, S.Ant, MA, LLM

BAB I PENDAHULUAN 1.8 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, ia memerlukan tangan ataupun

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERAN NOTARIS DAN PPAT DALAM PELAKSANAAN PERALIHAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DARI KREDITUR LAMAA KEPADA KREDITUR BARU PADA PERBANKAN KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

PELAKSANAAN NOVASI SEBAGAI UPAYA PENYELESAIAN KREDIT MACET OLEH BANK

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan dan dunia usaha maupun jasa lainnya. demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB IV PENUTUP. Universitas Indonesia. Aspek hukum..., Ariyanti, FH UI, 2010.

UNIVERSITAS INDONESIA JUDUL PENGALIHAN PIUTANG SECARA CESSIE DAN AKIBATNYA TERHADAP JAMINAN HAK TANGGUNGAN DAN JAMINAN FIDUSIA TESIS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian,

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian tanah air terus tumbuh, dan transaksi perdagangan baik

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TENTANG PENGELOLAAN, PENATAUSAHAAN, SERTA PENCATATAN ASET DAN KEWAJIBAN D

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

I. PENDAHULUAN. perusahaan harus dijalankan dan dikelola dengan baik. Pengelolaan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. melindungi segenap Bangsa Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undangundang

KEDUDUKAN BANK BUMN DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET BERDASARKAN UNDANG-UNDANG PERBANKAN INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Balakang. Salah satu sarana yang mempunyai peran strategis didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan

BAB III BENTUK HUBUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BUY BACK GUARANTIE DALAM PRAKTEK PERBANKAN

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERBANKAN, KREDIT DAN RESTRUKTURISASI

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sangat fundamental dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian di

07/11/2016 SYARAT DALAM CESSIE. Pengalihan Hak dalam Kontrak (cessie) & Pengalihan Kewajiban (delegasi) CESSIE

ASPEK HUKUM PERJANJIAN PENAMBAHAN FASILITAS KREDIT (REFINANCING) SEBAGAI ADDENDUM PERJANJIAN KREDIT MODAL KERJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan oleh bank ini membantu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan perkembangan-perkembangan yang terjadi di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERAN DAN FUNGSI COVERNOTE NOTARIS PADA PERALIHAN KREDIT (TAKE OVER) PADA BANK

BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH MENURUT UNDANG - UNDANG NOMOR 04 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini terlihat dalam pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan penggerak ekonomi yang fungsinya tidak dapat dipisahkan dari

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketika seseorang atau badan usaha membutuhkan pinjaman uang untuk membeli produk atau menjalankan usahanya, maka pihak-pihak tersebut dapat memanfaatkan fasilitas keuangan salah satunya berupa kredit yang mana uang yang dipinjamnya tadi harus dikembalikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Definisi kredit menurut Undang-Undang Perbankan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka watu tertentu dengan pemberian bunga. 1 Setiap kredit yang telah disepakati oleh pemberi kredit (kreditur) dan penerima kredit (debitur) maka wajib dituangkan dalam bentuk perjanjian yaitu perjanjian kredit. Perjanjian mengandung makna bahwa adanya peristiwa di mana seseorang berjanji kepada seorang yang lain untuk melaksanakan suatu hal. 2 Dari perjanjian inilah lahir suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Dari perikatan ini terdapat hubungan hukum yang menerangkan tentang hak dan kewajiban dua orang tersebut. Dalam perjanjian kredit mengandung hak-hak dan kewajiban-kewajiban para pihak (kreditur dan debitur). Salah satu hak debitur adalah mendapatkan pinjaman dari kreditur dan kewajiban debitur untuk melunasi pinjaman tersebut. Pemberian kredit menjadi fungsi utama bank-bank, sebagaimana disyaratkan pada Pasal 3 UU No. 10 Tahun 1998 bahwa fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. 3 Pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya memberikan pendapatan atau keuntungan lebih banyak dibandingkan dengan produk dan jasa perbankan lainnya yang ditawarkan karena selain harus mengembalikan 1 Indonesia [1], Undang-Undang Tentang Perubahan Atas UU No 7 Yahun 1992 Tentang Perbankan, UU Nomor 10 Tahun 1998, LN No. 182 Tahun 1998, TLN No. 3790, Psl. 1 angka 11. 2 Prof. Subekti,S.H., Hukum Perjanjian, (Jakarta: Intermasa, 2005), Hal. 1. 3 Indonesia [1], op. cit., Psl. 3.

pinjaman yang telah diberikan kreditur, debitur juga harus membayarkan bunga dari pinjaman tersebut yang telah disepakati di dalam perjanjian kredit. Oleh karena itu, wajar terjadi pemberian kredit secara terus-menerus secara berkesinambungan kepada nasabahnya. Masalah timbul ketika terjadi kredit bermasalah yang mana merupakan resiko yang terkandung dalam setiap pemberian kredit oleh bank. Resiko tersebut adalah debitur mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya untuk mengembalikan kredit tepat pada waktunya. Ketidakmampuan debitur membayar utangnya (kredit) berdampak negatif kepada para kreditur sebagai penyalur kredit. 4 Namun ada upaya penanganan kredit yang dilakukan dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya, yaitu penyelamatan kredit dan penyelesaian kredit. Penyelamatan kredit terdiri dari: rescheduling, reconditioning, dan restructuring. Salah satu upaya tersebut selanjutnya dibahas dalam penulisan ini adalah restrukturisasi kredit/utang yang merupakan penghapusan perjanjian kredit yang lama untuk diperbarui dengan perjanjian kredit yang baru. Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/150/KEP/Dir, tanggal 12 November 1998 Tentang Restrukturisasi Kredit, dalam Pasal 2 disebutkan bahwa restrukturisasi utang dapat dilakukan oleh Bank Umum dengan cara yang disebutkan dalam Pasal 1 huruf c yaitu: 5 1. Penurunan suku bunga kredit 2. Pengurangan tunggakan bunga kredit 3. Pengurangan tunggakan pokok kredit 4. Perpanjangan jangka waktu kredit 5. Penambahan fasilitas kredit (Refinancing) 6. Pengambilalihan asset debitor sesuai dengan ketentuan yang berlaku 7. Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan debitor. 4 Suharnoko, S.H., MLI dan Endah Hartati, S.H., MH., Subrogasi, Novasi dan Cessie, (Jakarta: Kencana, 2008), Hal. 74. 5 Ibid., hal. 75.

Yang akan dibahas selanjutnya adalah tentang restrukturisasi utang melalui penambahan fasilitas kredit. Selanjutnya antara debitor dan kreditor mengadakan perjanjian penambahan fasilitas kredit (refinancing). Refinancing dapat diberikan oleh kreditor yang sama maupun kreditor yang berbeda dari perjanjian kredit awal. Jika kreditornya sama, maka perjanjian kredit yang baru dibuat untuk menyelamatkan perjanjian kredit yang lama yang diperbarui adalah jumlah pinjaman yang mana utang yang baru ditambahkan ke dalam jumlah utang yang lama sehingga jumlah utang dalam perjanjian kredit yang baru adalah merupakan akumulasi utang yang lama dan utang yang baru. 6 Sedangkan perjanjian refinancing dengan kreditor yang baru adalah dimana debitor mengambil kredit yang baru dari kreditor yang lain untuk selanjutnya dari kredit yang baru tersebut digunakan debitor untuk melunasi utangnya kepada kreditor lama. 7 Perjanjian refinancing sebagai bentuk kesepakatan antara debitor dan kreditor untuk menghapuskan perikatan yang lama dan menggantinya dengan perikatan yang baru menimbulkan konsekwensi hukum tersendiri. Para pihak dalam hal ini adalah kreditor dan debitor terdapat hubungan hukum yang didalamnya terkandung hak-hak dan kewajiban-kewajiban masing-masing pihak. 1.2 Pokok Permasalahan Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimanakah akibat hukum dari perjanjian penambahan fasilitas kredit (refinancing) terhadap keberadaan perjanjian kredit yang lama? b. Bagaimanakah hubungan hukum antara kreditor dan debitor dalam perjanjian penambahan fasilitas kredit (refinancing)? c. Bagaimanakah kedudukan jaminan dalam perjanjian kredit dengan adanya perjanjian penambahan fasilitas kredit yang dijalankan di Bank X? 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum 6 Ibid., hal. 78. 7 Ibid., hal 77.

Penulisan ini dilakukan untuk mengetahui aspek-aspek hukum dalam suatu perjanjian penambahan fasilitas kredit. Keberadaan perjanjian tersebut didasari oleh adanya perjanjian kredit antara kreditor dan debitor yang mana debitor dalam posisi keuangan yang sulit sehingga tidak dapat melaksanakan kewajibannya. Perjanjian penambahan fasilitas kredit ini lahir sebagai alternatif penyelesaian masalah yang dihadapi debitor. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penulisan ini adalah: 1. Mengetahui akibat hukum dari perjanjian penambahan fasilitas kredit (refinancing) terhadap keberadaan perjanjian kredit yang lama. 2. Mengetahui hubungan hukum antara kreditor dan debitor dalam perjanjian penambahan fasilitas kredit (refinancing). 3. Mengetahui kedudukan jaminan dalam perjanjian kredit dengan adanya perjanjian penambahan fasilitas kredit dijalankan di Bank X. 1.4 Kerangka Konsepsional Dalam melakukan penelitian ini, digunakan beberapa konsep sebagai berikut: 1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijke Wetboek) selanjutnya ditulis KUHPerdata adalah peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia sejak tahun 1848 berdasarkan asas konkordansi. 2. Undang-undang adalah Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No 7 Yahun 1992 Tentang Perbankan. 3. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia adalah Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/150/KEP/Dir tanggal 12 November 1998 Tentang Restrukturisasi Kredit. 4. Perikatan adalah hubungan hukum yang ditimbulkan dari adanya perjanjian atau undang-undang. 5. Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 6. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 7. Perjanjian kredit adalah persetujuan dan/atau kesepakatan yang dibuat bersama antara kreditur dan debitur atas sejumlah kredit dengan kondisi yang telah diperjanjikan, hal mana pihak debitur wajib untuk mengembalikan kredit yang telah diterima dalam jangka waktu tertentu disertai bunga dan biaya-biaya yang telah disepakati. 8. Restrukturisasi utang adalah penghapusan perjanjian kredit yang lama untuk diperbarui dengan perjanjian kredit yang baru. 9. Refinancing atau penambahan fasilitas kredit adalah salah satu cara restrukturisasi utang dengan memperbarui jumlah pinjaman di mana jumlah utang yang baru ditambahkan ke dalam jumlah utang yang lama atau mengambil kredit yang baru untuk melunasi kredit yang lama. 10. Perjanjian Refinancing adalah persetujuan dan/atau kesepakatan yang dibuat bersama antara kreditur dan debitur atas sejumlah kredit dengan kondisi yang telah diperjanjikan, yang mana kredit tersebut digunakan untuk melunasi kredit yang lama atau memperbarui jumlah pinjaman dalam hal kredit yang baru dijumlahkan ke dalam kredit yang lama. 11. Perjanjian Kredit Modal Kerja adalah persetujuan dan/atau kesepakatan yang dibuat bersama antara Bank sebagai kreditur dan debitur mengenai pemberian kredit untuk tujuan komersial agar perusahaan mampu menjalankan usahanya. 12. Adendum adalah bagian dari perjanjian yang menjelaskan mengenai penambahan atau pengembangan klausul-klausul atau ketentuan-ketentuan yang belum diatur dalam perjanjian awal. 1.5 Metode Penulisan Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode deskriptif normatif dengan maksud untuk mengetahui aspek hukum dari perjanjian penambahan fasilitas kredit (refinancing) dengan menganalisa dasar hukum, hubungan hukum, dan akibat hukumnya.

Dalam hal ini, perjanjian refinancing merupakan perjanjian pokok yang menggantikan keberadaan perjanjian kredit. Tipe penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan menggambarkan sebab-sebab lahirnya perjanjian refinancing hingga akibat yang muncul dengan adanya perjanjian tersebut. Sedangkan jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian normatif, yaitu dengan melakukan identifikasi hukum yang tertulis dikaitkan dengan aspek hukum apa saja yang ada di perjanjian refinancing. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan alat pengumpulan data melalui studi kepustakaan. Data sekunder yang menjadi fokus penelitian ini adalah berupa bahan hukum primer terkait dengan kebijakan-kebijakan yang berupa peraturan perundang-undangan. Kemudian juga data sekunder yang lain seperti buku, jurnal, artikel, hingga bahan-bahan di internet. 1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang akan disusun sebagai berikut: 1. BAB 1 - PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan penulisan, kerangka konsepsional, metode penulisan, dan sistematika penulisan. 2. BAB 2 - TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PERJANJIAN KREDIT Bab ini berisi tentang tinjauan umum tentang perjanjian dan dan perjanjian kredit. Tinjauan umum tentang perjanjian mencakup mengenai pengaturan perjanjian, asas-asas hukum perjanjian, syarat-syarat sah suatu perjanjian, berlakunya perjanjian, berakhirnya perjanjian, dan jenis-jenis perjanjian. Sedangkan tinjauan umum tentang perjanjian kredit mencakup mengenai sejarah dan perkembangan perjanjian kredit, pengaturan perjanjian kredit, sifat hukum perjanjian kredit, unsur-unsur perjanjian kredit, dan bentuk-bentuk perjanjian kredit.

3. BAB 3 - PENAMBAHAN FASILITAS KREDIT SEBAGAI BENTUK RESTRUKTURISASI UTANG Bab ini berisikan tentang klasifikasi kredit berdasarkan jangka waktu, berdasarkan jaminan, berdasarkan segmen usaha, berdasarkan tujuan, dan berdasarkan penggunaan; serta mengenai kredit bermasalah, penggolongan kredit bermasalah, pengindikasian kredit bermasalah, faktor-faktor penyebab kredit bermasalah, penanganan kredit bermasalah, penyelesaian kredit bermasalah, dasar hukum penyelamatan kredit bermasalah, dan restrukturisasi kredit 4. BAB 4 - ASPEK HUKUM PERJANJIAN PENAMBAHAN FASILITAS KREDIT Bab ini berisikan mengenai akibat hukum dari Perjanjian Penambahan Fasilitas Kredit dan hubungan hukum antara pihak dalam Perjanjian Penambahan Fasilitas Kredit. 5. BAB 5 - PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan dari penulisan dan saran-saran dari penulis terkait dengan tema skripsi ini.