BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi. Kesemua unsur-unsur pembelajaran tersebut sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dimana kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian manusia sangat bergantung pada pendidikan yang diperolehnya, baik dari lingkungan keluarga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan lulusan yang cakap dalam fisika dan dapat menumbuhkan kemampuan logis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2005, pasal 1 tentang Standar Nasional Pendidikan ditegaskan:

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan juga proses membimbing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia, karena melalui pendidikan manusia dapat berproses ke arah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. cara tingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah, 2003:10).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang diturunka dari satu generasi ke generasi berikutnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dunia berkembang sangat pesatnya, sesuatu yang semula tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Akan tetapi banyak persoalan-persoalan yang sering muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi untuk memilikikekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mutu peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan hasil belajar siswa.

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan di Indonesia masih perlu ditingkatkan sesuai dengan perkembangan zaman, sebab pendidikan merupakan salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Ini sesuai dengan pernyataan Aunurrahman (2009:2), Untuk membangun masyarakat terdidik, masyarakat yang cerdas, maka mau tidak mau harus merubah paradigma dan sistem pendidikan. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan, diantaranya pengembangan atau penyempurnaan kurikulum dengan adanya perubahan-perubahan kurikulum, melengkapi sarana dan prasarana pedidikan melalui program Bantuan Operasional Sekolah(BOS), meningkatkan kesejahteraan guru melalui sertifikasi, pengembangan sistem penilaian hasil belajar dan sebagainya. Saat ini pemerintah terus-menerus menaruh perhatian yang besar terhadap kualitas pendidikan, ini dapat dilihat dari salah satu program pemerintah, yaitu dengan terus-menerus mengkaji dan menentukan syarat dan kriteria ketuntasan yang harus dilalui siswa untuk dapat lulus dari jenjang pendidikannya, walaupun dalam kenyataannya masih banyak siswa yang belum memiliki mutu yang diharapkan. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia sebagian besar diakibatkan karena kurang efektifnya proses belajar-mengajar dan kurang tepatnya guru dalam memilih model pembelajaran yang akan diterapkan, sehingga tujuan dari pendidikan tersebut kurang tercapai, sebagian besar proses pembelajaran masih didominasi guru (teacher center) dan siswa masih pasif, siswa tidak dilatih untuk memecahkan masalah. Dalam sistem pembelajaran, guru sering menerapkan pembelajaran yang bersifat teoritik yang mengakibatkan sebagian besar siswa tidak dapat mengkaitkan apa yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari. Kenyataan 1

ini membuat siswa sering hanya menghapal soal-soal atau konsep pelajaran tanpa mengetahui aplikasi dari apa yang dipelajari. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. (Rusman, 2010 ; 133 ). Fisika salah satu cabang IPA yang merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam dan interaksi di dalamnya. Pelajaran fisika lebih menekankan pada pemberian langsung,untuk meningkatkan kompetensi agar siswa mampu berpikir kritis dan sistematis dalam memahami konsep fisika, sehingga siswa memperoleh pemahaman yang benar tentang fisika. Pemahaman yang benar akan pelajaran fisika akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada saat melakukan Program Pengalaman Lapangan Terpadu (PPLT) di SMP N. 3 Air Putih tahun 2013 banyak siswa beranggapan bahwa fisika adalah pelajaran yang sangat sulit dan membosankan. Hanya sebagian kecil siswa yang mau memperhatikan pelajaran, IPA terutama fisika. Hal ini terbukti darisedikitnya siswa yang mendapat nilai bagus pada saat ujian. Kebosanan mempelajari fisika di kelas dan menganggap bahwa fisika itu rumit dan kurang menarik ternyata juga dialami oleh siswa SMA N. 1 Tebing Tinggi, Kab. Serdang Bedagai khususnya kelas X. Terbukti dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti dengan memberi instrumenangket dan wawancara terhadap siswa diperoleh data dari 32 orang siwa, 81,2% siswa menganggap pelajaran fisika itu tidak menarik dan tidak menyenangkan, 87,5% siswa menganggap fisika itu sulit, dan 84,3% siswa mengaku nilai ujian semester ganjil mata pelajaran fisika tidak memuaskan.selain itu, ditinjau dari metode pembelajaran, guru masih menerapkan metode pembelajaran konvensional.begitu masuk kelas, guru memberikan sedikit ceramah tentang materi pelajaran yang telah dicatat sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan memberi siswanya beberapa latihan soal atau tugas.siswa diminta untuk membuka buku catatan dan mengerjakan buku Lembar Kerja Siswa (LKS), atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.kegiatan belajar mengajar yang kurang interaktif, dan kurang

bervariasi mengakibatkan kebosanan pada diri siswa dan mengurangi minat belajar siswa.akibatnya siswa merasa jenuh dan pemahaman siswa tentang teori dan konsep fisika menjadi rendah. Ini dibuktikan dengan rendahnya nilai rata-rata ujian semester ganjil siswa kelas X pada mata pelajaran fisika, yaitu 72. Nilai ini masih sangat jauh dari yang diharapkan. Informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan Bapak Ahyar Batubara, selaku guru fisika di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi, mengatakan bahwa kendala yang sering dihadapi selama proses kegiatan belajar-mengajar adalah kurangnya minat dan perhatian siswa terhadap mata pelajaran fisika. Hal tersebut terlihat dari tingkah laku siswa ketika pelajaran fisika berlangsung. Ada beberapa kelompok siswa yang tidak memperhatikan dan mengacuhkan penjelasan dari guru yang sedang memberikan penjelasan, bahkan siswa cenderung lebih menikmati mengobrol dengan teman-teman mereka dibanding memperhatikan penjelasan dari guru yang ada di depan kelas, ada juga yang mengantuk, menopang dagu. Berdasarkan adanya peninjauan yang dilakukan oleh peneliti terhadap SMA Swasta An Nizam diperoleh data nilai rata-rata fisika siswa masih jauh dibawah kriteria ketuntasan minimum yaitu nilai 70. Untuk menyikapi masalah di atas maka harus dipilih model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa serta lingkungan belajar, siswa dapat aktif, interaktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan manifestasi dari kreatifitas seorang guru agar siswa tidak jenuh atau bosan dalam menerima pelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat juga akan memperjelas konsep-konsep yang diberikan kepada siswa yang senantiasa antusias berfikir dan berperan aktif. Model pembelajaran yang efektif dapat digunakan guru untuk mentransfer ilmu dengan baik dan benar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Model pembelajaran akan efisien jika menghasilkan kemampuan siswa seperti yang diharapkan dalam tujuan dan sesuai dengan target perhitungan dalam segi materi dan waktu. Seorang guru sebaiknya mampu memilih model yang tepat bagi siswa didiknya.pemilihan model pembelajaran haruslah sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Tujuan pembelajaran yang jelas akan memperjelas proses belajar mengajar dalam

arti situasi dan kondisi yang harus diperbuat dalam proses belajar mengajar. Kemampuan dan kualifikasi siswa maupun guru berbeda-beda, sehingga pemilihan model pembelajaran yang tepat juga akan mengalami kesukaran karena tujuan yang berhubungan dengan emosi, perasaan, atau sikap dan tujuan yang beraspek afektif sulit dirumuskan dan sukar diukur keberhasilannya. Model pembelajaran yang digunakan guru seharusnya dapat membantu proses analisis siswa. Salah satu model tersebut adalah model pembelajaranproblem Based Learning(PBL)(Pembelajaran Berbasis Masalah) PBL merupakan suatu model yang terdiri dari dua proses pelengkap yaitu organisasi kurikulum dan strategi pembelajaran. Esensi PBL berupa menyuguhkan berbagai situasi yang autentik dan bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan. Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran yang lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan penyelidikan dan intelegensi siswa dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide siswa dalam menanggapi berbagai masalah.(arends, 2008 : 41 ) Penelitian mengenaipbl sudah pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya.penelitian dilakukan oleh Mirwan (2007 : 44) pada materi pokok Gaya Gesekan, berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model ProblemBased Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal initerbukti,diperoleh rata-rata postes sebesar 7,23 pada kelas eksperimen yang diterapkan dengan model Problem Based Learning (PBL) dan 6,32 pada kelas kontrol yang diterapkan dengan pembelajaran Konvensional. Yuditya (2010 :2)

melakukan penelitian pada siswa kelas XI SMA Negeri 6 Surakarta. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini terbuktidiperoleh rata-rata postes sebesar 82,90 pada kelas eksperimen yang diterapkan dengan model Problem Based Learning (PBL) dan 73,23 pada kelas kontrol yang diterapkan dengan pembelajaran konvensional. Akan tetapi pada kedua penelitian ini terdapat kelemahan yang sama yaitu: penggunaan waktu yang kurang efektif terutama dalam persiapan, dan masih ada siswa yang mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba. Berdasarkan kelemahan peneliti sebelumnya, untuk memperbaiki kelemahan terkait alokasi waktu,peneliti akan mengantisipasinya dengan pengaturan waktu yang dicantumkan dalam rencana pembelajaran, selain itu penelitiakan lebih tegas dalam pembelajaran, terutama pada pertukaran tahap pembelajaran, karena biasanya pada pertukaran tahap pembelajaran memakan waktu yang banyak. Peneliti juga akanmenyampaikan langkah-langkah modelproblem based learning kepada siswa sebelum melaksanakan pembelajaran, agar siswa dapat memahami masalah yang diberikan dan tidak heran dengan model yang akan digunakan pada saat pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian kembali dengan judul Pengaruh Model PembelajaranProblem Based Learning(PBL) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Listrik Dinamisdi Kelas X Semester II SMA N. 1 Tebing Tinggi, Kab. SerdangBedagai T.P. 2013/2014 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan dari latar belakang di atas, masalah masalah yang dapat di identifikasi antara lain : 1. Kurangnya minat siswa pada mata pelajaran fisika. 2. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika masih rendah. 1.3 Batasan Masalah

Oleh karena banyaknya faktor yang mempengaruhi hasil belajar fisika siswa dan untuk memberi ruang lingkup yang jelas dalam pembahasan, maka batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Penelitian ini dilakukan di SMA N. 1 Tebing Tinggi, Kab. Serdang Bedagai dan objek yang di teliti adalah adalah siswa kelas X semester II T.A. 2013/2014. 2. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah listrik dinamis. 3. Model pembelajaran yang digunakan adalah model problem based learning (PBL). 4. Hasil balajar yang di teliti adalah aspek kognitif yang di sertai dengan pengamatan aktivitas. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model problem based learning (PBL) pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X SMA Negeri 1 Tebing Tinggi, Kab. Serdang Bedagai? 2. Bagaimana hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model konvensional pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X SMA Negeri 1 Tebing Tinggi, Kab. Serdang Bedagai? 3. Bagaimanakah aktivitas siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model problem based learning (PBL) pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X SMA Negeri 1 Tebing Tinggi, Kab. Serdang Bedagai? 4. Apakah ada pengaruh akibat penggunaan model problem based learning (PBL)terhadap hasil belajar siswa kelas X Semester II SMA Negeri 1 Tebing Tinggi, Kab. Serdang Bedagai? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model problem based learning (PBL) pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X SMA Negeri 1 Tebing Tinggi, Kab. Serdang Bedagai.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model konvensional pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X SMA Negeri 1 Tebing Tinggi, Kab. Serdang Bedagai. 3. Untuk mengetahui aktivitas siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model problem based learning (PBL) pada materi pokok Listrik Dinamis di kelas X SMA Negeri 1 Tebing Tinggi, Kab. Serdang Bedagai. 4. Untuk mengetahui adanya pengaruh akibat penggunaan model problem based learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa kelas X Semester II SMA Negeri 1 Tebing Tinggi, Kab. Serdang Bedagai. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Sebagai pembelajaran awal bagi peneliti dalam penulisan karya ilmiah. 2. Menambah pengetahuan peneliti sebagai calon guru terhadap model pembelajaran problem based learning yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran demi meningkatkan mutu pendidikan. 3. Peneliti dapat menerapkan model problem based learning dalam proses pembelajaran fisika. 4. Dapat membantu siswa dalam pembelajaran fisika dan untuk meningkatkan hasil belajar fisika khususnya materi pokok listrik dinamis. 5. Model pembelajaran alternatif bagi guru untuk memilih model pembelajaran fisika. 1.7 Defenisi Operasional 1. Model problem based learning adalah suatu pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri.problem based learning memiliki tahapan-tahapan, yaitu: Tahap-1 memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa, Tahap-2 mengorganisasi siswa untuk meneliti, Tahap-3 membantu investigasi mandiri

dan kelompok, Tahap-4 mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit,tahap-5 menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah. 2. Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan tes hasil belajar.